Anda di halaman 1dari 62

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN.

Y DENGAN
TROMBOSITOPENI DI BANGSAL NAKULA RSUD NYI AGENG SERANG
KULON PROGO

Disusun oleh:

1. Sofia Lestari (P07120521105)

2. Slamet Riyadi (P07120522007)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN YOGYAKARTA


TAHUN 2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Asuhan Keperawatan Pada Ny Y dengan Trombositopeni Di


Bangsal Nakula RSUD Nyi Ageng Serang disusun untuk memenuhi Tugas
Individu Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah. Laporan asuhan
keperawatan ini disetujui pada :

Hari :
Tanggal : April 2022
Tempat : Bangsal Nakula RSUD Nyi Ageng Serang

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Dr. Catur Budi Susilo, S. Pd.,S. Kp., M.Kep Nabila Fatma, S.Kep.,Ners.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat, dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan asuhan keperawatan ini
dengan baik. Laporan asuhan keperawatan ini penulis susun untuk memenuhi tugas
Praktik Klinik Pendidikan Profesi Ners Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah.
Dalam penyusunan laporan asuhan keperawatan ini penulis mendapatkan
banyak bantuan, bimbingan, dan saran serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu
pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta, Bapak Joko


Susilo, SKM., M. Kes.
2. Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Yogyakarta, Bapak Bondan Palestin, SKM., M. Kep., Sp. Kom.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Ners Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Yogyakarta, Ibu Harmilah, S. Pd., S. Kep., Ns., M. Kep., Sp. MB.
4. Dosen Pembimbing Praktik Keperawatan Medikal Bedah, Bapak Dr. Catur Budi
Susilo,S.Pd., S. Kep, M.Kep.
5. Pembimbing klinik RSUD Nyi Ageng Serang Nabila Fatma, S.Kep.,Ners.
6. Teman-teman Kelas Pendidikan Profesi Ners

Penulis berharap semoga laporan asuhan keperawatan dengan judul “Laporan


Asuhan Keperawatan Ny Y dengan Trombositopeni di Bangsal Nakula RSUD Nyi
Ageng Serang Kulon Progo” dapat memberikan informasi dan menjadi acuan,
petunjuk, dan pedoman kepada para pembaca.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak


kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan laporan asuhan keperawatan ini sehingga
kedepannya menjadi lebih baik.

Yogyakarta, April 2022

Penulis

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Trombosit merupakan sel darah yang berperan penting dalam
hemostasis, yakni suatu proses penghentian perdarahan dari suatu
pembuluh darah yang rusak (Ciesla, 2007). Trombosit berperan
dalam pembekuan darah dan membuat darah menjadi lengket sehingga
bisa membentuk gumpalan. Sehingga, jika Anda terluka, darah tidak
terus mengalir hingga mengakibatkan pendarahan hebat. Ketika bagian
tubuh Anda ada yang berdarah, trombosit mengerumuni daerah
tersebut dan berusaha menghentikan alirannya. Maka dari itu, Anda
sering melihat adanya goresan pada tampak luar dan memar di bagian
dalam pada tubuh yang terluka. Jika hal itu terjadi, tandanya trombosit
sedang bekerja melakukan fungsinya. Jumlah trombosit normal
berkisar antara 140.000 sampai 450.000 trombosit per mikroliter darah.
Jika angka menunjukkan di bawah standar tersebut, maka dianggap
rendah dan abnormal yang menandakan kemungkinan adanya penyakit
di dalam tubuh.

Berdasarkan laporan, empat survei nasional yang dikutip


George, dkk. Insiden tahunan Thrombocytopenia berkisar antara 0,6-
1,8 per 100.000 populasi. Meskipun insiden Thrombocytopenia relatif
rendah, namun pada bulan Agustus 2004 terdapat 964 artikel
(berbahasa Inggris) berisi laporan kasus Trombositopenia yang
melibatkan 1316 pasien (Rahajuningsih, 2007). Thrombocytopenia
pada dewasa terjadi pada umumnya pada usia 18-40 tahun dan 2-3 kali
lebih sering pada perempuan dari pada laki-laki (Ibnu Purwanto, 2006).
Selain itu adanya infeksi virus dan anemia yang disertai perdarahan
dapat juga menyebabkan adanya trombositopenia.

Ada beberapa penyebab terjadinya trombositopenia karena


adanya kegagalan sum sum tulang. Sumsum tulang ialah jaringan spons
di dalam tulang. Disitulah semua komponen darah, termasuk trombosit
diproduksi. Jika sumsum tulang Anda tidak menghasilkan cukup
banyak trombosit, Anda akan memiliki jumlah trombosit rendah.
Penyebabnya di antaranya: leukimia, anemia, infeksi virus seperti
hepatitis c atau HIV, obat kemoterapi serta paparan radiasi saat
kemoterapi, terlalu banyak mengonsumsi alcohol, kekurangan vitamin
B12, kekurangan folat, kekurangan zat besi, sirosis, leukemia, depresi
hanya megakarosit: obat-obatan dan, zat kimia.

Pendarahan yang berbahaya dapat terjadi bila jumlah trombosit


anda berada di bawah 10.000 trombosit per mikroliter. Berikut
beberapa komplikasi yang diakibatkan jika trombosit terlalu rendah
yaitu: yang pertama kehilangan darah secara berlebihan dimana jika
Anda memiliki kasus trombositopenia yang lebih parah, Anda berisiko
mengalami memar yang berlebihan dan pendarahan karena luka yang
ringan, yang kedua anemia dimana jumlah trombosit yang rendah dapat
menyebabkan jumlah sel darah merah menurun. Bila kadar sel darah
merah dalam tubuh berkurang, berisiko mengalami anemia.

Penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah


perdarahan ini adalah dengan transfusi Thrombocyte concentrate
(TC) , baik sebagai terapi maupun tindakan profilaksis pada pasien
trombositopenia dengan risiko perdarahan. Selain itu transfusi TC
juga digunakan sebagai terapi disfungsi trombosit (Blumberg et al.,
2010).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan
pada pasien dengan massalah trombositopenia di bangsal
Nakula RSUD Nyi Ageng Serang melalui langkah- langkah
proses keperawatan.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan


trombositopeni

b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan


trombositopenia.

c. Membuat perencanaan keperawatan pada pasien dengan


trombositopenia

d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan


trombositopenia

e. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan


trombositopenia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Trombositopenia


1. Pengertian
Trombositopenia adalah berkurangnya produksi
trombosit di bawah 100. 000/mm3 (Blood Disorder, 1993).
Apabila jumlah trombosit 50.000/mm3 atau kurang, maka
kemungkinan perdarahan meningkat dan pasien akan
mengalami trauma ringan. Perdarahan spontan yang keluar
dari hidung dapat terjadi dengan jumlah antara 10.000-
20.000/mm3, dimana individu akan menunjukan adanya
ecymoses bintik-bintik, purpura yang besar, perdarahan dari
mukosa membran. Jika jumlah trombosit dibawah
10.000/mm3 maka akan terjadi perdarahan hebat dari hidung
dan akan berakibat fatal.

2. Etiologi
Menurut (Smeltzer S & Bare B. 2002), etiologi dari
trombositopenia sebagai berikut:

a. Kegagalan produksi trombosit


b. Depresi hanya megakarosit: obat- obatan, zat kimia, dan infeksi
virus
c. Bagian dari kegagalan sum-sum tulang: Anemia aplastik,
leukemia, sindroma mielodisplastik, mieloskerosis, infiltrasi sum-
sum tulang, mis: karsinoma, limfoma, mieloma multiple, anemia
megaloblastik.
3. Patofisiologi
Ada 4 mekanisme yang dapat mempercepat trombositopenia yaitu :

a. Kegagalan produksi trombosit


1) Kegagalan sumsum tulang generalisasi anemia
aplastik, anemia megaloblastik, sindroma
mielodisplastik, mielofibrosis, myeloma multiple,
infiltrasi sumsum tulang, missal karsinoma, limfoma,
radioterapi, obat sitotoksik, leukemia, infeksi HIV.
2) Penekanan megakarosit selektif, defek congenital yang
langka, obat-obatan, bahan kimia, infeksi virus.
b. Peningkatan destruksi trombosit
1) Purpura trombositopenia autoimun/idiopatik (ITP).
Sensitisasi trombosit oleh autoantibody (biasanya
igG) menyebabkan disingkirkannya trombosit
tersebut secara premature dari sirkulasi oleh
makrofag system retikuloendotel, khususnya limpa.
Pada banyak kasus antibody tersebut ditujukan
terhadap tempat-tempat antigen pada glikoprotein
IIb-IIa atau kompleks Ib. Masa hidup normal untuk
trombosit adalah 7 hari tetapi pada penderita
trombositopenia masa hidup ini memendek menjadi
beberapa jam. Masa bosit meningkat secara sejajar
seperti 5 kali normal.
2) Purpura pascatransfusi
Trombositopenia yang terjadi sekitar 10 hari setelah
transfuse darah telah dikaitkan dengan terbentuknya
antibody pada penerima darah terhadap antigen- Ia
trombosit manusia (HPA-Ia) pada trombosit yang
ditransfusikan (yang tidak terdapat pada trombosit
pasien itu sendiri).
3) Purpura trombositopenia trombotik (TTP).
TTP terjadi dalam bentuk familial. Terdapat
defesiensi metalloprotease (kaspase) memecah
multimer factor von willebrand (vWF) berberat
molekul tinggi, bentuk familial terjadi karena defec
genetic sedangkan bentuk didapat TTP terjadi setalah
terbentuknnya antibody inhibitor yang keberadaannya
dapat dirangsang oleh infeksi. Multimer vWF berat
molekul tinggi dengan plasma menginduksi agregrasi
trombosit, menyebabkan pembentuknya
mikrotrombus dalam pembuluh darah kecil.
4) Sindrom hemolitik uremic.
Toksin masuk kedalam sirkulasi intestinal dan
berjalan didalam plasma dan permukaan trombosit
atau monosit. Toksin berkaitan dengan molekul
endotel kapiler glomerular, selm mesangia dan sel
epitel glomerular dan tubular yang kemudian
merusak endotel sel melalui pembentukan factor von
Willebrans multimer besar yang tidak biasa.
5) Koagulasi intavaskuler diseminata (KID).
DIC dapat dicetuskan oleh masuknya materi
prokoagulan kedalam darah pada keadaan-keadaan
berikut ini : Emboli cairan amnion, solusio plasenta,
adenokarsinoma yang menyekresi musin secara luas,
leukimia promiolistik akut (LMA tipe M3), penyakit
hati,malaria, falcifarum berat, reaksi transfuse
hemolitik dan beberapa gigitan ular. DIC dapat juga
dicetuskan oleh kerusakan endotel luas dan
pemanjanan kolagen (misalnya endotoksemia,
septisemia gram negative dan meningococus, aborsi
septik), infeksi virus tertentu dan luka bakar berat
atau hipotermia
6) Trombositopenia imun yang diinduksi obat (terutama
heparin). Ini terjadi akibat peningkatan heparin pada
thrombosis yang diikuti dengan pembentukan
antibody igG terhadap kompleks heparin –platelet
factor 4 (PF4) yang menyebabkan aktivasi trombosit.
c. Distribusi trombosit abnormal. Pada splenomegali hingga 90%
dapat mengalami sekuestrasi dalam limpa, sedangkan pada
keadaan normal sekuestrasi hanya dapat terjadi pada sekitar
sepertiga masa trombosit total. Lama hidup trombosit normal dan
tidak terdapat defek hemostatis lain.
d. Kehilangan akibat dilusi (sindroma transfuse massif). Trombosit
tidak berada dalam keadaan stabil bila darah disimpan dalam suhu
4ºC dan jumlah trombosit menurun dengan cepat bila darah
disimpan selama lebih dari 24 jam.
4. Tanda dan Gejala
Adanya petekhie pada ekstermitas dan tubuh, menstruasi
yang banyak, perdarahan pada mukosa, mulut, hidung, dan
gusi, muntah darah dan batuk darah, perdarahan gastro
intestinal.

