OLEH
I Wayan Widyarsana
NIM: 209012655
PROGRAM STUDI
PROFESINERS STIKes WIRA
MEDIKA BALI DENPASAR
2020
1. Pengertian
Gangguan kardiovaskuler adalah suatu kondisi terganggunya kemampuan
jantung untuk memompa darah. Salah satu gangguan jantung di antaranya Angina
Pektoris. Angina pektoris merupakan nyeri dada yang dirasakan secara tiba – tiba
yang diakibatkan karena pembuluh darah jantung tidak mampu untuk menyuplai
oksigen ke jantung secara adekuat, dikarenakan terbentuknya plak di dalam
pembuluh darah yang menyebabkan pembuluh darah menyempit atau obstruksi
(Rosdahl & Kowalski, 2017).
Menurut Sudoyo, dkk (2009) Non ST elevation myocardial infarction
(NSTEMI) adalah unstable angina yang disebabkan oleh penurunan suplai
oksigen dan atau peningkatan kebutuhan oksigen miocard yang diperberat oleh
obstruksi koroner.
Angina pektoris tak stabil (Unstable angina = UA) dan infark miokard akut
tanpa elevasi ST (non ST elevation myocardial infaction = NSTEMI) diketahui
merupakan suatu kesinambungan dengan kemiripan patofisiologi dan gambaran
klinis sehingga pada prinsipnya penatalaksanaan keduanya tidak berbeda.
Diagnosis NSTEMI ditegakkan jika pasien dengan manifestasi klinis UA
menunjukkan bukti adanya nekrosis miokard berupa peningkatan biomarker
jantung. (Harun dan Alwi, 2009)
Diagnosis NSTEMI dan angina pektoris tidak stabil ditegakkan jika terdapat
keluhan angina pektoris akut tanpa elevasi segmen ST yang persisten di dua
sadapan yang bersebelahan. Rekaman EKG saat presentasi dapat berupa depresi
segmen ST, inversi gelombang T, gelombang T yang datar, gelombang T pseudo-
normalization, atau bahkan tanpa perubahan. Sedangkan Angina Pektoris tidak
stabil dan NSTEMI dibedakan berdasarkan kejadian infark miokard yang ditandai
dengan peningkatan marka jantung. Marka jantung yang lazim digunakan adalah
Troponin I/T atau CK-MB. Bila hasil pemeriksaan biokimia marka jantung terjadi
peningkatan bermakna,maka diagnosis menjadi Infark Miokard Akut Segmen ST
Non Elevasi (NSTEMI). Pada Angina Pektoris tidak stabil marka jantung tidak
meningkat secara bermakna. Pada sindroma koroner akut, nilai ambang
untuk peningkatan CK-MB yang abnormal adalah beberapa unit melebihi nilai
normal atas (upper limits of normal , ULN). (PERKI,2015)
2. Etiologi
Menurut Sudoyo, Aru W. (2009) penyebab angina pektoris tak stabil adalah
sebagai berikut:
a. Ruptur Plak
Ruptur plak aterosklerotik menyebabkan terjadinya oklusi subtotal atau total
dari pembuluh darah koroner yang sebelumnya mempunyai penyempitan
minimal.
b. Trombosis dan Agregasi Trombosit
Terjadinya trombosis setelah plak terganggu disebabkan karena interaksi
yang terjadi antara lemak, sel otot polos, makrofag dan kolagen.
c. Vasospasme
Adanya disfungsi endotel dan bahan vasoaktif yang diproduksi oleh platelet
berperan dalam perubahan tonus pembuluh darah dan menyebabkan spasme.
d. Erosi pada Plak tanpa Ruptur
Terjadinya penyempitan juga dapat disebabkan karena adanya proliferasi dan
migrasi dari otot polos sebagai reaksi terhadap kerusakan endotel.
3. Faktor Resiko
Beberapa faktor risiko yang ada hubungannya dengan prosesaterosklerosis
menurut Anwar (2004) antara lain adalah :
a. Faktor risiko yang tidak dapat diubah : Umur, jenis kelamin dan riwayat
penyakit dalam keluarga.
b. Faktor resiko yang dapat diubah : Merokok, hiperlipidemi, hipertensi,
obesitas dan DM.
Penyebab NSTEMI menurut Sudoyo, Aru W. (2007) adalah sebagai berikut:
a. Penurunan suplai oksigen dan atau peningkatan kebutuhan oksigen miokard
yang diperberat obstruksi koroner.
b. Trombosis akut atau proses vasokonstriksi koroner.
Diagnosis SKA termasuk NSTMI dan UAP menjadi lebih kuat jika keluhan
tersebut ditemukan pada pasien dengan karakteristik sebagai berikut :
a. Pria
b. Diketahui mempunyai penyakit aterosklerosis non koroner (penyakitarteri
perifer / karotis)
c. Diketahui mempunyai PJK atas dasar pernah mengalami infark miokard,bedah pintas
koroner, atau IKP
d. Mempunyai faktor risiko: umur, hipertensi, merokok, dislipidemia,diabetes
mellitus, riwayat PJK dini dalam keluarga, yangdiklasifikasiatas risiko tinggi, risiko
sedang, risiko rendah.PERKI (2015)
4. Patofisiologi
Menurut Corwin (2009) mekanisme timbulnya angina pektoris tidak stabil
didasarkan pada ketidakadekuatan suplai oksigen ke sel-sel miokardium yang
diakibatkan karena kekakuan arteri dan penyempitan lumen arteri koroner
(arteriosklerosis koroner).
