Anda di halaman 1dari 21

PENYAKIT KELAINAN JARINGAN PERIODONTAL

PERIODONTITIS

Oleh :

LOVEA NABILLA
18100707360804013

Pembimbing : drg. Netta Anggraini, MDSc, Sp. Perio

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Telah didiskusikan Case Based Discussion yang berjudul

“PERIODONTITIS” guna melengkapi persyaratan Kepaniteraan Klinik Pada

Modul 2.

Padang, April 2019

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

(drg. Netta Anggraini, MDSc, Sp. Perio)


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit periodontal merupakan penyakit yang disebabkan adanya

infeksi pada jaringan periodontal. Bakteri plak seperti Streptococcus mutans,

Phorphyromonas gingivalis, Actinobacillus actinomycetemcomitans dan

Bacteriodes melaninogenicus merupakan penyebab utama terjadinya penyakit

periodontal berupa inflamasi seperti periodontitis kronis. Beberapa faktor lain

turut berperan secara tidak langsung dengan cara memfasilitsasi penumpukan dan

perkembangbiakan bakteri plak, sebagai contoh adalah kalkulus, gigi yang

berjejal (crowded ) , karies gigi yang berada dekat tepi gingiva, tambalan yang

over hanging, dan tepi restorasi yang tidak baik. Di samping itu, berperan pula

faktor-faktor lain sebagai faktor resiko, seperti faktor lingkungan, tingkah

laku,dan biologis, yang keberadaannya dapat meningkatkan kemungkinan

sesorang menderita suatu penyakit.

Penyakit periodontal dimulai dari gingivitis merupakan proses peradangan

didalam jaringan periodonsium yang terbatas pada gingiva, yang disebabkan oleh

mikroorganisme yaang membentuk suatu koloni serta membentuk plak gigi yang

melekat pada tepi gingival. Gingivitis bila tidak dirawat dapat berkembang

menjadi periodontitis dimana terjadi kerusakan jaringan periodontal berupa

kerusakan fiber, ligament periodontal dan tulang alveolar. Lesi kronis

pada periodontitis dapat berkembang menjadi abses periodontal.

Menurut Newman dkk., (2012) periodontitis adalah peradangan pada

jaringan pendukung gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme tertentu atau


kelompok mikroorganisme tertentu, yang menghasilkan kerusakan ligamen

periodontal dan tulang alveolar dengan meningkatnya kedalaman poket

periodontal. Tanda tanda klinis terbentuknya poket periodontal seperti kemerahan,

penebalan gingiva tepi, perdarahan gingiva dan supurasi, kegoyahan gigi dan

terbentuknya celah antar gigi, rasa sakit lokal atau rasa sakit dalam tulang.

Periodontitis merupakan penyebab utama tanggalnya gigi pada orang dewasa.

Penyakit ini jarang sekali terjadi pada anak anak tetapi meningkat seiring

bertambahnya usia.

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui definisi, klasifikasi, etiologi, pathogenesis,serta rencana

perawatan dari penyakit periodontitis


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Periodontitis

Periodontitis adalah peradangan yang mengenai jaringan pendukung gigi,

disebabkan oleh mikroorganisme dan dapat menyebabkan kerusakan yang

progresif pada ligamen periodontal, tulang alveolar dan disertai dengan

pembentukan poket. Periodontitis menyebabkan destruksi jaringan yang permanen

yang dikarakteristikkan dengan inflamasi kronis, migrasi epitelium penyatu ke

apikal, kehilangan jaringan ikat dan kehilangan tulang alveolar. 14

2.2 Gambaran Klinis

Gambaran klinis dari periodontitis adalah terjadinya perubahan warna

menjadi menjadi merah terang, disertai dengan pembengkakan margin.

Perdarahan saat probing dan terjadi kedalaman probing = 4 mm disebabkan oleh

migrasi epitel penyatu ke apikal. Terjadi kehilangan tulang alveolar dan

kegoyangan gigi.

2.3 Etiologi

Penyebab utama penyakit periodontal adalah adanya mikroorganisme yang

berkolonisasi di dalam plak gigi. Plak gigi adalah substansi yang terstruktur,

lunak, berwarna kuning, yang melekat pada permukaan gigi. Kandungan dari plak

gigi adalah berbagai jenis mikroorganisme, khususnya bakteri sisanya adalah


jamur, protozoa dan virus. Plak yang mengandung mikroorganisme patogenik ini

berperan penting dalam menyebabkan dan memperparah infeksi periodontal.

Peningkatan jumlah organisme Gram negatif di dalam plak subgingiva seperti

Porphiromonas gingivalis, Actinobacillus actinomycetemcomitans, Tannerela

forsythia dan Treponema denticola menginisiasi infeksi periodontal.

2.4 Faktor risiko periodontitis

Periodontitis adalah penyakit multifaktorial. Banyak studi yang

membuktikan bahwa terjadinya periodontitis melibatkan adanya plak gigi,

individu yang rentan terkena periodontitis secara genetik dan adanya satu atau

lebih faktor risiko seperti stres atau depresi yang dapat mengubah respon imun

dan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan gigi termasuk kebersihan

mulut.

Risiko adalah kesempatan berkembangnya penyakit spesifik pada individu

dalam periode tertentu. Faktor risiko adalah faktor lingkungan, tingkah laku dan

biologis yang memiliki sebab-akibat tertentu dengan proses penyakit dan dapat

meningkatkan kesempatan akan terjadinya sebuah penyakit.

2.5 Patogenesis periodontitis

Periodontitis adalah gangguan multifaktorial yang disebabkan oleh bakteri

dan gangguan keseimbangan pejamu dan parasit sehingga menyebabkan destruksi

jaringan. Proses terjadinya periodontitis melibatkan mikroorganisme dalam plak

gigi dan faktor kerentanan pejamu. Faktor yang meregulasi kerentanan pejamu

berupa respon imun terhadap bakteri periodontopatogen.


Tahap awal perkembangan periodontitis adalah inflamasi pada gingiva

sebagai respon terhadap serangan bakteri. Periodontitis dihubungkan dengan

adanya plak subgingiva. Perluasan plak subgingiva ke dalam sulkus gingiva dapat

mengganggu perlekatan bagian korona epitelium dari permukaan gigi.

Mikroorganisme yang terdapat di dalam plak subgingiva seperti Porphiromonas

gingivalis, Actinobacillus actinomycetemcomitans, Tannerela forsythia,

Provotella intermedia dan Treponema denticola akan mengaktifkan respon imun

terhadap patogen periodontal dan endotoksin tersebut dengan merekrut neutrofil,

makrofag dan limfosit ke sulkus gingiva untuk menjaga jaringan pejamu dan

mengontrol perkembangan bakteri.

Faktor kerentanan pejamu sangat berperan dalam proses terjadinya periodontitis.

Kerentanan pejamu dapat dipengaruhi oleh genetik, pengaruh lingkungan dan

tingkah laku seperti merokok, stres dan diabetes. Respon pejamu yang tidak

adekuat dalam menghancurkan bakteri dapat menyebabkan destruksi jaringan

periodontal.

Tahap destruksi jaringan merupakan tahap transisi dari gingivitis ke

periodontitis. Destruksi jaringan periodontal terjadi ketika terdapat gangguan pada

keseimbangan jumlah bakteri dengan respon pejamu, hal ini dapat terjadi akibat

subjek sangat rentan terhadap infeksi periodontal atau subjek terinfeksi bakteri

dalam jumlah yang besar. Sistem imun berusaha menjaga pejamu dari infeksi

ini dengan mengaktifasi sel imun seperti neutrofil, makrofag dan limfosit untuk

memerangi bakteri. Makrofag distimulasi untuk memproduksi sitokin matrix

metalloproteinases (MMPs) dan prostaglandin E2 (PGE2). Sitokin MMPs dalam

konsentrasi tinggi di jaringan akan memediasi destruksi matriks seluler gingiva,


perlekatan serat kolagen pada apikal epitel penyatu dan ligamen periodontal.

Sitokin PGE2 memediasi destruksi tulang dan menstimulasi osteoklas dalam

jumlah besar untuk meresorbsi puncak tulang alveolar.