5. Study Diagnostik dan Penemuan-Penemuan

Test diagnostik Penemuan – penemuan

Jumlah trombosit <100.000/mm3

Waktu perdarahan Diperpanjang

Waktu koagulasi Normal

Kelemahan kapiler Peningkatan

Biopsi sum-sum tulang Penurunan Megakaryocytes

6. Penatalaksanaan
a. Manajemen umum
1) Plasmaheresis
Darah yang diambilkan dari pasien dan dilakukan
pemisahan plasma dari sel-sel darah yang kemudian
diinfuskan kembali dengan menggunakan larutan
isotonik yang sesuai.

2) Tranfusi plasma, Pembedahan / operasi yang disebut


splenektomy yaitu: pengangkatan limpa. Terapi pengobatan :
khususnya kortikosteroid.

B. Asuhan Keperawatan Trombositopenia


1. Pengkajian
a. Identitas Klien: nama klien, nomer RM, umur: itp kronik
umumnya terdapat pada orang dewasa dengan usia rata-
rata 40-45 tahun. Jenis kelamin: rasio antara perempuan
dan laki-laki adalah 1:1 pada pasien itp akut sedangkan
pada itp kronik adalah 2-3:1. Status perkawinan dan
pekerjaan
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama:
a) Petekie
Bintik-bintik kemerahan yang muncul akibat
pendarahan dibawah kulit, keluarnya darah dari pembuluh
darah ke dermis, dan ruam tidak memucat bila ditekan.
Nilai ptekie kurang dari 5 mm apabila memucat ketika
ditekan. Sedangkan lebih dari 5 mm disebut purpura.
Petekie ditemukan bila jumlah trombosit < 30.000/mm3.

b) Ekimosis
Darah yang terperangkap di jaringan bawah kulit dan
gejala ini terjadi mendadak pada penderita ITP. Ekimosis
yang bertambah dan perdarahan yang lama akibat trauma
ringan ditemukan pada jumlah < 50.000/mm3.

c) Vesikel atau bulae yang bersifat hemoragik


Lepuhan kecil berisi cairan yang berdiameter kurang
dari 0,5 cm. Sedangkan bulae merupakan lesi menonjol
melingkar (> 0,5 cm) yang berisi cairan serosa di atas
dermis.

d) Perdarahan dibawah membran mukosa (saluran GI, kemih,


genital, respirasi)

2) Riwayat penyakit sekarang

a) Epitaksis
Sering disebut juga mimisan yaitu satu keadaan pendarahan
dari hidung yang keluar melalui lubang hidung akibat adanya
kelainan lokal pada rongga hidung ataupun karena kelainan
yang terjadi di tempat lain dari tubuh.

b) Menoragia
Periodik menstruasi yang terjadi pendarahan berat atau
berkepanjangan (abnormal), periode inilah yang menyebabkan
kehilangan banyak darah dan dapat juga disertai kram.

c) Malaise
Keluhan utama dapat disertai malaise yaitu anoreksia, nafsu
makan menurun dan kelelahan, dan kelemahan. Kelemahan
dapat terjadi dengan atau tanpa disertai saat pendarahan terjadi
akibat kekurangan suplai darah tidak seimbang dengan
kebutuhan.

d) Menometroraghia
Bentuk campuran dari menoragia dan metroragia,
menoragia merupakan perdarahan haid dalam jumlah yang
melebihi 80 ml. Sedangkan metroragia yaitu terjadinya
perdarahan berupa bercak bercak diluar siklus haid.

e) Riwayat penyakit dahulu


Pada trombositopenia akuista, kemungkinan penggunaan
satu atau beberapa obat penyebab trombositopenia (heparin,
kuinidin, kuinin, antibiotik yang mengandung sulfa, beberapa
obat diabetes per-oral, garam emas, rifampin).

f) Riwayat penyakit keluarga


Penderita trombositopenia juga memiliki kecenderungan
genetik pada kembar monozigot dan pada beberapa keluarga,
serta telah diketahui adanya kecenderungan menghasilkan
autoantibodi pada anggota keluarga yang sama.

3) Pola Fungsi Kesehatan


a) Pola persepsi terhadap kesehatan
Terjadi perubahan karena defisit perawatan diri
akibat kelemahan, sehingga menimbulkan masalah
kesehatan lain yang juga memerlukan perawatan yang
serius akibat infeksi.

b) Pola nutrisi metabolism


Penderita pada umumnya kehilangan nafsu makan,
dan sering terjadi pendarahan pada saluran pencernaan.

c) Pola eliminasi.
Pola ini biasanya terjadi perubahan pada eliminasi
akut karena asupan nutrisi yang kurang sehingga
penderita biasanya tidak bisa BAB secara normal.
Terjadi melena dan hematuria adalah hal yang sering
dihadapi klien.

d) Pola istirahat-tidur.
Gangguan kualitas tidur akibat perdarahan yang
sering terjadi.

e) Pola aktivitas latihan


Penderita terjadi kelelahan umum dan kelemahan
otot, kelelahan, nyeri akan mempengaruhi aktifitas pada
penderita trombositopenia.

f) Pola persepsi diri


Adanya kecemasan, menyangkal dari kondisi,
ketakutan dan mudah terangsang, perasaan tidak berdaya
dan tidak punya harapan untuk sembuh.

g) Pola kognitif perceptual


Perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi
kemampuan panca indra penglihatan dan pendengaran
akibat dari efek samping obat pada saat dalam tahap
penyembuhan.

h) Pola toleransi koping stress


Adanya ketidakefektifan dalam mengatasi masalah
individu dan keluarga pada klien.

i) Pola reproduksi seksual


Pada umumnya terjadi penurunan fungsi seksualitas
pada penderita ITP.

j) Pola hubungan peran


Terjadi keadaan yang sangat menggangu hubungan
interpersonal karena klien dengan ITP dikenal sebagai
penyakit yang menakutkan.

k) Pola nilai dan kepercayaan


Timbulnya distress spiritual pada diri penderita, bila
terjadi serangan yang hebat atau penderita tampak
kurang sehat.

4) Pemeriksaan Fisik (B1-B6)


a) Breathing (B1)
 Inspeksi: Adanya dispnea, takipnea, sputum mengandung
darah, terjadi pendarahan spontan pada hidung
 Palpasi: Kemungkinan vokal vremitus menurun akibat
kualitas pernapasan buruk karena pendarahan pada saluran
respires
 Perkusi: Suara paru sonor atau pekak
 Auskultasi: Adanya suara napas tambahan whezing atau
ronchi yang muncul akibat dari komplikasi gejala lain.
b) Blood (B2)
 Inspeksi: Adanya hipertensi, hemoraghi subkutan, hematoma
dan Sianosis akral. Adanya ptekie atau ekimosis pada kulit,
purpura.
 Palpasi: Penghitungan frekuensi denyut nadi meliputi irama
dan kualitas denyut nadi, denyut nadi perifer melemah,
hampir tidak teraba. Takikardi, adanya petekie pada
permukaan kulit. Palpitasi (sebagai bentuk takikardia
kompensasi).
 Perkusi: Kemungkinan adanya pergeseran batas jantung
 Auskultasi: Bunyi jantung abnormal, tekanan darah terjadi
peningkatan sistolik, namun normal pada diastolik.
c) Brain (B3)
 Inspeksi: Kesadaran biasanya compos mentis, sakit kepala,
perubahan tingkat kesadaran, gelisah dan ketidakstabilan
vasomotor
d) Bladder (B4)
 Inspeksi: Adanya hematuria (kondisi di mana urin
mengandung darah atau sel-sel darah merah. Keberadaan
darah dalam urin biasanya akibat perdarahan di suatu
tempat di sepanjang saluran kemih.
 Palpasi: Kemungkinan ada nyeri tekan pada kandung
kemih karena distensi sebagai bentuk komplikasi.
e) Bowel (B5)
 Inspeksi: Klien biasanya mengalami mual muntah
penurunan nafsu makan, dan peningkatan lingkar abdomen
akibat pembesaran limpa. Adanya hematemesis dan
melena.
 Palpasi: Adakah nyeri tekan abdomen, splenomegali,
pendarahan pada saluran cerna
 Perkusi: Bunyi pekak deteksi adanya pendarahan pada
daerah dalam abdomen
 Auskultasi: Terdengar bising usus menurun (normal 5-
12x/menit).
f) Bone (B6)
 a)Inspeksi: Kemungkinan adanya nyeri otot sendi dan
punggung, aktivitas mandiri terhambat, atau mobilitas
dibantu sebagian akibat kelemahan. Toleransi terhadap
aktivitas sangat rendah.
5) Pemeriksaan Diagnostik (Wiwik dan Sulistyo, 2008: 133)
Pemeriksaan DL: jumlah trombosit rendah hingga mencapai 100.000/ mm3
(normal 150.000- 350.000 / mm3), penurunan hemoglobin, kadar
trombopoietin tidak meningkat, masa koagulasi untuk pt dan ptt
memanjang, foto toraks dan uji fungsi paru, tes kerapuhan kapiler
meningkat, skrining antibody, aspirasi sumsum tulang, menunjukkan
peningkatan jumlah megakariosit, tes sensitif menunjukkan igg
antitrombosit pada permukaan trombosit atau dalam serum

