Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA

KELOMPOK KADER POSYANDU DI PADUKUHAN


SERANGAN, SIDOLUHUR, GODEAN, SLEMAN,
YOGYAKARTA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Jiwa Komunitas
Pembimbing Akademik: Budhy Ernawan, S.Kp.,M.Sc

Disusun Oleh:
Kelompok
Sofia Lestari  P07120521105

Retna Nawangmularsih  P07120521107

Slamet Riyadi P07120521109

Sunu Mashuri  P07120521128

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN
YOGYAKARTA
PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa pada Kelompok Kader Posyandu di Pedukuhan
Serangan, Sidoluhur, Godean, Sleman, Yogyakarta, disusun untuk memenuhi tugas
Kelompok Praktik Profesi Ners Stase Keperawatan Komunitas, yang dilaksanakan pada:

Hari :
Tanggal :
Tempat : Dusun Serangan

Pembimbing Akademik
Pembimbing Lahan

Budhy Ernawan, S.Kp.,M.Sc (Hari Mulyani, S.Kep., Ners)

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Setiap individu memiliki usia dan karakter yang berbeda karena setiap
orang adalah unik. Dan disepanjang daur kehidupannya, individu akan mengalami fase
kehidupannya. Mulai dari fase perinatal, bayi, toddles, preschool, sekolah, remaja,
hingga fase dewasa muda menengah dan tua. Masing-masing dari semua fase itu
memiliki tahap pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda pula. Laju
pertumbuhan bervariasi pada tahap pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda
pula karena perkembangan merupakan aspek perilaku dari pertumbuhan.

Adapun dari fase-fase yang terjadi terdapat tugas-tugas perkembangan yang


diharapkan dapat dicapai oleh individu pada setiap tahap perkembangannya. Tugas-
tugas ini harus dicapai sebelum seorang individu melangkah ke tahapan
perkembangan selanjutnya. Apabila seseorang individu gagal dalam memenuhi tugas
perkembangannya, maka ia akan sulit untuk memenuhi dan melaksanakan tugas
perkembangan pada fase selanjutnya.

Sebagai seorang perawat, kita dituntut untuk mengerti proses tumbuh


kembang manusia mulai dari masa perinatal hingga masa dewasa tua itu. Oleh karena
keunikan yang dimiliki setiap individu berbeda-beda dan fase kehidupan yang juga
bertahap-tahap sehingga dalam menangani kasus yang samapun tindakan yang di
berikan akan sangat berbeda.
1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan umum


1. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep pertumbuhan dan
perkembangan orang dewasa.
2. Mahasiswa mampu mengetahui tahap perkembangan dewasa muda.
3. Mahasiswa mampu mengetahui tugas perkembangan dari masing-
masing fase dewasa itu.
4. Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan sehat jiwa pada
klien dewasa.

1.2.2 Tujuan khusus


1. Untuk melakukan pengkajian pada asuhan keperawatan sehat jiwa
pada klien dewasa.
2. Untuk menentukan diagnosa pada asuhan keperawatan sehat jiwa
pada klien dewasa.
3. Untuk melakukan intervesi pada asuhan keperawatan sehat jiwa pada
klien dewasa.
4. Untuk melakukan implementasi pada asuhan keperawatan sehat jiwa
pada klien dewasa.
5. Untuk melakukan evaluasi pada asuhan keperawatan sehat jiwa pada
klien dewasa.

5
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi dewasa awal

Istilah adult atau dewasa awal berasal dari bentuk lampau kata
adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan atau ukuran yang
sempurna atau telah menjadi dewasa. Hurlock (1999) mengatakan bahwa
masa dewasa awal dimulai pada umur 20 tahun sampai umur 40 tahun,
saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai
berkurangnya kemampuan reproduktif.

Dariyo (2003) mengatakan bahwa secara umum mereka yang


tergolong dewasa muda (young adulthood) ialah mereka yang berusia 20-
40 tahun. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dewasa awal
adalah individu yang berada pada rentang usia antara 20 hingga 40 tahun
dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu yang
disertai berkurangnya kemampuan reproduktif, merupakan masa dimana
individu tidak lagi harus bergantung secara ekonomis, sosiologis, maupun
psikologis pada orangtuanya, serta masa untuk bekerja, terlibat dalam
hubungan masyarakat, dan menjalin hubungan dengan lawan jenis.

2.2 Tugas perkembangan masa dewasa awal

Hurlock (1980) membagi tugas perkembangan pada individu


dewasa awal, antara lain:
a. mulai bekerja

b. memilih pasangan

c. mulai membina keluarga

d. mengasuh anak

6
e. mengelola rumah tangga

f. mengambil tanggung jawab sebagai warga negara


g. mencari kelompok sosial yang menyenangkan.

7
2.3 Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan
2.3.1 Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan fisik dan peningkatan ukuran yang
dapat diukur secara kuantitatif. Indicator pertumbuhan meliputi tinggi
badan, berat badan, ukuran tulang, dan pertumbuhan gigi. Pola
pertumbuhan fisiologis sama untuk semua orang. Akan tetapi, laju
pertumbuhan bervariasi pada tahap pertumbuhan dan perkembangan yang
berbeda.

2.3.2 Perkembangan
Perkembangan adalah peningkatan kompleksitas fungsi dan
kemajuan keterampilan. Perkembangan adalah kemampuan dan
keterampilan yang dimiliki individu untuk beradaptasi dengan lingkungan.
Perkembangan merupakan aspek perilaku dari pertumbuhan.

2.4 Perkembangan Orang Dewasa


2.4.1 Karakteristik Perkembangan Orang Dewasa

Karakteristik perkembangan orang dewasa adalah sebagai berikut :


1. Perkembangan fungsi aspek-aspek fisik orang dewasa terus berjalan
sesuai dengan jenis pekerjaan, pendidikan dan latihan serta hobi-hobi
aktivitas fisik. Usia dewasa merupakan usia yang secara fisik sangat
sehat, kuat, dan cekatan dengan tenaga yang cukup besar. Kekuatan
dan kesehatan ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan ekonomi,
kebiasaan hidup, kebiasaan makan, dan pemeliharaan kesehatan.
2. Kualitas kemampuan berpikir kelompok dewasa muda terus
berkembang lebih meluas atau komprehensif dan mendalam.
Perkembangan ini tergantung pada pengetahuan dan informasi yang
dikuasai. Semakin tinggi dan luas ilmu pengetahuan, dan informasi
yang dimiliki, semakin tinggi kualitas kemampuan berpikir.

8
3. Pada masa dewasa, berlangsung pengalaman moral. Melalui
pengalaman moral, orang dewasa mengubah pemikiran-pemikiran
moral menjadi perbuatan moral.
4. Bekerja untuk pengembangan karier merupakan tuntutan dan
karakteristik utama dari masa dewasa

2.4.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang


Beberapa faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang
orang dewasa adalah sebagai berikut :
A. Faktor genetik
1) Faktor keturunan - masa konsepsi.
2) Bersifat tetap atau tidak berubah sepanjang kehidupan.
3) Menentukan beberapa karakteristik seperti jenis kelamin, ras,
rambut, warna mata, pertumbuhan fisik, sikap tubuh dan
beberapa keunikan psikologis seperti temperamen.

B. Faktor eksternal / lingkungan


Faktor eksternal mempengaruhi individu setiap hari mulai
konsepsi sampai akhir hayatnya, dan sangat menentukan tercapai atau
tidaknya potensi bawaan. Faktor eksternal yang cukup baik akan
memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang
baik akan menghambatnya.
1) Keluarga
Fungsi keluarga yaitu sebagai tempat bertahan hidup, rasa
aman, perkembangan emosi dan sosial, penjelasan mengenai
masyarakat dan dunia, dan membantu mempelajari peran dan
perilaku.
2) Kelompok teman sebaya
Lingkungan yang baru dan berbeda, memberi pola dan
struktur yang berbeda dalam interaksi dan komunikasi, dan
memerlukan gaya perilaku yang berbeda. Fungsi kelompok teman
sebayaadalah sebagai tempat belajar kesuksesan dan kegagalan,

9
memvalidasi dan menantang pemikiran dan perasaan,
mendapatkan penerimaan, dukungan dan penolakan sebagai
manusia unik yang merupakan bagian dari keluarga serta untuk
mencapai tujuan kelompok dengan memenuhi kebutuhan dan
harapan.
3) Pengalaman hidup
Pengalaman hidup dan proses pembelajaran membiarkan
individu berkembang dengan mengaplikasikan apa yang telah
dipelajari.
4) Kesehatan
Tingkat kesehatan merupakan respon individu terhadap
lingkungan dan respon orang lain pada individu. Kesehatan
prenatal (sebelum bayi lahir) mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan dari fetal (janin). Ketidakmampuan untuk
melaksanakan tugas-tugas perkembangan karena kesehatan
terganggu akan mengakibatkan tumbuh kembang juga terganggu.
5) Lingkungan tempat tinggal
Musim, iklim, kehidupan sehari-hari dan status sosial
ekonomi juga mempengaruhi perkembangan seseorang.

2.5 Dewasa Muda (20-40 tahun)


2.5.1 Tahap Perkembangan
Dewasa muda disebut sebagai individu yang matur. Mereka
sudah dapat memikul tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri dan
mengharapkan hal uang sama dari orang lain. Mereka menghadapi
berbagai tugas dalam hidup dengan sikap realistis dan dewasa, membuat
keputusan dan bertanggung jawab atas keputusan tersebut.
1) Perkembangna Fisik
Individu berada pada kondisi fisik yang prima diawal usia
20a-an. Semua sistem pada tubuh(seperi kardio vaskuler,
pengelihatan, pendengaran dan reproduktif) juga berfungsi pada

1
0
efesiensi puncak. Perubahan fisik pada tahap ini minimal, berat
badan dan massa otot dapat berubah akikab diet dan olah raga.
2) Perkembangan Psikososial
Individu dewasa muda, menghadapi sejumlah pengalaman
serta perubahan gaya hidup yang baru saat beranjak dewasa,
mereka harus membuat pilihan mengenai pendidikan, pekerjaan,
perkawinan, memulai rumah tangga, dan untuk membesarkan
anak. Tanggungjawab sosial meliputi membentuk hubungan
pertemanan yang baru dan menjalani beberapa kegiatan di
masyarakat. Beberapa perkembangan psikososial pada dewasa
muda, yaitu:
a. Berada pada tahap genital, yaitu ketika energi diarahkan
untuk mencapai hubungan seksual yang matur (mengacu
pada teori Freud).
b. Memiliki tugas perkembangan berikut, mengacu pada
pemikiran Havighurst: Memilih pasangan, belajar untuk
hidup bersama pasangan, membentuk sebuah keluarga,
membesarkan anak, mengatur rumah tangga, memulai
suatu pekerjaan, memikul tanggung jawab sebagai warga
negara, menemukan kelompok social yang cocok.

3) Perkembangan Kognitif
Piaget meyakini bahwa struktur kognitif sempurna terjadi
kurang lebih sejak usia 11-15 tahun. Sejak periode tersebut,
operasi formal(contoh: membuat hipotesis) menandakan
pemikiran selama massa dewasa, egosentrismenya terus
berkurang. Mereka mampu memahami dan menyeimbangkan
argumen yang diciptakan oleh logika dan emosi.
4) Perkembangan Moral
Pada periode ini, individu mampu memisahkan diri dari
pengharapan dan aturan-aturan orang lain, dan mendefinisikan
moralitas terkait prinsip moral. Saat mempersepsikan konflik

1
1
dengan norma dan hukum masyarakat, mereka membuat penilaian
berdasarkan prinsip pribadi mereka.
5) Perkembangan Spiritual
Pada periode ini, individu berfokus pada realitas. Individu
dewasa yang berusia 27 tahun dapat mengemukakan pertanyaan
yang bersifat filosofi mengenai spiritualitas dan menyadari akan
hal spiritual tersebut.

2.6. Fase-fase interaksi dalam asuhan keperawatan sehat jiwa klien Dewasa

1) Pra-interaksi

Dimulai sebelum kontak pertama dengan pasien. Perawat


mengeksplorasikan perasaan, fantasi dan ketakutannya, sehingga kesadaran dan
kesiapan perawat untuk melakukan hubungan dengan klien dapat dipertanggung
jawabkan. Tugas tambahan pada fase ini adalah mendapatkan informasi tentang
klien dan menentukan kontak pertama.

2) Perkenalan atau orientasi

Dalam memulai hubungan, tugas utama adalah membina rasa percaya,


penerimaan, dan pengertian, komunikasi yang terbuka dan perumusan kontrak
dengan pasien. Elemen-elemen kontrak perlu diuraikan dengan jelas pada klien
sehingga kerjasama perawat-pasien dapat optimal. Diharapkan pasien berperan
serta secara penuh dalam kontrak, namun pada kondisi tertentu, misalnya pasien
dengan gangguan realita maka kontrak dilakukan sepihak dan perawat perlu
mengulang kontak jika kontak realitas pasien meningkat.

3) Fase kerja

Pada fase kerja, perawat dan pasien mengeksplorasi stressor yang tepat
dan mendorong perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan
persepsi, pikiran, perasaan dan perbuatan klien. Perawat membantu pasien
mengatasi kecemasan, meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab diri
sendiri, dan mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif. Perubahan
prilaku yang maladaptif menjadi adaptif merukapan fokus fase ini.

1
2
4) Terminasi

Terminasi merupakan fase yang sangat sulit dan penting dalam hubungan
terapeutik. Rasa percaya dan hubungan intim yang terapeutik sudah terbina
dan berada dalam tingkat yang optimal (Dalami, Ermawati, dkk, 2009).

Kriteria penetapan kesiapan pasien untuk terminasi yaitu:

 Klien mengalami kelegaan dari masalah yang ada.


 Fungsi klien sudah meningkat.
 Harga diri klien meningkat dan rasa identitas diri yang kuat.
 Klien menggunakan respon koping yang lebih adaptif.
 Klien telah mencapai hasil asuhan yang telah direncanakan.
 Kendala sudah ditemukan dalam hubungan perawat-klien yang
tidak dapat diselesaikan (Stuart, Gail, 2016).

2.7. Asuhan Keperawatan Sehat jiwa pada klien dewasa

KASUS :

Di sebuah klinik x, Seorang klien tn. F umur 24 tahun yang baru


saja menikah 1 tahun yang lalu, istrinya sedang mengandung dan usia
kandungan istrinya sekarang sudah 7 bulan, klien mengeluh tentang
bagaimana dia akan menjadi seorang ayah (kepala keluraga), dia merasa
belum siap menjadi seorang ayah, klien juga merasa cemas dan bingung akan
penghasilannya dari pekerjaanya sebagai karyawan di sebuah perusahaan
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya

1
3
PENGKAJIAN DIAGNOSA INTERVENSI IMPLEMENTASI EVALUASI
Data Subjektif: 1. Kesiapan 1. Untuk Diagnosa Pertama 1. Untuk Diagnosa Pertama 1. Untuk Diagnosa Pertama
1. Klien meningkatkan a. Mengksplorasi persepsi a. Klien mampu mengatasi
mengatakan menjadi orangtua Peningkatan Efikasi Diri individu mengenai menerima peran nya
merasa belum berhubungan (5395) keuntungan sebagai seorang ayah (
siap menjadi dengan a. Eksplorasi persepsi melaksanakan perilaku- kepala keluarga)
seorang ayah mengekspresikan individu mengenai perilaku yang diinginkan 2. Untuk Diagnosa Kedua
2. Klien keinginan untuk keuntungan b. Mengidentifikasi persepsi a. Klien mampu mengatasi
mengatakan meningkatkan peran melaksanakan perilaku- individu mengenai resiko kecemasannya.
penghasilannya menjadi orangtua perilaku yang tidak melaksanakan
dari pekerjaanya ditandai dengan diinginkan perilaku-perilaku yang
belum klien mengatakan b. Identifikasi persepsi diinginkan
mencukupi merasa belum siap individu mengenai c. Memberikan penguatan
kebutuhan menjadi seorang resiko tidak kepercayaan diri dalam
keluarga nya ayah dan klien melaksanakan perilaku- membuat perubahan
Data Objektif: tampak bingung perilaku yang perilaku dan mengambil
1. Klien tampak bingung bagaimana cara diinginkan tindakan
akan perannya sebagai menjadi seorang c. Berikan penguatan d. Memberikan contoh atau
orangtua ayah kepercayaan diri dalam tunjukan perilaku yang

14
2. Klien tampak Ragu, 2. Ansietas membuat perubahan diinginkan
khawatir dan gelisah berhubungan dengan perilaku dan mengambil e. Memberikan penguatan
bagaimana cara perubahan besar (mis: tindakan positif dan dukungan
mencukupi kebutuhan status ekonomi dan d. Berikan contoh atau emosi selama proses
keluarganya lingkungan) di tandai tunjukan perilaku yang pembelajaran dan saat
dengan klien diinginkan mengimplementasikan
mengatakan e. Berikan penguatan perilaku
penghasilannya dari positif dan dukungan f. Mendukung interaksi
pekerjaanya belum emosi selama proses dengan individu lain
mencukupi kebutuhan pembelajaran dan saat yang telah berhasil
keluarga dank lien mengimplementasikan mengubah perilaku
tampak ragu, khawatir perilaku (misalnya, dukungan
dan gelisah bagaimana f. Dukung interaksi kelompok atau
cara mencukupi dengan individu lain berpartisipasi pada
kebutuhan yang telah berhasil pendidikan kelompok).
keluarganya. mengubah perilaku
(misalnya, dukungan
kelompok atau
berpartisipasi pada 2. Untuk Diagnosa Kedua

15
pendidikan kelompok). a. Mendukung pasien
untuk
2. Untuk Diagnosa Kedua mengidentifikasikan
deskripsi yang realistik
Peningkatan Koping (5230) terhadap adanya
a. Dukung pasien untuk perubahan dalam peran
mengidentifikasikan b. Memberikan suasana
deskripsi yang realistik penerimaan
terhadap adanya c. Mencari jalan untuk
perubahan dalam peran memahami perspektif
b. Berikan suasana pasien terhadap situasi
penerimaan penuh stres
c. Cari jalan untuk d. Membantu pasien untuk
memahami perspektif mengidentifikasi
pasien terhadap situasi strategi-strategi positif
penuh stres untuk mengatasi
d. Bantu pasien untuk keterbatasan dan
mengidentifikasi mengelola kebutuhan
strategi-strategi positif gaya hidup maupun

16
untuk mengatasi perubahan peran
keterbatasan dan e. Mendukung pasien
mengelola kebutuhan untuk mengidentifikasi
gaya hidup maupun kekuatan dan
perubahan peran kemampuan diri
e. Dukung pasien untuk f. Menginstruksikan
mengidentifikasi pasien untuk
kekuatan dan kemampua menggunakan teknik
diri relaksasi sesuai dengan
f. Instruksikan pasien kebutuhan
untuk menggunakan g. Mengevaluasi
teknik relaksasi sesuai kemampuan pasien
dengan kebutuhan dalam membuat
g. Evaluasi kemampuan keputusan.
pasien dalam membuat
keputusan.

17
2.8 Role Play

Suatu hari ada seorang pemuda, Tn. F yang baru membentuk keluarga 1
tahun yang lalu, istrinya sedang mendandung dan usia kandungan istrinya sudah 7
bulan, Tn. F mendatangi klinik X yang berada di daerah kota medan. dia datang
ke klinik untuk berkonsultasi dengan perawat yang ada diklinik tersebut.

Perawat 1 : Selamat pagi pak? (perawat dengan senyum)

Suami : Selamat pagi suster

Perawat 1 : Ada yang bisa saya bantu pak?

Suami : Begini suster, saya ingin berkonsultasi.

Perawat 1 : Baiklah pak, silahkan masuk

Suami : Baik suster

Perawat 1 : Sebentar ya pak, tolong isikan format ini terlebih dahulu

ya Suami : (mengisi format) sudah selesai suster

Perawat 1 : Baiklah kalau begitu mari saya antarkan ke ruangan konsultasinya


ya pak.

Suami : iya suster

Di ruangan konsultasi

Perawat 1 : Selamat pagi kak ini ada klien kita,bapak Filipus, ingin
melakukan konsultasi kak, ini format konsultasi yang
sudah diisi, permisi ya kak.

Perawat 2 : Baiklah, terimakasih ya.

Kemudian bapak tersebut masuk keruangan konsultasi.....

Perawat 2 : Selamat pagi pak


Suami : Selamat pagi suster

Perawat 2 : Perkenalkan saya ….. saya perawat yang bertanggung jawab


untuk melakukan tindakan konsultasi di klinik ini, apakah benar
ini dengan bapak filipus?

Suami : ya, benar suster

Perawat 2 : kalau boleh tau pak, apa tujuan bapak datang kesini?

Suami : saya datang kesini untuk berkonsultasi mengenai permasalahan


saya. saya merasa belum mampu untuk menjadi orangtua. padahal
istri saya sekarang sedang mengandung, suster.

Perawat 2 : ohh begitu ya pak, sebenarnya apa masalah yang membuat bapak
merasa belum mampu untuk menjadi orangtua? dan kalau boleh
saya tau, sudah berapa bulan usia kandungan istri bapak?

Suami : saya merasa penghasilan saya tidak akan bisa mencukupi keluarga
kami nanti suster, apalagi membayar biaya untuk persalinan dan
keperluan bayi kami nanti setelah istri saya ini melahirkan. Kalau
usia kandungan istri saya sudah 7 bulan, suster.

Perawat 2 : kalau boleh tau pekerjaan bapak apa?

Suami : saya seorang karyawan di sebuah perusahaan suster

Perawat 2 : baiklah pak, jadi menurut saya mengenai masalah yang bapak
hadapi, sebaiknya bapak tidak perlu merasa begitu khawatir.
Bapak mestinya merasa bersyukur karena tidak ada ruginya jika
mempunyai anak, apalagi ini nanti merupakan anak pertama
bapak, nah saya mau tanya, apakah bapak senang dengan
kehamilan istri bapak saat ini?

Suami : sangat senang suster,

Perawat 2 : nah kalau begitu bapak harus bisa menerima dan siap untuk
menjadi seorang suami sekaligus ayah, dan memang
tanggungjawab bapak akan semakin bertambah dan itu bukan
sesuatu hal yang harus bapak cemaskan, melainkan di saat seperti
itulah bapak sudah harus memiliki rencana kedepan nya harus
seperti apa, apalagi dengan bertambahnya anggota keluarga baru
yaitu anak pertama bapak nantinya, dengan kehadiran anak
pastinya ada perubahan, tetapi itu merupakan sesuatu yang
lumrah karena kehadiran anak pastinya akan membuat kehidupan
di keluarga lebih bewarna, bisa juga sebagai rejeki dan membawa
kebahagian terkhusus untuk bapak dan istri bapak.

Suami : iya suster, apa yang suster katakan benar

Perawat : iya pak, jadi bapak jangan mudah putus asa, melainkan bapak
harus semangat, bapak harus bisa menjadi teladan bagi keluarga
dan lebih memberi perhatian atau lebih memprioritaskan keluarga

Suami : baiklah suster, tetapi saya masih merasa khawatir dengan


keuangan saya . saya khawatir tidak bisa mencukupi kebutuhan
keluarga kedepannya

Perawat 2 : nah, seperti yang saya katakan sebelumnya, bahwa bapak dari
sekarang sudah harus memiliki rencana, seperti menabung,
menyisihkan uang agar bisa di gunakan sewaktu-waktu. Bapak
juga bisa ikut program asuransi seperti untuk anak bapak,
sehingga nanti masa depannya lebih terjamin.

Suami : oh iya suster, itu merupakan ide yang bagus untuk saya lakukan
mulai dari sekarang

Perawat 2 : iya pak, nah kalau bapak memang mencemaskan sesuatu, bapak
bisa merilekskan pikiran bapak, melalui hobi bapak, kalau boleh
tau, hobi bapak apa ya?

Suami : biasanya sih suster, jika saya sedang bosan saya akan bermain
gitar
Perawat 2 : nah, itu lebih bagus pak, hobi bapak ini bisa menjadi salah satu
cara untuk mengurangi kecemasan. Bukankah setelah bermain
gitar perasaan bapak lebih rileks?

Suami : iya suster, serasa saya mampu untuk melanjutkan aktivitas saya
yang lain setelahnya.

Perawat 2 : Nah, bapak. Kita sudah membicarakan dan membahas banyak hal
pada petemuan ini. jadi bagaimana menurut bapak? Apakah
bapak merasa sudah lebih baik sekarang?

Suami : iya, suster. Setelah konsultasi ini saya merasa tidak perlu khawatir
lagi kalau saya akan menjadi seorang ayah karena itu bukan
beban tetapi itu sudah menjadi tanggung jawab yang harus saya
jalani. Saya juga tidak perlu terlalu mencemaskan keuangan saya.
Jika saya sudah merencanakan kehidupan keluarga saya untuk ke
depannya sejak sekarang maka kebutuhan keluarga saya dapat
tercukupi.

Perawat 2 : Baiklah, pak. Saya rasa untuk sesi kali ini sudah cukup. Jika
nantinya bapak memiliki hal yang ingin dikonsultasikan dan
dicari penyelesaiannya bersama, bapak bisa berkunjung lagi ke
sini.

Suami : iya suster, terimakasih banyak ya suster.

Perawat 2 : Sama-sama, pak.

Suami : kalau begitu saya permisi dulu ya suster, Selamat pagi (salaman).

Perawat 2 : Selamat pagi, pak. Hati-hati di jalan.


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Hari / Tanggal : Senin, 3 Oktobber 2022

Tempat : Pedukuhan Serangan

Sumber Data : Kader Pedukuhan Serangan


Metode : Wawancara dan observasi
Oleh : Kelompok VI
1. Lokasi pengamatan

Pedukuhan Serangan.
2. Nama kelompok

Kelompok yang diamati yaitu kelompok kader anggur pedukuhan Serangan.

3. Jumlah anggota

Jumlah anggota kelompok kader terdiri dari 10 Kader

4. Distribusi kelompok

a. Kelompok Jenis Kelamin


Data kader berdasar jenis kelamin
Perempuan 10 100 %
laki-laki 0%
Total 10 100 %

Distribusi kelompok kader semua kader adalah perempuan.


b. Pendidikan
Data kader berdasar tingkat pendidikan
SD 1 10 %
SLTP 2 20 %
SLTA 7 70 %
total 10 100 %
Pendidikan terakhir kelompok kader

c. Agama dan Kepercayaan yang dianut

Semua kelompok kader Anggur Pedukuhan Serangan memeluk


agama Islam dengan presentase 100%.
d. Usia Kader

Distribusi kader berdasarkan usia

Data kader berdasarkan usia


31-40 tahun 2 20 %
41-50 tahun 6 60 %
Lebih dari 50 tahun 2 20 %
Total 10 100 %

e. Pekerjaan

Data kader berdasarkan pekerjaan


Tidak bekerja/ibu rumah tangga 7 70 %
Pedagang 2 20 %
Instruktur senam 1 10 %
Total 10 100 %
5. Pengkajian Psikososial

Keluhan Utama : Beberapa kader mengatakan harus membagi waktu antara keluarga
pekerjaan dan tugas sebagai kader. Kader mengatakan ada beberapa warga susah
untuk diajak kegiatan dengan berbagai alasan. Permasalahan keluarga pekerjaan dan
tugas sebagai kader kadang membuat mereka stress dan tegang. Beberapa kader
menanyakan bagaimana cara agar bisa lebih rileks saat ada masalah yang berat dan
bertumpuk. Para kader mengatakan mereka belum pernah mendapat penyuluhan
kesehatan terkait kesehatan jiwa dan managemen stress.
Masalah keperawatan : Defisit pengetahuan tentang kesehatan jiwa dan
managemen stress.
a. Tipe keluarga

Tipe keluarga kader Anggur Serangan adalah nuclear family yang dimana
dalam satu rumah terdiri dari keluarga inti yaitu ibu, dan anak.
b. Pengambilan keputusan

Sebagian besar kader pengambil keputusan adalah diskusi semua anggota


keluarga.

c. Hubungan pasien dan kepala keluarga


Hubungan kader dengan Kepala Keluarga harmonis, dibuktikan dengan para
kader ini diijinkan kepala keluarga untuk mengurus kepentingan warga.
d. Kebiasaan yang dilakukan Bersama keluarga
Para Kader mengatakan saat di rumah bersama keluarga menonton TV , makan
bersama dan diskusi tentang situasi yang ada secara bersama-sama.
e. Kegiatan yang dilakukan di dalam masyarakat
Para Kader ini aktif mengikuti kegiatan sosial di masyarakat, baik tingkat
dusun kelurahan dan mewakili dusun ke kalurahan. Para kader juga rutin
mengadakan senam seminggu sekali di pedukuhan Serangan.

6. Konsep Diri
a. Gambaran Diri
Para Kader mengatakan mereka adalah ibu Rumah Tangga, Pengurus Kader dan
Anggota masyarakat .
b. Identitas Diri
Para kader megatakan mereka adalah wanita dan ibu rumah tangga yang
mempunyai hak dan kewajiban.
c. Peran Diri
Para Kader ini mengatakan mereka berperan ganda selain sebagi kader mereka
juga sebagai ibu rumah tangga.
d. Ideal Diri
Para kader mengatakan mereka ingin menjalankan perannya secara optimal
walupun mendapat tekanan dari banyak hal.
e. Harga Diri
Para kader merasa bangga dan dibutuhkan di masyarakat.

Masalah Keperawatan : tidak ada


7. Riwayat Sosial
a. Pola Sosial
1) Orang yang berarti
Sebagian besar mengatakan orang yang paling berarti adalah anak-anak dan
keluarga mereka.
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok.masyarakat
Semua kader aktif dalam kegiatan sosial dan kemlompok masyarakat.
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Semua kader tidak ada hambatan yang berarti dalam berhubungan dengan
orang lain.

b. Obat-obatan yang dikonsumsi


Sebagian besar kader tidak mengkonsumsi obat-obatan. Hanya 2 kader yang
mengkonsumsi obat karena mengidap hipertensi.

8. Status Mental Dan Emosi


a. Penampilan
Penampilan kader tampak rapi, bersih, kuku dipotong rapi dan tidak panjang.

Masalah Keperawatan: Tidak Ada

b. Tingkah laku
Para Kader bertingkah ;aku normal, sopan, santun dan ramah baik terhadap
sesama kader, warga dan mahasiswa.
Masalah Keperawatan: tidak ada.

c. Pola komunikasi

Para kader menggunakan komunikasi terbuka dan santai, kontak mata baik,
postur tubuh sesuai dengan dengan ucapan.

Masalah Keperawatan: Tidak Ada

d. Mood afek
Mood dan afek para kader berbeda-beda sesuai dengan karakternya, ada yang
santai, tegang dan fokus.
e. Proses pikir
Tidak ada masalah dengan proses pikir para kader.
f. Presepsi
Persepsi kader terhadap suatu hal berbeda-beda sesuai demgan pendapat masing-
masing .
g. Kognitif

a. Orientasi realita: para kader mampu menyebutkan sekarang tanggal,


bulan, maupun tahun berapa, mampu menyebutkan dengan benar alamat
rumahnya sekarang, mampu menyebutkan dengan benar identitas dirinya
dan tetangganya.
a. Memori: para kader tidak mengalami gangguan daya ingat jangka panjang
maupun jangka pendek.
b. Tingkat konsentrasi dan berhitung: para kader mampu berkonsentrasi
untuk berhitung, ketika diberi pertanyaan perhitungan mengenai uang
pasien, pasien mampu menjawab dengan benar.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada

h. Ide ide Bunuh diri


Para kader mengatakan tidak pernah muncul ide-ide untuk melakukan bunuh
diri maupun mencelakai orang lain karena hal itu dosa besar di agamanya.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada

9. Mekanisme Koping
Mekanisme koping para kader saat ini berjalan adaptif
Masalah Keperawatan: Tidak Ada

10. Kultur Spiritual

a. Kultural
Para kader mengatakan tidak ada budaya di lingkungannya yang menyebabkan
terjadinya masalah.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada
b. Spiritual

1) Nilai dan Keyakinan


Para kader mengatakan bahwa dirinya beragama islam dan menyakini bahwa
Allah SWT adalah tuhannya. Keluarga pasien mengatakan bahwa keadaannya
saat ini merupakan ujian dari Allah agar selalu dekat dengannya Keluarga
pasien mengatakan bahwa dirinya yakin bisa melewati keadannya saat ini.
Keluarga pasien mengatakan percaya jika Tuhan akan memberikan kesehatan.

2) Kegiatan Ibadah
Para kader mengatakan bahwa dirinya paham mengenai cara sholat dan waktu
pelaksanaannya. Para kader mengatakan selalu sholat 5 waktu sesuai
waktunya dirumah.

Masalah Keperawatan: Tidak Ada


ANALISA DATA

Hari, tanggal : Senin, 03 Oktober 2022 Pukul: 17.00 WIB


DATA MASALAH PENYEBAB
DS: Defisit Pengetahuan tentang Kurang terpapar
1. Beberapa kader mengatakan harus kesehatan jiwa dan managemen informasi
membagi waktu antara keluarga stress
pekerjaan dan tugas sebagai kader.
2. Kader mengatakan ada beberapa Kategori: Perilaku Subkategori:
warga susah untuk diajak kegiatan Penyuluhan dan Pembelajaran

dengan berbagai alasan.


(SDKI 2017, D.0111-Hal
3. Kader mengatakan permasalahan
246)
keluarga pekerjaan dan tugas
sebagai kader kadang membuat
mereka stress dan tegang.
4. Beberapa kader menanyakan
bagaimana cara agar bisa lebih
rileks saat ada masalah yang berat
dan bertumpuk.
5. Para kader mengatakan mereka
belum pernah mendapat
penyuluhan kesehatan terkait
kesehatan jiwa dan managemen
stress..
DO:
1. Penampilan kader tampak rapi,
bersih, kuku dipotong rapi dan
tidak panjang

2. Para kader menggunakan


komunikasi terbuka dan santai,
kontak mata baik, postur tubuh
sesuai dengan dengan ucapan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Defisit Pengetahuan tentang sehat jiwa dan managemen stress berhubungan dengan
kurang terpapar informasi (SDKI 2017, D.0111-Hal 246)
ditandai dengan :
1. Beberapa kader mengatakan harus membagi waktu antara keluarga pekerjaan
dan tugas sebagai kader.
2. Kader mengatakan ada beberapa warga susah untuk diajak kegiatan dengan
berbagai alasan.
3. Kader mengatakan permasalahan keluarga pekerjaan dan tugas sebagai kader
kadang membuat mereka stress dan tegang.
4. Beberapa kader menanyakan bagaimana cara agar bisa lebih rileks saat ada
masalah yang berat dan bertumpuk.
5. Para kader mengatakan mereka belum pernah mendapat penyuluhan kesehatan
terkait kesehatan jiwa dan managemen stress..

6. Penampilan kader tampak rapi, bersih, kuku dipotong rapi dan tidak panjang
7. Para kader menggunakan komunikasi terbuka dan santai, kontak mata baik, postur
tubuh sesuai dengan dengan ucapan
C. RENCANA KEPERAWATAN
Tanggal : 3 Oktober 2022
Jam : 18.00
NO DX LUARAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
1 Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Edukasi Kesehatan (I. 12383 hal
tentang sehat jiwa dan 2 kali pertemuan diharapkan santri dapat 65)
managemen stress meningkatkan pengetahuan dengan kriteria Observasi:
berhubungan dengan Hasil: a. Identifikasi kesiapan dan a. Kesiapan dan kemampuan
kurang terpapar Tingkat pengetahuan (L.12111 hal 146) kemampuan menerima menerima informasi dapat
informasi (SDKI Indikator Sekarang Target informasi menentukan media dan
2017, D.0111- Kemampuan 2 5 teknik untuk melakukan
Hal 246) menjelaskan tentang Terapeutik: pendidikan kesehatan
 Menjelaskan b. Siapkan materi dan media b. Materi dan media
pengertian kesehatan pendidikan kesehatan mengenai memudahkan dalam
jiwa dan kesehatan jiwa dan managemen melakukan pendidikan
managemen stress stress. kesehatan
Mampu
mendemonstrasikan
c. Pendidikan kesehatan yang
c. Jadwalkan pendidikan
cara managemen
kesehatan sesuai kesepakatan. terjadwal mencegah
stress
mengganggu aktivitas para
kader
d. Berikan kesempatan
bertanya d. Kesempatan bertanya
memberikan kesempatan
santri untuk lebih memahami
Edukasi: materi sacara lebih detail
e. Berikan penyuluhan sehat jiwa e. e. Meningkatkan pemahaman
dan managemen stress kader tentang sehat jiwa dan
managemen stress.
B. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Komunitas
Hari/Tgl DIAGNOSIS IMPLEMENTASI EVALUASI
Defisit Pengetahuan Pukul 16.00 WIB Pukul 18.30 WIB
tentang sehat jiwa dan
Senin, 3 managemen stress a. Mengidentifikasi kesiapan dan S :
September berhubungan dengan kemampuan menerima informasi - Para kader mengatakan siap menerima informasi mengenai sehat
2022
kurang terpapar informasi jiwa dan managemen stress
Jam 18.00 - Para kader mengatakan belum mengetahui dan belum pernah
(Hal 246 D.0116 SDKI b. Menyiapkan materi dan media mendapatkan penyuluhan terkait sehat jiwa dan managemen
WIB
2017) pendidikan kesehatan mengenai stress
- Para Kader mengatakan santri dapat mengikuti penyuluhan
sehat jiwa dan managemen stress pada hari Rabu tanggal 05 Oktober 2022 sore pukul 16.00 WIB
saat tidak ada kegiatan
c. . Menjadwalkan pendidikan
O:
kesehatan sesuai kesepakatan - Para kader tampak antusias ingin mengikuti penyuluhan yang
akan diberikan
- Terdapat beberapa Kader belum mengetahui tentang sehat
jiwa dan managemen stress
A ; Tujuan Tercapai Sebagian
P : Lanjutkan intervensi

- Siapkan materi dan media pendidikan kesehatan mengenai sehat


jiwa dan managemen stress.
- Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

TTD

(Sofie, Nawang, Slamet, Sunu)

-
Rabu , 05
Oktober Defisit Pengetahuan Pukul 16.00 WIB Pukul 17.30 WIB
2022/ tentang sehat jiwa dan 1. Menjelaskan tentang pengertian, S :
16.00 -
managemen stress manfaat sehat jiwa dan Para kader mengatakan sudah paham mengenai materi yang
selesai WIB managemen stress sudah diberikan yaitru mengenai manfaat dari sehat jwa dan
berhubungan dengan
managemen stress
2. Menjelaskan dan demonstrasi
kurang terpapar informasi -
tentang cara managemen stress
(Hal 246 D.0116 SDKI
O:
2017)
- Para kader tampak antusias mendengarkan materi yang diberikan
- Para kader tampak dapat mempraktikkan ulang cara managemen
stress dengan benar
- Audience tampak aktif bertanya

A : Tujuan Sebagian
3. Memberikan kesempatan para
kader untuk bertanya P : Hentikan intervensi
Motivasi kader untuk mennunakan cara managemen stress saat ada
masalah yang berat

TTD

(Sofia, nawang, sunu, slamet )


D. Analisa Jurnal

BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dewasa awal adalah individu yang berada pada rentang usia antara
20 hingga 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri
individu yang disertai berkurangnya kemampuan reproduktif, merupakan
masa dimana individu tidak lagi harus bergantung secara ekonomis,
sosiologis, maupun psikologis pada orangtuanya, serta masa untuk bekerja,
terlibat dalam hubungan masyarakat, dan menjalin hubungan dengan
lawan jenis.
DAFTAR PUSTAKA

 Santrock, J.W. (2002) Life spon Development(perkembangan masa hidup,


jilid 2, penerjemah chusatri dan Damanik). Jakarta:Erlangga
 Agnes Dariyo, (2003), proses perkembangan Dewasa muda, Jakarta : PT
Gramedia Widiasarana.
 Hurlock, Elizabeth B. (1980). Development Psycology A life-spon
approach New york : Mc Grow-Hill
 Hurlock, (1999). Psikologi perkembangan : suatu pendekatan sepanjang
rentang kehidupan, Edisi Kimia
SATUAN ACARA PENYULUHAN
KESEHATAN MENTAL DAN MANAJEMEN STRES DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS GODEAN I PADUKUHAN SERANGAN, SIDOLUHUR,
GODEAN, SLEMAN, D I YOGYAKARTA
”Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Jiwa Komunitas”
Pembimbing : Ns. Tri Widyastuti H, M.Kep. Sp.Kom dan
Budhy Ermawan, S.Kp, M.Sc

Oleh :

Sofia Lestari  P07120521105
Retna Nawangmularsih  P07120521107
Slamet Riyadi  P07120521109
Sunu Mashuri  P07120521128

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN 2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
KESEHATAN MENTAL DAN MANAJEMEN STRES
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GODEAN I
KECAMATAN GODEAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2022

A. Pengkajian Kebutuhan Belajar


1. Predisposing
a. Karakteristik Klien
Klien yang kami kaji untuk mendapatkan informasi terkait komunitas
yang ada adalah kepala dusun, kader kesehatan jiwa, pasien ODGJ,
dan keluarga dengan pasien ODGJ di Dusun Serangan, Sidoluhur
Godean, Sleman. Diperoleh karakteristik kelompok komunitas
dewasa dengan kondisi sehat jiwa sebanyak 20 orang.
b. Riwayat Kesehatan
Kelompok bekerja sama dengan dua orang Kader Kesehatan Jiwa
sebagai koordinator bagi kader lain dan warga Dusun Serangan.
Diperoleh data bahwa di dusun tersebut terdapat satu orang dengan
gangguan jiwa berat yang belum stabil. Kader mengatakan sudah
lama tidak ada penyuluhan terkait kesehatan jiwa, baik untuk kader
maupun masyarakat.
c. Pemeriksaan Fisik
-
d. Kesiapan Klien Untuk belajar
Kepala dusun mengatakan partisipasi warga dalam kegiatan
masyarakat seperti penyuluhan kesehtan jiwa tergolong rendah.
Beliau dan kader kesehatan jiwa menyatakan penting adanya peran
masyarakat yang lebih aktif terutama dalam upaya mewujudkan
masyarkat desa yang sehat jiwa. Beliau juga menyatakan ingin jauh
lebih tahu terkait bagaimana pelaksanaan desa sehat jiwa.

e. Motivasi
Kepala dusun dan kader kesehatan jiwa mengatakan ingin
menumbuhkan kesadaran dan minat masyarakat untuk
berpartisipasi aktif dan peduli dengan kesehatan jiwa masyarakat di
dusun Serangan.
f. Kemampuan Membaca
Kader kesehatan jiwa mengatakan hampir semua warga di Dusun
Serangan yang ikut dalam komunitas lansia lancar menggunakan
bahasa Indonesia dan Jawa serta mampu membaca dan menulis.
2. Enabling
Rata – rata keadaan ekonomi masyarakat dari keluarga menengah ke
bawah dan dengan lulusan pendidikan setingkat SMA.
3. Reinforcing
Kepala dusun dan kader kesehatan jiwa mengatakan ingin merubah stigma
negatif masyarakat agar lebih peduli dengan ODGJ dan keluarganya
sehingga terwujud desa yang sehat jiwa.

B. Analisa Data
Data Masalah
DS: Kesiapan peningkatan
- Kepala dusun dan kader pengetahuan
kesehatan jiwa mengatakan ingin
merubah stigma negatif
masyarakat agar lebih peduli
dengan ODGJ dan keluarganya
sehingga terwujud desa yang
sehat jiwa.
- Kader mengatakan sudah pernah
mendapatkan penyuluhan terkait
kesehatan jiwa, baik untuk kader
maupun masyarakat kisaran
waktu satu tahun yang lalu
DO :
- karakteristik kelompok
komunitas dewasa dengan
kondisi sehat jiwa sebanyak 20
orang.
- Diperoleh data bahwa di dusun
tersebut terdapat satu orang
gengguan jiwa berat yang belum
stabil
- partisipasi warga dalam kegiatan
masyarakat seperti penyuluhan
kesehatan jiwa tergolong rendah
- lancar menggunakan bahasa
Indonesia dan Jawa serta mampu
membaca dan menulis.

C. Diagnosa Keperawatan
Kesiapan peningkatan pengetahuan

D. Perencanaan Keperawatan
1. Topik
Penyuluhan tentang Kesehatan Mental
2. Sasaran
Sasaran dari kegiatan penyuluhan ini adalah kader kesehatan jiwa,
keluarga pasien ODGJ, komunitas dewasa dan tokoh masyarakat di
Dusun Serangan, Sidoarum, Godean, Sleman.
3. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan sasaran mampu mengetahui
dan memahami tentang Kesehatan Mental
4. Tujuan Khusus
a. Sasaran mampu mengetahui dan memahami pengertian Kesehatan
Mental
b. Sasaran mampu mengetahui Kesehatan Mental
c. Sasaran mampu mengetahui dan memahami ciri-ciri Kesehatan
Mental
d. Sasaran mampu mengetahui dan memahami mengenai stigma
orang dengan gangguan jiwa.
e. Sasaran mampu mengetahui dan memahami peran masyarakat desa
dalam merawat orang dengan gangguan jiwa
f. Sasaran mampu mengetahui dan memahami peran sebagai kader
kasehatan dan tokoh masyarakat dalam Kesehatan Mental terhadap
orang dengan gangguan jiwa.
g. Sasaran mampu melakukan manajemen stres

5. Metode
Ceramah, tanya jawab, diskusi
6. Media
Projector, laptop, leaflet, power point
7. Waktu dan Tempat
Waktu : Kamis, 6 Oktober 2022
Pukul : 15.00 WIB
Tempat : Rumah Kepala Dusun Serangan, Sidoluhur,
Godean Sleman, D I Yogyakarta
8. Pengorganisasian
a. Penanggung Jawab : Ns. Tri Widyastuti H, M.Kep. Sp.Kom dan
Budhy Ermawan, S.Kp, M.Sc
b. Ketua panitia : Slamet Riyadi
c. Moderator : Wresni Hidayati
d. Presentator : Sofia Lestari, Agustina Sari
e. Fasilitator Teki Kurniawati, Retna Nawangmularsih
f. Observer : Solichin
g. Dokumentasi : Sunu Mashuri
9. Setting tempat

Layar

O P
Audience
M
W W CI W W F

F W W W W W

Keterangan:
CI : Pembimbing
M : Moderator
P : Presentator
W : Warga
F : Fasilitator
O :Observer
10. Kegiatan penyuluhan
Materi I
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audience
1. 5 menit Pembukaan :
1. Mengucapkan salam. 1. Menjawab salam.
2. Perkenalkan diri. 2. Memperhatikan.
3. Menjelaskan tujuan penyuluhan.
4. Menyebutkan materi yang akan
diberikan.
2. 10 menit Proses :
1. Pengertian 1. Memperhatikan penjelasan.
Kesehatan
Mental 2. Bertanya dan
2. Ciri-ciri Kesehatan mendengarkan jawaban.
Mental
3 5 menit Evaluasi (feed back):
1. Meminta audience menjelaskan3. Menjelaskan tugas kader
apa ciri kesehatan mental. kesehatan.
2. Membuka sesi tanya jawab untuk Menjelaskan peran tokoh
1 penanya masyarakat dalam merawat
orang dengan gangguan
jiwa
1. Menanyakan mengenai
materi yang tidak diketahui
4 5 menit Terminasi :
1. Memperhatikan.
1. Menanyakan perasaan audience
setelah penyuluhan. 2. Menjawab pertanyaan.
2. Memberikan 3. Membalas salam.
reinforcement
positif
3. Mengucapkan terima kasih atas
perhatian yang diberikan.
4. Mengucapkan salam penutup.
Materi II
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audience
1. 5 menit Pembukaan :
5. Mengucapkan salam. 3. Menjawab salam.
6. Perkenalkan diri. 4. Memperhatikan.
7. Menjelaskan tujuan penyuluhan.
8. Menyebutkan materi yang akan
diberikan.
2. 10 menit Proses :
3. Memperhatikan penjelasan.
1. Pengertian stres.
4. Bertanya dan
2. Pengertian
mendengarkan jawaban.
manajemen stres.
3. Macam-
macam teknik manajemen
stres.
3 5 menit Evaluasi (feed back): Menjelaskan tugas kader
3. Meminta audience menjelaskan kesehatan.
apa ciri kesehatan mental. Menjelaskan peran tokoh
4. Membuka sesi tanya jawab untuk masyarakat dalam merawat
1 penanya orang dengan gangguan
jiwa
2. Menanyakan mengenai
materi yang tidak diketahui
4 5 menit Terminasi :
4. Memperhatikan.
5. Menanyakan perasaan audience
setelah penyuluhan. 5. Menjawab pertanyaan.
6. Memberikan 6. Membalas salam.
reinforcement
positif
7. Mengucapkan terima kasih atas
perhatian yang diberikan.
8. Mengucapkan salam penutup.
11. Job desk
a. Moderator
1) Menjelaskan tujuan penyuluhan.
2) Mengarahkan proses kegiatan pada anggota kelompok.
3) Mengevaluasi pengetahuan, perasaan dan reinforcement setelah
penyuluhan terhadap audience.
b. Presentator
Mempresentasikan materi penyuluhan.
c. Fasilitator
1) Menyiapkan alat-alat penyuluhan.
2) Memberi motivasi kepada audience untuk mendengarkan apa yang
sedang dijelaskan.
3) Memberi kesempatan pada audience untuk bertanya
d. Observer
1) Mencatat dan mengamati respon audience secara verbal dan non
verbal.
2) Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan perilaku.
3) Mencatat dan mengamati audience aktif dari penyuluhan.
e. Dokumenter
Mendokumentasikan kegiatan secara visual
12. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1) Kondisi lingkungan tenang, bersih dan dilakukan ditempat terbuka
dan memungkinkan audience untuk berkonsentrasi terhadap
kegiatan.
2) Audience sepakat untuk menigkuti kegiatan.
3) Alat yang digunakan dalam kondisi baik.
4) Moderator, persentator, fasilitator, observer, dan documenter
berperan sebagaimana mestinya.

b. Evaluasi Proses
1) Moderator dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga
akhir.
2) Moderator mampu memimpin acara.
3) Fasilitator mampu memotivasi audience dalam kegiatan
penyuluhan.
4) Fasilitator membantu moderator melaksanakan kegiatan dan
bertanggung jawab dalam antisipasi masalah.
5) Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada
kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok.
6) Audience mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga
akhir.
c. Evaluasi Hasil
1) Audience dapat meningkatkan pengetahuannya.
2) Audience akan kooperatif terhadap penyampaian materi yang
disampaikan
3) Audience mampu menyampaikan pertanyaan yang tidak diketahui
MATERI I
KESEHATAN MENTAL

Definisi

1. Sehat Jiwa

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa da


n sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif seca
ra sosial dan ekonomis. Manusia selalu dilihat sebagai satu kes
atuan yang utuh (holistik) dari unsur “badan” (organobiologik),
“jiwa” (psiko-edukatif) dan “sosial” (sosio-kultural), yang tida
k dititik beratkan pada “penyakit” tetapi pada kualitas hidup ya
ng terdiri dan “kesejahteraan” dan “produktivitas sosial ekono
mi”.
Menurut Undang-undang No 3 Tahun 1966 yang dima
ksud dengan “Kesehatan Jiwa” adalah keadaan jiwa yang sehat
menurut ilmu kedokteran sebagai unsur kesehatan. Kesehatan
Jiwa adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan
fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang da
n perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lai
n”. Makna kesehatan jiwa mempunyai sifat-sifat yang harmoni
s (serasi) dan memperhatikan semua segi-segi dalam kehidupa
n manusia dan dalam hubungannya dengan manusia lain.
Kesehatan jiwa adalah bagian integral dari kesehatan d
an merupakan kondisi yang memungkinkan perkembangan fisi
k, mental dan sosial individu secara optimal, dan yang selaras
dengan perkembangan orang lain.
Sehat Jiwa mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Merasa senang terhadap dirinya serta
- Mampu menghadapi situasi
- Mampu mengatasi kekecewaan dalam hidup
- Puas dengan kehidupannya sehari-hari
- Mempunyai harga diri yang wajar
- Menilai dirinya secara realistis, tidak berlebihan dan tidak pula merendahk
an

2. Merasa nyaman berhubungan dengan orang lain serta


- Mampu mencintai orang lain
- Mempunyai hubungan pribadi yang tetap
- Dapat menghargai pendapat orang lain yang berbeda
- Merasa bagian dari suatu kelompok
- Tidak “mengakali” orang lain dan juga tidak membiarkan orang lain
“mengakah” dirinya
3. Mampu memenuhi tuntutan hidup serta
- Menetapkan tujuan hidup yang realistis
- Mampu mengambil keputusan
- Mampu menerima tanggung jawab
- Mampu merancang masa depan
- Dapat menerima ide dan pengalaman baru
- Puas dengan pekerjaannya

2. Kesehatan Mental
Kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika batin kita berada dalam
keadaan tentram dan tenang, sehingga memungkinkan kita untuk menikmati
kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain di sekitar. Seseorang yang
bermental sehat dapat menggunakan kemampuan atau potensi dirinya secara
maksimal dalam menghadapi tantangan hidup, serta menjalin hubungan positif
dengan orang lain. Sebaliknya, orang yang kesehatan mentalnya terganggu akan
mengalami gangguan suasana hati, kemampuan berpikir, serta kendali emosi
yang pada akhirnya bisa mengarah pada perilaku buruk.

Penyakit mental dapat menyebabkan masalah dalam kehidupan sehari-


hari, tidak hanya dapat merusak interaksi atau hubungan dengan orang lain,
namun juga dapat menurunkan prestasi di sekolah dan produktivitas kerja. oleh
sebab itu, sudah saatnya kita menjalankan pola hidup sehat. Terdapat beberapa
jenis masalah kesehatan mental dan berikut ini adalah tiga jenis kondisi yang
paling umum terjadi.

a) Stres
Stres adalah keadaan ketika seseorang mengalami tekanan yang sangat
berat, baik secara emosi maupun mental. Seseorang yang stres biasanya akan
tampak gelisah, cemas, dan mudah tersinggung. Stres juga dapat mengganggu
konsentrasi, mengurangi motivasi, dan pada kasus tertentu, memicu depresi.
Stres bukan saja dapat memengaruhi psikologi penderitanya, tetapi juga dapat
berdampak kepada cara bersikap dan kesehatan fisik mereka.
Berikut ini adalah contoh dampak stres terhadap perilaku seseorang:
- Menjadi penyendiri dan enggan berinteraksi dengan orang lain.
- Enggan makan atau makan secara berlebihan.
- Marah-marah, dan terkadang kemaharan itu sulit dikendalikan.
- Menjadi perokok atau merokok secara berlebihan.
- Mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.
- Penyalahgunaan obat-obatan narkotika.
Berikut ini adalah masalah kesehatan yang dapat timbul akibat stres:
- Gangguan tidur
- Lelah
- Sakit kepala
- Sakit perut
- Nyeri dada
- Nyeri atau tegang pada otot
- Penurunan gairah seksual
- Obesitas
- Hipertensi
- Diabetes
- Gangguan jantung
Banyak faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami stres,
sebagian di antaranya adalah masalah keuangan, hubungan sosial, atau
tuntutan di dalam pekerjaan. Untuk mengatasi stres, kunci utamanya adalah
mengidentifikasi akar permasalahan dan mencari solusinya.
Penanggulangan stres juga bisa dilakukan dengan mengaplikasikan nasihat-
nasihat yang disarankan dalam manajemen stres yang baik, seperti:
- Belajar menerima suatu masalah yang sulit diatasi atau hal-hal yang tidak
dapat diubah.
- Selalu berpikir positif dan memandang bahwa segala sesuatu yang terjadi
di dalam hidup ada hikmahnya.
- Meminta saran dari orang terpercaya untuk mengatasi masalah yang
sedang dialami.
- Belajar mengendalikan diri dan selalu aktif dalam mencari solusi.
- Melakukan aktivitas fisik, meditasi, atau teknik relaksasi guna meredakan
ketegangan emosi dan menjernihkan pikiran.
- Melakukan hal-hal baru yang menantang dan lain dari biasanya guna
meningkatkan rasa percaya diri.
- Menyisihkan waktu untuk melakukan hal-hal yang disukai.
- Melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan sosial untuk membantu orang
lain. Cara ini dapat membuat seseorang lebih tabah dalam menghadapi
masalah, terutama jika bisa membantu seseorang yang memiliki
masalah lebih berat dari yang dialaminya.
- Menghindari cara-cara negatif untuk meredakan stres, misalnya merokok,
mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan, atau
menggunakan narkoba.
- Bekerja dengan mengedepankan kualitas bukan kuantitas, agar manajemen
waktu lebih baik dan hidup juga lebih seimbang.

b)Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan adalah kondisi psikologis ketika seseorang mengalami
rasa cemas berlebihan secara konstan dan sulit dikendalikan, sehingga berdampak
buruk terhadap kehidupan sehari-harinya.
Bagi sebagian orang normal, rasa cemas biasanya timbul pada suatu kejadian
tertentu saja, misalnya saat akan menghadapi ujian di sekolah atau wawancara
kerja. Namun pada penderita gangguan kecemasan, rasa cemas ini kerap timbul
pada tiap situasi. Itu sebabnya orang yang mengalami kondisi ini akan sulit merasa
rileks dari waktu ke waktu. Selain gelisah atau rasa takut yang berlebihan, gejala
psikologis lain yang bisa muncul pada penderita gangguan kecemasan adalah
berkurangnya rasa percaya diri, menjadi mudah marah, stres, sulit berkonsentrasi,
dan menjadi penyendiri. Sementara itu, gejala fisik yang mungkin menyertai
masalah gangguan kecemasan antara lain:
- Sulit tidur
- Badan gemetar
- Mengeluarkan keringat secara berlebihan
- Otot menjadi tegang
- Jantung berdebar
- Sesak napas
- Lelah
- Sakit perut atau kepala
- Pusing
- Mulut terasa kering
- Kesemutan
Meski penyebab gangguan kecemasan belum diketahui secara pasti,
beberapa faktor diduga dapat memicu munculnya kondisi tersebut. Di antaranya
adalah trauma akibat intimidasi, pelecehan, dan kekerasan di lingkungan luar
ataupun keluarga. Faktor risiko lainnya adalah stres berkepanjangan, gen yang
diwariskan dari orang tua, dan ketidakseimbangan hormon serotonin dan
noradrenalin di dalam otak yang berfungsi mengendalikan suasana hati.
Gangguan kecemasan juga dapat dipicu oleh penyalahgunaan minuman keras
dan obat-obatan terlarang.
Sebenarnya, gangguan kecemasan dapat diatasi tanpa bantuan dokter
melalui beberapa cara, seperti mengonsumsi makanan bergizi tinggi, cukup
tidur, mengurangi asupan kafein, minuman beralkohol, atau zat penenang
lainnya, tidak merokok, berola raga secara rutin, dan melakukan metode
relaksasi sederhana, seperti yoga atau meditasi. Jika pengobatan mandiri tidak
memberikan perubahan, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter.
Penanganan dari dokter biasanya meliputi pemberian obat-obatan antiansietas
serta terapi kognitif.
c) Depresi
Depresi merupakan gangguan suasana hati yang menyebabkan penderitanya
terus-menerus merasa sedih. Berbeda dengan kesedihan biasa yang umumnya
berlangsung selama beberapa hari, perasaan sedih pada depresi bisa berlangsung
hingga berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Selain memengaruhi perasaan atau
emosi, depresi juga dapat menyebabkan masalah fisik, mengubah cara berpikir,
serta mengubah cara berperilaku penderitanya. Tidak jarang penderita depresi sulit
menjalani aktivitas sehari-hari secara normal. Bahkan pada kasus tertentu, mereka
bisa menyakiti diri sendiri dan mencoba bunuh diri. Berikut ini adalah beberapa
gejala psikologi seseorang yang mengalami depresi:
- Kehilangan ketertarikan atau motivasi untuk melakukan sesuatu.
- Terus-menerus merasa sedih, bahkan terus-menerus menangis.
- Merasa sangat bersalah dan khawatir berlebihan.
- Tidak dapat menikmati hidup karena kehilangan rasa percaya diri.
- Sulit membuat keputusan dan mudah tersinggung.
- Tidak acuh terhadap orang lain.
- Memiliki pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bunuh diri.
Berikut ini adalah dampak depresi terhadap kesehatan fisik yang mungkin dapat
terjadi:
- Gangguan tidur dan badan terasa lemah.
- Berbicara atau bergerak menjadi lebih lambat.
- Perubahan siklus menstruasi pada wanita.
- Libido turun dan muncul sembelit.
- Nafsu makan turun atau meningkat secara drastis.
- Merasakan sakit atau nyeri tanpa sebab.
Ada beragam hal yang dapat memicu terjadinya depresi, mulai dari
peristiwa dalam hidup yang menimbulkan stres, kehilangan orang yang
dicintai, merasa kesepian, hingga memiliki kepribadian yang rapuh terhadap
depresi. Selain itu, depresi yang dialami seseorang juga bisa disebabkan oleh
penderitaan akibat penyakit parah dan berkepanjangan, seperti kanker dan
gangguan jantung, cedera parah di kepala, efek dari konsumsi minuman
beralkohol berlebihan dan obat-obatan terlarang, hingga akibat faktor genetik
dalam keluarga. Dianjurkan untuk berkonsultasi ke dokter jika merasakan
gejala-gejala depresi selama lebih dari dua minggu dan tidak kunjung mereda.
Apalagi jika gejala depresi tersebut sampai mengganggu proses pendidikan,
pekerjaan, dan hubungan sosial, Penanganan depresi oleh dokter akan
disesuaikan dengan tingkat keparahan depresi yang diderita masing-masing
pasien. Bentuk penanganan bisa berupa terapi konsultasi, pemberian obat-
obatan antidepresi, atau kombinasi keduanya.
MATERI II

MANAJEMEN STRES

A. Pengertian Stres
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ada 2 pengertian stres:
1) Gangguan atau kekacauan mental dan emosional, 2) Tekanan. Secara
teknis psikologik, stress didefinisikan sebagai suatu respon penyesuaian
seseorang terhadap situasi yang dipersepsinya menantang atau
mengancam kesejahteraan orang bersangkutan. Jadi stres merupakan
respon fisikologik ataupun perilaku terhadap ‘stressor’ hal yang
dipandang sebagai menyebabkan cekaman, gangguan keseimbangan
(hemostastis), baik internal maupun eksternal. Dalam pengertian ini,
bisa kita jelaskan bahwa stress bersifat subjektif, sesuai persepsi orang
yang memandangnya. Dengan perkataan lain apa yang mencekam bagi
seseorang belum tentu dipersepsi mencekam bagi orang lain.

B. Pengertian Manajemen Stres.


Manajemen stres adalah kemampuan pengguna sumber daya (manusia)
secara efektif untuk mengatasi gangguan atau kekacauan mental dan
emosional yang muncul karena tanggapan (respon). Tujuan dari
manajemen stres itu sendiri adalah untuk memperbaiki kualitas hidup
individu agar menjadi lebih baik. Manajemen stres adalah kecakapan
menghadapi tantangan dengan cara mengendalikan tanggapan
proporsional.

C. Teknik Manajemen Stres


Teknik manajemen stres yaitu dengan relaksasi nafas dalam
merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan yang dalam hal ini
perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan teknik
nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan
bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan. Selain dapat
menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas juga berguna untuk
mengatasi stres.
Pernafasan dalam mempunyai peran yang sangat penting bagi
tubuh kita, diantaranya:
1. Memperlambat denyut jantung.
2. mengatur tekanan darah.
3. Menghilangkan ketegangan otot.
4. Mengembalikan keseimbangan mental dan emosional batin.

Ada beberapa tahap proses relaksasi nafas dalam:


1. Tahap Persiapan
a. Kaji dan berikan informasi terkait dengan pelaksanaan tindakan.
b. Sediakan waktu selama 5-10 menit.
c. Atur posisi duduk/berbaring yang nyaman.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Putar music dengan suara pelan dan rileks
b. Redupkan cahaya
c. Tutup mata, letakan satu tangan pada perut kanan atas
d. Tarik nafas dalam secara perlahan lewat hidung, rasakan gerakan
pelan pada perut
e. Hembuskan secara perlahan lewat mulut
f. Ulangi tarikan dan hembusan nafas beberapa klai sampai merasa
rileks
g. Buka mata pelan-pelan
3. Tahap Terminasi
a. Evaluasi perasaan klien setelah prosedur dilakukan
b. Evaluasi manfaat yang dirasakan
Daftar Pustaka

Apsari, Afirtha Diah dan Heri Purnomo. (2010). Pencanangan


Kesehatan Mental. Diakses tanggal 11 April 2013 di
http://www.jogjatv.tv/berita/24/11/2010/pencanangan-desa-
siaga-sehat-jiwa.

Efendi, Ferry. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori


dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Meru, Ijam. 2011. Community Mental Health Nursing. Diakses


pada tanggal 14 April 2013 di
http://ijammeru.blogspot.com/2011/04/tutor-community-
mental-health-nursing.html.

Pahlevi, Muhamad Reza. (2012). Konsep Dasar Desa Siaga.


Diakses pada tanggal 12 April 2013 di
http://muhamadrezapahlevi.blogspot.com/2012/07/konsep-
dasar-desa-siaga.html

Yogyatv. (2010). Pencanangan Kesehatan Mental. Diakses pada


tanggal 12 April 2013 di
http://www.jogjatv.tv/berita/24/11/2010/pencanangan-desa-
siaga-sehat-jiwa.

Yuni, Azmi. (2010). Efektifitas Pengembangan Kesehatan Mental


(Dssj) Terhadap Sikap Masyarakat Tentang Masalah
Kesehatan Jiwa Di Wilayah Kerja Puskesmas Kasihan Ii
Bantul Yogyakarta. Diakses pada tanggal 12 April 2013 di
http://publikasi.umy.ac.id/index.php/psik/article/view/2537.

https://promkes.kemkes.go.id/content/?p=7385

Anda mungkin juga menyukai