Kehilangan kolagen menyebabkan sel epitelium penyatu bagian apikal

berproliferasi sepanjang akar gigi dan bagian korona dari epitelium penyatu

terlepas dari akar gigi. Neutrofil menginvasi bagian korona epitelium penyatu dan

memperbanyak jumlahnya. Jaringan akan kehilangan kesatuan dan terlepas dari

permukaan gigi. Sulkus akan meluas secara apikal dan pada tahap ini sulkus

gingiva akan berubah menjadi poket periodontal.

2.5 Klasifikasi Periodontitis

1. Periodontitis Kronis

Merupakan penyakit inflamasi jaringan periodontal yang paling umum

terjadi. Inflamasi berasal dari gingivitis yang tidak dirawat, dan bila proses

berlanjut maka akan menginvasi struktur di bawahnya sehingga akan terbentuk

poket yang menyebabkan peradangan berlanjut dan merusak tulang serta

jaringan penyangga gigi, Periodontitis kronis mempunyai tipe progresif yang

lambat dan mengakibatkan kerusakan irreversibel pada jaringan perlekatan,

yang menghasilkan pembentukan poket periodontal dan kehilangan tulang

alveolar pada akhirnya. .

Periodontitis kronis umumnya terjadi pada orang dewasa diatas 35 tahun,

namun dapat juga terjadi pada remaja. Kerusakan yang ditimbulkannya

konsisten dengan faktor local dan biasanya sering ditemukan bersama kalkulus
subgingival. Perkembangan periodontitis kronis dapat meningkat oleh penyakit

sistemik seperti HIV atau diabete mellitus.

Berdasarkan luas dan tingkat keparahan, periodontitis kronis dapat dibagi

menjadi :

a Localized chronic periodontitis (≤ 30% sites are affectted)

b Generalized chronic periodontitis (> 30% sites are affected)

c Slight (1-2 mm attachment loss)

d Moderate (3-4 mm attachment loss)

e Severe (≥ 5 mm attachment loss)

Slight, moderate, dan severe periodontitis kronis

2. Periodontitis Agresif (LAP dan GAP)

Periodontitis agresif biasanya terjadi pada individu yang pasca pubertas

atau pada decade kedua atau ketiga hidup, walaupun tidak menutup

kemungkinan terjadi pada individu diatas 30 tahun. Terdapat perbedaan pokok

periodontitis agresif dengan periodontitis kronik antara lain kecepatan


perkembangan dari penyakit, tidak adanya akumulasi plak atau kalkulus dan

riwayat ada tidaknya riwayat keluarga dengan penyakit agresif (genetic) atau

dapat juga dengan mengetahui komposisi mikroflora yang terlibat atau adanya

gangguan pada respon imun pasien. Periodontitis agresif dapat dibagi menjadi

dua berdasarkan karakteristiknya, yaitu:

a. Localized Agressive Periodontitis

Periodontitis tipe ini waktu onsetnya terjadi pada saat pubertas. Secara

klinik dapat dilihat dari adanya loss atachment dibagian interproksimal

setidaknya 2 gigi, salah satu dari gigi adalah molar pertama permanen dan gigi

lainnya adalah insisiv atau setidaknya 2 gigi lain selain gigi insisiv atau molar

pertama. LAP pada dasarnya merupakan respon serum antibody terhadap agen

infeksi.

Inflamasi pada localized agressive periodontis jarang terlihat berarti

walaupun kedalaman dari poket dan resorpsi tulang parah yang terjadi. Pada

banyak kasus terlihat juga jumlah plak dalam mulut pasien sangat minimal

sehingga terlihat tidak konsisten dengan kerusakan yang terjadi pada jaringan

periodontal. Hal ini dapat menyebabkan kesalahan diagnosis karena

periodontitis tipe ini terdapat terjadi pada pasien dengan kebersihan oral yang

baik. Namun walaupun jumlah plak yang minimal dalam mulut, plak yang

terdapat dalam mulut pasien yang mengalami periodontitis tipe ini memiliki

kandungan bakteri actinobacillus actinomicetmcomitans yang lebih tinggi dari

tingkat normal komposisi mikroflora oral. Pada beberapa kasus juga ditemukan

bakteri porphyromonas ginggivalis. Sebagaimana namanya, periodontitis pada


tipe ini memiliki laju resorpsi tulang yang sangat cepat, sekitar tiga sampai

empat kali lebih cepat dari periodontitis kronis.

Tidak semua kasus pada periodontitis agresif terlokalisasi ini mencapai

tingkat keparahan sebagaimana dijelaskan diatas karena kadang resorpsi tulang

alveolar dapat menjadi self-arresting.

b. Generalized Aggresive Periodontitis

Disebut juga Generalized Early Onset Periodontitis / Generalized Juvenile

Periodontitis / Rapidly Progressive Periodontitis.Generalized Early Onset

Periodontitis adalah penyakit yang jarang terjadi. GAP pada umumnya

menyebabkan attachment loss pada 3 gigi selain molar pertama dan incisiv.

Penyakit ini sering terlihat pada dewasa muda/remaja tapi anak-anak umur 10-

11 tahun juga dapat terinfeksi dan pada dasarnya merupakan respon serum

antibody yang lemah terhadap agen infeksi. Pada periodontitis ini, pola dari

hilangnya tulang bisa vertikal atau horizontal. Tanda-tanda klinis penyakit ini

adalah adanya pembentukan poket periodontal, defek tulang, dan hilangnya

perlekatan gingiva. Bakteri yang sering diisolasi dari periodontitis ini adalah

Actynomyces Actynomicetencomitans.

c. Periodontitis sebagai Manifestasi Penyakit Sistemik

Periodontitis dapat ditinjau sebagai manifestadi dari penyakit sistemik di

bawah ini :

a. Hematologi Disorder

- Acquired Neutropenia
Neutropenia adalah kelainan pada darah yang diidentifikasi dengan jumlah sel

neutrofil (salah satu leukosit) yang rendah. Neutrofil berfungsi untuk penangkal

infeksi dengan membunuh bakteri yang ada dalam darah. Oleh karena itu pasien

menjadi rentan terhadap infeksi bakteri dan hal ini dapat mengancam kehidupan

mereka jika tidak segera ditangani. Salah satu gejala yang ditemui Neutropenia

adalah gingivitis berat. Gingivitis yang tidak tertangani inilah yang menjadi

periodontitis kemudian.

- Leukemia adalah suatu kejadian dimana produksi sel darah putih yang

berlebihan dan merupakan gangguan pembentukan sel darah putih yang terjadi

di sumsum tulang belakang.

b. Genetic Disorders

- Familial and cyclic Neutropenia

- Down Syndrome adalah suatu keterbelakangan perkembangan fisik dan mental

yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom.

- Leukocyte adhesion deficiency syndromes

- Hypophosphatasia adalah kelainan yang diturunkan yang mempengaruhi

perkembangan tulang dan gigi.

2.6 Perawatan Penyakit Periodontal

Penyakit periodontal harus ditemukan secepatnya dan dirawat sesegera

mungkin setelah penyebab penyakit itu ditemukan. Tujuan dari perawatan ini

adalah untuk mencegah kerusakan jaringan yang lebih parah dan kehilangan
gigi. Menurut Glickman ada empat tahap yang dilakukan dalam merawat penyakit

periodontal yaitu

1. Tahap jaringan lunak

Tahap ini dilakukan tindakan untuk meredakan inflamasi gingiva,

menghilangkan saku periodontal dan faktor-faktor penyebabnya.Disamping

itu juga untuk mempertahankan kontur gingiva dan hubungan mukogingiva

yang baik. Pemeliharaan kesehatan jaringan periodontal dapat dilakukan

dengan penambalan lesi karies, koreksi tepi tambalan proksimal yang cacat

dan memelihara jalur ekskursi makanan yang baik.

2. Tahap fungsional

Hubungan oklusal yang optimal adalah hubungan oklusal yang

memberikan stimulasi fungsional yang baik untuk memelihara kesehatan

jaringan periodontal.Untuk mencapai hubungan oklusal yang optimal, usaha

yang perlu dan dapat dilakukan adalah oklusal adjustment, pembuatan gigi

palsu, perawatan ortodonti, splinting (bila terdapat gigi yang mobiliti) dan

koreksi kebiasaan jelek (misal bruksim atau clenching).

3. Tahap sistemik

Kondisi sistemik memerlukan perhatian khusus pada pelaksanaan

perawatan penyakit periodontal, karena kondisi sistemik dapat

mempengaruhi respon jaringan terhadap perawatan atau mengganggu

pemeliharaan kesehatan jaringan setelah perawatan selesai. Masalah

sistemik memerlukan kerja sama dengan dokter yang biasa merawat pasien

atau merujuk ke dokter spesialis.


BAB III

LAPORAN KASUS

A. Identifikasi Masalah

Nama Pasien : Oky Defriyanto

Umur : 39 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Pekerjaan : Buruh Lepas

Alamat : Nanggalo

Tanggal Pemeriksaan : 30 Maret 2019

B. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF

1. Keluhan Utama : Seorang pasien datang ke RSGM

dengan keluhan mulut terasa kotor

dan bau, pasien merasa tidak nyaman

dengan rongga mulutnya, pasien

ingin dilakukan perawatan pada

rongga mulutnya

Riwayat Medis Gigi dan Mulut : Pasien pernah melakukan

pembersihan karang gigi sekitar 5

tahun yang lalu

2. Riwayat medis umum : Tidak ada


3. Riwayat kesehatan Gigi dan Mulut :

a. Menyikat Gigi

- Interval : 3 kali sehari

- Waktu : Pagi, sore dan malam

- Gerakan : maju mundur

b. Pasta : pepsodent

c. Obat kumur : tidak ada

C. PEMERIKSAAN OBJEKTIF

Keadaan Umum : Sehat

Rohani : Komunikatif dan kooperatif

Lokal

Ekstra Oral

Bibir : Simetris

TMJ : Normal

KGB : Normal

Intra Oral

Mukosa labial : Normal

Mukosa Bukal : Normal

Lidah :Normal

Gingiva :

a. Warna:

 Merah : 32, 31, 41, 42 (bagian oral)

b. Konsistensi

 Oedema: 32, 31, 41, 42(bagian vestibular dan oral)


c. Resesi Gingiva :31, 41

d. Gingiva Enlargement: -

FORMULA GIGI

18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28

48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38

Keterangan :

24, 25 = Sisa Akar


28, 36, 45, = Mising

D. DIAGNOSIS : Periodontitis kronis

Alasan :Karena berdasarkan hasil pemeriksaan pada pasien ditemukan

adanya penumpukan plak supra dan subgingiva,disetai dengan terbentuknya

kalkulus,serta adanya inflamasi pada gingival, serta adanya mobility derajat

1 pada regio 41

E. FAKTOR ETIOLOGI

 Plak

 Kalkulus

 Kebiasaan merokok

 Tehnik penyikatan gigi yang salah

F. PROGNOSIS : Meragukan

 Pasien merokok

 Pasien tidak memiliki penyakit sistemik

 Pasien kooperatif

 Pasien komunikatif
G. RENCANA PERAWATAN

1. Alat dan Bahan

 Alat standar  Providon iodin

(sonde, pinset, escavator,  Kapas

kaca mulut)  Dislossing solution

 Prob Periodontal  Iodin tincture

 Sickle scaler  Pasta pletser

 Kuret  Masker

 Chisel  Hand scone

 Hoe

2. Kunjungan I (Setting I) :Membersihkan kalkulus / karang gigi

supragingival dan subgingival pada rahang atas dan rahang bawah

Keterangan :

 Melakukan pengukuran Papilary bleeding index pada bagian

vestibular dan oral baik sebelum dan sesudah melakukan setting I

dengan menggunakan Prob Periodontal

 Melakukan pengukuran Plaque Control Record sebelum dan

sesudah melakukan setting I dengan menggunakan Disclosing

Solution

 Melakukan pengukuran kedalaman saku (KS), jarak CEJ-CGM

(CC), Level Attachment (LA), Lebar Keratin Gingiva (KG), dan

Lebar Attached Gingiva (AG) sebelum melakukan setting I dengan

menggunakan Prob Periodontal dan bahan iodine tincture.


 Scallingsupra gingiva dan sub gingiva pada pada rahang atas dan

rahang bawah, sebelumnya gunakan providon iodine dengan cara di

oleskan pada sluruh permukaan gigisampai gingiva.

 Melakukan polishing dengan menggunakan pasta serta pletser

sesudah scaling

 Pemberian obat kumur pada pasien serta memberikan intruksi

bagaimana cara menyikat gigi yang baik dan benar,serta menjelaskan

kepasien untuk datang kembali pada minggu berikutknya pada hari

yang sama.

3. Kunjungan II (Setting II) : Membersihkan kalkulus / karang gigi

supragingival dan subgingival pada rahang atas dan rahang bawah

Keterangan :

 Melakukan pengukuran Papilary bleeding index pada bagian

vestibular dan oral baik sebelum dan sesudah melakukan setting I

dengan menggunakan Prob Periodontal

 Melakukan pengukuran Plaque Control Record sebelum dan sesudah

melakukan setting I dengan menggunakan Disclosing Solution

 Melakukan pengukuran kedalaman saku (KS), jarak CEJ-CGM

(CC), Level Attachment (LA), Lebar Keratin Gingiva (KG), dan

Lebar Attached Gingiva (AG) sebelum melakukan setting I dengan

menggunakan Prob Periodontal dan bahan iodine tincture.

 Scalling, root planning dan kuretase supra gingiva dan sub gingiva

pada pada rahang atas dan bawah, sebelumnya gunakan providon


iodine dengan cara di oleskan pada sluruh permukaan gigisampai

gingiva.

 Melakukan polishing dengan menggunakan pasta serta pletser

sesudah scaling

 Pemberian obat kumur dan Menjelaskan kembali cara menyikat gigi

yang baik dan benar serta Mengintruksikan untuk datang kembali

pada minggu berikutnya dihari yang sama.

4. Kunjungan III (Setting III) : Kontrol Membersihkan kalkulus /karang gigi

supragingival dan subgingival pada rahang atas dan rahang bawah apabila

masih belum bersih

Keterangan :

 Melakukan pengukuran Papilary bleeding index pada bagian

vestibular dan oral baik sebelum dan sesudah melakukan setting I

dengan menggunakan Prob Periodontal

 Melakukan pengukuran Plaque Control Record sebelum dan sesudah

melakukan setting I dengan menggunakan Disclosing Solution

 Melakukan pengukuran kedalaman saku (KS), jarak CEJ-CGM

(CC), Level Attachment (LA), Lebar Keratin Gingiva (KG), dan

Lebar Attached Gingiva (AG) sebelum melakukan setting I dengan

menggunakan Prob Periodontal dan bahan iodine tincture.

 Scalling supra gingiva dan sub gingiva pada pada rahang atas dan

rahang bawah sebelumnya gunakan providon iodine dengan cara di

oleskan pada sluruh permukaan gigisampai gingiva.


 Melakukan polishing dengan menggunakan pasta serta pletser

sesudah scaling

 Pemberian obat kumur dan Menjelaskan kembali cara menyikat gigi

yang baik dan benar serta Mengintruksikan untuk mengkonsumsi

sayur serta buah-buahan,dan melakukan kunjungan kedokter gigi

minimal 6 bulan sekali.

H. DOKUMENTASI

 Pemeriksaan Klinis

 Rontgen Periapikal
DAFTAR PUSTAKA

1. Daliemunthe,S.H. 2008. Periodonsia. Departemen Periodonsia


FakultasKedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Ed: Revisi. Medan.
Hlm183

2. Daliemunthe,S.H. 2008. Periodonsia. Departemen Periodonsia


FakultasKedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Ed: Revisi. Medan.
Hlm1-8

3. http://www.google.co.id/url?q=http://ocw.usu.ac.id/course/download/611PERI
ODONSIA-DASAR/kgm 427_slide_penyakit_periodontal.

4. Virgita,Amalia.2013.http://www.scribd.com/doc/142575256/Definisi-
Jaringan-Periodontal. [On Line] [17 Mei 2014]

Anda mungkin juga menyukai