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan trombositopenia
yaitu:

a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi


b. Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan kadar trombosit
c. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan kekebalan tubuh
d. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit
e. Hipovolemia b.d intake tidak adekuat
3. Intervensi Keperawatan

Rencana Keperawatan Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), SLKI dan
SIKI dengan kasus trombositopenia
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
1 2 3 4
1. Hipertermia Setelah dilakukan asuhan Manajemen hiprttermi
Definisi: Suhu Tubuh meningkat di atas keperawatan selama 3x24 jam Obsevasi :
rentang normal tubuh. hipertermi membaik dg 1. Identifikasi penyebab
Penyebab : Kriteria Hasil : 2. Monitor suhu
1. Dehidrasi 1. Suhu 37 0 C 3. Monitor elektrolit
2. Terpapar lingkungan panas 2. Nadi 60-80 x/menit 4. Monitor urine
3. Proses penyakit (mis.infeksi, kanker) 3. Tidak merasa merinding 5. Monitor komplikasi hpiertermi
4. Ketidaksesuaian pakaian dengan saat dingin Terapeutik
suhu lingkungan 4. Tidak berkeringat saat panas 1. Sediakan lingkungan dingin
5. Peningkatan laju metabolisme 5. Tidak menggil 2. Longgarkan pakaian
6. Respon trauma 6. Tidak terdapat dehidrasi 3. Berikan cairan oral
7. Aktivitas berlebihan 4. Ganti linen jika hiperhidrosis
8. Penggunaan intubaktor 5. Lakukan kompres hangat
Edukasi
- Anjrkan tirah baring

Kolaborasi
- Pemberian cairan intravena
1 2 3 4
2. Risiko Perdarahan Setelah dilakukan tindakan Observasi
Definisi: Berisiko mengalami kehilangan keperawatan selama 5x24 jam
darah baik internal (terjadi di dalam tubuh tidak terjadi perdarahan dengan 1. Monitor tanda & gejala perdarahan
maupun eksternal (terjadi hingga keluar kriteria hasil : 2. Monitor nilai trombosit
tubuh). Kriteria Hasil 3. Monitor tanda hipotensi
Faktor Risiko : 1. Hitung trombosit >150*103 rb/ml
Gangguan koagulasi 2. Perdarahan tidak ada Terapeutik
3. Petekia tidak ada 1. Pertahankan bed rest
4. Mukosa lembab 2. Batasi tindakan invasif
5. Hematemesis tidak ada
6. Epitaksis tidak ada Edukasi
7. Tekanan darah normal 1. Jelaskan tanda gejala perdarahan
8. Nadi kuat, 60-80x/menit 2. Anjurkan asupan cairan oral
3. Anjurkan segera lapor jika ada
perdarahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian asam
tanexamat
2. Kolaborasi pemberian mikrolax
3. Kolaborasi pemberian cairan intra
vena
1 2 3 4
3 Hipovolemia bd kekurangan intake cairan Setelah dilakukan tindakan Manjemen hipovolemia
d.d keperawatan selama 4x24 jam status Observasi :
cairan membaik dg kriteria hasil : 1. Periksa tanda gejala
1. Turgor kulit baik hiupovolemia
2. Out put urin 1cc/kg bb/jam 2. Monitor intake out put cairan
3. Perasaan lemah berkurang
4. Keluhan haus berkurang Terapeutik
5. Konsentrasi urine berkurang 1. Hitung kebutuhan cairan
6. Tekana dara 120/80 mm/hg 2. Berikan posisi trendelernburg
7. Nadi 60-80 x/mnt 3. Berikan asupan cairan oral
8. Suhu 37 0 C Edukasi
1. Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
2. Anurkan tidak mengubah posisi
mendadak
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan
NaCl 0,9%
4 Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan Tujuan : setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi Observasi
ketidakmampuan mencerna makanan
keperawatan selama 3x 24 jam 1. Identintifikasi status nutrisi
diharapkan nutrisi membaik. 2. Identifikasi makanan yang disukai
Kriteria hasil : porsi makanan yang 3. monitor asupan makanan
dihabiskan (5), diare 4. monitor hasil pemeriksaan
(5), frekuensi makan laboratorium
(5), nafsu makan (5), Terapeutik
membran mukosa (5).
1. Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika perlu
2. Sajikan makanan secara menarik
dan suhu yang sesuai
3. Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
4. Berikan suplemen makanan,
jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk
Anjurkan diet yang
5 Nyeri akut b.d proses penyakit Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri (I.08238)
keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi
diharapkan tingkat nyeri menurun 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
dengan kriteria hasil: frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
a. Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri
b. Skala nyeri turun 6 ke 3 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
c. Meringis menurun Terapeutik
d. Gelisah menurun a. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hipnosis akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
Edukasi
1. Jelaskan strategi meredakan nyeri
2. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
6 Resiko Infeksi Setelah dilakukan asuhan Pencegahan Infeksi (I.14539)
dibuktikan dengan faktor risiko: keperawatan selama 3 x 24 jam Tindakan :
a. Klien terpasang infus diharapkan tingkat infeksi menurun Observasi
b. Angka leukosit dengan kriteria hasil: a. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
c. Hipertemi a. Kemerahan menurun sistemik
b. Nyeri menurun Terapeutik
c. Kadar sel darah putih  Dressing infus
membaik  Cuci tangan sebelum dan sesudah
d. Suhu tubuh < 37 C0C
kontak dengan pasien dan lingkungan
e. Luka tusukan infus tidak nyeri pasien
 Pertahankan teknik aseptip
Edukasi
a. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Jelaskan cara memeriksa kondisi luka
3. Implementasi keperawatan
Tindakan keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada
tahap ini, perawat yang akan memberikan perawatan kepada pasien dan
sebaiknya tidak bekerja sendiri tetapi juga melibatkan tenaga medis yang
lain untuk memenuhi kebutuhan pasien (Ida, 2016).

4. Evaluasi keperawatan
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis
dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan/kriteria hasil yang
telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan
melibatkan tenaga medis yang lain agar mencapai tujuan/kriteria hasil yang
telah ditetapkan (Ida, 2016).

5. Telaah Jurnal
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Hari/Tanggal : Selasa, 19 April 2022

Jam : 14.30 WIB


Tempat : Bangsal Yudhistira RSUD Nyi Ageng Serang Kulon
Progo
Oleh : Sofia Lestari, Slamet Riyadi
Sumber data : Pasien, Keluarga Pasien, Rekam Medis, dan Tim
Kesehatan
Metode : Wawancara, Observasi, Pemeriksaan Fisik, dan Studi
Dokumen

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Pasien

Nama Pasien : Sdr. Y


Tempat, Tanggal Lahir : Kulon Progo, 06 November 1991
Umur : 30 Tahun 5 bulan 3 hari
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Alamat : Ngangin-angin, Banyuroto,
Nanggulan, Kulon Progo
Diagnosa Medis : Febris Trombositopeni, Vomitus
Profuse, AKI
No RM : 031XXX
Tanggal Masuk RS : 19 April 2022 jam 12.00 WIB

b. Penanggung jawab

Nama : Ny. Sudirah


Umur : 51 Tahun
Pendidikan : SD/SR
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Ngangin-angin, Banyuroto,
Nanggulan, Kulon Progo
Hubungan dengan pasien : Ibu Kandung
Status Perkawinan : Kawin
2. Riwayat Kesehatan
a. Kesehatan pasien
1) Keluhan utama saat pengkajian
Pasien mengatakan badan terasa panas dan lemas sejak 3 hari sebelum
masuk rumah sakit. Perut terasa nyeri dan mual.

2) Riwayat kesehatan sekarang


a) Alasan masuk RS
Pasien periksa ke poli penyakit dalam RSUD Nyi Ageng Serang
pada tanggal 19 April 2022 pukul 09.00 WIB dengan keluhan
badan terasa panas, lemas dan perut mual sejak 3 hari yang lalu.

b) Riwayat kesehatan pasien


Pasien tiga hari yang lalu mengeluh nyeri perut dan mual, periksa
ke IGD RSUD Nyi Ageng Serang diberi obat rawat jalan namun
tidak membaik.

3) Riwayat kesehatan dahulu


Pasien mengatakan tidak ada alergi terhadap obat-obatan, pasien
mengatakan bahwa tidak pernah dirawat di rumah sakit dan tidak
pernah menjalani prosedur operasi.
b. Riwayat kesehatan keluarga

1) Genogram

Keterangan :

Laki-laki Tinggal serumah

Perempuan pasien

2) Riwayat kesehatan keluarga

Pasien mengatakan bahwa di dalam keluarganya ada yang memiliki


penyakit hipertensi yaitu ibunya namun tidak ada yang memiliki
penyakit menular seperti TBC, HIV/AIDS dan tidak ada yang
memiliki riwayat penyakit yang menurun seperti diabetes atau
asma.

