Disusun Oleh:
Kelompok
Sofia Lestari P07120521105
Laporan Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa pada Kelompok Kader Posyandu di Pedukuhan
Serangan, Sidoluhur, Godean, Sleman, Yogyakarta, disusun untuk memenuhi tugas
Kelompok Praktik Profesi Ners Stase Keperawatan Komunitas, yang dilaksanakan pada:
Hari :
Tanggal :
Tempat : Dusun Serangan
Pembimbing Akademik
Pembimbing Lahan
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap individu memiliki usia dan karakter yang berbeda karena setiap
orang adalah unik. Dan disepanjang daur kehidupannya, individu akan mengalami fase
kehidupannya. Mulai dari fase perinatal, bayi, toddles, preschool, sekolah, remaja,
hingga fase dewasa muda menengah dan tua. Masing-masing dari semua fase itu
memiliki tahap pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda pula. Laju
pertumbuhan bervariasi pada tahap pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda
pula karena perkembangan merupakan aspek perilaku dari pertumbuhan.
5
BAB 2
PEMBAHASAN
Istilah adult atau dewasa awal berasal dari bentuk lampau kata
adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan atau ukuran yang
sempurna atau telah menjadi dewasa. Hurlock (1999) mengatakan bahwa
masa dewasa awal dimulai pada umur 20 tahun sampai umur 40 tahun,
saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai
berkurangnya kemampuan reproduktif.
b. memilih pasangan
d. mengasuh anak
6
e. mengelola rumah tangga
7
2.3 Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan
2.3.1 Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan fisik dan peningkatan ukuran yang
dapat diukur secara kuantitatif. Indicator pertumbuhan meliputi tinggi
badan, berat badan, ukuran tulang, dan pertumbuhan gigi. Pola
pertumbuhan fisiologis sama untuk semua orang. Akan tetapi, laju
pertumbuhan bervariasi pada tahap pertumbuhan dan perkembangan yang
berbeda.
2.3.2 Perkembangan
Perkembangan adalah peningkatan kompleksitas fungsi dan
kemajuan keterampilan. Perkembangan adalah kemampuan dan
keterampilan yang dimiliki individu untuk beradaptasi dengan lingkungan.
Perkembangan merupakan aspek perilaku dari pertumbuhan.
8
3. Pada masa dewasa, berlangsung pengalaman moral. Melalui
pengalaman moral, orang dewasa mengubah pemikiran-pemikiran
moral menjadi perbuatan moral.
4. Bekerja untuk pengembangan karier merupakan tuntutan dan
karakteristik utama dari masa dewasa
9
memvalidasi dan menantang pemikiran dan perasaan,
mendapatkan penerimaan, dukungan dan penolakan sebagai
manusia unik yang merupakan bagian dari keluarga serta untuk
mencapai tujuan kelompok dengan memenuhi kebutuhan dan
harapan.
3) Pengalaman hidup
Pengalaman hidup dan proses pembelajaran membiarkan
individu berkembang dengan mengaplikasikan apa yang telah
dipelajari.
4) Kesehatan
Tingkat kesehatan merupakan respon individu terhadap
lingkungan dan respon orang lain pada individu. Kesehatan
prenatal (sebelum bayi lahir) mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan dari fetal (janin). Ketidakmampuan untuk
melaksanakan tugas-tugas perkembangan karena kesehatan
terganggu akan mengakibatkan tumbuh kembang juga terganggu.
5) Lingkungan tempat tinggal
Musim, iklim, kehidupan sehari-hari dan status sosial
ekonomi juga mempengaruhi perkembangan seseorang.
1
0
efesiensi puncak. Perubahan fisik pada tahap ini minimal, berat
badan dan massa otot dapat berubah akikab diet dan olah raga.
2) Perkembangan Psikososial
Individu dewasa muda, menghadapi sejumlah pengalaman
serta perubahan gaya hidup yang baru saat beranjak dewasa,
mereka harus membuat pilihan mengenai pendidikan, pekerjaan,
perkawinan, memulai rumah tangga, dan untuk membesarkan
anak. Tanggungjawab sosial meliputi membentuk hubungan
pertemanan yang baru dan menjalani beberapa kegiatan di
masyarakat. Beberapa perkembangan psikososial pada dewasa
muda, yaitu:
a. Berada pada tahap genital, yaitu ketika energi diarahkan
untuk mencapai hubungan seksual yang matur (mengacu
pada teori Freud).
b. Memiliki tugas perkembangan berikut, mengacu pada
pemikiran Havighurst: Memilih pasangan, belajar untuk
hidup bersama pasangan, membentuk sebuah keluarga,
membesarkan anak, mengatur rumah tangga, memulai
suatu pekerjaan, memikul tanggung jawab sebagai warga
negara, menemukan kelompok social yang cocok.
3) Perkembangan Kognitif
Piaget meyakini bahwa struktur kognitif sempurna terjadi
kurang lebih sejak usia 11-15 tahun. Sejak periode tersebut,
operasi formal(contoh: membuat hipotesis) menandakan
pemikiran selama massa dewasa, egosentrismenya terus
berkurang. Mereka mampu memahami dan menyeimbangkan
argumen yang diciptakan oleh logika dan emosi.
4) Perkembangan Moral
Pada periode ini, individu mampu memisahkan diri dari
pengharapan dan aturan-aturan orang lain, dan mendefinisikan
moralitas terkait prinsip moral. Saat mempersepsikan konflik
1
1
dengan norma dan hukum masyarakat, mereka membuat penilaian
berdasarkan prinsip pribadi mereka.
