PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKAN
2.1 Periodontitis
a. Periodontitis Kronis
Periodontitis kronis merupakan bentuk periodontitis yang paling umum.
Umumnya, periodontitis kronis ini sering dijumpai pada orang dewasa, tetapi
juga dapat diamati pada anak-anak. Skema klasifikasi yang berbeda telah
menegaskan atau membuang rentang usia lebih dari 35 tahun untuk
memisahkan periodontitis kronis dan agresif. 6
Menurut definisi yang ada, orang yang lebih muda dari 35 tahun mungkin
menunjukkan tingkat perkembangan penyakit yang sesuai dengan definisi
periodontitis kronis. Meskipun demikian, bukti epidemiologi mendukung
dugaan bahwa orang yang berusia kurang dari 25 tahun cenderung mengarah
pada periodontitis agresif. Radiografi intraoral bersama dengan catatan grafik
periodontal sangat penting untuk dokumentasi onset penyakit dan laju
perkembangannya (Gambar 1).6
Gambar 1.
Gambaran Klinis dari Periodontitis Kronis pada pasien laki-laki usia 42 tahun tanpa
adanya penyakit sistemik yang menyertai. Tampakan radiografi menunjukkan
adanya kerusakan tulang secara menyeluruh
Sumber : Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR. In : Carranza FA, Editors.
Clinically Periodontology. Ed.13th. China:Elsevier Inc.2019. P.85
b. Aggressive Periodontitis
Aggressive Periodontitis (AP) merupakan jenis penyakit periodontal
kompleks yang menyebabkan perubahan mikroba dan disfungsi seluler pada
pasien yang sehat secara sistemik. Penyakit ini dimulai pada usia berapa pun dan
berlaku pada remaja dan dewasa muda. 9 Jenis periodontitis ini sebelumnya
diklasifikasikan sebagai early-onset periodontitis. Aggressive periodontitis
merupakan penyakit kompleks yang memiliki empat faktor risiko: mikrobiota
subgingiva; variasi genetik individu; gaya hidup, dan faktor sistemik.6,9
Terdapat organisme gram negatif sebesar dua-pertiga dari isolat pada poket
periodontal individu yang menderita aggressive periodontitis. Sedangkan pada
kelompok kontrol ditemukan hanya sekitar sepertiga dari isolat pada kelompok
kontrol dengan gingiva normal. Bakteri tersebut diantaranya A.
actinomycetemcomitans, Capnocytophaga spp., Eikenella corrodens, organisme
mirip Bacteroides saccharolytic yang sekarang diklasifikasikan sebagai Prevotella
spp., Campylobacter rectus. Sedangkan, untuk Isolat gram positif seperti
streptococci, actinomycetes, dan peptostreptococci. A. actinomycetemcomitans,
Capnocytophaga spp., dan Prevotella spp. juga terlihat. 10
1) Karakteristik Aggressive Periodontitis6,9,10
Hal ini ditandai dengan hilangnya perlekatan klinis dan kerusakan tulang
yang cepat, tidak konsisten dengan jumlah deposit mikroba yang ada
pada permukaan gigi dalam bentuk lokal atau umum.
Laju perkembangan penyakit yang cepat terlihat pada individu yang
dinyatakan sehat.
Tidak adanya inflamasi, akumulasi plak dan kalkulus yang besar.
Adanya riwayat keluarga sebelumnya sehingga menunjukkan sifat
genetik.
Jumlah deposit mikroba tidak sesuai dengan tingkat keparahan penyakit.
Peningkatan kadar Actinobacillus actinomycetemcomitans. A.
actinomycetemcomitans secara umum diterima sebagai agen etiologi
primer pada sebagian besar kasus.
Kelainan pada fungsi fagosit
Makrofag hiper-responsif, menghasilkan peningkatan prostaglandin E2
(PGE2) dan interleukin-1β (IL-1β).
Pada gambaran radiografi fitemukan kerusakan tulang secara vetikal
(infrabony defects).
Destruksi tulang biasanya lebih besar dibandingkan dengan kerusakan
tulang yang terlihat periodontitis kronis.
Manifestasi Oral
Banyak perubahan oral telah dijelaskan pada pasien dengan diabetes,
termasuk cheilosis, mukosa kering dan retak, mulut dan lidah terbakar, laju
saliva yang berkurang, dan perubahan flora rongga mulut, dengan dominasi
Candida albicans, hemolytic streptococci, dan staphylococci. Peningkatan
tingkat karies gigi juga telah diamati pada pasien dengan diabetes yang tidak
terkontrol. Penting untuk dicatat bahwa perubahan ini tidak selalu ada, tidak
spesifik, dan tidak patognomonik untuk diabetes. Lebih lanjut, perubahan ini
cenderung tidak diamati pada pasien dengan diabetes yang terkontrol dengan
baik. Individu dengan diabetes terkontrol memiliki respon jaringan normal,
pertumbuhan gigi normal, pertahanan normal terhadap infeksi, dan tidak ada
peningkatan kejadian karies.6
Penelitian menunjukkan bahwa diabetes yang tidak terkontrol dikaitkan
dengan peningkatan kerentanan dan keparahan infeksi, termasuk periodontitis
(Gambar 7). Orang dewasa yang berusia 45 tahun atau lebih dengan diabetes
yang tidak terkontrol dengan baik (yaitu, dengan kadar hemoglobin
terglikasi> 9%) 2,9 kali lebih mungkin mengalami periodontitis berat
dibandingkan mereka yang tidak menderita diabetes. Kemungkinannya
bahkan lebih besar (4,6 kali) di antara perokok dengan diabetes yang tidak
terkontrol dengan baik.43 Seperti halnya kondisi sistemik lain yang terkait
dengan periodontitis, diabetes mellitus tidak menyebabkan gingivitis atau
periodontitis, tetapi bukti menunjukkan bahwa hal itu mengubah respons
jaringan periodontal terhadap faktor-faktor lokal dengan demikian
mempercepat pengeroposan tulang dan menunda penyembuhan pasca
operasi.6
Gambar 7.
Kondisi periodontal pada penderita diabetes. (A) Dewasa dengan
diabetes (kadar glukosa darah> 400 mg / dL). Perhatikan peradangan gingiva, perdarahan spontan, dan edema. (B)
Pasien yang sama seperti yang ditunjukkan pada A. Peningkatan kontrol diabetes dicatat setelah 4 hari terapi
insulin (kadar glukosa darah <100 mg / dL). Kondisi periodontal klinis telah membaik tanpa terapi lokal. (C)
Pasien dewasa dengan diabetes yang tidak terkontrol. Perhatikan tepi gingiva dan papilla yang membesar, halus,
eritematosa di area anterior. (D) Pasien yang sama seperti yang ditunjukkan pada C. Ini adalah tampilan lingual
dari area mandibula kanan. Perhatikan jaringan yang meradang dan bengkak di area anterior dan premolar. (E) Pasien
dewasa dengan diabetes yang tidak terkontrol. Terdapat abses bernanah pada permukaan bukal gigi premolar atas.
Manifestasi oral
Gambaran utama PLS terdiri dari severe gingivostomatitis dan
periodontitis. Erupsi gigi sulung terjadi diharapkan dalam urutan normal
dengan struktur dan bentuk normal, meskipun mikrodontia, resorpsi akar, dan
pembentukan akar yang tidak lengkap telah dilaporkan dalam beberapa kasus.
Selama tahun pertama setelah erupsi gigi sulung, gingiva mengalami
peradangan , diikuti oleh kerusakan jaringan periodonsium yang cepat yang
dimanifestasikan oleh gingiva yang memerah dan membengkak, yang
dikaitkan dengan resorpsi tulang yang luas dan poket periodontal yang dalam
disertai pus exudate yang keluar sebagai respons terhadap tekanan sekecil
apapun (Gambar 9).13
Gambar 10. Tampakan klinis dan radiografi rongga mulut pada penderita sindrom
Papillon-Lefèvre (PLS)
Sumber : Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR. In : Carranza FA, Editors. Clinically
Periodontology. Ed.13th. China:Elsevier Inc.2019.P.70
Regenerative Therapy
Bahan regeneratif, termasuk bone grafts, barrier membranes, dan wound-
healing agents sering digunakan, sebagai upaya regenerative theraphy.
Intrabony defects, khususnya destruksi vertikal dengan multiple osseous
walls, sering kali dapat diregenerasi dengan teknik ini. Prosedur regeneratif
periodontal telah berhasil dibuktikan pada pasien dengan localized aggressive
periodontitis dalam beberapa laporan kasus klinis. Dodson dkk, dalam
Newman,dkk6 menunjukkan potensi regeneratif terhadap defek tulang yang
terlokalisasi parah di sekitar gigi insisivus rahang bawah pada pria kulit hitam
berusia 19 tahun yang sehat yang didiagnosis dengan localized aggressive
periodontitis. Perawatannya dilakuakn dengan menggunakan open flap
surgical debridement, root surface conditioning (tetracycline solution), dan
allogenic bone graft reconstituted dengan sterile saline dan tetracycline
powder, untuk mengurangi kedalaman poket periodontal dari 9-12 mm
menjadi 1-3 mm (resesi 3 mm) ; sakit tulang yang signifikan dari defek
(sekitar 80%) dilaporkan (Gambar 10). Kasus ini menggambarkan potensi
penyembuhan defek yang parah pada pasien dengan localized aggressive
periodontitis, terutama ketika faktor lokal dikendalikan dan prinsip
pembedahan yang baik diikuti. 6
Gambar
10. Foto klinis dan
radiografi periapikal menunjukkan keberhasilan regenerative therapy pada pasien dengan
localized aggressive periodontitis. Penambahan tulang di semua permukaan yang ada
menunjukkan potensi yang tepat untuk regenerasi defek tulang yang besar pada pasien
muda dengan localized aggressive periodontitis. Perawatan ini kemudian dievaluasi
kembali pada 1 tahun setelah regenerative therapy. Terlihat adanya peningkatan
radiopasitas dan bone fill.
Sumber : Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR. In : Carranza FA, Editors.
Clinically Periodontology. Ed.13th. China:Elsevier Inc.2019. P. 481
Antimicrobial theraphy
Aggressive periodontitis merupakan penyakit dengan etiologi bakteri. Adanya
patogen periodontal, khususnya Aggregatibacter actinomycetemcomitans, telah
diimplikasikan sebagai alasan aggressive periodontitis tidak memberikan hasil
yang maksimal terhadap terapi konvensional saja. Patogen ini diketahui tetap
berada di jaringan setelah terapi dan sehingga dapat terjadi rekurensi akibat
adanya re-infeksi. Penggunaan antibiotik sistemik dianggap perlu untuk
menghilangkan bakteri patogen (terutama A. actinomycetemcomitans) dari
jaringan. Beberapa peneliti telah melaporkan keberhasilan dalam pengobatan
aggressive periodontitis dengan menggunakan antibiotik sebagai tambahan
dalam terapi standar (Lihat pada Tabel 1).
Tabel 1. Terapi
dengan antibiotik pada aggressive periodontitis
Sumber : Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR. In : Carranza FA, Editors.
Clinically Periodontology. Ed.13th. China:Elsevier Inc.2019. P. 485
Full-Mouth Desinfection
Pendekatan lain untuk terapi antimikroba dalam pengendalian infeksi
terkait dengan aggressive periodontitid adalah full-mouth desinfection.
Konsep ini dijelaskan oleh Quirynen, dkk dalam Newman,dkk 6 yang terdiri
dari debridemen secara menyeluruh (pengangkatan semua plak dan kalkulus)
yang diselesaikan dalam dua kali kunjungan dalam jangka waktu 24 jam.
Selain scaling dan root planing, lidah disikat dengan gel klorheksidin (1%)
selama 1 menit, mulut dibilas dengan larutan klorheksidin (0,2%) selama 2
menit, dan poket periodontal diirigasi dengan klorheksidin solusi (1%).6
PENUTUP
3.1 Kesimpulan