3. Kesehatan Fungsional (11 Pola Gordon)


a. Nutrisi-metabolik
- Ibu pasien mengatakan bahwa pasien masih merasa mual
dan selalu muntah setiap makan dan minum
- Pasien mengatakan bahwa makanan yang masuk membuat mual dan
muntah
- Pasien minum air putih sebanyak ± 2-3 gelas dalam sehari (1
gelas kira-kira 250 ml), pasien mengatakan perutnya
kembung jika minum terlalu banyak

- Pasien mengatakan saat sebelum sakit di rumah kalau makan


rutin 3 x sehari,pasien bekerja sebagai pembuat tempe
bersama dengan adik dan ibunya.

b. Eliminasi
- Pasien tidak terpasang DC.
- Pasien mengatakan BAK kurang lebih 4-5 kali sehari dan di
kamar mandi.
- BAB sebanyak 3 kali dalam seminggu.
- Pasien tidak menggunakan pampers
c. Aktivitas / Latihan
1) Keadaan aktivitas sehari-hari
Tn Y mengatakan selama dirawat di rumah sakit hanya
istirahat berbaring / tiduran saja. Tn Y mengatakan terkadang
berbincang- bincang dengan ibu yang menjaganya dan
berbincang dengan penunggu dan pasien sekamarnya.

2) Keadaan pernapasan
Saat pengkajian, tidak terdengar suara napas tambahan, suara
napas vesikuler, tidak ada peningkatan vocal fremitus pada
kedua paru, tidak ada retraksi dinding dada, terdengar suara
sonor pada lapang kedua paru, pasien tidak terpasang
oksigen.

3) Keadaan kardiovaskuler
Nadi pasien : 105 x/menit, tidak terdapat bunyi jantung
tambahan saat diauskultasi, bunyi jantung regular S1 : Lub S2
: Dub.
Skala ketergantungan : Tanggal 19 April 2022

Keterangan
Aktivitas
0 1 2 3 4
Bathing √
Toileting √
Eating √
Moving √
Ambulasi √
Walking √

Keterangan :
0 = mandiri / tidak tergantung apapun
1 = dibantu dengan alat
2 = dibantu orang lain
3 = dibantu alat dan orang lain
4 = tergantung total

d. Istirahat-Tidur
Pasien mengatakan sebelum sakit tidur di malam hari tidur selama 7-8 jam
dan jarang tidur siang. Pasien mengatakan selama dirawat di rumah sakit
sering tidur siang. Pasien mengatakan biasanya tidur malam antara pukul
22.00 – 05.00 WIB, dan sering terbangun. Tidak ada ganguan dalam tidur
karena sebelum dan sesudah sakit pola tidur pasien tidak berbeda.
e. Persepsi, Pemeliharaan, dan Pengetahuan terhadap kesehatan
Pasien mengatakan biasanya jika merasa badannya tidak enak langsung
istirahat tidur. Pasien mengatakan jika batuk atau pilek diobati dengan
minum air hangat dan obat yang dibeli di apotek. Pasien mengatakan jika
badannya merasa kurang enak tetap menjalankan aktivitas namun
mengurangi kegiatan yang berat.

f. Pola toleransi terhadap stress-koping


Pasien mengatakan bahwa senang ditemani suaminya selama dirawat di
rumah sakit. Pasien mengatakan senang dapat berkomunikasi dengan
pasien dan keluarga penunggu yang lain. Pasien suka berbincang dan
bercerita.

g. Pola hubungan dan peran


Pasien mengatakan ingin segera bertemu dan berkumpul dengan
keluarga dan tetangga di rumah. Pasien mengatakan senang bisa
ditemani oleh suami selama dirawat di rumah sakit. Pasien mengatakan
memiliki hubungan yang baik dengan keluarga, tetangga, teman-teman,
dan pelanggan warung makan di tempat tinggalnya. Pasien mengatakan
sebelum pandemi, dirinya aktif mengikuti kegiatan kerja bakti dan
pertemuan yang diadakan oleh dusunnya.

Pasien mengatakan sebagai orang tua ingin selalu mendukung anak-


anaknya. Pasien berusaha selalu memberikan yang terbaik anak dan
istrnya.

h. Kognitif dan persepsi


Pasien tidak ada masalah pada ingatan atau memorinya. Pasien mampu
menangkap informasi yang diberikan oleh perawat maupun tenaga
kesehatan lainnya. Pasien mampu menjelaskan kembali informasi yang
didapatkan.

i. Konsep diri
1) Gambaran diri
Pasien mengatakan menyukai seluruh anggota tubuhnya.

2) Ideal diri
Pasien mengatakan bahwa dirinya ingin selalu sehat. Pasien
mengatakan jika nanti pulang tetap bekerja sebagai pembuat tempe.

3) Harga diri
Pasien mengatakan merasa senang dapat ditemani suami selama
dirawat di rumah sakit. Pasien mengatakan merasa senang dapat
bertukar kabar dengan keluarganya dan teman-teman melalui
handphone.

4) Peran diri
Pasien berperan sebagai anak dan anggota sosial di lingkungan
rumahnya.

5) Identitas diri
Pasien berperan sebagai anak dan anggota masyarakat.
j. Reproduksi dan Kesehatan
Pasien mengatakan tidak ada masalah pada reproduksi.
k. Keyakinan dan Nilai
Pasien menganut agama islam dan yakin terhadap Tuhannya
yaitu Allah SWT. Pasien mengatakan selama di rawat di rumah
sakit tetap menjalankan ibadah seperti sholat dan berdoa.

l. Discharge planning/perencanaan pulang


Pasien direncanakan rawat jalan jika bebas panas selama 2 x 24 jam,
trombosit di atas 150.000, di rumah pasien diharapakan dapat menjaga pola
makan yaitu mengkonsumsi cukup air putih 1,5 – 2 liter perhari. Pasien
harus kontrol rutin 7 hari semenjak dipulangkan dan selanjutnya kontrol
tiap bulan sampai dinyatakan dokter tidak perlu kontrol.
4. Pemeriksaa Fisik

a. Keadaan umum
1) Kesadaran : compos mentis (GCS : 15 E4 V5 M6)
2) Status gizi
- TB : 163 cm
- BB : 62 kg
- IMT : 23,3 kg/M2 (Gizi Normal)
3) Tanda vital
- TD : 121/76 mmHg
- Nadi : 105 x/menit
- Suhu : 37,9 ⁰C
- RR : 20 x/menit
4) Pengkajian Nyeri
Pasien mengeluh nyeri perut. Pasien tampak meringis
menahan nyeri. Pasien tampak berhati-hati berhati-hati dalam
merubah posisi tubuhnya.

- O : Pasien mengatakan nyeri dirasakan sejak 3 hari yang lalu pada


tanggal 16 April 2022, saat ini nyeri dirasakan terus menerus.
Pasien mengatakan pada perut dirasakan semakin hebat saat makan
- Q : Pasien mengatakan nyeri terasa senat senut (nyeri tumpul)
di perut.
- R : Pasien mengatakan nyeri terasa di perut.
- S : Pasien mengatakan skala nyeri 6 dari 10
- T : Pasien mengatakan jika terasa nyeri akan mendesah
“mengaduh-aduh” dan memanggil anaknya untuk mengipasi
badannya.

- U : Pasien mengatakan pernah merasakan nyeri sebelumnya saat


jauh dari sepeda 10 tahun yang lalu.

- V : Pasien mengatakan berharap nyerinya segera teratasi dan dapat


segera pulang ke rumah.

.
b. Pemeriksaan secara Sistematik (Cephalo-Caudal)
1) Kulit
Kulit lembab, turgor kulit baik < dari 2 menit, kulit tampak bersih.

2) Kepala
- Pasien mnegeluh pusing sejak 3 hari yang lalu

- Bentuk kepala bulat, bentuk mesochepal.

- Kulit kepala bersih, tidak terdapat kutu maupun ketombe

- Rambut berwarna hitam dan ada yang beruban. Rambut tidak


rontok.

- Hidung simetris, tidak terdapat sumbatan.

- Sklera putih, tidak kuning ataupun kemerahan.

- Kedua telinga simetris, pendengaran masih berfungsi dengan baik.

- Mulut bersih, gigi masih lengkap dan gusi tidak terdapat


perdarahan
3) Leher

- Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

- Tidak terdapat lesi

4) Paru

a) Inspeksi

Saat respirasi tidak ada pembesaran sebelah, dada tampak simetris,


tidak ada retraksi dinding dada, pasien tidak terpasang oksigen.

b) Palpasi

Tidak ada peningkatan vocal fremitus pada kedua paru, taktil


fremitus teraba sama di bagian depan maupun belakang

c) Perkusi

Terdengar suara sonor pada lapang kedua paru.


d) Auskultasi

Tidak terdengar suara napas tambahan, suara napas vesikuler.

5) Jantung
a) Inspeksi
Tidak ada benjolan dan tidak terdapat pembesaran
b) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, ictus cordis dapat teraba pada
ruang intercostal kiri ke V

c) Perkusi
Terdengar suara dullness
d) Auskultasi
Tidak ada bunyi jantung tambahan. Bunyi jantung
regular S1=lub S2=dub.

6) Punggung
- Tidak ada luka maupun lesi
- Tidak ada deformitas
7) Abdomen
a) Inspeksi
Simetris, bentuk datar, tidak ada jejas atau luka
b) Auskultasi
Terdengar suara peristaltic usus 12 x/menit
c) Perkusi
Terdapat suara timpani
d) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
8) Anus dan Rectum
Tidak ada kelainan, tidak terdapat luka / jejas
9) Genetalia
Pasien tidak terpasang DC maupun pampers.
10) Ekstremitas
a. Atas
Anggota gerak atas lengkap, jumlah jari lengkap, Turgor kulit
baik. Terpasang infus RL 20 tpm di tangan kanan sejak tanggal
19 April 2022. Tempat tusukan infus bersih, tidak ada rembesan
darah.

b. Bawah
Anggota gerak lengkap, tidak ada kelainan jari kaki, tidak terdapat
edema. Kaki kiri lemah, kekuatan otot 4. Capillary refill <2 detik.

