Anda di halaman 1dari 8

TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

LAPORAN PENDAHULUAN PERIODONTITIS DI RUANG


BEDAH ORTOPEDI GIGI DAN MULUT

DOSEN PENGAMPU:
Ns. PRATIWI GASRIL S. Kep., M. Kep

DISUSUN OLEH:
RAFIQAH ZAHRAH
180201028

FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN


KESEHATAN PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
2021
A. Konsep Dasar Teori Periodontitis
1. Defenisi Periodontitis
Periodontitis atau peradangan pada jaringan periodontal merupakan inflamasi
yang memengaruhi struktur jaringan pendukung gigi, menyebabkan rusaknya
jaringan gingiva dan resorbsi tulang alveolar. Kondisi ini akan meningkatkan
risiko terjadinya kehilangan gigi.
2. Etiologi Periodontitis
Etiologi utama periodontitis adalah plak gigi. Namun, sejatinya etiologi
periodontitis adalah multifaktorial.

Secara umum, periodontitis umumnya melibatkan bakteri Porphyromonas


gingivalis, Tannerella forsythia, Actinobacillus actinomycetemcomitans,
dan Treponema denticola. Bakteri-bakteri yang menyebabkan periodontitis
tersebut umumnya adalah gram negatif, bakteri anaerob, dan bakteri
mikroaerofilik yang hidup di area subgingiva dan menyebabkan akumulasi
prostaglandin proinflamasi dan sitokin yang mengakibatkan terjadinya kerusakan
jaringan periodontal.
Selain etiologi utama yang menyebabkan periodontitis tersebut, juga terdapat
faktor lokal yang memperberat periodontitis, yaitu akumulasi plak dan kalkulus,
adanya impaksi ataupun retensi makanan yang diakibatkan oleh malposisi gigi,
restorasi gigi yang kurang baik, serta adanya karies di bagian proksimal gigi.

Selain itu, juga terdapat faktor modifikasi. Faktor modifikasi adalah suatu
keadaan yang dapat mengubah respon host dalam menangani invasi bakterial.
Faktor ini menyebabkan penyakit periodontal secara tidak langsung. Faktor
modifikasi ini contohnya adalah kebiasaan merokok, usia, gangguan imunologi,
konsumsi obat-obatan, ketidakseimbangan hormonal, penyakit sistemik, gaya
hidup, dan faktor lingkungan.

Periodontitis Agresif
Etiologi periodontitis agresif sebenarnya belum diketahui secara pasti. Namun
beberapa penelitian menunjukkan hubungan antara bakteri
patogen Aggregatibacter actinomycetemcomitans dan kelainan fungsi imun
terhadap penyakit ini. Biasanya, kelainan fungsi imun ini sifatnya diturunkan
secara genetik.

Periodontitis Kronis
Faktor etiologi dari periodontitis kronis adalah invasi bakteri fakultatif anaerob.
Bakteri yang memiliki kaitan erat dengan kejadian periodontitis kronis
adalah Porphyromonas gingivalis, Prevotella intermedia, Fusobacterium
Nucleatum, Peptostreptococcus micros, Tannerella forsythia, Actinobacillus
actinomycetemcomitans, dan Treponema denticola.
3. Patofisiologi Periodontitis
Patofisiologi periodontitis tidak dapat dipisahkan dari peran bakteri dalam jumlah
masif yang meresorbsi puncak tulang alveolar. Namun, periodontitis memiliki
etiologi dan patogenesis yang multifaktorial. Selain faktor bakteri patogen, juga
terdapat faktor lain yang ikut andil dalam penyakit periodontitis seperti adanya
penyakit penyerta dan kebiasaan merokok.

Bakteri yang hidup di plak gigi, yaitu Porphyromonas gingivalis, Tannerella


forsythia, Actinobacillus actinomycetemcomitans, dan Treponema denticola,
merupakan penyebab utama periodontitis. Bakteri-bakteri ini akan mengeluarkan
produk toksin yang memengaruhi metabolisme, sehingga mampu untuk
mereduksi pertumbuhan dan perkembangan jaringan sel host.