5) Perkembangan Spiritual
Pada periode ini, individu berfokus pada realitas. Individu
dewasa yang berusia 27 tahun dapat mengemukakan pertanyaan
yang bersifat filosofi mengenai spiritualitas dan menyadari akan
hal spiritual tersebut.
2.6. Fase-fase interaksi dalam asuhan keperawatan sehat jiwa klien Dewasa
1) Pra-interaksi
3) Fase kerja
Pada fase kerja, perawat dan pasien mengeksplorasi stressor yang tepat
dan mendorong perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan
persepsi, pikiran, perasaan dan perbuatan klien. Perawat membantu pasien
mengatasi kecemasan, meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab diri
sendiri, dan mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif. Perubahan
prilaku yang maladaptif menjadi adaptif merukapan fokus fase ini.
1
2
4) Terminasi
Terminasi merupakan fase yang sangat sulit dan penting dalam hubungan
terapeutik. Rasa percaya dan hubungan intim yang terapeutik sudah terbina
dan berada dalam tingkat yang optimal (Dalami, Ermawati, dkk, 2009).
KASUS :
1
3
PENGKAJIAN DIAGNOSA INTERVENSI IMPLEMENTASI EVALUASI
Data Subjektif: 1. Kesiapan 1. Untuk Diagnosa Pertama 1. Untuk Diagnosa Pertama 1. Untuk Diagnosa Pertama
1. Klien meningkatkan a. Mengksplorasi persepsi a. Klien mampu mengatasi
mengatakan menjadi orangtua Peningkatan Efikasi Diri individu mengenai menerima peran nya
merasa belum berhubungan (5395) keuntungan sebagai seorang ayah (
siap menjadi dengan a. Eksplorasi persepsi melaksanakan perilaku- kepala keluarga)
seorang ayah mengekspresikan individu mengenai perilaku yang diinginkan 2. Untuk Diagnosa Kedua
2. Klien keinginan untuk keuntungan b. Mengidentifikasi persepsi a. Klien mampu mengatasi
mengatakan meningkatkan peran melaksanakan perilaku- individu mengenai resiko kecemasannya.
penghasilannya menjadi orangtua perilaku yang tidak melaksanakan
dari pekerjaanya ditandai dengan diinginkan perilaku-perilaku yang
belum klien mengatakan b. Identifikasi persepsi diinginkan
mencukupi merasa belum siap individu mengenai c. Memberikan penguatan
kebutuhan menjadi seorang resiko tidak kepercayaan diri dalam
keluarga nya ayah dan klien melaksanakan perilaku- membuat perubahan
Data Objektif: tampak bingung perilaku yang perilaku dan mengambil
1. Klien tampak bingung bagaimana cara diinginkan tindakan
akan perannya sebagai menjadi seorang c. Berikan penguatan d. Memberikan contoh atau
orangtua ayah kepercayaan diri dalam tunjukan perilaku yang
14
2. Klien tampak Ragu, 2. Ansietas membuat perubahan diinginkan
khawatir dan gelisah berhubungan dengan perilaku dan mengambil e. Memberikan penguatan
bagaimana cara perubahan besar (mis: tindakan positif dan dukungan
mencukupi kebutuhan status ekonomi dan d. Berikan contoh atau emosi selama proses
keluarganya lingkungan) di tandai tunjukan perilaku yang pembelajaran dan saat
dengan klien diinginkan mengimplementasikan
mengatakan e. Berikan penguatan perilaku
penghasilannya dari positif dan dukungan f. Mendukung interaksi
pekerjaanya belum emosi selama proses dengan individu lain
mencukupi kebutuhan pembelajaran dan saat yang telah berhasil
keluarga dank lien mengimplementasikan mengubah perilaku
tampak ragu, khawatir perilaku (misalnya, dukungan
dan gelisah bagaimana f. Dukung interaksi kelompok atau
cara mencukupi dengan individu lain berpartisipasi pada
kebutuhan yang telah berhasil pendidikan kelompok).
keluarganya. mengubah perilaku
(misalnya, dukungan
kelompok atau
berpartisipasi pada 2. Untuk Diagnosa Kedua
15
pendidikan kelompok). a. Mendukung pasien
untuk
2. Untuk Diagnosa Kedua mengidentifikasikan
deskripsi yang realistik
Peningkatan Koping (5230) terhadap adanya
a. Dukung pasien untuk perubahan dalam peran
mengidentifikasikan b. Memberikan suasana
deskripsi yang realistik penerimaan
terhadap adanya c. Mencari jalan untuk
perubahan dalam peran memahami perspektif
b. Berikan suasana pasien terhadap situasi
penerimaan penuh stres
c. Cari jalan untuk d. Membantu pasien untuk
memahami perspektif mengidentifikasi
pasien terhadap situasi strategi-strategi positif
penuh stres untuk mengatasi
d. Bantu pasien untuk keterbatasan dan
mengidentifikasi mengelola kebutuhan
strategi-strategi positif gaya hidup maupun
16
untuk mengatasi perubahan peran
keterbatasan dan e. Mendukung pasien
mengelola kebutuhan untuk mengidentifikasi
gaya hidup maupun kekuatan dan
perubahan peran kemampuan diri
e. Dukung pasien untuk f. Menginstruksikan
mengidentifikasi pasien untuk
kekuatan dan kemampua menggunakan teknik
diri relaksasi sesuai dengan
f. Instruksikan pasien kebutuhan
untuk menggunakan g. Mengevaluasi
teknik relaksasi sesuai kemampuan pasien
dengan kebutuhan dalam membuat
g. Evaluasi kemampuan keputusan.
pasien dalam membuat
keputusan.
17
2.8 Role Play
Suatu hari ada seorang pemuda, Tn. F yang baru membentuk keluarga 1
tahun yang lalu, istrinya sedang mendandung dan usia kandungan istrinya sudah 7
bulan, Tn. F mendatangi klinik X yang berada di daerah kota medan. dia datang
ke klinik untuk berkonsultasi dengan perawat yang ada diklinik tersebut.
Di ruangan konsultasi
Perawat 1 : Selamat pagi kak ini ada klien kita,bapak Filipus, ingin
melakukan konsultasi kak, ini format konsultasi yang
sudah diisi, permisi ya kak.
Perawat 2 : kalau boleh tau pak, apa tujuan bapak datang kesini?
Perawat 2 : ohh begitu ya pak, sebenarnya apa masalah yang membuat bapak
merasa belum mampu untuk menjadi orangtua? dan kalau boleh
saya tau, sudah berapa bulan usia kandungan istri bapak?
Suami : saya merasa penghasilan saya tidak akan bisa mencukupi keluarga
kami nanti suster, apalagi membayar biaya untuk persalinan dan
keperluan bayi kami nanti setelah istri saya ini melahirkan. Kalau
usia kandungan istri saya sudah 7 bulan, suster.
Perawat 2 : baiklah pak, jadi menurut saya mengenai masalah yang bapak
hadapi, sebaiknya bapak tidak perlu merasa begitu khawatir.
Bapak mestinya merasa bersyukur karena tidak ada ruginya jika
mempunyai anak, apalagi ini nanti merupakan anak pertama
bapak, nah saya mau tanya, apakah bapak senang dengan
kehamilan istri bapak saat ini?
Perawat 2 : nah kalau begitu bapak harus bisa menerima dan siap untuk
menjadi seorang suami sekaligus ayah, dan memang
tanggungjawab bapak akan semakin bertambah dan itu bukan
sesuatu hal yang harus bapak cemaskan, melainkan di saat seperti
itulah bapak sudah harus memiliki rencana kedepan nya harus
seperti apa, apalagi dengan bertambahnya anggota keluarga baru
yaitu anak pertama bapak nantinya, dengan kehadiran anak
pastinya ada perubahan, tetapi itu merupakan sesuatu yang
lumrah karena kehadiran anak pastinya akan membuat kehidupan
di keluarga lebih bewarna, bisa juga sebagai rejeki dan membawa
kebahagian terkhusus untuk bapak dan istri bapak.
Perawat : iya pak, jadi bapak jangan mudah putus asa, melainkan bapak
harus semangat, bapak harus bisa menjadi teladan bagi keluarga
dan lebih memberi perhatian atau lebih memprioritaskan keluarga
Perawat 2 : nah, seperti yang saya katakan sebelumnya, bahwa bapak dari
sekarang sudah harus memiliki rencana, seperti menabung,
menyisihkan uang agar bisa di gunakan sewaktu-waktu. Bapak
juga bisa ikut program asuransi seperti untuk anak bapak,
sehingga nanti masa depannya lebih terjamin.
Suami : oh iya suster, itu merupakan ide yang bagus untuk saya lakukan
mulai dari sekarang
Perawat 2 : iya pak, nah kalau bapak memang mencemaskan sesuatu, bapak
bisa merilekskan pikiran bapak, melalui hobi bapak, kalau boleh
tau, hobi bapak apa ya?
Suami : biasanya sih suster, jika saya sedang bosan saya akan bermain
gitar
Perawat 2 : nah, itu lebih bagus pak, hobi bapak ini bisa menjadi salah satu
cara untuk mengurangi kecemasan. Bukankah setelah bermain
gitar perasaan bapak lebih rileks?
Suami : iya suster, serasa saya mampu untuk melanjutkan aktivitas saya
yang lain setelahnya.
Perawat 2 : Nah, bapak. Kita sudah membicarakan dan membahas banyak hal
pada petemuan ini. jadi bagaimana menurut bapak? Apakah
bapak merasa sudah lebih baik sekarang?
Suami : iya, suster. Setelah konsultasi ini saya merasa tidak perlu khawatir
lagi kalau saya akan menjadi seorang ayah karena itu bukan
beban tetapi itu sudah menjadi tanggung jawab yang harus saya
jalani. Saya juga tidak perlu terlalu mencemaskan keuangan saya.
Jika saya sudah merencanakan kehidupan keluarga saya untuk ke
depannya sejak sekarang maka kebutuhan keluarga saya dapat
tercukupi.
Perawat 2 : Baiklah, pak. Saya rasa untuk sesi kali ini sudah cukup. Jika
nantinya bapak memiliki hal yang ingin dikonsultasikan dan
dicari penyelesaiannya bersama, bapak bisa berkunjung lagi ke
sini.
Suami : kalau begitu saya permisi dulu ya suster, Selamat pagi (salaman).
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pedukuhan Serangan.
2. Nama kelompok
3. Jumlah anggota
4. Distribusi kelompok
e. Pekerjaan
Keluhan Utama : Beberapa kader mengatakan harus membagi waktu antara keluarga
pekerjaan dan tugas sebagai kader. Kader mengatakan ada beberapa warga susah
untuk diajak kegiatan dengan berbagai alasan. Permasalahan keluarga pekerjaan dan
tugas sebagai kader kadang membuat mereka stress dan tegang. Beberapa kader
menanyakan bagaimana cara agar bisa lebih rileks saat ada masalah yang berat dan
bertumpuk. Para kader mengatakan mereka belum pernah mendapat penyuluhan
kesehatan terkait kesehatan jiwa dan managemen stress.
Masalah keperawatan : Defisit pengetahuan tentang kesehatan jiwa dan
managemen stress.
a. Tipe keluarga
Tipe keluarga kader Anggur Serangan adalah nuclear family yang dimana
dalam satu rumah terdiri dari keluarga inti yaitu ibu, dan anak.
b. Pengambilan keputusan
6. Konsep Diri
a. Gambaran Diri
Para Kader mengatakan mereka adalah ibu Rumah Tangga, Pengurus Kader dan
Anggota masyarakat .
b. Identitas Diri
Para kader megatakan mereka adalah wanita dan ibu rumah tangga yang
mempunyai hak dan kewajiban.
c. Peran Diri
Para Kader ini mengatakan mereka berperan ganda selain sebagi kader mereka
juga sebagai ibu rumah tangga.
d. Ideal Diri
Para kader mengatakan mereka ingin menjalankan perannya secara optimal
walupun mendapat tekanan dari banyak hal.
e. Harga Diri
Para kader merasa bangga dan dibutuhkan di masyarakat.
b. Tingkah laku
Para Kader bertingkah ;aku normal, sopan, santun dan ramah baik terhadap
sesama kader, warga dan mahasiswa.
Masalah Keperawatan: tidak ada.
c. Pola komunikasi
Para kader menggunakan komunikasi terbuka dan santai, kontak mata baik,
postur tubuh sesuai dengan dengan ucapan.
d. Mood afek
Mood dan afek para kader berbeda-beda sesuai dengan karakternya, ada yang
santai, tegang dan fokus.
e. Proses pikir
Tidak ada masalah dengan proses pikir para kader.
f. Presepsi
Persepsi kader terhadap suatu hal berbeda-beda sesuai demgan pendapat masing-
masing .
g. Kognitif
9. Mekanisme Koping
Mekanisme koping para kader saat ini berjalan adaptif
Masalah Keperawatan: Tidak Ada
a. Kultural
Para kader mengatakan tidak ada budaya di lingkungannya yang menyebabkan
terjadinya masalah.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada
b. Spiritual
2) Kegiatan Ibadah
Para kader mengatakan bahwa dirinya paham mengenai cara sholat dan waktu
pelaksanaannya. Para kader mengatakan selalu sholat 5 waktu sesuai
waktunya dirumah.
Defisit Pengetahuan tentang sehat jiwa dan managemen stress berhubungan dengan
kurang terpapar informasi (SDKI 2017, D.0111-Hal 246)
ditandai dengan :
1. Beberapa kader mengatakan harus membagi waktu antara keluarga pekerjaan
dan tugas sebagai kader.
2. Kader mengatakan ada beberapa warga susah untuk diajak kegiatan dengan
berbagai alasan.
3. Kader mengatakan permasalahan keluarga pekerjaan dan tugas sebagai kader
kadang membuat mereka stress dan tegang.
4. Beberapa kader menanyakan bagaimana cara agar bisa lebih rileks saat ada
masalah yang berat dan bertumpuk.
5. Para kader mengatakan mereka belum pernah mendapat penyuluhan kesehatan
terkait kesehatan jiwa dan managemen stress..
6. Penampilan kader tampak rapi, bersih, kuku dipotong rapi dan tidak panjang
7. Para kader menggunakan komunikasi terbuka dan santai, kontak mata baik, postur
tubuh sesuai dengan dengan ucapan
C. RENCANA KEPERAWATAN
Tanggal : 3 Oktober 2022
Jam : 18.00
NO DX LUARAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
1 Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Edukasi Kesehatan (I. 12383 hal
tentang sehat jiwa dan 2 kali pertemuan diharapkan santri dapat 65)
managemen stress meningkatkan pengetahuan dengan kriteria Observasi:
berhubungan dengan Hasil: a. Identifikasi kesiapan dan a. Kesiapan dan kemampuan
kurang terpapar Tingkat pengetahuan (L.12111 hal 146) kemampuan menerima menerima informasi dapat
informasi (SDKI Indikator Sekarang Target informasi menentukan media dan
2017, D.0111- Kemampuan 2 5 teknik untuk melakukan
Hal 246) menjelaskan tentang Terapeutik: pendidikan kesehatan
Menjelaskan b. Siapkan materi dan media b. Materi dan media
pengertian kesehatan pendidikan kesehatan mengenai memudahkan dalam
jiwa dan kesehatan jiwa dan managemen melakukan pendidikan
managemen stress stress. kesehatan
Mampu
mendemonstrasikan
c. Pendidikan kesehatan yang
c. Jadwalkan pendidikan
cara managemen
kesehatan sesuai kesepakatan. terjadwal mencegah
stress
mengganggu aktivitas para
kader
d. Berikan kesempatan
bertanya d. Kesempatan bertanya
memberikan kesempatan
santri untuk lebih memahami
Edukasi: materi sacara lebih detail
e. Berikan penyuluhan sehat jiwa e. e. Meningkatkan pemahaman
dan managemen stress kader tentang sehat jiwa dan
managemen stress.
B. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Komunitas
Hari/Tgl DIAGNOSIS IMPLEMENTASI EVALUASI
Defisit Pengetahuan Pukul 16.00 WIB Pukul 18.30 WIB
tentang sehat jiwa dan
Senin, 3 managemen stress a. Mengidentifikasi kesiapan dan S :
September berhubungan dengan kemampuan menerima informasi - Para kader mengatakan siap menerima informasi mengenai sehat
2022
kurang terpapar informasi jiwa dan managemen stress
Jam 18.00 - Para kader mengatakan belum mengetahui dan belum pernah
(Hal 246 D.0116 SDKI b. Menyiapkan materi dan media mendapatkan penyuluhan terkait sehat jiwa dan managemen
WIB
2017) pendidikan kesehatan mengenai stress
- Para Kader mengatakan santri dapat mengikuti penyuluhan
sehat jiwa dan managemen stress pada hari Rabu tanggal 05 Oktober 2022 sore pukul 16.00 WIB
saat tidak ada kegiatan
c. . Menjadwalkan pendidikan
O:
kesehatan sesuai kesepakatan - Para kader tampak antusias ingin mengikuti penyuluhan yang
akan diberikan
- Terdapat beberapa Kader belum mengetahui tentang sehat
jiwa dan managemen stress
A ; Tujuan Tercapai Sebagian
P : Lanjutkan intervensi
TTD
-
Rabu , 05
Oktober Defisit Pengetahuan Pukul 16.00 WIB Pukul 17.30 WIB
2022/ tentang sehat jiwa dan 1. Menjelaskan tentang pengertian, S :
16.00 -
managemen stress manfaat sehat jiwa dan Para kader mengatakan sudah paham mengenai materi yang
selesai WIB managemen stress sudah diberikan yaitru mengenai manfaat dari sehat jwa dan
berhubungan dengan
managemen stress
2. Menjelaskan dan demonstrasi
kurang terpapar informasi -
tentang cara managemen stress
(Hal 246 D.0116 SDKI
O:
2017)
- Para kader tampak antusias mendengarkan materi yang diberikan
- Para kader tampak dapat mempraktikkan ulang cara managemen
stress dengan benar
- Audience tampak aktif bertanya
A : Tujuan Sebagian
3. Memberikan kesempatan para
kader untuk bertanya P : Hentikan intervensi
Motivasi kader untuk mennunakan cara managemen stress saat ada
masalah yang berat
TTD
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dewasa awal adalah individu yang berada pada rentang usia antara
20 hingga 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri
individu yang disertai berkurangnya kemampuan reproduktif, merupakan
masa dimana individu tidak lagi harus bergantung secara ekonomis,
sosiologis, maupun psikologis pada orangtuanya, serta masa untuk bekerja,
terlibat dalam hubungan masyarakat, dan menjalin hubungan dengan
lawan jenis.
DAFTAR PUSTAKA
Oleh :
Sofia Lestari P07120521105
Retna Nawangmularsih P07120521107
Slamet Riyadi P07120521109
Sunu Mashuri P07120521128
e. Motivasi
Kepala dusun dan kader kesehatan jiwa mengatakan ingin
menumbuhkan kesadaran dan minat masyarakat untuk
berpartisipasi aktif dan peduli dengan kesehatan jiwa masyarakat di
dusun Serangan.
f. Kemampuan Membaca
Kader kesehatan jiwa mengatakan hampir semua warga di Dusun
Serangan yang ikut dalam komunitas lansia lancar menggunakan
bahasa Indonesia dan Jawa serta mampu membaca dan menulis.
2. Enabling
Rata – rata keadaan ekonomi masyarakat dari keluarga menengah ke
bawah dan dengan lulusan pendidikan setingkat SMA.
3. Reinforcing
Kepala dusun dan kader kesehatan jiwa mengatakan ingin merubah stigma
negatif masyarakat agar lebih peduli dengan ODGJ dan keluarganya
sehingga terwujud desa yang sehat jiwa.
B. Analisa Data
Data Masalah
DS: Kesiapan peningkatan
- Kepala dusun dan kader pengetahuan
kesehatan jiwa mengatakan ingin
merubah stigma negatif
masyarakat agar lebih peduli
dengan ODGJ dan keluarganya
sehingga terwujud desa yang
sehat jiwa.
- Kader mengatakan sudah pernah
mendapatkan penyuluhan terkait
kesehatan jiwa, baik untuk kader
maupun masyarakat kisaran
waktu satu tahun yang lalu
DO :
- karakteristik kelompok
komunitas dewasa dengan
kondisi sehat jiwa sebanyak 20
orang.
- Diperoleh data bahwa di dusun
tersebut terdapat satu orang
gengguan jiwa berat yang belum
stabil
- partisipasi warga dalam kegiatan
masyarakat seperti penyuluhan
kesehatan jiwa tergolong rendah
- lancar menggunakan bahasa
Indonesia dan Jawa serta mampu
membaca dan menulis.
C. Diagnosa Keperawatan
Kesiapan peningkatan pengetahuan
D. Perencanaan Keperawatan
1. Topik
Penyuluhan tentang Kesehatan Mental
2. Sasaran
Sasaran dari kegiatan penyuluhan ini adalah kader kesehatan jiwa,
keluarga pasien ODGJ, komunitas dewasa dan tokoh masyarakat di
Dusun Serangan, Sidoarum, Godean, Sleman.
3. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan sasaran mampu mengetahui
dan memahami tentang Kesehatan Mental
4. Tujuan Khusus
a. Sasaran mampu mengetahui dan memahami pengertian Kesehatan
Mental
b. Sasaran mampu mengetahui Kesehatan Mental
c. Sasaran mampu mengetahui dan memahami ciri-ciri Kesehatan
Mental
d. Sasaran mampu mengetahui dan memahami mengenai stigma
orang dengan gangguan jiwa.
e. Sasaran mampu mengetahui dan memahami peran masyarakat desa
dalam merawat orang dengan gangguan jiwa
f. Sasaran mampu mengetahui dan memahami peran sebagai kader
kasehatan dan tokoh masyarakat dalam Kesehatan Mental terhadap
orang dengan gangguan jiwa.
g. Sasaran mampu melakukan manajemen stres
5. Metode
Ceramah, tanya jawab, diskusi
6. Media
Projector, laptop, leaflet, power point
7. Waktu dan Tempat
Waktu : Kamis, 6 Oktober 2022
Pukul : 15.00 WIB
Tempat : Rumah Kepala Dusun Serangan, Sidoluhur,
Godean Sleman, D I Yogyakarta
8. Pengorganisasian
a. Penanggung Jawab : Ns. Tri Widyastuti H, M.Kep. Sp.Kom dan
Budhy Ermawan, S.Kp, M.Sc
b. Ketua panitia : Slamet Riyadi
c. Moderator : Wresni Hidayati
d. Presentator : Sofia Lestari, Agustina Sari
e. Fasilitator Teki Kurniawati, Retna Nawangmularsih
f. Observer : Solichin
g. Dokumentasi : Sunu Mashuri
9. Setting tempat
Layar
O P
Audience
M
W W CI W W F
F W W W W W
Keterangan:
CI : Pembimbing
M : Moderator
P : Presentator
W : Warga
F : Fasilitator
O :Observer
10. Kegiatan penyuluhan
Materi I
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audience
1. 5 menit Pembukaan :
1. Mengucapkan salam. 1. Menjawab salam.
2. Perkenalkan diri. 2. Memperhatikan.
3. Menjelaskan tujuan penyuluhan.
4. Menyebutkan materi yang akan
diberikan.
2. 10 menit Proses :
1. Pengertian 1. Memperhatikan penjelasan.
Kesehatan
Mental 2. Bertanya dan
2. Ciri-ciri Kesehatan mendengarkan jawaban.
Mental
3 5 menit Evaluasi (feed back):
1. Meminta audience menjelaskan3. Menjelaskan tugas kader
apa ciri kesehatan mental. kesehatan.
2. Membuka sesi tanya jawab untuk Menjelaskan peran tokoh
1 penanya masyarakat dalam merawat
orang dengan gangguan
jiwa
1. Menanyakan mengenai
materi yang tidak diketahui
4 5 menit Terminasi :
1. Memperhatikan.
1. Menanyakan perasaan audience
setelah penyuluhan. 2. Menjawab pertanyaan.
2. Memberikan 3. Membalas salam.
reinforcement
positif
3. Mengucapkan terima kasih atas
perhatian yang diberikan.
4. Mengucapkan salam penutup.
Materi II
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audience
1. 5 menit Pembukaan :
5. Mengucapkan salam. 3. Menjawab salam.
6. Perkenalkan diri. 4. Memperhatikan.
7. Menjelaskan tujuan penyuluhan.
8. Menyebutkan materi yang akan
diberikan.
2. 10 menit Proses :
3. Memperhatikan penjelasan.
1. Pengertian stres.
4. Bertanya dan
2. Pengertian
mendengarkan jawaban.
manajemen stres.
3. Macam-
macam teknik manajemen
stres.
3 5 menit Evaluasi (feed back): Menjelaskan tugas kader
3. Meminta audience menjelaskan kesehatan.
apa ciri kesehatan mental. Menjelaskan peran tokoh
4. Membuka sesi tanya jawab untuk masyarakat dalam merawat
1 penanya orang dengan gangguan
jiwa
2. Menanyakan mengenai
materi yang tidak diketahui
4 5 menit Terminasi :
4. Memperhatikan.
5. Menanyakan perasaan audience
setelah penyuluhan. 5. Menjawab pertanyaan.
6. Memberikan 6. Membalas salam.
reinforcement
positif
7. Mengucapkan terima kasih atas
perhatian yang diberikan.
8. Mengucapkan salam penutup.
11. Job desk
a. Moderator
1) Menjelaskan tujuan penyuluhan.
2) Mengarahkan proses kegiatan pada anggota kelompok.
3) Mengevaluasi pengetahuan, perasaan dan reinforcement setelah
penyuluhan terhadap audience.
b. Presentator
Mempresentasikan materi penyuluhan.
c. Fasilitator
1) Menyiapkan alat-alat penyuluhan.
2) Memberi motivasi kepada audience untuk mendengarkan apa yang
sedang dijelaskan.
3) Memberi kesempatan pada audience untuk bertanya
d. Observer
1) Mencatat dan mengamati respon audience secara verbal dan non
verbal.
2) Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan perilaku.
3) Mencatat dan mengamati audience aktif dari penyuluhan.
e. Dokumenter
Mendokumentasikan kegiatan secara visual
12. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1) Kondisi lingkungan tenang, bersih dan dilakukan ditempat terbuka
dan memungkinkan audience untuk berkonsentrasi terhadap
kegiatan.
2) Audience sepakat untuk menigkuti kegiatan.
3) Alat yang digunakan dalam kondisi baik.
4) Moderator, persentator, fasilitator, observer, dan documenter
berperan sebagaimana mestinya.
b. Evaluasi Proses
1) Moderator dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga
akhir.
2) Moderator mampu memimpin acara.
3) Fasilitator mampu memotivasi audience dalam kegiatan
penyuluhan.
4) Fasilitator membantu moderator melaksanakan kegiatan dan
bertanggung jawab dalam antisipasi masalah.
5) Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada
kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok.
6) Audience mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga
akhir.
c. Evaluasi Hasil
1) Audience dapat meningkatkan pengetahuannya.
2) Audience akan kooperatif terhadap penyampaian materi yang
disampaikan
3) Audience mampu menyampaikan pertanyaan yang tidak diketahui
MATERI I
KESEHATAN MENTAL
Definisi
1. Sehat Jiwa
2. Kesehatan Mental
Kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika batin kita berada dalam
keadaan tentram dan tenang, sehingga memungkinkan kita untuk menikmati
kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain di sekitar. Seseorang yang
bermental sehat dapat menggunakan kemampuan atau potensi dirinya secara
maksimal dalam menghadapi tantangan hidup, serta menjalin hubungan positif
dengan orang lain. Sebaliknya, orang yang kesehatan mentalnya terganggu akan
mengalami gangguan suasana hati, kemampuan berpikir, serta kendali emosi
yang pada akhirnya bisa mengarah pada perilaku buruk.
a) Stres
Stres adalah keadaan ketika seseorang mengalami tekanan yang sangat
berat, baik secara emosi maupun mental. Seseorang yang stres biasanya akan
tampak gelisah, cemas, dan mudah tersinggung. Stres juga dapat mengganggu
konsentrasi, mengurangi motivasi, dan pada kasus tertentu, memicu depresi.
Stres bukan saja dapat memengaruhi psikologi penderitanya, tetapi juga dapat
berdampak kepada cara bersikap dan kesehatan fisik mereka.
Berikut ini adalah contoh dampak stres terhadap perilaku seseorang:
- Menjadi penyendiri dan enggan berinteraksi dengan orang lain.
- Enggan makan atau makan secara berlebihan.
- Marah-marah, dan terkadang kemaharan itu sulit dikendalikan.
- Menjadi perokok atau merokok secara berlebihan.
- Mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.
- Penyalahgunaan obat-obatan narkotika.
Berikut ini adalah masalah kesehatan yang dapat timbul akibat stres:
- Gangguan tidur
- Lelah
- Sakit kepala
- Sakit perut
- Nyeri dada
- Nyeri atau tegang pada otot
- Penurunan gairah seksual
- Obesitas
- Hipertensi
- Diabetes
- Gangguan jantung
Banyak faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami stres,
sebagian di antaranya adalah masalah keuangan, hubungan sosial, atau
tuntutan di dalam pekerjaan. Untuk mengatasi stres, kunci utamanya adalah
mengidentifikasi akar permasalahan dan mencari solusinya.
Penanggulangan stres juga bisa dilakukan dengan mengaplikasikan nasihat-
nasihat yang disarankan dalam manajemen stres yang baik, seperti:
- Belajar menerima suatu masalah yang sulit diatasi atau hal-hal yang tidak
dapat diubah.
- Selalu berpikir positif dan memandang bahwa segala sesuatu yang terjadi
di dalam hidup ada hikmahnya.
- Meminta saran dari orang terpercaya untuk mengatasi masalah yang
sedang dialami.
- Belajar mengendalikan diri dan selalu aktif dalam mencari solusi.
- Melakukan aktivitas fisik, meditasi, atau teknik relaksasi guna meredakan
ketegangan emosi dan menjernihkan pikiran.
- Melakukan hal-hal baru yang menantang dan lain dari biasanya guna
meningkatkan rasa percaya diri.
- Menyisihkan waktu untuk melakukan hal-hal yang disukai.
- Melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan sosial untuk membantu orang
lain. Cara ini dapat membuat seseorang lebih tabah dalam menghadapi
masalah, terutama jika bisa membantu seseorang yang memiliki
masalah lebih berat dari yang dialaminya.
- Menghindari cara-cara negatif untuk meredakan stres, misalnya merokok,
mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan, atau
menggunakan narkoba.
- Bekerja dengan mengedepankan kualitas bukan kuantitas, agar manajemen
waktu lebih baik dan hidup juga lebih seimbang.
b)Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan adalah kondisi psikologis ketika seseorang mengalami
rasa cemas berlebihan secara konstan dan sulit dikendalikan, sehingga berdampak
buruk terhadap kehidupan sehari-harinya.
Bagi sebagian orang normal, rasa cemas biasanya timbul pada suatu kejadian
tertentu saja, misalnya saat akan menghadapi ujian di sekolah atau wawancara
kerja. Namun pada penderita gangguan kecemasan, rasa cemas ini kerap timbul
pada tiap situasi. Itu sebabnya orang yang mengalami kondisi ini akan sulit merasa
rileks dari waktu ke waktu. Selain gelisah atau rasa takut yang berlebihan, gejala
psikologis lain yang bisa muncul pada penderita gangguan kecemasan adalah
berkurangnya rasa percaya diri, menjadi mudah marah, stres, sulit berkonsentrasi,
dan menjadi penyendiri. Sementara itu, gejala fisik yang mungkin menyertai
masalah gangguan kecemasan antara lain:
- Sulit tidur
- Badan gemetar
- Mengeluarkan keringat secara berlebihan
- Otot menjadi tegang
- Jantung berdebar
- Sesak napas
- Lelah
- Sakit perut atau kepala
- Pusing
- Mulut terasa kering
- Kesemutan
Meski penyebab gangguan kecemasan belum diketahui secara pasti,
beberapa faktor diduga dapat memicu munculnya kondisi tersebut. Di antaranya
adalah trauma akibat intimidasi, pelecehan, dan kekerasan di lingkungan luar
ataupun keluarga. Faktor risiko lainnya adalah stres berkepanjangan, gen yang
diwariskan dari orang tua, dan ketidakseimbangan hormon serotonin dan
noradrenalin di dalam otak yang berfungsi mengendalikan suasana hati.
Gangguan kecemasan juga dapat dipicu oleh penyalahgunaan minuman keras
dan obat-obatan terlarang.
Sebenarnya, gangguan kecemasan dapat diatasi tanpa bantuan dokter
melalui beberapa cara, seperti mengonsumsi makanan bergizi tinggi, cukup
tidur, mengurangi asupan kafein, minuman beralkohol, atau zat penenang
lainnya, tidak merokok, berola raga secara rutin, dan melakukan metode
relaksasi sederhana, seperti yoga atau meditasi. Jika pengobatan mandiri tidak
memberikan perubahan, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter.
Penanganan dari dokter biasanya meliputi pemberian obat-obatan antiansietas
serta terapi kognitif.
c) Depresi
Depresi merupakan gangguan suasana hati yang menyebabkan penderitanya
terus-menerus merasa sedih. Berbeda dengan kesedihan biasa yang umumnya
berlangsung selama beberapa hari, perasaan sedih pada depresi bisa berlangsung
hingga berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Selain memengaruhi perasaan atau
emosi, depresi juga dapat menyebabkan masalah fisik, mengubah cara berpikir,
serta mengubah cara berperilaku penderitanya. Tidak jarang penderita depresi sulit
menjalani aktivitas sehari-hari secara normal. Bahkan pada kasus tertentu, mereka
bisa menyakiti diri sendiri dan mencoba bunuh diri. Berikut ini adalah beberapa
gejala psikologi seseorang yang mengalami depresi:
- Kehilangan ketertarikan atau motivasi untuk melakukan sesuatu.
- Terus-menerus merasa sedih, bahkan terus-menerus menangis.
- Merasa sangat bersalah dan khawatir berlebihan.
- Tidak dapat menikmati hidup karena kehilangan rasa percaya diri.
- Sulit membuat keputusan dan mudah tersinggung.
- Tidak acuh terhadap orang lain.
- Memiliki pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bunuh diri.
Berikut ini adalah dampak depresi terhadap kesehatan fisik yang mungkin dapat
terjadi:
- Gangguan tidur dan badan terasa lemah.
- Berbicara atau bergerak menjadi lebih lambat.
- Perubahan siklus menstruasi pada wanita.
- Libido turun dan muncul sembelit.
- Nafsu makan turun atau meningkat secara drastis.
- Merasakan sakit atau nyeri tanpa sebab.
Ada beragam hal yang dapat memicu terjadinya depresi, mulai dari
peristiwa dalam hidup yang menimbulkan stres, kehilangan orang yang
dicintai, merasa kesepian, hingga memiliki kepribadian yang rapuh terhadap
depresi. Selain itu, depresi yang dialami seseorang juga bisa disebabkan oleh
penderitaan akibat penyakit parah dan berkepanjangan, seperti kanker dan
gangguan jantung, cedera parah di kepala, efek dari konsumsi minuman
beralkohol berlebihan dan obat-obatan terlarang, hingga akibat faktor genetik
dalam keluarga. Dianjurkan untuk berkonsultasi ke dokter jika merasakan
gejala-gejala depresi selama lebih dari dua minggu dan tidak kunjung mereda.
Apalagi jika gejala depresi tersebut sampai mengganggu proses pendidikan,
pekerjaan, dan hubungan sosial, Penanganan depresi oleh dokter akan
disesuaikan dengan tingkat keparahan depresi yang diderita masing-masing
pasien. Bentuk penanganan bisa berupa terapi konsultasi, pemberian obat-
obatan antidepresi, atau kombinasi keduanya.
MATERI II
MANAJEMEN STRES
A. Pengertian Stres
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ada 2 pengertian stres:
1) Gangguan atau kekacauan mental dan emosional, 2) Tekanan. Secara
teknis psikologik, stress didefinisikan sebagai suatu respon penyesuaian
seseorang terhadap situasi yang dipersepsinya menantang atau
mengancam kesejahteraan orang bersangkutan. Jadi stres merupakan
respon fisikologik ataupun perilaku terhadap ‘stressor’ hal yang
dipandang sebagai menyebabkan cekaman, gangguan keseimbangan
(hemostastis), baik internal maupun eksternal. Dalam pengertian ini,
bisa kita jelaskan bahwa stress bersifat subjektif, sesuai persepsi orang
yang memandangnya. Dengan perkataan lain apa yang mencekam bagi
seseorang belum tentu dipersepsi mencekam bagi orang lain.
https://promkes.kemkes.go.id/content/?p=7385