Pengkajian VIP score (Visual Infusion Phlebithis) Skor visual flebitis pada
luka tusukan infus : 19 April 2022

Tanda yang ditemukan Skor Rencana Tindakan


Tempat suntikan tampak sehat 0 Tidak ada tanda flebitis
- Observasi kanula
Salah satu dari berikut jelas : 1 Mungkin tanda dini flebitis
- Nyeri tempat suntikan - Observasi kanula
- Eritema tempat suntikan
Dua dari berikut jelas : 2 Stadium dini flebitis
- Nyeri sepanjang kanula - Ganti tempat kanula
- Eritema
- Pembengkakan
Semua dari berikut jelas : 3 Stadium moderat flebitis
- Nyeri sepanjang kanula - Ganti kanula
- Eritema - Pikirkan terapi
- Indurasi
Semua dari berikut jelas : 4 Stadium lanjut atau awal
- Nyeri sepanjang kanula tromboflebitis
- Eritema - Ganti kanula
- Indurasi - Pikirkan terapi
- Venous cord teraba
Semua dari berikut jelas : 5 Stadium lanjut tromboflebitis
- Nyeri sepanjang kanula - Ganti kanula
- Eritema Indurasi - Lakukan terapi
- Venous cord teraba
- Demam
Pengkajian Resiko Jatuh
Pasien Tn. Y di Bangsal Nakula RSUD Nyi Ageng Serang Kulon Progo .

Tanggal 19-04 2022

No Risiko Skala Skoring 1 Skoring 2 Skoring 3


Tgl Tgl Tgl
19/04/202 20/04/2022 21/04/202
2 2
1. Riwayat jatuh, yang baru Tidak (0) 0 0 0
atau dalam 3 bulan terakhir Ya (25)
2. Diagnosa medis sekunder Tidak (0) 15 15 15
>1 Ya (15) 0 0 0
3. Alat bantu jalan : 0 0
0 0
Bed rest / dibantu perawat
Penopang / tongkat / walker 15
Furniture 30
4. Menggunakan infus Tidak (0)
Ya (25) 25 25 25
5. Cara berjalan / berpindah : 0 0
Normal / bed rest / 0 0
Imobilisasi
Lemah 15 15 15 15
Terganggu 30
6. Status mental :
Orientasi sesuai 0 0 0 0
kemampuan diri
Lupa keterbatasan 15
Jumlah skor 55 55 55
Tingkat Resiko Jatuh Tinggi Tinggi Tinggi

Paraf & Nama Perawat


Sofia Sofia Sofia
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Patologi Klinik / Laboratorium
Tabel pemeriksaan laboratorium Tn. Y di Bangsal Nakula RSUD Nyi
Ageng Serang Kulon Progo

Tanggal Jenis pemeriksaan Hasil (satuan) Normal


pemeriksaan
Hematologi
Hemoglobin 15,1 g/dL 14.0-18.0
Eritrosit 4.86 10*6/uL 4.70-6.20
Lekosit 10.80 10*3/uL 4.8-10.8
Trombosit 147. 10*3/uL 150-450
Hematocrit 44.2 % 37-52
MCV 91.4 fL 80.0-99.0
MCH 31.1 fL 27-31
MCHC 34.1 g/dL 33.0-37.0
RDW 11.6% 10.0-15.0
DIFF COUNT
Basofil 0.1 % 0-1
Neutrofil 88.6 % 50-70
Eosinofil 1.5 % 1-3
Limfosit 5.9 % 20-40
Monosit 3.9 % 2-8
19 April
2022
Urinalisa
Warna Kuning tua-agak Kuning - jernih
keruh
BJ 1.020 1.005-1.030
pH 6,0 5,0 – 6,5
Darah samar 3+ negatif
nitrit Negative negatif
Leukosit 4-5 0-3
Erytrosyt 3-6 0-2
Bakteri Negative Negative
Kristal Negative Negative
b. Hasil Pemeriksaan Antigen Covid
Pasien Tn. Y di Bangsal Nakula RSUD Nyi Ageng Serang Kulon Progo

Hari/Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai


Rujukan
Selasa, 19 Antigen- NEGATIF NEGATIF
April SARS-CoV-2
2022
c. Hasil pemeriksaan EKG tanggal 19 april 2022 : Normal Sinus Rhytme.
d. Hasil pemeriksaan rontgen thoraks : pulmo dalam batas normal, besar cor
normal
6. Terapi
Pemberian Terapi Pasien Tn Y di Bangsal Nakula RSUD Nyi Ageng Serang
Kulon Progo

Hari/Tanggal Obat Dosis Rute Jam pemberian

dan Satuan
Oksigen 3 Lpm

Infus RL 30 Tetes/ IV
menit
19-21 April
2022 Injeksi 1 gram /12 IV 18.00, 06.00,
Ceftriaxone jam

Injeksi 40 mg/24 IV 15.00


omeprazole
jam
Injeksi 4 mg/8 IV 15.00 22.00
ondansentron jam 06.00
Injeksi 500 mg/12 IV 18.00 06.00
mecobalamin jam
Injeksi 500 Mg/12 IV 18.00 06.00
Paracetamol jam
Simvastatin 10 Mg/24 Oral 18.00
jam
B. ANALISA DATA
Pasien Tn Y di Bangsal Nakula RSUD Nyi Ageng Serang Kulon Progo
Tanggal 07 April 2022

NO HARI, DATA ETIOLOGI DIAGNOSA


TANGGAL
1. Selasa, 19 DS : Proses penyakit Hipertermi
April 2022 pasien tampak pucat (SDKI,D.0130)
Ibu pasien mengatakan
pasien panas sejak 3
hari yang lalu
DO :
S : 37,9 ‘C
N : 105 x/menit
Kulit teraba hangat
Selasa, 19 DS : pasien mengeluh Agen pencedera Nyeri akut
April 2022 nyeri perut (skala : 6) fisiologis (SDKI,D.0077)
DO :
Pasien tampak meringis
menahan nyeri
N : 105 x/menit
Nafsu makan menurun

Selasa, 19 DS : Gangguan koagulasi Risiko perdarahan


April 2022 pasien mengatakan (SDKI,D.0012)
demam sejak 3 hari
yang lalu
DO :
Hasil laboratorium
tanggal 19/04/2022
angka trombosit : 147
x103 /uL
Hasil lab urine rutin
darah samar = +3
Eritrosit = 3-6
Selasa, 19 DS : pasien mengatakan Faktor psikologis Risiko defisit nutrisi
April 2022 malas makan karena (keengganan untuk (SDKI,D.0032)
takut muntah makan)
DO :
Porsi makan pasien
hanya 2-3 sendok
makan
Minum air putih 1-2
gelas/hari
Pasien tampak pucat
C. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (SDKI, D.0130) ditandai dengan


DS :
pasien tampak pucat
Ibu pasien mengatakan pasien panas sejak 3 hari yang lalu
DO :
S : 37,9 ‘C
N : 105 x/menit
Kulit teraba hangat
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (SDKI,D.0077) ditandai
dengan :
DS : pasien mengeluh nyeri perut (skala : 6)
DO :
Pasien tampak meringis menahan nyeri
N : 105 x/menit
Nafsu makan menurun
3. Risiko perdarahan berhubungan dengan gangguan koagulasi (SDKI, D.0012)
ditandai dengan :
DS :
pasien mengatakan demam sejak 3 hari yang lalu
DO :
Hasil laboratorium tanggal 19/04/2022 angka trombosit : 147 x103 /uL
Hasil lab urine rutin :
darah samar = +3
Eritrosit = 3-6
4. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk
makan) (SDKI,SD.0032) ditandai dengan :
DS :
Pasien mengatakan malas makan karena takut muntah
DO :
Porsi makan pasien hanya 2-3 sendok makan
Minum air putih 1-2 gelas/hari
Pasien tampak pucat

D. RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien / No CM : Tn. Y / 031XXX Ruang : Bangsal Nakula RSUD Nyi Ageng
Serang Kulon Progo

No Hari / Tgl / Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana


Jam Keperawatan Hasil Keperawatan
Oleh
1. Selasa, Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan asuhan Manajemen hiprttermi
19/04/2022 dengan proses penyakit keperawatan selama 3x24 (SIKI,I.15506)
(SDKI, D.0130) ditandai jam termoregulasi membaik Obsevasi :
Jam 13.30 dengan (SLKI,L.14134) dengan 6. Identifikasi
DS : Kriteria Hasil : penyebab
pasien tampak pucat 7. Suhu dalam rentang 7. Monitor suhu
Ibu pasien mengatakan normal 36-37 0 C 8. Monitor elektrolit
pasien panas sejak 3 hari 8. Nadi 60-80 x/menit 9. Monitor urine
Kelompok yang lalu 10. Monitor komplikasi
21 9. Tidak menggigil
DO : 10. Pucat menurun hpiertermi
S : 37,9 ‘C Terapeutik
11. Tekanan darah
N : 105 x/menit 6. Sediakan lingkungan
membaik dalam
Kulit teraba hangat dingin
rentang 100/70-
7. Longgarkan pakaian
120/80 mmHg
8. Berikan cairan oral
9. Ganti linen jika
Sofie Slamet hiperhidrosis
10. Lakukan kompres
hangat
Edukasi
- Anjrkan tirah baring

Kolaborasi
- Pemberian cairan
intravena

2. Selasa, Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri (I.08238)
19/04/2022 dengan agen pencedera keperawatan selama 3 x 24 Observasi
fisiologis (SDKI,D.0077) jam diharapkan tingkat nyeri 4. Identifikasi lokasi,
Jam 13.30
ditandai dengan : menurun (SLKI,L.08066) karakteristik, durasi,
DS : pasien mengeluh dengan kriteria hasil: frekuensi, kualitas,
nyeri perut (skala : 6) intensitas nyeri
DO : 1. Keluhan nyeri menurun 5. Identifikasi skala nyeri
Kelompok 21 Pasien tampak meringis 2. Skala nyeri turun 6 ke 3 6. Identifikasi respons nyeri
menahan nyeri 3. Meringis menurun non verbal
N : 105 x/menit 4. Gelisah menurun Terapeutik
Nafsu makan menurun 5. Meringis menurun 1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hipnosis
akupresur, terapi musik,
Sofie Slamet biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
Edukasi
3. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
4. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

3. Selasa, Risiko perdarahan Setelah dilakukan tindakan Managemen Perdarahan


19/04/2022 berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam (SIKI,I.02040)
gangguan koagulasi tingkat perdarahan menurun Observasi
Jam 13.30
(SDKI, D.0012) ditandai (SLKI,L.02017) dengan
dengan : kriteria hasil : 4. Monitor tanda &
DS : Kriteria Hasil gejala perdarahan
pasien mengatakan 9. Hitung trombosit 5. Monitor nilai
Kelompok 21 demam sejak 3 hari yang >150*103 rb/ml trombosit
lalu 10. Perdarahan tidak ada 6. Monitor tanda
DO : 11. Petekia tidak ada hipotensi
Hasil laboratorium 12. Mukosa lembab
tanggal 19/04/2022 Terapeutik
13. Hematemesis tidak ada
angka trombosit : 147 3. Pertahankan bed
x103 /uL 14. Epitaksis tidak ada
15. Tekanan darah normal rest
Hasil lab urine rutin : 4. Batasi tindakan
(100/70-120/80 mmHg)
Sofie Slamet darah samar = +3 invasif
Eritrosit = 3-6 16. Nadi normal
60-80x/menit
Edukasi
4. Jelaskan tanda
gejala perdarahan
5. Anjurkan asupan
cairan oral
6. Anjurkan segera
lapor jika ada
perdarahan
Kolaborasi
4. Kolaborasi
pemberian
asam
tanexamat
5. Kolaborasi
pemberian
mikrolax
6. Kolaborasi
pemberian
cairan intra
vena

4. Selasa, Risiko defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi


19/04/2022 berhubungan dengan keperawatan selama 3x 24 (SIKI,I.03119)
faktor psikologis jam diharapkan status nutrisi Observasi
Jam 13.30
(keengganan untuk membaik (SLKI,L.03030) 5. Identintifika
makan) (SDKI,SD.0032) Kriteria hasil : si status
ditandai dengan : 1. porsi makanan yang nutrisi
DS : dihabiskan meningkat 6. Identifikasi
Kelompok 21 Pasien mengatakan 2. Nyeri perut menurun makanan yang
malas makan karena 3. frekuensi makan disukai
takut muntah meningkat 7. monitor asupan
DO : 4. nafsu makan meningkat makanan
Porsi makan pasien
hanya 2-3 sendok makan 8. monitor hasil
Minum air putih 1-2 pemeriksaan
gelas/hari laboratorium
Terapeutik
Sofie Slamet Pasien tampak pucat
5. Lakukan oral
hygiene
sebelum makan, jika
perlu
6. Sajikan
makanan secara
menarik dan
suhu yang sesuai
7. Berikan
makanan tinggi
kalori dan tinggi
protein
8. Berikan
suplemen
makanan,
jika perlu
Edukasi
2. Anjurkan posisi
duduk bila mampu
3. Anjurkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi :
1. kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
2. kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jumlah nutrient.
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama Pasien / No CM : Tn. Y / 031XXX Ruang : Bangsal Nakula RSUD Nyi Ageng Serang Kulon Progo
Diagnosa Keperawatan : Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (SDKI, D.0130)
Hari / Tgl Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
Hipertermi berhubungan Pukul 14.00 WIB Pukul 16.30
Selasa, dengan proses penyakit (SDKI, 1. menidentifikasi penyebab hipertermi,
19/04/2022 D.0130) S : badan terasa panas, perut sakit, pasien
meliputi pengkajian hasil laborat, jumlah
mengatakan minum hanya 2 gelas perhari karena
asupan cairan yang masuk, riwayat kontak
mual, keluarga mengatakan tidak kontak dengan
dengan pasien panas sebelumnya, riwayat
pasien yang sakit panas, tidak bepergian selama 2
bepergian.
minggu terakhir.
2. memonitor suhu
O:
3. Memonitor urine
4. Menyediakan lingkungan dingin - KU lemah, , kesadaran Compos Mentis,
5. Menganjurkan pasien melonggarkan - Badan pasien banyak keringat, tampak pucat
pakaian - Hasil lab : trombosit : 147, urine 300 cc dari jam
6. Memotivasi pasien dan keluarga untuk 08.00
minum air putih minimal 1,5 liter (6-8 - TD : 117/72 mmHg
gelas)/hari. - S : 37,8 ‘C
7. mengganti linen karena basah keringat A : Hipertermi belum teratasi
8. melakukan kompres hangat P:
9. menganjurkan tirah baring Lanjutkan intervensi
10.Memonitor pemberian cairan intravena 1. Monitor suhu
2. Monitor urine
3. Monitor komplikasi hpiertermi
4. Sediakan lingkungan dingin
5. Longgarkan pakaian
6. Berikan cairan oral
7. Ganti linen jika hiperhidrosis
8. Lakukan kompres hangat
9. Anjurkan tirah baring
10. Monitor pemberian cairan intravena

(Sofie)
Hipertermi berhubungan Pukul 14.00 WIB Pukul 16.30
Rabu , 20/04/2022
dengan proses penyakit (SDKI, 1. memonitor suhu
S : badan kadang terasa panas, perut sakit
D.0130) 2. Memonitor urine berkurang, pasien mengatakan minum hanya 5 gelas
3. Menyediakan lingkungan dingin perhari karena mual
4. Menganjurkan pasien melonggarkan O:
pakaian
- KU lemah, , kesadaran Compos Mentis,
5. Memonitor dan memotivasi pasien dan
keluarga untuk minum air putih minimal - Badan pasien banyak keringat, tampak agak pucat
1,5 liter (6-8 gelas)/hari. - Hasil lab : trombosit : 141, urine 200 cc dari jam
6. mengganti linen karena basah keringat 08.00
7. mengobservasi tirah baring - TD : 107/69
8. Memonitor pemberian cairan intravena - S : 37 ‘C
- Terpasang infus RL 30 tpm

A : Hipertermi teratasi sebagian


P:
Lanjutkan intervensi
1. Monitor suhu
2. Monitor urine
3. Monitor komplikasi hipertermi
4. Sediakan lingkungan dingin
5. Longgarkan pakaian
6. Berikan cairan oral
7. Ganti linen jika hiperhidrosis
8. Lakukan kompres hangat
9. Anjurkan tirah baring
10. Monitor pemberian cairan intravena

(Slamet)
Pukul 16.30
Kamis,21 /04/2022 Hipertermi berhubungan Pukul 14.00 WIB
dengan proses penyakit (SDKI, 1. memonitor suhu S : badan terasa masih panas, perut sakit berkurang,
D.0130) 2. Memonitor urine pasien mengatakan minum sudah 7-8 gelas perhari
3. Menyediakan lingkungan dingin O:
4. Menganjurkan pasien melonggarkan - KU lemah, , kesadaran Compos Mentis,
pakaian - Badan pasien banyak keringat, tampak agak pucat
5. Memotivasi pasien dan keluarga untuk - Hasil lab : trombosit : 143, urine 400 cc dari jam
minum air putih minimal 1,5 liter (6-8 08.00
gelas)/hari. - TD : 105/62
6. mengganti linen karena basah keringat
7. melakukan kompres hangat - S : 37,2 ‘C
8. menganjurkan tirah baring A : Hipertermi teratasi sebagian
9. Memonitor pemberian cairan intravena P:
Lanjutkan intervensi
1. Monitor suhu
2. Monitor urine
3. Monitor komplikasi hipertermi
4. Sediakan lingkungan dingin
5. Longgarkan pakaian
6. Berikan cairan oral
7. Ganti linen jika hiperhidrosis
8. Lakukan kompres hangat
9. Anjurkan tirah baring
10. Monitor pemberian cairan intravena

(Sofe

Pukul 16.30
S : badan terasa lebih enakan, perut sudah tidak
Hipertermi berhubungan Pukul 14.00 WIB sakit, pasien mengatakan minum sudah 7-8 gelas
dengan proses penyakit (SDKI, 1. memonitor suhu perhari
Jumat ,22 /04/2022 D.0130) 2. Memonitor urine O:
3. Menyediakan lingkungan dingin
- KU sedang, , kesadaran Compos Mentis,
4. Menganjurkan pasien melonggarkan
pakaian
- Badan pasien banyak keringat,
5. Memotivasi pasien dan keluarga untuk - Hasil lab : trombosit : 163, urine 500 cc dari jam
minum air putih minimal 1,5 liter (6-8 08.00
gelas)/hari. - TD : 102/64
6. mengganti linen karena basah keringat - S : 37 ‘C
7. melakukan kompres hangat A : Hipertermi teratasi
8. menganjurkan tirah baring P :Lanjutkan intervensi
9. Memonitor pemberian cairan intravena 1. Monitor suhu
2. Monitor urine

(Slamet)
Nama Pasien / No CM : Tn. Y / 031XXX Ruang : Bangsal Nakula RSUD Nyi Ageng Serang Kulon Progo
Diagnosa Keperawatan : Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (SDKI,D.0077)

Hari/ Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi


Nyeri akut berhubungan dengan agen Jam 17.00 Jam 18.30
Selasa, 19/04/2022 pencedera fisiologis (SDKI,D.0077)
1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, S : pasien mengatakan perut terasa
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri nyeri, skala nyeri 6
2. Mengidentifikasi skala nyeri
O:
3. mengidentifikasi respons nyeri non verbal
4. memberikan teknik nonfarmakologis untuk - Pasien tampak meringis
mengurangi rasa nyeri kompres menahan nyeri
hangat/dingin - Nadi : 105x/menit
5. Menjelaskan strategi meredakan nyeri - Pasien tampak gelisah/tidak
6. Mengajarkan teknik nyaman
nonfarmakologis untuk mengurangi rasa A : Masalah belum teratasi
nyeri
7. Mengelola injeksi paracetamol infus 1 P : lanjutkan intervensi
gram 1. Pantau skala nyeri
2. Pantau dan motivasi
penggunaan teknik
pengurang nyeri
3. Kolaborasi pemberian
analgetik

( Slamet )
Nyeri akut berhubungan dengan agen Jam 15.00 Jam 15.30
Rabu , 20/04/2022
pencedera fisiologis (SDKI,D.0077)
1. Mengidentifikasi skala nyeri S : pasien mengatakan perut terasa
2. mengidentifikasi respons nyeri non verbal nyeri, skala nyeri 4
3. memonitor teknik nonfarmakologis untuk O:
mengurangi rasa nyeri kompres
hangat/dingin - Pasien tampak meringis
4. Mengelola injeksi paracetamol infus 1 gram menahan nyeri
- Nadi : 96x/menit
- Pasien tampak gelisah/tidak
nyaman
A : Masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
1. Pantau skala nyeri
2. Pantau dan motivasi
penggunaan teknik
pengurang nyeri
3. Kolaborasi pemberian
analgetik

(Sofie)
Jam 15.00 Jam 15.30
Kamis,21 /04/2022 Nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisiologis (SDKI,D.0077) 1. Mengidentifikasi skala nyeri S : pasien mengatakan nyeri perut
2. mengidentifikasi respons nyeri non verbal berkurang, skala nyeri 3
3. memonitor teknik nonfarmakologis untuk O:
mengurangi rasa nyeri kompres
hangat/dingin - Pasien tampak lebih rileks
4. Mengelola injeksi paracetamol infus 1 gram - Nadi : 86x/menit
- Gelisah pasien menurun
A : Masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
1. Pantau skala nyeri
2. Pantau dan motivasi
penggunaan teknik
pengurang nyeri
3. Kolaborasi pemberian
analgetik

Jam 15.00
Nyeri akut berhubungan dengan agen 1. Mengidentifikasi skala nyeri ( Slamet )
Jumat ,22 /04/2022
pencedera fisiologis (SDKI,D.0077) 2. mengidentifikasi respons nyeri non verbal Jam 15.30
3. memonitor teknik nonfarmakologis untuk S : pasien mengatakan sudah nyeri
mengurangi rasa nyeri kompres
hangat/dingin
perut
4. Mengelola injeksi paracetamol infus 1 gram O:
- Pasien tampak rileks
- Nadi : 76x/menit
- Pasien tidak gelisah
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi :
penggunaan teknik pengurang rasa
nyeri nonfarmakologis.

(Sofie)
Nama Pasien / No CM : Tn. Y / 031XXX Ruang : Bangsal Nakula RSUD Nyi Ageng Serang Kulon Progo

Diagnosa Keperawatan : Risiko perdarahan berhubungan dengan gangguan koagulasi (SDKI, D.0012)

Hari / Tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


Keperawatan
Risiko perdarahan Pukul 15.00 WIB Pukul 16.30
Selasa,
berhubungan dengan 1. Memonitor tanda & gejala perdarahan
19/04/2022 S : badan terasa panas, perut sakit,keluarga
gangguan koagulasi 2. Memonitor nilai trombosit pasien mengatakan paham dan akan melapor
(SDKI, D.0012) 3. Memonitor tanda hipotensi jika ada tanda perdarahan, pasien mengatakan
4. Mempertahankan bed rest minum sebanyak 2 gelas perhari
5. Membatasi tindakan invasif O:
6. Menjelaskan tanda gejala perdarahan - KU lemah, , kesadaran Compos Mentis,
7. Menganjurkan asupan cairan oral dan minum jus - Badan pasien banyak keringat, tampak pucat
jambu - Hasil lab : trombosit : 147, urine 300 cc dari
8. Menganjurkan segera lapor jika ada perdarahan jam 08.00, warna urine agak kemerahan,
9. Mengelola pemberian asam tanexamat 500mg IV erytrosit dalam urine 3-6, darah samar 3+
10. Mengelola pemberian cairan intra vena - TD : 117/72 mmHg
- S : 37,8 ‘C
- Terpasang infus RL 30 tpm
- Injeksi asam tranexamat masuk 500 mg IV
- Pasien bedrest

A : Risiko perdarahan belum teratasi


P:
Lanjutkan intervensi
1. Monitor tanda & gejala perdarahan
2. Monitor nilai trombosit
3. Monitor tanda hipotensi
4. Pertahankan bed rest
5. Batasi tindakan invasif
6. Jelaskan tanda gejala perdarahan
7. Anjurkan asupan cairan oral
8. Anjurkan segera lapor jika ada
perdarahan
9. Kelola pemberian asam tanexamat
10. Kelola pemberian cairan intra vena

(Sofie)
Risiko perdarahan Pukul 15.00 WIB Pukul 16.30
Rabu , 20/04/2022
berhubungan dengan 1. Memonitor tanda & gejala perdarahan S : badan kadang terasa panas, perut sakit
gangguan koagulasi 2. Memonitor nilai trombosit berkurang, pasien mengatakan minum hanya 5
(SDKI, D.0012) 3. Memonitor tanda hipotensi gelas perhari karena mual
4. Mempertahankan bed rest O:
5. Menjelaskan tanda gejala perdarahan - KU lemah, , kesadaran Compos Mentis,
6. Menganjurkan asupan cairan oral dan minum jus - Badan pasien banyak keringat, tampak agak
jambu pucat
7. Menganjurkan segera lapor jika ada perdarahan - Hasil lab : trombosit : 141, urine 200 cc dari
8. Mengelola pemberian asam tanexamat 500mg IV jam 08.00, warna urine masih keruh kemerahan
9. Mengelola pemberian cairan intra vena - TD : 107/69
- S : 37 ‘C
- Terpasang infus RL 30 tpm
- Injeksi asam tranexamat masuk 500 mg IV
- Pasien bedrest

A : Risiko perdarahan teratasi sebagian


P:

Lanjutkan intervensi
1. Monitor tanda & gejala perdarahan
2. Monitor nilai trombosit
3. Monitor tanda hipotensi
4. Pertahankan bed rest
5. Motivasi dan anjurkan asupan cairan oral
6. Anjurkan segera lapor jika ada
perdarahan
7. Kelola pemberian asam tanexamat
8. Kelola pemberian cairan intra vena
( Slamet)
Kamis,21 /04/2022
Risiko perdarahan Pukul 16.30
berhubungan dengan Pukul 15.00 WIB S : badan terasa masih panas, perut sakit
gangguan koagulasi 1. Memonitor tanda & gejala perdarahan berkurang, pasien mengatakan minum sudah 7-8
(SDKI, D.0012) 2. Memonitor nilai trombosit
gelas perhari, sudah minum jus jambu saat perut
3. Memonitor tanda hipotensi
terasa enak
4. Mempertahankan bed rest O:
5. Menjelaskan tanda gejala perdarahan - KU lemah, , kesadaran Compos Mentis,
6. Menganjurkan asupan cairan oral dan minum jus - Badan pasien banyak keringat, tampak agak
jambu
pucat
7. Menganjurkan segera lapor jika ada perdarahan - Hasil lab : trombosit : 143, urine 400 cc dari
8. Mengelola pemberian asam tanexamat 500mg IV jam 08.00
9. Mengelola pemberian cairan intra vena - TD : 105/62
- S : 37,2 ‘C
A : Risiko perdarahan teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
1. Monitor tanda & gejala perdarahan
2. Monitor nilai trombosit
3. Monitor tanda hipotensi
4. Pertahankan bed rest
5. Motivasi dan anjurkan asupan cairan oral
6. Anjurkan segera lapor jika ada
perdarahan
7. Kelola pemberian asam tanexamat
8. Kelola pemberian cairan intra vena

(Sofe

Jumat ,22 /04/2022


Risiko perdarahan Pukul 16.30
berhubungan dengan Pukul 15.00 WIB S : badan terasa lebih enakan, perut sudah
gangguan koagulasi 1. Memonitor tanda & gejala perdarahan tidak sakit, pasien mengatakan minum sudah 7-8
(SDKI, D.0012) 2. Memonitor nilai trombosit gelas perhari, pasien mengatakan sudah minum
3. Memonitor tanda hipotensi jus jambu
4. Mempertahankan bed rest O:
5. Menjelaskan tanda gejala perdarahan - KU sedang, , kesadaran Compos Mentis,
6. Menganjurkan asupan cairan oral dan minum jus - Badan pasien banyak keringat,
jambu - Hasil lab : trombosit : 163, urine 500 cc dari
7. Menganjurkan segera lapor jika ada perdarahan jam 08.00
8. Mengelola pemberian asam tanexamat 500mg IV - TD : 102/64
9. Mengelola pemberian cairan intra vena - S : 37 ‘C
A : Risiko perdarahan teratasi
P :Pertahankan intervensi
1. Monitor tanda-tanda perdarahan
2. Monitor asupan cairan oral

(Slamet)
Nama Pasien / No CM : Tn. Y / 031XXX Ruang : Bangsal Nakula RSUD Nyi Ageng Serang Kulon Progo

Diagnosa Keperawatan : Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk makan) (SDKI,D.0032)

Hari / Tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


Keperawatan
Risiko defisit nutrisi Pukul 17.00 WIB Pukul 17.30
Selasa,
berhubungan dengan 1. Mengidentintifikasi status nutrisi
19/04/2022 S :pasien mengatakan perut sakit dan mual,
faktor psikologis 2. Mengidentintifikasi makanan yang disukai muntah setiap makan, pasien mengatakan
(keengganan untuk 3. Memonitor asupan makanan minum sebanyak 2 gelas perhari, sebelum sakit
makan) 4. Memonitor hasil pemeriksaan laboratorium pasien mengatakan suka makanan apa saja,
(SDKI,D.0032) 5. Melakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu tetapi selama sakit tidak ada makanan yang
6. Menyajikan makanan secara menarik dan suhu yang disukai.
sesuai O:
7. Memberikan makanan tinggi kalori dan tinggi - KU lemah, , kesadaran Compos Mentis,
protein - pasien tampak pucat
8. Menganjurkan posisi duduk saat makan bila mampu - TD : 117/72 mmHg
9. Menganjurkan diet yang diprogramkan - S : 37,8 ‘C
10. kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan : - Terpasang infus RL 30 tpm
terapi sucralfat 3 x C1 - Makan pasien hanya 2 sendok makan
11. kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan - BB : 62 kg, TB : 163 cm, IMT : 23,39
jumlah kalori dan jumlah nutrient. - Laborat : AT : 147

A : Risiko defisit nutrisi belum teratasi


P:
Lanjutkan intervensi
1. Sajikan makanan secara menarik dan suhu
yang sesuai
2. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
3. Anjurkan posisi duduk saat makan bila
mampu
4. Anjurkan diet yang diprogramkan
5. kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan : terapi sucralfat 3 x C1
6. kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jumlah
nutrient.

(Sofie)
Risiko defisit nutrisi Pukul 17.00 WIB Pukul 17.30
Rabu , 20/04/2022
berhubungan dengan 1. Memonitor asupan makanan S : badan kadang terasa panas, perut sakit
faktor psikologis 2. Memonitor hasil pemeriksaan laboratorium berkurang, pasien mengatakan minum hanya 5
(keengganan untuk 3. Melakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu gelas perhari karena mual, pasien makan habis
makan) 4. Menyajikan makanan secara menarik dan suhu yang ¼ porsi
(SDKI,D.0032) sesuai O:
5. Memberikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein - KU lemah, , kesadaran Compos Mentis,
6. Menganjurkan posisi duduk saat makan bila mampu - Badan tampak agak pucat
7. Menganjurkan diet yang diprogramkan - Hasil lab : trombosit : 141, urine 200 cc dari
8. mengelola pemberian medikasi sebelum makan : terapi jam 08.00, warna urine masih keruh kemerahan
sucralfat 3 x C1 - TD : 107/69
9. kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah - S : 37 ‘C
kalori dan jumlah nutrient. - Terpasang infus RL 30 tpm

A : Risiko defisit nutrisi teratasi sebagian


P:

Lanjutkan intervensi
1. Sajikan makanan secara menarik dan suhu
yang sesuai
2. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
3. Anjurkan posisi duduk saat makan bila
mampu
4. Anjurkan diet yang diprogramkan
5. kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan : terapi sucralfat 3 x C1
6. kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jumlah
nutrient.
( Slamet)
Pukul 17.00

Kamis,21 /04/2022 Risiko defisit nutrisi Pukul 17.30


1. Memonitor asupan makanan
berhubungan dengan S : badan terasa masih panas, perut mual
2. Memonitor hasil pemeriksaan laboratorium
faktor psikologis berkurang, pasien mengatakan minum sudah 7-8
3. Melakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
(keengganan untuk gelas perhari , mkan habis ½ porsi
4. Menyajikan makanan secara menarik dan suhu yang
makan) O:
sesuai
(SDKI,D.0032) 5. Memberikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein - KU lemah, , kesadaran Compos Mentis,
6. Menganjurkan posisi duduk saat makan bila mampu - Badan pasien banyak keringat, tampak agak
pucat
7. Menganjurkan diet yang diprogramkan
8. mengelola pemberian medikasi sebelum makan : terapi
- Hasil lab : trombosit : 143, urine 400 cc dari
jam 08.00
sucralfat 3 x C1
9. kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
- TD : 105/62
kalori dan jumlah nutrient. - S : 37,2 ‘C
A : Risiko defisit nutrisi teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
1. Sajikan makanan secara menarik dan suhu
yang sesuai
2. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
3. Anjurkan posisi duduk saat makan bila
mampu
4. Anjurkan diet yang diprogramkan
5. kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan : terapi sucralfat 3 x C1
6. kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jumlah
nutrient.

(Sofe
Risiko defisit nutrisi Pukul 17.30
Jumat ,22 /04/2022 berhubungan dengan Pukul 17.00
faktor psikologis S : badan terasa lebih enakan, perut sudah
(keengganan untuk 1. Memonitor asupan makanan tidak mual, pasien mengatakan minum sudah 7-
2. Memonitor hasil pemeriksaan laboratorium 8 gelas perhari, makan habis 1 porsi
makan)
3. Melakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu O:
(SDKI,D.0032)
4. Menyajikan makanan secara menarik dan suhu yang - KU sedang, , kesadaran Compos Mentis,
sesuai - Badan tampak lebih segar
5. Memberikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein - Hasil lab : trombosit : 163, urine 500 cc dari
6. Menganjurkan posisi duduk saat makan bila mampu jam 08.00
7. Menganjurkan diet yang diprogramkan - TD : 102/64
8. mengelola pemberian medikasi sebelum makan : terapi - S : 37 ‘C
sucralfat 3 x C1 A : Risiko defisit nutrisi teratasi
9. kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah P :Pertahankan intervensi
kalori dan jumlah nutrient. 1. Monitor asupan intake makan dan minum

(Slamet)
F. DISCHARGE PLANNING
Pasien direncanakan boleh rawat jalan jika bebas panas, suhu dalam
rentang normal selama minimal 24 jam, angka trombosit naik diatas
150.000 dan tidak ada tanda-tanda perdarahan.

BAB IV

PEMBAHASAN

Asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan pada pasien adalah


mengatasi hipertermi, mencegah terjadinya perdarahan, mengurangi nyeri dan
mencegah terjadinya defisit nutrisi pada pasien dengan trombositopeni.
Penatalaksanaan yang dilakukan diantaranya memotivasi pasien untuk
memperbanyak istirahat/bedrest dan mengkinsumsi jus jambu.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh TW Mulyaningsih tahun 2014 di


RS Islam Sunan Kudus menunjukkan bahwa pemberian jus jambu pada pasien
dengan trombositopeni dapat meningkatkan angka trombosit karena jus jambu
mengandung flavonoid yang bekerja meningkatkan jumlah sitokin yang
berperan meningkatkan sistesystemekuan darah. Selain itu dalam
meningkatkan trombosit dengan bedrest total, istirahat yang cukup minimal 7-8
jam dapat membantu tubuhkembali fresh dan akan memproduksi lebih banyak
trombosit .
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan laporan asuhan keperawatan pada pasien Tn. Y dengan
Trombositopeni di Bangsal Nakula Rsud Nyi Ageng Serang Kulon Progo
diagnosa keperawatan sebagai berikut :

1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (SDKI, D.0130) ditandai dengan


pasien tampak pucat, Ibu pasien mengatakan pasien panas sejak 3 hari yang lalu, S
: 37,9 ‘C, N : 105 x/menit, Kulit teraba hangat.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (SDKI,D.0077) ditandai
dengan : pasien mengeluh nyeri perut (skala : 6), Pasien tampak meringis menahan
nyeri, N : 105 x/menit, Nafsu makan menurun.
3. Risiko perdarahan berhubungan dengan gangguan koagulasi (SDKI, D.0012)
ditandai dengan : pasien mengatakan demam sejak 3 hari yang lalu, hasil
laboratorium tanggal 19/04/2022 angka trombosit : 147 x103 /uL, hasil lab urine
rutin darah samar = +3, Eritrosit = 3-6.
4. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk
makan) (SDKI,SD.0032) ditandai dengan pasien mengatakan malas makan karena
takut muntah, porsi makan pasien hanya 2-3 sendok makan, minum air putih 1-2
gelas/hari, pasien tampak pucat.
Dari ketiga diagnosa keperawatan semua teratasi, hal ini karena pasien dan
keluarga kooperatif dalam asuhan keperawatan sehingga mendukung untuk
tercapainya tujuan dari asuhan keperawatan.
B. Saran
Bagi pembaca dapat digunakan sebagai referensi dalam melakukan
asuhan keperawatan dengan pada pasien dengan trombositopeni yang
berbeda, Bagi perawat rumah sakit dapat menerapkan tindakan keperawatan
pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Andra &Yessie, 2013. Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan


Dewasa). Yogyakarta: Nuha Medika

Baradero Marry, dkk.2008. Klien Gangguan Kardiovaskuler : Seri


Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta

Bararah, Taqiyyah dan Jauhar Mohammad. 2013. Asuhan Keperawatan


Edisi Ke-2. Jakarta: PrestasiPustaka. Heather, T. Herdman.

Hoffbiand A. V, Pettit J. E (1987), Hematologi, Essential Hematology


Buku Kedokteran EGC.

Kowalak, 2016. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran: EGC NANDA.2015-2017.Diagnosis Keperawatan Definisi
dan Klasifikasi. 2015. EGC: Jakarta

Nurarif, Amin H., Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan

Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jilid 3. Jogjakarta : Mediaction.


Nursing Interventions Classfication (NIC. Ed. 5. EGC Jakarta

Nursing Outcomes Classification (NOC). Ed. 5. EGC: Jakarta

Nuswantari D. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Ed. 25. EGC:


Jakarta

Price. (2006). KeperawatanMedikalBedah dan Patofisiologi. Jakarta:


EGC.

Price S dan Wilson L. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Ed.6. EGC: Jakarta Smeltzer S & Bare B. 2002. Buku Ajar
Medikal Bedah Brunner dan Suddart. Ed.8 EGC: Jakarta

http://jurnal.akperkridahusada.ac.id/index.php/jpk/article/view/3

Anda mungkin juga menyukai