Produk toksin ini juga melibatkan respon inflamasi host. Respon inflamasi akan
menghasilkan bahan toksik prooksidatif yang mengakibatkan kerusakan jaringan.
Contoh bahan-bahan toksik prooksidatif tersebut adalah radikal bebas dan enzim
hidrolitik maupun proteolitik. Meskipun bahan ini bertujuan untuk mengoksidasi
molekul bakterial agar lisis dan mati, namun bahan-bahan ini juga merusak
jaringan host.
4. Tanda dan Gejala Periodontitis
Gejala periodontitis bisa beragam dan tergantung pada perkembangan peradangan
yang terjadi gusi dan gigi. Namun, ada beberapa gejala atau keluhan yang umum
dialami oleh penderita periodontitis, yaitu:

• Nyeri saat mengunyah


• Penumpukan plak dan karang pada gigi
• Jarak antara satu gigi dan gigi lainnya terasa renggang
• Gusi menyusut, membuat gigi terlihat lebih panjang
• Gusi berwarna kemerahan atau keunguan
• Gusi terasa lunak jika disentuh
• Gusi bengkak dan mudah berdarah
• Napas berbau tidak sedap
• Keluarnya nanah dari batas gigi dan gusi
• Gigi goyang atau tanggal

5. Klasifikasi Periodontitis
Menurut Mythireyi dan Krishnababa (2012) Klasifikasinya adalah:
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gammaproteobacteria
Ordo : Pasteurellales
Famili : Pasteurellaceace
Genus : Aggregatibacter
Spesies : actinomycetemcomitan
Aggregatibacter actinomycetemcomitans mempunyai beberapa faktor virulensi
yang membantu progresifitas penyakit. Virulensi menentukan kekuatan dari
potensi patogenik serta kuantitas dan kualitas dari bakteri yang meyebabkan
kerusakan host dan kemampuannya untuk menguasai pertahanan tubuh. Virulensi
termasuk, kapasitas perusakan jaringan, tingkat invasif bakteri, dan kemampuan
menghindari respon pertahanan pejamu (Amalina, 2009). Menurut Mythireyi dan
Krishnababa (2012), Faktor virulensi yang dihasilkan oleh bakteri
Aggregatibacter actinomycetemcomitans, diantaranya adalah :
1) Leukotoksin
Leukotoksin pada bakteri berfungsi menurunkan respon imun dalam
gingiva dan mendegradasi perlekatan epitel pada jaringan periodontal.
2) Cytoletal distending toxin (Cdt)
Merupakan kompleks protein yang mempunyai kemampuan untuk
merusak fisiologi jaringan periodontal berupa resorbsi tulang.
3) Lipopolisakarida (LPS)
Lipopolisakarida merupakan komponen penting dari bakteri gram negatif.
Lipopolisakarida dari Aggregatibacter actinomycetemcomitans
mempunyai spektrum imunologi dan aktivitas endotoksik (Mythireyi dan
Krishnababa, 2012). Lipopolisakarida yang memasuki aliran darah akan
terjadi ikatan dengan protein yang bersirkulasi selanjutnya berinteraksi
dengan makrofag dan monosit. Lipopolisakarida atau endotoksin Gram
negatif didapatkan dari dinding sel bakteri yang lisis (Newman, dkk.,
2012).
4) Surface-associated material (SAM)
Terdiri dari kapsula bakteri, beberapa protein dan peptide. SAM
mempunyai kemampuan menghambat regenerasi dan perbaikan ligamen
periodontal.
5) Protease
Faktor virulensi ini menghasilkan enzim yang mengurangi efektivitas
antibodi dalam melawan bakteri.
6) Faktor penghambat kemotaksis
Merupakan faktor yang menghambat kemotaksis dari PMNs.
7) Kolagenase
Faktor virulensi yang dapat merusak kolagen sel. Kolagen sel akan mengalami
degradasi dan merusak jaringan konektif periodontal (Mythireyi dan Khrisnababa,
2012). Bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans memproduksi matrix
metalloproteinase (MMPs) dan menghambat pembentukan kolagen. Produk
MMPs seperti collagenasesn dan gelatinases memecah kolagen dan gelatin yang
membentuk matriks ekstraseluler dari jaringan periodontal sehingga aktivitas
MMP memiliki peran penting dalam patogenesis dan perkembangan penyakit
periodontal, ketika bakteri patogen hidup dalam jaringan periodontal, fibroblas
dan makrofag menghasilkan sitokin termasuk interleukin -1 dan -6 serta tumor
necrosis sebagai mediator dari respon inflamasi dan reaksi kekebalan
(Kushiyama, 2009)
6. Komplikasi Periodontitis

Jika dibiarkan tanpa pengobatan, periodontitis dapat menyebabkan sejumlah


komplikasi berikut ini:

• Pergeseran gigi
• Gigi goyah atau tanggal
• Infeksi pada tulang rahang
• Abses atau kumpulan nanah disertai nyeri di gigi
• Infeksi atau abses pada jaringan lunak di mulut
• Peningkatan risiko terjadinya penyakit jantung, gangguan pernapasan, dan
diabetes

Selain komplikasi di atas, periodontitis yang terjadi pada ibu hamil dapat
meningkatkan risiko terjadinya komplikasi kehamilan, seperti berat lahir bayi
rendah dan preeklamsia.

7. Penatalaksanaan Periodontitis
Penatalaksanaan periodontitis yang paling utama adalah menghilangkan
akumulasi plak dan kalkulus yang ada di dalam rongga mulut. Dasar perawatan
periodontitis adalah untuk mengurangi jumlah bakteri patogen yang menyebabkan
periodontitis.

Penatalaksanaan kasus periodontitis dibedakan menjadi 4, yaitu terapi nonbedah,


bedah, antibiotik, dan pemeliharaan seumur hidup. Terapi nonbedah contohnya
adalah melakukan scaling root planing disertai dengan kuretase. Terapi bedah
contohnya adalah dengan melakukan bedah flap atau melakukan bone graft.
Terapi antibiotik sifatnya dapat berdiri sendiri maupun menunjang terapi lainnya.
Sementara, terapi pemeliharaan seumur hidup contohnya adalah dengan
melakukan splinting pada gigi geligi yang sudah goyah parah akibat kehilangan
struktur tulang secara masif.

B. Asuhan Keperawatan Periodontitis


1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan oleh Rusmawati Girsang pada tanggal 20 Juni 2011
Data Subyektif
Biodata/Identifitas:
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pekerjaan :
Alamat :
Nama Orang Tua :

Keluhan Utama : Pasien datang memeriksakan giginya


Data Obyektif Pemeriksaan Extra Oral - Muka : Symetris
- Kelenjar Limphe
Kanan : Tidak Teraba
Kiri : Tidak Teraba Pemeriksaan Intra Oral

Jaringan Mulut - Bibir : Normal - Lidah : Normal - Mucosa Bucca : Normal


- Mucosa Palatinal : Normal - Gingiva : Normal/Sub.Gingival Calculus
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons
pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya
baik yang berlangsung actual mapun potensial. Diagnosis keperawatan
merupakan langkah kedua dalam proses keperawatan yaitu mengklasifikasi
masalah kesehatan dalam lingkup keperawatan. Diagnosa keperawatan
merupakan keputusan klinis tentang respons seseorang, keluarga, atau
masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan
yang actual atau potensial.
Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi resons klien
individu, keluarga, dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
kesehatan. Tujuan pencatatan diagnosa keperawatan yaitu sebagai alat
komunikasi tentang masalah pasien yang sedang dialami pasien saat ini dan
meruakan tanggung jawab sesorang perawat terhada masalah yang
diidentifikasi berdasarkan data serta mengidentifikasi pengembangan
rencana intervensi keperawatan(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan bagian dari fase pengorganisasian dalam


proses keperawatan dalam usaha membantu, meringankan, dan memecahkan
masalah yang tertulis (Bulchek, 2017).

4. Implementasi Keperawatan
Menurut (Kozier, 2010) Implementasi keperawatan adalah sebuah fase
dimana perawat melaksanakan intervensi keperawatan yang sudah
direncanakan sebelumnya. Berdasarkan terminologi NIC, implementasi
terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan yang merupakan tindakan
keperawatan khusus yang digunakan untuk melaksanaan intervensi.

5. Evaluasi

Evaluasi keperawatan menurut (Kozier, 2010) adalah fase kelima atau terakhir
dalam proses keperawatan. Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan
hasil evaluasi terdiri dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik

Anda mungkin juga menyukai