Tidak diketahui secara pasti apa penyebab arteriosklerosis, namun jelas
bahwa tidak ada faktor tunggal yang bertanggungjawab atas perkembangan
arteriosklerosiss. Arteriosklerosis merupakan penyakit arteri koroner yang paling
sering ditemukan. Sewaktu beban kerja suatu jaringan meningkat, maka
kebutuhan oksigen meningkat. Apabila kebutuhan meningkat pada jantung yang
sehat maka arteri koroner berdilatasi dan mengalirkan lebih banyak darah dan
oksigen ke otot jantung. Namun, apabila artei koroner mengalami kekakuan atau
menyempit akibat arteriosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon
terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka terjadi iskemik (kekurangan
suplai darah) miokardium.
Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi NO (Nitrat
Oksida) yang berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang reaktif. Dengan
tidak adanya fungsi ini otot polos berkontraksi dan timbul spasme koroner yang
memperberat penyempitan lumen karena suplai oksigen ke miokart berkurang.
Penyempitan atau blok ini belum menimbulkan gejala yang begitu nampak bila
belum mencapai 75%. Bila penyempitan lebih dari 75% serta dipicu dengan
aktifitas berlebihanmaka supaly darah ke koroner akan berkurang. Sel-sel
miokardium menggunakan glikogen anaerob untuk memenuhi kebutuhan energi
mereka. Metabolisme ini menghasilkan asam laktat yang menurunkan pH
miokardium dan menimbulkan nyeri. Apabila kebutuhan energi sel-sel jantung
berkurang maka suplai oksigen menjadi adekuat dan sel-sel otot kembali
fosforilasi oksidatif untuk membentuk energi.
Angina pektoris adalah nyeri habat yang berasal dari jantung yang terjadi
sebagai respon terhadap suplai oksisigen yang tidak adekuat ke sel-sel jantung.
Nyeri angina dapat menyebar ke lengan kiri, ke punggung, ke rahang dan daerah
abdomen.
Pada saat beban kerja suatu jaringan meningkat kebutuhan oksigen juga
meningkat. Apabila kebutuhan oksigen meningkat pada jantung yang sehat, maka
areti-arteri koroner akan berdilatasi dan mengalirkan lebih banyak oksigen kepada
jaringan. Akan tetpai jika terjadi kekakuan dan penyempitan pemnbuluh darah
seperti pada penderita arterosklerosis dan tidak mampu berespon untuk berdilatasi
terhadap peningkatan kebutuhan oksigen. Terjadilah iskemi miokard yang mana
sel-sel miokard mulai menggunakan glikolisis anaerob untuk memenuhi
kebutuhan energi. Proses ini sangat tidak efisien dan menyebabkan terbentuknya
asam laktat. Asam laktat kemudian menurunkan pH miokardium dan
menyebabkan nyeri pada angina pektoris. Apabila kebetuhan energi sel-sel
jantung berkurang (istirahat atau dengan pemberian obat) suplai oksigen menjadi
kembali adekuat dan sel-sel otot kembali melakukan fosforilasi oksidatif
membentuk energi melalui proses aerob dan proses ini tidak menimbulkan asam
laktat sehingga nyeri angina mereda dan dengan demikian dapat disimpulkan
nyeri angina adalah nyeri yang ber;angsung singkat.
NSTEMI dapat disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan/atau
peningkatan kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner.
NSTEMI terjadi karena trombosis akut atau proses vasokonstriksi koroner.
Trombosis akut pada arteri koroner diawali dengan adanya ruptur plak yang tidak
stabil. Plak yang tidak stabil ini biasanya mempunyai inti lipid yang besar,
densitas otot polos yang rendah, fibrous cap yang tipis dan konsentrasi faktor
jaringan yang tinggi. Inti lemak yang cenderung ruptur mempunyai konsentrasi
ester kolesterol dengan proporsi asam lemak tak jenuh yang tinggi. Pada lokasi
ruptur plak dapat dijumpai sel makrofag dan limfosit T yang menunjukkan adanya
proses inflamasi. Sel-sel ini akan mengeluarkan sitokin pro inflamasi seperti TNF
α dan IL-6. Selanjutnya IL-6 akan merangsang pengeluaran HSCRP di hati.
PATHWAY UAP dan NSTEMI
Faktor risiko yg Faktor risiko yg
dapat diubah Tak dapat di
Dapat di ubah ubah
Merokok Diabete Melitus Hipertensi,
Hipertensi, Hipertensi,
Nikotin Pjk keluarga,
Hipertensi,stres Umur,
Adhesi
Hipertensi,
trombosit
Penggumpalan
pembuluh dara Arteroslerosis
CK/CKMB ↑
Ruptur Plak, Troponin T ↑
agregasi platelet. Trombus
vaso kontriksi tonus,
kerusakan endotel
Metabolisme
anaerob ↑: pH sel
Fungsi ventrikel
↓,asam laktat ↑
terganggu
Perubahan
hemodinamika (TD Iscemia miocard
dan nadi UAP
meningkat)
Kebutuhan energi
sel menurun intoleransi aktivitas
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Elektrokardiografi (EKG)
Anwar, Bahri. 2004. Dislipidemia Sebagai Faktor Resiko Jantung Koroner. Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Gibson,John, 2002 Fisiologi & Anatomi Modern untuk Perawat Edisi 2. Jakarta: EGC.
Sudoyo, Aru W. 2009, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II. Jakarta; EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Sandar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Sandar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Sandar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI