Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PENDAHULUAN

KESEHATAN JIWA PADA DEWASA

Disusun Oleh :
Rizky Trio Prasdika (2030020)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN DAN NERS


STIKes KEPANJEN PEMKAB MALANG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KESEHATAN JIWA PADA DEWASA

1. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan


a. Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan fisik dan peningkatan ukuran yang dapat
diukur secara kuantitatif. Indikator pertumbuhan meliputi tinggi badan,
berat badan, ukuran tulang, dan pertumbuhan gigi. Pola pertumbuhan
fisiologis sama untuk semua orang. Akan tetapi, laju pertumbuhan
bervariasi pada tahap pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda.
b. Perkembangan
Perkembangan adalah peningkatan kompleksitas fungsi dan kemajuan
keterampilan. Perkembangan adalah kemampuan dan keterampilan yang
dimiliki individu untuk beradaptasi dengan linkungan. Perkembangan
merupakan aspek perilaku dari pertumbuhan.

2. Perkembangan Orang Dewasa


a. Karakteristik Perkembangan Orang Dewasa
Karakteristik perkembangan pada orang dewasa diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Perkembangan fungsi aspek-aspek fisik orang dewasa terus berjalan
sesuai dengan jenis pekerjaan, pendidikan, dan latihan serta hobi-hobi
aktivitas fisik. Usia dewasa merupakan usia yang secara fisik sangat
sehat, kuat, dan cekatan dengan tenaga yang cukup besar. Kekuatan dan
kesehatan ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan ekonomi, kebiasaan
hidup, kebiasaan makan, dn pemeliharaan kesehatan.
2. Kualitas kemampuan berpikir kelompok dewasa muda terus berkembang
lebih meluas atau komprehensif dan mendalam. Perkembangan ini
tergantung pada pengetahuan dan informasi yang dikuasai. Semakin
tinggi dan luas ilmu pengetahuan, dan informasi yang dimiliki, semakin
tinggi kualitas kemampuan berpikir.
3. Pada masa dewasa, berlangsung pengalaman moral. Melalui pengalaman
moral, orang dewasa mengubah pemikiran-pemikiran moral menjadi
perbuatan moral.
4. Bekerja untuk pengembangan karier merupakan tuntutan dan
karakteristik utama dari masa dewasa.
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang
Beberapa faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang orang dewasa
adalah sebagai berikut:
1. Faktor Genetik
a. Faktor keturunan-masa konsepsi
b. Bersifat tetap atau tidak berubah sepanjang kehidupan
c. Menentukan beberapa karakteristik seperti jenis kelamin, ras, rambut,
warna mata, pertumbuhan fisik, sikap tubuh, dan beberapa keunikan
psikologis seperti temperamen
2. Faktor Eksternal atau Lingkungan
Faktor eksternal mempengaruhi individu setiap hari mulai konsepsi
sampai akhir hayatnya dan sangat menentukan tercapai atau tidaknya
potensi bawaan. Faktor eksternal yang cukup baik akan memungkinkan
tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan
menghambatnya.
a. Keluarga
Fungsi keluarga yaitu sebagai tempat bertahan hidup, rasa aman,
perkembangan emosi dan sosial, penjelasan mengenai masyarakat dan
dunia, serta membantu mempelajari peran dan perilaku.
b. Kelompok teman sebaya
Lingkungan yang baru dan berbeda, memberi pola dan struktur
yang berbeda dalam interaksi dan komunikasi, dan memerlukan gaya
perilaku yang berbeda. Fungsi kelompok teman sebaya adalah sebagai
tempat belajar kesuksesan dan kegagalan, memvalidasi dan
menantang pemikiran dan perasaan, mendapatkan penerimaan,
dukugan dan penolakan sebagai manusia unik yang merupakan bagian
dari keluarga serta untuk mencapai tujuan kelompok dengan
memenuhi kebutuhan dan harapan.
c. Pengalaman hidup
Pengalaman hidup dan proses pembelajaran membiarkan individu
berkembang dengan mengaplikasikan apa yang telah dipelajari.
d. Kesehatan
Tingkat kesehatan merupakan respon individu terhadap lingkungan
dan respon orang lain pada individu. Kesehatan prenatal (sebelum
bayi lahir) memoengaruhi pertumbuhan dan perkembangan dari fetal
(janin). Ketidakmampuan untuk melaksanakan tugas-tugas
perkembangan karena kesehatan terganggu akan mengakibatkan
tumbuh kembang juga terganggu.
e. Lingkungan tempat tinggal
Musim, iklim, kehidupan sehari-hari dan stats sosial ekonomi juga
mempengaruhi perkembangan seseorang.
c. Perbedaan Individual Orang Dewasa
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan individual orang dewasa
adalah faktor lingkungan, pembawaan, dan pengalaman.
2. Unsur-unsur perbedaan individu yang disebabkan oleh perbedaan
lingkungan dan pembawaan adalah perbedaan dalam minat, kepribadian,
dan kecakapan (kecerdasan).
3. Penerimaan orang dewasa terhadap pengaruh lingkungan (pengalaman)
ditentukan oleh:
a. Kekuatan daya pendukung The IQ dan daya kendali dari super ego.
b. Cita-cita dan hasrat (Alfred Adler)
c. Kadar rasa harga diri (Kunkel)
d. Kesadaran pribadi dalam mempertahankan dan mengembangkan
dirinya (Stern).
e. Dengan subjektif terhadap partisipasinya dengan lingkungan (Rullo
May).
f. Kemampuan membaca situasi atau kerangka berpikir (Lewin).
g. Hubungan sosial di masa lalu (Rotter & Sullivan)

3. Dewasa Muda (20-40 Tahun)


a. Tahap Perkembangan
Dewasa muda disebut sebagai individu yang matur. Mereka sudah dapat
memikul tanggung jawab diri mereka sendiri dan mengharapkan hal uang
sama dari orang lain. Mereka menghadapi berbagai tugas dalam hidup
dengan sikap realistis dan dewasa, membuat keputusan dan bertanggung
jawab atas keputusan tersebut.
1. Perkembangan Fisik
Individu berada pada kondisi fisik yang prima diawal usia 20 tahun.
Semua sistem pada tubuh (seperti kardio vaskuler, penglihatan,
pendengaran, dan reproduktif) juga berfungsi pada efesiensi puncak.
Perubahan fisik pada tahap ini minimal, berat badan, dan masa otot dapat
berubah akibat diet dan olah raga.
2. Perkembangan Psikososial
Idividu dewasa muda, menghadapi sejumlah pengalaman serta
perubahan gaya hidup yang baru saat beranjak dewasa, mereka harus
membuat pilihan mengenai pendidikan, pekerjaan, perkawinan, memulai
rumah tangga, dan untuk membesarkan anak. Tanggung jawab sosial
meliputi membentuk hubungan pertemanan yang baru dan menjalani
beberapa kegiatan di masyarakat. Beberapa perkembangan psikososial
pada dewasa muda, yaitu:
a. Berada pada tahap genital, yaitu ketika energi diarahkan untuk
mencapai hubungan seksual yang matur (mengacu pada teori Freud).
b. Memiliki tugas perkembangan berikut, mengacu pada pemikiran
Havighurst: memilih pasangan, belajar untuk hidup bersama
pasangan, membentuk sebuah keluarga, membesarkan anak, mengatur
rumah tangga, memulai suatu pekerjaan, memikul tanggung jawab
sebagai warga negara, menemukan kelompok sosial yang cocok.
3. Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget meyakini bahwa struktur kognitif sempurna terjadi
kurang lebih sejak usia 11-15 tahun. Sejak periode tersebut, operasi
formal (contoh: membuat hipotesis) menandakan pemikiran selama masa
dewasa, egosentrismenya terus berkurang. Mereka mampu memahami
dan menyeimbangkan argumen yang diciptakan oleh logika dan emosi.
4. Perkembangan Moral
Pada periode ini, individu mampu memisahkan diri dari pengharapan
dan aturan-aturan orang lain, dan mendefinisikan moralitas terkait prinsip
moral. Saat mempersepsikan konflik dengan norma dan hukum
masyarakat, mereka membuat penilaian berdasarkan prinsip pribadi
mereka.
5. Perkembangan Spiritual
Pada periode ini, individu berfokus pada realitas. Individu dewasa
yang berusia 27 tahun dapat mengemukakan pertanyaan yang bersifat
filosofi mengenai spiritualitas dan menyadari akan hal spiritual tersebut.
Ajaran-ajaran agama yang diperoleh semasa kecil, sekarang dapat
diterima atau didefinisikan kembali.
b. Masalah Kesehatan
Masalah kesehatan yang muncul dan seringkali ditemui pada kelompok
usia ini meliputi kecelakaan, bunuh diri, penyalahgunaan zat, hipertensi,
penyakit menular seksual (PMS), penganiayaan terhadap wanita, dan
keganasan tertentu.
1. Kecelakaan
Cedera tidak sengaja (terutama tabrakan kendaraan bermotor)
merupakan penyebab kematian utama pada kelompok usia 1-44 tahun.
Oleh sebab itu pendidikan mengenai tindakan kewaspadaan keselamatan
dan pencegahan kecelaksaan merupakan peran utama perawat dalam
meningkatkan kesehatan orang dewasa muda.
2. Bunuh Diri
Bunuh diri merupakan penyebab kelima kematian pada individu
dewasa muda di AS (Murray & Zentner, 2001 dalam Kozier dkk, 2011).
Secara umum, tindakan bunuh diri disebabkan oleh ketidakmampuan
individu dewasa muda untuk menghadapi berbagai tekanan, tanggung
jawab, dan tuntutan di masa dewasa. Peran perawat dalam mencegah
upaya bunuh diri meliputi mengidentifikasi perilaku yang
mengindikasikan masalah potensial, depresi, bebrbagai keluhan fisik
seperti penurunan berat badan, gangguan tidur, dan gangguan
pencernaan, penurunan minat dalam peran sosial dan pekerjaan, serta
seringnya individu mengurung diri, menyediakan informasi mengenai
tanda awal bunuh diri dalam program pendidikan. Apabila
terindentifikasi berisiko melakukan buh diri maka harus dirujuk ke
profesional kesehatan jiwa atau pusat penenangan kritis.
3. Hipertensi
Masalah ini dipengaruhi oleh faktor keturunan, merokok, obesitas,
diet tinggi-natrium, dan tingkat stres yang tinggi.
4. Penyalahgunaan Zat
Penyalahgunaan zat merupakan ancaman utama terhadap kesehatan
individu dewasa muda. Alkohol, mariyuana, amfetamin, dan kokain
misalnya, dapat menimbulkan perasaan bahagia pada individu yang
memiliki masalah penyesuain dan akan berakibat buruk pada masalah
kesehatan di kemudian hari. Sebagai contoh, penyalahgunaan obat
selama kehamilan dapat menyebabkan gangguan pada janin, penggunaan
alkohol dalam waktu yang lama dapat menimbulkan penyakit berbahaya.
Strategi perawat berkaitan penyalahgunaan obat meliputi penyuluh
tentang komplikasi penggunaan obat itu, upaya pengubahan sikap
individu terhadap penyalahgunaan obat, dan konseling tentang berbagai
masalah yang menyebabkan penyalahgunaan obat.
5. Penyakit Menular Seksual (PMS)
PMS seperti AIDS, sifilis, gonore merupakan jenis infeksi yang umum
terjadi pada individu dewasa muda. Fungsi perawat disini terutama
sebagai pendidik.
6. Kekerasan
Tindakan pembunuhan akibat kekerasan merupakan penyebab kedua
kematian pada kaum muda yang berusia 15-24 tahun.
7. Penganiayaan Terhadap Wanita
Masalah ini terjadi pada keluarga di seluruh tingkat sosioekonomi.
Kondisi stres yang memicu keluarga untuk melakukan penganiayaan
meliputi masalah keuangan, perpisahan keluarga, dan dukungan
masyarakat, serta isolasi fisik dan sosial. Perawat yang menangani wanita
tersebut harus:
a. Memiliki komunikasi terbuka yang mendorong mereka
mengemukakan masalah.
b. Membantu mereka meningkatkan harga dirinya.
c. Terus mendukung dan mendidik wanita agar memahami sebab dan
akibat perilaku kekerasan dan penganiayaan.
8. Keganasan
Masalah kegansan yang sering muncul pada pria usia 20-34 tahun
adalah kanker testis. Pemeriksaan testis harus diadakan sebulan sekali
sebagai identifikasi dini terjadinya kanker skrotum (Barkauskas ddk.,
2020 dalam Kozier, 2011). Sedangkan pada wanita adalah kanker
payudara yang mneingkat setelah usia 30 tahun. Kanker payudara
merupakan penyebab kematian uatama yang terjadi pada wanita.
4. Dewasa Menengah Atau Paruh Baya (40-65 Tahun)
a. Tahap Perkembangan
1. Perkembangan Fisik
Pada perkembangan ini, banyak perubahan fisik yang terjadi, antara
lain sebagai berikut:
a. Penampilan
Rambut mulai tipis dan beruban, kelembapan kulit berkurang, muncul
kerutan pada kulit, jaringan lemak diretribusikan kembali sehingga
menyebabkan deposit lemak di area abdomen.
b. Sistem Muskuloskeletal
Masa otot skeletal berkurang sekiat usia 60 tahun. Penipisan diskus
interverbal menyebabkan penurunan tinggi badan sekitar 1 inci.
Kehilangan kalsium dari jaringan tulang lebih sering terjadi pada
wanita pasca menstruasi. Otot tetap bertumbuh sesuai penggunaan.
c. Sistem Kardiovaskular
Pembuluh darah kehilangan elastisitasnya dan menjadi lebih tebal.
d. Presepsi Sensori
Ketajman visual menurun, seringkali terjadi diakhir usia 40 tahun,
khususnya untuk penglihatan dekat (presbiopia). Ketajaman
pendengaran untuk suara frekuensi tinggi juga menurun (presbikusis),
khususnya pada pria. Sensasi perasa juga berkurang.
e. Metabolisme
Metabolisme lambat, menyebabkan kenaikan berat badan.
f. Sistem Pencernaan
Penurunan tonus usus besar secara bertahap dapat menyebabkan
kecenderungan terjadinya konstipasi pada individu.
g. Sistem Perkemihan
Unit nefron berkurang selama periode ini, dan laju filtrasi glomelurus
menurun.
h. Seksualitas
Perubahan hormonal terjadi pada pria maupun wanita.
2. Perkembangan Psikososial
Menurut Havighurst, individu paruh baya memiliki tugas
perkembangan psikososial sebagai berikut:
1. Memenuhi tanggung jawab sebagai warga negara dewasa dan
tanggung jawab sosial.
2. Memebangun dan mempertahankan standar ekonomi hidup.
3. Memebnatu anak yang beranjak remaja untuk menjadi individu
dewasa yang bahagia dan bertanggung jawab.
4. Mengemabngkan berbagai aktivitas untuk mnegsisi waktu luang.
5. Berinteraksi dengan pasangan sebagai seorang individu.
6. Menerima dan menyesuaikan perubahan fisik di masa paruh baya.
7. Menyesuaikan diri dengan orang tua yang mulai lansia.
3. Perkembangan Kognitif
Kemampuan kognitif dan intelektual di masa paruh baya tidak banyak
mengalami perubahan. Proses kognitif meliputi waktu rekreasi, memori,
persepsi, pembelajran, pemecahan masalah, dan kreativitas.
4. Perkembangan Moral
Pada tahap ini, individu perlu memeliki pengalaman yang luas tentang
pilihan moral personal serta tanggung jawab.
5. Perkembangan Spiritual
Pada tahap ini, individu dapat memandang “kebenaran” dari sejumlah
sudut pandnag. Mereka cenderung tidak terlalu fanantik terhadap
keyakinan agama dan agama seringkali memberikan lebih banyak
kenyamanan pada dari individu di masa ini dibandingkan sebelumnya.
Individu kerap kali bergantung pada keyakinan spiritual untuk membantu
mereka mneghadapi penyait, kematian, dan tragedi.
b. Masalah Kesehatan
Risiko munculnya masalah kesehatan pada kelompok usia ini lebih besar
daripada kelompok usia dewasa muda, antara lain:
1. Kecelakaan
Faktor perubahan fisiologis dan kekhawatiran terhadap tanggung
jawab personal dan pekerjaan dapat meningkatkan angka kecelakaan
pada individu paruh baya, terutama kecelakaan kendaraan bermotor.
2. Kanker
Kanker merupakan penyebab kematian kedua para individu yang
berusia antara 25 dan 64 tahun di AS. pria memiliki insiden penyakit
kanker paru dan kandung kemih yang tinggi. Pada wanita, penyakit
payudara menempati posisi tertinggi, diikuti kanker kolon dan rektum,
uterus, dan kanker paru.
3. Penyakit Kardiovaskular
Penyakit jantung koroner merupakan penyebab kematian utama di AS.
faktor penyebabnya meliputi merokok, obesitas, hipertensi, diabetes
melitus, gaya hidup kurang gerak riawayar keturunan atau riwayat
kematian mendadak pada ayah saat berusia kurang dari 55 tahun atau ibu
saat berusia kurang dari 65 tahun, serta faktor usia individu.
4. Obesitas
Obesitas merupakan faktor risiko untuk banyak penyakit kronis seperti
diabetes dan hipertensi. Klien harus mencegah obesitas dengan
mengurangi asupan kalori dan berolahraga secara teratur.
5. Alkoholisme
Penggunaan alkohol yang berlebihan dapat mengakibatkan masalah
pengangguran, keretakan dalam rumah tangga, kecelakaan, dan berbagai
penyakit.
6. Perubahan Kesehatan Mental
Stresor perkembangan seperti menopause, penuaan, dan masa
pensium yang semakin dekat, serta stresor situasional seperti perceraian,
pengangguran, dan kematian pasangan, dapat memicu peningkatan
depresi di masa paruh baya. Klien dapat memperoleh manfaat dari
kelompok pendukung atau terapi individu untuk mengatasi masalah ini.

5. Dewasa Tua Atau Lansia (Lebih Dari 65 Tahun)


a. Tahap Perkembangan
1. Perkembangan Psikososial
Menurut Erikson, tugas perkembangan di masa ini adalah integritas
ego versus putus asa. Seseorang yang mencapai integritas ego
memandang kehidupan dengan perasaan utuh dan meraih kepuasan dari
keberhasilan yang dicapai di masa lalu. Mereka memandang kematian
sebagai akhir kehidupan yang dapat diterima. Sebaiknya, orang yang
putus asa sering kali merasa pilihannya salah dan berharap dapat
mengulang kembali waktu. Tugas perkembangan lansia menurut Peck
tahun 1968, antara lain:
a. Usia 65-75 tahun
1. Menyesuaikan diri dengan kesehatan dan kekuatan fisik yang
menurun.
2. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan penghasilan yang
menurun.
3. Menyesuaikan diri dengan kematian orang tua, pasangan, dan
teman.
4. Menyesuaikan diri dengan hubungan yang baru bersama anak-anak
yang sudah dewasa.
5. Menyesuaikan diri dengan waktu luang.
6. Menyesuaikan diri dengan respons fisik dan kognitif yang
melambat.
b. Usia 75 tahun atau lebih
1. Beradaptasi dengan situasi “hidup sendiri”
2. Menjaga kesehatan fisik dan mental
3. Menyesuaikan diri dengan kemungkinan tinggal di panti jompo
4. Tetap berhubungan dengan anggota keluarga lain
5. Menemukan makna hidup
6. Mengurus akan kematiannya kelak
7. Tetap aktif dan terlibat dalam aktivitas
8. Membuat perencanaan hidup yang memuaskan seiring penuaan
2. Perkembangan Kognitif
Perubahan pada struktur kognitif berlangsung seiring bertambahnya
usia. Diyakini bahwa terjadi penurunan jumlah neuron yang progresif.
Selain itu, aliran darah ke otak menurun, dan metabolisme otak
melambat. Penurunan intelktual umumnya mencerminkan proses
penyakit seperti arterosklerosis. Pada lansia, proses penarikan onformasi
dari memori jangka panjang dapat menjadi lebih lambat. Lansia
cenderung melupakan kejadian yang baru saja berlalu. Dan mereka
memerlukan waktu yang lebih banyak dalam belajar.
3. Perkembangan Moral
Kebanyakan lansia berada pada tingkat prakonvensional
perkembangan moral, mereka mematuhi setiap aturan agar tidak
menyakiti atau menyusahkan orang lain. Sedangkan pada tingkat
konvensional, mereka mengikuti kaidah sosial yang berlaku sebagai
respons terhadap harapan orang lain.
4. Perkembangan Spiritual
Carson (1989) mengemukakan bahwa agama “memberi makna baru
bagi lansia, yang dapat memberikan kenyamanan, penghiburan, dan
penguatan dalam kegiatan keagamaan”. Banyak lansia memiliki
keyakinan agama yang kuat dan terus menghadiri pertemuan atau ibadah
keagamaan. Keterkaitan lansia dalam hal keagamaan kerap membantu
mereka dalam mengatasi berbagai masalah yang berkiatan dengan makna
hidup, kesengsaraan, atau nasib baik.
c. Masalah Kesehatan
Masalah kesehatan yang mungkin dialami oleh lansia, diantaranya
sebagai berikut:
1. Kecelakaan
Pencegahan kecelakaan merupakan fokus perhatian utama bagi lansia.
Healthy People (2010) melaporkan bahwa sebanyak 87% dari seluruh
kasus fraktur yang terjadi pada lansia di atas 65 tahun disebabkan oleh
insiden jatuh. Karena penurunan fungsi penglihatan, refleks yang
semakin lambat, dan kondisi tulang yang rapuh, lansia harus selalu
berhati-hati pada saat menaiki anak tangga, mengemudikan mobil, dan
bahkan saat berjalan.
2. Penyakit Ketunadayaan Kronik
Penyakit ini dapat menimbulkan gangguan fungsi yang serius seperti
artritis, osteoporosis, penyakit jantung, stroke, perubahan penglihatan dan
pendengaran, pneumonia, fraktur, trauma akibat jatuh, atau insiden
lainnya yang menyebabkan masalah kesehatan kronis.
3. Penggunaan dan Penggunasalahan Obat
Lansia yang menderita satu jenis penyakit kronis lebih kerap
memerlukan obat-obatan. Kerumitan yang ditemui dalam pemberian
penggunasalahan, seperti mengonsumsi obat terlalu banyak atau terlalu
sedikit, mengonsumsi obat bersama alkohol, mengonsumsi obat resep
bersama obat bebas, atau mengonsumsi obat milik orang lain tanpa
sengaja.
4. Alkoholisme
Mengonsumsi alkohol selama bertahun-tahun membawa pengaruh
buruk pada semua sistem tubuh, menyebabkan kerusakan progresif pada
hati dan ginjal, merusak lambung dan organ lain yang terkait, serta
memperlambat respons mental yang kerap mengakibatkan kecelakaan
dan kematian.
5. Demensia
Demensia merupakan proses yang membahayakan dan berlangsung
lambat, yang mengakibatkan hilangnya fungsi kognitif secara progresif.
Tipe dimensia yang paling sering ditemui adalah penyakit Alzheimer.
6. Penganiayaan Lansia
Penganiayaan lansia yang paling sering terjadi adalah pada wanita di
atas usia 75 tahun yang mengalami gangguan fisik atau mental dan
bergantung pada pelaku dalam perawatan diri. Penganiayaan dapat
berupa penganiayaan fisik, psikologis, atau emosi penganiayaan seksual,
penganiayaan keuangan, dan pelanggaran terhadap HAM. Secara
psikologis, lansia dapat mengalami kekerasan verbal, ancaman,
oenghinaan, atau ejekan. Penganiayaan atau pengabaian lansia dapat
terjadi di rumah pribadi, penampungan lansia, umah sakit, atau fasilitas
layanan jangka panjang.

6. Fase-Fase Interaksi Dalam Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa Klien


Dewasa
a. Pra-Interaksi
Dimulai sebelum kontak pertama dengan pasien. Perawat
mengeksplorasikan perasaan, fantasi, dan ketakutannya, sehingga kesadaran
dan kesiapan perawat untuk melakukan hubungan dengan klien dapat
dipertanggung jawabkan. Tugas tambahan pada fase ini adalah mendapatkan
informasi tentang klien dan menentukan kontak pertama.
b. Perkenalan atau Orientasi
Dalam memulai hubungan, tugas utama adalah membina rasa percaya,
penrimaan, dan pengertian, komunikasi yang terbuka dan perumusan
kontrak dengan pasien. Elemen-elemen kontrak perlu diuraikan dengan jelas
pada klien sehingga kerjasama perawat-pasien dapat optimal. Diharapkan
pasien berperan serta secara penuh dalam kontrak, namun pada kondisi
tertentu, misalnya pasien dengan gangguan realita maka kontrak dilakukan
sepihak dan perawat perlu mengulang kontrak jika kontrak realitas pasien
meningkat.
c. Fase Kerja
Pada fase kerja, perawat dan pasien mengeksplorasi stessor yang tepat
dan mendorong perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan
persepsi, pikiran, perasaan, dan perbuatan klien. Perawat membantu pasien
mengatasi kecemasan, meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab diri
sendiri, serta mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif.
Perubahan perilaku yang maladaptif menjadi merupakan fokus fase ini.
d. Terminasi
Terminasi merupakan fase yang sangat sulit dan penting dalam hubungan
terapeutik. Rasa percaya dan hubungan intim yang terapeutik sudah terbina
dan berada dalam tingkat yangboptimal (Dalami, Ernawati, dkk, 2009).
Kriteria penetapan kesiapan pasien untuk terminasi yaitu:
1. Klien mengalami kelegaan dari masalah yang ada
2. Fungsi klien sudah meningkat
3. Harga diri klien meningkat dan rasa identitas diri yang kuat
4. Klien menggunakan respon koping yang lebih adaptif
5. Klien telah mencapai hasil asuhan yang telah direncanakan
6. Kendala sudah ditemukan dalam hubungan perawat-klien yang tidak
dapat diselesaikan (Stuart & Gail, 2016)
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA PADA DEWASA

Pengkajian Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Implementasi Evaluasi


Keperawatan
Data Subjektif: Kesiapan Peran menjadi orang Dukungan koping keluarga Mengobservasi Klien mampu
1. Klien peningkatan tua Definisi: memfasilitasi  Mengidentifikasi mengatasi
mengatakan menjadi orang tua Definisi: kemampuan peningkatan nilai-nilai, respons emosional menerima
merasa berhubungan orang tua memberi minat, dan tujuan dalam terhadap kondisi saat perannya
belum siap dengan lingkungan bagi anak keluarga. ini sebagai
menjadi mengekspresikan atau anggota keluarga Observasi  Mengidentifikasi beban seorang ayah
seorang ayah keinginan untuk yang cukup, untuk  Identifikasi respons prognosis secara (kepala
Data Objektif: meningkatkan memfasilitasi emosional terhadap psikologis keluarga)
1. Klien tampak peran menjadi pertumbuhan dan kondisi saat ini  Mengidentifikasi
bingung akan orang tua ditandai perkembangan  Identifikasi beban pemahaman tentang
perannya dengan klien belum prognosis secara keputusan perawatan
sebagai siap menjadi Tujuan: psikologis stelah pulang
orang tua seorang ayah dan Setelah diberikan  Identifikasi  Mengidentifikasi
tampak bingung tindakan keperawatan pemahaman tentang kesesuaian antara
bagaimana cara selama 3x24 jam keputusan perawatan harapan pasien,
menjadi seorang diharapkan kesiapan stelah pulang keluarga, dan tenaga
ayah peningktan menjadi  Identifikasi kesesuaian kesehatan
orang tua membaik antara harapan pasien, Memberikan terapeutik
keluarga, dan tenaga  Mendengarkan
Kriteria Hasil: kesehatan masalah, perasaan, dan
 Bouding Terapeutik pertanyaan keluarga
attachment  Dengarkan masalah,  Menerima nilai-nilai
 Perilaku positif perasaan, dan keluarga dengan cara
menjadi orang tua pertanyaan keluarga yang tidak menghakimi
 Interaksi  Terima nilai-nilai  Mendiskusikan rencana
perawatan bayi keluarga dengan cara medis dan perawatan
yang tidak menghakimi  Memfasilitasi
Penilaian:  Diskusikan rencana pengungkapan perasaan
1. Menurun=1 medis dan perawatan antara pasien dan
2. Cukup menurun=2  Fasilitasi keluarga atau antar
3. Sedang=3 pengungkapan perasaan anggota keluarga
4. Cukup antara pasien dan  Memfasilitasi
mneingkat=4 keluarga atau antar pengambilan keputusan
5. Meningkat=5 anggota keluarga dalam merencanakan
 Fasilitasi pengambilan perawatan jangka
keputusan dalam panjang, jika perlu
merencanakan  Memfasilitasi anggota
perawatan jangka keluarga dalam
panjang, jika perlu mengidentifikasi dan
 Fasilitasi anggota menyelesaikan konflik
keluarga dalam nilai
mengidentifikasi dan  Memfasilitasi
menyelesaikan konflik pemenuhan kebutuhan
nilai dasar keluarga
 Fasilitasi pemenuhan  Memfasilitasi anggota
kebutuhan dasar keluarga melalui proses
keluarga kematian dan berduka,
 Fasilitasi anggota jika perlu
keluarga melalui proses  Memfasilitasi
kematian dan berduka, memperoleh
jika perlu pengetahuan,
 Fasilitasi memperoleh keterampilan, dan
pengetahuan, peralatan yang
keterampilan, dan diperlukan untuk dapat
peralatan yang memberikan perawatan
diperlukan untuk dapat  Menghargai dan
memberikan perawatan dukung mekanisme
 Hargai dan dukung koping adaptif yang
mekanisme koping digunakan
adaptif yang digunakan  Memberikan
 Berikan kesempatan kesempatan berkunjung
berkunjung bagi bagi anggota keluarga
anggota keluarga Mengedukasi
Edukasi  Menginformasikan
 Informasikan kemajuan kemajuan pasien secara
pasien secara berkala berkala
 Informasikan fasilitas  Menginformasikan
perawatan kesehatan fasilitas perawatan
yang tersedia kesehatan yang tersedia
Kolaborasi Berkolaborasi
 Rujuk untuk terapi  Merujuk untuk terapi
keluarga, jika perlu keluarga, jika perlu
Data Subjektif: Ansietas Tingkat ansietas Reduksi Ansietas Mengobservasi Klien mampu
1. Klien berhubungan Definisi: kondisi Definisi: meminimalkan  Mengidentifikasi saat mengatasi
mengatakan dengan kebutuhan emosi dan kondisi individu dan tingkat ansietas kecemasan
penghasilann tidak tercukupi pengalaman subyektif pengalaman subyektif berubah
ya dari ditandaii dengan terhadap objek yang terhadap objek yang tidak  Mengidentifikasi
pekerjaannya tampak gelisah tidak jelas dan spesifik jelas dan spesifik akibat kemampuan
belum akibat antisipasi antisipasi bahaya yang mengambil keputusan
mencukupi bahaya yang memungkinkan individu  Memonitor tanda-tanda
kebutuhan memungkinkan melakukan tindakan untuk ansietas
keluarganya individu melakukan menghadapi ancaman Memberikan terapeutik
Data Objektif: tindakan untuk Observasi  Menciptakan suasana
1. Klien tampak menghadapi ancaman  Identifikasi saat tingkat terapeutik untuk
ragu, ansietas berubah menumbuhkan
khawatir, dan Tujuan:  Identifikasi kepercayaan
gelisah Setelah dilakukan kemampuan  Menemani pasien
bagaimana tindakan keperawatan mengambil keputusan untuk mengurangi
cara selama 3x24 jam  Monitor tanda-tanda kecemasan, jika
mencukupi diharapkan tingkat ansietas memungkinkan
kebutuhan ansietas menurun Terapeutik  Memahami situasi yang
keluarganya  Ciptakan suasana membuat ansietas
Kriteria Hasil: terapeutik untuk  Mendengarkan dengan
 Verbalisasi menumbuhkan penuh perhatian
kebingungan kepercayaan  Menggunakan
 Verbalisasi  Temani pasien untuk pendekatan yang
khawatir akibat mengurangi tenang dan meyakinkan
kondisi yang kecemasan, jika  Menempatkan barang
dihadapi memungkinkan pribadi yang meberikan
 Perilaku gelisah  Pahami situasi yang kenyamanan
 Perilaku tegang membuat ansietas  Memotivasi
 Dengarkan dengan mengidentifikasi situasi
Penilaian: penuh perhatian yang memicu
1. Meningkat=1  Gunakan pendekatan kecemasan
2. Cukup yang tenang dan  Mendiskusikan
meningkat=2 meyakinkan perencanaan realitis
3. Sedang=3  Tempatkan barang tentang peristiwa yang
4. Cukup menurun=4 pribadi yang meberikan akan datang
5. Menurun=5 kenyamanan Mengedukasi
 Motivasi  Menjelaskan prosedur,
mengidentifikasi situasi termasuk sensasi yang
yang memicu mungkin dialami
kecemasan  Menginformasikan
 Diskusikan secara faktual
perencanaan realitis mengenai diagnosis,
tentang peristiwa yang pengobatan, dan
akan datang prognosis
Edukasi  Menganjurkan keluarga
 Jelaskan prosedur, untuk tetap bersama
termasuk sensasi yang pasien, jika perlu
mungkin dialami  Menganjurkan
 Informasikan secara melakukan kegiatan
faktual mengenai yang tidak kompetitif,
diagnosis, pengobatan, sesuai kebutuhan
dan prognosis  Menganjurkan
 Anjurkan keluarga mengungkapkan
untuk tetap bersama perasaan dan persepsi
pasien, jika perlu  Melatih kegiatan
 Anjurkan melakukan penglihatan untuk
kegiatan yang tidak mengurangi ketegangan
kompetitif, sesuai  Melatih penggunaan
kebutuhan mekanisme diri yang
 Anjurkan tepat
mengungkapkan  Melatih tekinik
perasaan dan persepsi relaksasi
 Latih kegiatan Berkolaborasi
penglihatan untuk  Berkolaborasi
mengurangi ketegangan pemberian obat
 Latih penggunaan antiansietas, jika perlu
mekanisme diri yang
tepat
 Latih tekinik relaksasi
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
obat antiansietas, jika
perlu
DAFTAR PUSTAKA

Dariyo, Agnes. (2003). Proses Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: PT Gramedia


Widiasarana.
Hurlock, Elizabeth B. (1980). Development Psycology A Life-Spon Approach. New York: Mc
Grow-Hill.
Hurlock. (1999). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.
Edisi Kimia.
PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik.
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan.
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Santrock, J. W. (2002). Life Spon Development (Perkembangan Masa Hidup). Jilid 2.
Penerjemah Chusatri dan Dimanik). Jakarta: Erlangga.
ASUHAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA PADA DEWASA

Disusun Oleh :
Rizky Trio Prasdika (2030020)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN DAN NERS


STIKes KEPANJEN PEMKAB MALANG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
PENGKAJIAN

Tanggal Pengkajian : Senin, 16 November 2020


Sumber Informasi : Klien

I. IDENTITAS
Inisial : Tn. T
Umur : 25 tahun
Alamat : Kedawung, Ngajum, Malang
Pendidikan : S1 Keperawatan
Agama : Islam
Status Perkawinan: Belum Kawin
Pekerjaan :-
Jenis Kelamin : Laki – Laki

II. ALASAN MASUK


a. Data Primer
Klien mengatakan ingin menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
b. Data Sekunder
-
c. Keluhan Utama Saat Pengkajian
Klien tidak memiliki keluhan dalam hal fisik, akan tetapi klien berharap dan ingin
menjadi pribadi yang lebih baik lagi, serta memiliki konsep diri yang lebih terarah dan
merasa sejahtera.

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG DAN FAKTOR PRESIPITASI


Pada masa SMA, klien merasa lebih percaya diri dari pada saat berada di
perkuliahan. Kemudian sejak tahun 2019 klien merasa ingin meningkatkan kepribadian yang
positif. Ingin menjadi pribadi yang lebih percaya diri, mudah berbicara di tempat umum,
mampu menyampaikan ide dan gagasan yang dimilikinya.
IV. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Riwayat Penyakit yang lalu.
Klien tidak pernah mengalami gangguan jiwa dan penyakit fisik lainnya.
2. Faktor Penyebab/Pendukung
a. Riwayat trauma
1. Aniaya Fisik
Klien mengatakan tidak pernah mengalami aniaya fisik baik sebagai pelaku, korban
maupun saksi.
2. Aniaya Seksual
Klien mengatakan tidak pernah mengalami aniaya seksual baik sebagai pelaku,
korban maupun saksi.
3. Penolakan
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penolakan baik sebagai pelaku, korban
maupun saksi.
4. Kekerasan Dalam Keluarga
Klien mengatakan tidak pernah mengalami kekerasan dalam keluarga baik sebagai
pelaku, korban, maupun saksi.
5. Tindakan Kriminal
Klien tidak pernah mengalami tindakan kriminal baik sebagai pelaku, korban
maupun saksi serta tidak pernah mengalami penolakan dalam anggota keluarga.
Dx Keperawatan : -
b. Pernah melakukan upaya/percobaan/ bunuh diri
Klien mengatakan tidak pernah melakukan upaya atau percobaan bunuh diri
Dx Keperawatan : -
c. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien mengatakan tidak pernah mempunayai pengalaman yang tidak menyenangkan
Dx keperawatan : -
d. Pernah mengalami penyakit fisik
Klien mengatakan pernah mengalami penyakit fisik hipertermi.
Dx Keperawatan : Hipertermi
e. Riwayat penggunaan NAPZA
Klien mengatakan tidak pernah menggunakan atau mengkonsumsi NAPZA.
Dx Keperawatan : -
3. Upaya yang telah dilakukan terkait kondisi di atas dan hasilnya :
Klien mengatakan keluarganya membawa ke RSUD Kepanjen Malang untuk berobat.
Dx Keperawatan : -
4. Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan di rumah tidak ada anggota keluarganya lain yang menderita penyakit
fisik (tipes) dan gangguan jiwa
Dx Keperawatan : -

V. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Penampilan klien sesuai dengan usianya , klien berpakaian rapi, bersih dan sopan.
Diagnosa keperawatan : -
2. Kesadaran
Klien tidak mengalami penurunan kesadaran atau compos mentis dengan GCS 4,5,6.
3. Disorientasi (waktu, tempat, orang)
Waktu : Baik, dibuktikan dengan saat ditanya. Mas, sekarang pagi atau malam? klien
menjawab “siang” , pada kenyataannya memang siang.
Orang : Baik, dibuktikan dengan saat ditanya. Mas, kita-kita ini siapa ? Klien menjawab
“ perawat”.
Tempat : Baik, dibuktikan dengan saat ditanya sekarang ini mas berada dimana? Dan
klien menjawab “di Rumah”.
Diagosa keperawatan : -
4. Aktivitas motorik
Klien beraktivitas sewajarnya sesuai kebutuhan.
Diagnosa keperawatan : -
5. Mood dan afek
Mood : Klien mangatakan dirinya merasa bahagian tanpa memiliki masalah hidup.
Afek : pasien menjawab dengan mimik wajah yang semangat dengan pandangan wajah ke
perawat
Diagnosa keperawatan : -
6. Persepsi sensorik
a.halusinasi
Pasien mengatakan tidak mengalami persepsi sensorik.
Diagnosa keperawatan : -
7. Proses pikir
Klien mengatakan mudah dan suka bergaul karena menurut klien, orang-orang sekitarnya
nantinya secara tidak langsung akan memberikan pembelajaran secara tidak langsung.
a. Arus piker : koheren
Klien berbicara dengan kalimat tersusun sempurna, mudah dimengerti.
b. Isi piker : ide yang terkait
Saat dilakukan pengkajian pasien memberi masukan masukan yang menurutnya benar
c. Bentuk pikir : realistik
Pasien berbicara sesuai dengan keadaan yang dialaminya.
Diagnosa keperawatan : -
8. Memori
- Memori jangka panjang : baik, dibuktikan dengan klien mengatakan pertama
masuk SMA pada tahun 2010
- Memori jangka pendek : baik, dibuktikan dengan klien mengatakan pertama
masuk kuliah pada tahun 2016
- Memori saat ini : baik, dibuktikan dengan klien mengatakan tadi pagi sarapan
menggunakan lauk telur dan sayur bening
Diagnosa Keperawatan : -
9. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
a. Konsentrasi
Selama wawacaran berlangsung pasien mampu berkonsetrasi.
b. Berhitung
Pasien dapat berhitung dengan benar dan mampu menjawab pertanyaan 1 + 1 = 2, 2+2 =
4, 4+4=8
Diagnosa Keperawatan : -
10. Kemampuan Penilaian
Pasien mengatakan bahwa melukai orang lain adalah hal buruk dan tidak boleh
dilakukan.
Diagnosa Keperawatan : -
11. Daya Tilik Diri
Pasien tidak mengingkari penyakit yang di deritanya dan mau menerima dengan kondisi
yang di alami saat ini.
Diagonosa Keperawatan : -
12. Interaksi selama wawancara
Pasien kooperatif selama wawancara, duduk dengan sopan dan tidak meninggalkan
tempat
Diagnosa keperawatan : -

VI. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan Umum
Keadaan umum pasien baik, rambut rapi, berpakain rapi dan benar, dan menggunakan alas
kaki.
2. Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 86x/menit
Suhu : 36,5°C
Pernafasan : 20x/menit
3. Ukur
Tinggi Badan : 165cm
Berat Badan : 53 Kg
4. Keluhan Fisik
Saat pasien ditanya apakah pasien mempunyai keluhan seperti pegal-pegal, pusing atau
sakit pada bagian tubuh tertentu, paien menjawab “tidak memiliki keluhan apa apa mas”.

Diagnosa Keperawatan: -
5. Pemeriksaan Fisik
Pasien tidak mengalami masalah saat dilakukan pemeriksaan fisik, anggota gerak normal,
pendengaran, penglihatan, dsb juga tidak memiliki masalah.
Diagnosa Keperawatan: -

VII. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL


1. Konsep diri
a. Citra diri :
Klien mengatakan menurutnya dia adalah sosok pria yang tampan dan keren.
b. Identitas diri :
Klien mengatakan namanya Tn. T berusia 25 tahun, berjenis kelamin laki-laki dan
puas terlahir sebagai seorang laki-laki.
c. Peran :
Klien mengatakan bahwa ia senang menjadi adik diantara keluarganya, dan sekarang
dia juga senang bisa menjalani pendidikan dibangku perkuliahan.
d. Ideal diri :
Klien mengatakan keinginannya menjadi perawat yang dapat bermanfaat. Klien ingin
mempunyai pekerjaan yang menetap dan penghasilan yang cukup.
e. Harga diri :
Klien mengatakan sering merasa malu dan tidak percaya diri saat berbicara atau
menyampaikan ide ditempat umum.
Diagnosa Keperawatan : Harga Diri Rendah.
2. Genogram

Keterangan :

= Laki Laki
= Perempuan
= Pasien
= Cerai
= Serumah
Penjelasan :
Klien adalah anak terakhir dari dua bersaudara. Klien tinggal serumah dengan adik dan
orangtuanya. Tidak ada anggota keluarga klien yang mengalami gangguan jiwa. Hubungan
klien dengan keluarga baik, komunikasi juga baik.
Diagnosa Keperawatan : -
3. Hubungan sosial
a. Orang terdekat
Klien mengatakan saat dirumah orang terdekatnya adalah ibunya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat
Saat di rumah klien mengatakan sering bergaul dengan anak muda di desa. Klien juga
mau melakukan tugas menyapu dan mengepel rumah.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan orang lain.
Diagnosa keperawatan : -
2. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengaku beragama Islam, saat pasien disapa dengan salam “Assalamualaikum”
pasien menjawab “Waalaikumsalam”. Saat pasien ditanya siapa Tuhannya, pasien
mengatakan “Allah”
b. Kegiatan beribadah
Klien mengatakan setiap harinya melakukan sholat lima waktu.
Diagnosa keperawatan : -

VIII. AKTIFITAS SEHARI HARI (ADL)


1. Makan
Pasien mengatakan makan 3x/hari dan juga makan snack.
2. Toileting (BAK,BAB)
Pasien mengatakan BAB 1x sehari dan BAK 4-6x sehari, pasien mampu BAK dan
BAB secara mandiri
Diagnosa Keperawatan : -
3. Mandi
Pasien mengatakan dirinya mandi 2x sehari, terkadang 3x sehari yaitu saat siang hari
4. Berpakaian, berhias dan berdandan
Pasien dapat berpakian dengan rapi, dan pasien berdandan secara mandiri
5. Istirahat dan Tidur
Istirahat siang lama : 13.30 s/d 15.00
Tidur malam, lama: 21.00 s/d 05.00
Aktifkan sebelum / sesudah tidur : pasien hanya duduk duduk dan mengoperasikan
handphone.
6. Penggunaan Obat
Klien sedang tidak mengkonsumsi obat, dan tidak memiliki keluhan sama sekali.
7. Pemeliharaan Kesehatan
Klien sedang tidak melakukan perawatan lanjutan.
8. Aktifitas di dalam rumah
Klien selalu mejaga kerapihan di lingkungan sekitar
Klien mencuci pakainan secara mandiri
Klien mampu mengatur pengeluaran keuangannya
9. Aktifitas di luar rumah
Klien sering belanja kebutuhan secara mandiri
Klien dapat menggunakan alat transposrtasi baik sepeda, motor, maupun mobil.
Diagnosa Keperawatan : -

IX. MEKANISME KOPING


Klien mengatakan dalam hal menyelesaikan masalah selalu bercerita kepada orang yang
dipercayainya (sahabat)

X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


o Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya
Pasien mengatakan tidak pernah betengkar dan tidak pernah dikucilkan oleh keluarga
maupun masyarakat sekitar rumah
o Pasien berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya
Pasien mengatakan sering melakukan badminton dengan anak muda dilingkungan
rumahnya.
o Masalah dengan pendidikan,spesifiknya
Pasien mengatakan dirinya melanjutkan keperguruan tinggi di STIKes Kepanjen.
o Masalah dengan pekerjaan, spesifik
Pasien mengatakan belum bekerja dan masih sebagai pelajar.
o Masalah perumahan,spesifiknya
Pasien mengatakan tinggal bersama kedua orang tua dan adiknya.
o Masalah dengan ekonomi, spesifiknya
Pasien mengatakan perekonominya masih bergantung kepada kedua orangtuannya.
o Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya
Pasien mengatakan jika sakit berobat ke pelayanan kesehatan terdekat dari rumahnya.
o Masalah lainnya,spesifiknya
Tidak ada
Diagnosa keperawatan : -

XI. ASPEK PENGETAHUAN


Pasien mempunyai sistem pendukung yaitu keluargannya yang masih mendukung pasien
untuk berobat dan sembuh.
Diagnosa Keperawatan : -

XII. ASPEK MEDIS


1. Diagnosa medis :
-
2. Terapi Medis
-

XIII. DAFTAR DIAGNOSA


1. Kesiapan peningkatan konsep diri.
2. Harga Diri Rendah
XIV. ANALISA DATA
NO DATA DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. DS : Klien mengatakan sering malu dan Harga diri rendah situasional b.d riwayat
tidak percaya diri saat berbicara penolakan d.d merasa malu, menilai diri
ditempat umum. negative.
DO : Klien tampak berbicara pelan dan
lirih saat didepan umum.
2. DS : Klien mengatakan ingin menjadi Kesiapan peningkatan konsep diri d.d
pribadi yang lebih baik lagi, bermanfaat mengekspresikan keinginannya untuk
bagi sekitar serta mampu untuk meningkatkan konsep diri, serta menerima
sejahtera kelebihan dan keterbatasan.
DO : Klien tampak mengekspresikan
keinginannya untuk meningkatkan
konsep diri.

XV. POHON MASALAH


Kesiapan Peningkatan Konsep Diri

Menerima Kelebihan Dan Keterbatasan

Harga Diri Rendah

Merasa Malu

Riwayat Penolakan

XVI. DIAGNOSA KEPERAWATAN PRIORITAS


1. Kesiapan peningkatan konsep diri d.d mengekspresikan keinginannya untuk
meningkatkan konsep diri, serta menerima kelebihan dan keterbatasan.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA PADA DEWASA
Inisial klien  : Tn. T Dx Medis        : -
No RM         : -              Ruangan          : -

No DX. Rencana Rasional


. Keperawatan Tindakan Keperawatan
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
1. Kesiapan TUM : Klien dapat 1. Setelah 3x interaksi Bina hubungan saling percaya dengan Hubungan
peningkatan meningkatkan klien menunjukan tanda- mengguanakan prinsip komunikasi saling percaya
konsep diri d.d perilaku kesehatan tanda percaya kepada terapeutik: merupakan
mengekspresikan atau terhadap perawat :  beri salam setiap berinteraksi langkah awal
keinginannya TUK 1 : Klien dapat  Ekspresi wajah bersahabat  Perkenalkan nama, nama untuk
untuk membina hubungan  Menunjukkan rasa senang panggilan perawat, dan tujuan melakukan
meningkatkan saling percaya  Mau menjawab salam perawat berkrnalan interaksi
konsep diri, serta  Mau menjabat tangan  Tanyakan dan panggil nama
menerima kesukaan klien
 Mau berkenalan
kelebihan dan  Tunjukan sikap jujur dan
 Ada kontak mata
keterbatasan. menepati janji setiap kali
 Bersedia menceritakan
perasaan berinteraksi

 Bersedia mengungkapkan  Tanyakan perasaan dan masalah

masalahnya yang dihadapi klien


 Buat kontrak interaksi yang
jelas
 Dengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi perasaan
klien
TUK 2 : Setelah 3 kali interaksi klien Adakan kontak sering dan singkat Dengan
Klien dapat dapat menyampaikan secara betahap mengetahui
memahami cara keinginan meningkatkan Observasi : cara cara
meningkatkan konsep konsep diri. Observasi keadaan emosional klien saat dalam
diri ini dan respon yang ditunjukan meingkatkan
diberbagai situasi. konsep diri,
Terapeutik : kita dapat
mendiskusikan terkait pikiran, perilaku, menentukan
atau respon terhadap kondisi serta langkah
memotivasi klien dalam meningkatkan intervensi
kemampuaan belajar. selanjutnya
Edukasi ;
Menganjurkan untuk mengenali pikiran
dan perasaan tentang diri
Menganjurkan menyadari bahwa setiap
manusia itu unik.
Melatih kemampuan positif diri
yang klien miliki.
TUK 3 : Setelah 3 kali interaksi Identifikasi bersama klien cara atau Reinforcement
Klien dapat mencoba dengan klien dapat mencoba tindakan yang dilakukan untuk dapat
meningkatkan konsep tindakan yang harus meningkatkan konsep diri. membantu
diri. dilakukan untuk Observasi : meningkatkan
meningkatkan konsep diri. Observasi keadaan emosional klien saat konsep diri.
ini dan respon yang ditunjukan
diberbagai situasi.
Terapeutik :
mendiskusikan terkait pikiran, perilaku,
atau respon terhadap kondisi serta
memotivasi klien dalam meningkatkan
kemampuaan belajar.
Edukasi ;
Menganjurkan untuk mengenali pikiran
dan perasaan tentang diri
Menganjurkan menyadari bahwa setiap
manusia itu unik.
Melatih kemampuan positif diri yang
         
klien miliki.

TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA DAN CATATAN PERKEMBANGAN


KLIEN DENGAN KESEHATAN JIWA PADA DEWASA
Inisial klien  : Tn. T                  Dx Medis        : -
No RM         : -             Ruangan          : -

Hari & Tgl Dx.Keperawatan Implementasi Evaluasi


Kamis, Kesiapan SP I (pertemuan ke 1): S: klien menjawab salam, klien mengatakan namanya TAF,
19 Nov 2020 peningkatan 1. Bina hubungan saling percaya dengan : rumahnya di Ngajum, Malang.
konsep diri d.d - memberi salam setiap berinteraksi O: Klien tampak tenang, pasien mampu mempertahankan
mengekspresikan - memperkenalkan nama, nama konsentrasi, klien mampu membina hubungan saling percaya,
keinginannya untuk panggilan perawat, dan tujuan perawat pasien tampak ada kontak mata.
meningkatkan berkenalan A: Masalah teratasi sebagian
konsep diri, serta - menanyakan dan panggil nama P: Lanjutkan SP II , mempertahankan hubungan saling
menerima kesukaan klien percaya dengan klien.
kelebihan dan - menunjukan sikap jujur dan
keterbatasan. menepati janji setiap kali berinteraksi
- menanyakan perasaan dan masalah
yang dihadapi klien
- membuat kontrak interaksi yang
jelas
- mendengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi perasaan klien.
2. Mengobservasi keadaan emosional
klien saat ini dan respon yang ditunjukan
diberbagai situasi.
SP II (Pertemuan ke 2):
Kesiapan 1. Mendiskusikan terkait pikiran,
peningkatan perilaku, atau respon terhadap S: - klien mengatakan semangat untuk belajar mengenali
konsep diri d.d kondisi. pikiran, perilaku, dan respon yang ada.
Minggu, mengekspresikan 2. Memotivasi klien dalam O: klien tampak berusaha untuk meningkatkan kemampuan
22 November keinginannya untuk meningkatkan kemampuan belajar positif yang ada.
2020 meningkatkan 3. Menganjurkan klien untuk mengenali A : - Masalah teratasi sebagian, SP I dan II tercapai.
konsep diri, serta pikiran, dan perasaan tentang diri. P: - Lanjutkan SP III.
menerima 4. Menganjurkan klien untuk menyadari
kelebihan dan bahwa setiap manusia itu unik.
keterbatasan. 5. Melatih kemampuan positif diri yang
klien miliki.
S: - Klien mengatakan memahami hal hal positif yang harus
Kesiapan SP III (pertemuan ke 3): dia lakukan untuk meningkatkan konsep diri.
peningkatan 1. Mendiskusikan terkait pikiran, O: - klien mampu menerapkan perihal yang dapat
Rabu, konsep diri d.d perilaku, atau respon terhadap kondisi. meningkatkan konsep diri.
25 Nov 2020 mengekspresikan 2. Memotivasi klien dalam meningkatkan A: SP I, II, III tercapai, klien juga mampu menerima dan
keinginannya untuk kemampuan belajar mengerti pendidikan kesehatan tentang peningkatan konsep
meningkatkan 3. Menganjurkan klien untuk mengenali diri.
konsep diri, serta pikiran, dan perasaan tentang diri. P: Hentikan intervensi.
menerima 4. Menganjurkan klien untuk menyadari
kelebihan dan bahwa setiap manusia itu unik.
keterbatasan. 5. Melatih kemampuan positif diri yang
klien miliki.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA KESIAPAN PENINGKATAN KONSEP DIRI D.D
MENGEKSPRESIKAN KEINGINANNYA UNTUK MENINGKATKAN
KONSEP DIRI, SERTA MENERIMA KELEBIHAN DAN
KETERBATASAN.
STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP 1) KESIAPAN PENINGKATAN
KONSEP DIRI
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi
DS : klien mengatakan ingin menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
DO : klien tampak tenang.
2. Diagnosa Keperawatan
Kesiapan peningkatan konsep diri d.d mengekspresikan keinginannya
untuk meningkatkan konsep diri, serta menerima kelebihan dan
keterbatasan.
3. Tujuan
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya, dengan criteria sebagai
berikut :
1. Ekspresi wajah bersahabat.
2. Menunjukkkan rasa senang.
3. Klien bersedia diajak berjabat tangan.
4. Klien bersedia menyebutkan nama.
5. Ada kontak mata.
6. Klien bersedia duduk berdampingan dengan perawat.
7. Klien bersedia mengutarakan masalah dan harapan yang ada.
b. Mengobservasi klien
4. Intervensi Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik.
b. Mengobservasi keadaan emosional klien.
c. Mengobservasi respon yang ditunjukan klien
B. STRATEGI PELAKSANAAN.
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi mas, assalamualaikum Boleh kami kenalan dengan mas?
Nama Saya Rizky Trio Prasdika boleh pangil saya dengan Trio. Kalau
boleh Saya tahu nama mas siapa ? Senang dipanggil dengan sebutan
apa?”.
b. Evaluasi/validasi
“Bagaiman kabar mas hari ini ? bisa tidur mas tadi malam ? tadi sudah
makan apa belum?.”
c. Kontrak
1. Topik
“Mas bagaimana kalau kita ngobrol tentang sesuatu yang selama ini
mas rasakan?.”
2. Waktu
“Bagaimana jika kita berbincang-bicang 15 menit saja?.”
3. Tempat
“Bagaimana kalau kita ngobrol di ruang ini saja?”

3. Fase Kerja
“Apakah keluhan dan harapan mas untuk saat ini?”
“Tiap orang memiliki harapan yang ingin dicapai, dan setiap orang pasti
memahami apa yang dapat menghambat diri”
4. Fase Terminasi
a. Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan mas setelah kita ngobrol dan sharing? mas
merasa senang tidak dengan sharing tadi?.”
b. Evaluasi objektif
“Coba ulangi cara untuk meningkatkan konsep diri yang tadi sudah kita
bicarakan mas!.”
c. Rencana tindak lanjut
“Kalau mas mengalami kesulitan atau kelupakan terkait sharing ini bisa
dicatat poin poinnya ya mas. Bagaimana kalau kita belajar cara yang
lain untuk meningkatkan konsep diri?.”
d. Kontrak yang akan datang
1) Topik
“Mas, bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi tentang caranya
merespon kondisi yang ada dan mengenali pikiran dan perasaa diri
sendiri mas?.”
2) Waktu
“Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalau hari minggu tgl 22
November jam 10.00 WIB, bisa?”
3) Tempat
“Kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok di mana ya?
Sampai jumpa besok. Wassalamualaikum,……………
STRATEGI PELAKSANAAN 2 (SP 2)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
DS : Klien mengatakan ingin mengetahui cara yang baik dalam merespon
kondisi yang ada..
DO : Klien tampak tenang
2. Diagnosa Keperawatan
Kesiapan peningkatan konsep diri d.d mengekspresikan keinginannya
untuk meningkatkan konsep diri, serta menerima kelebihan dan
keterbatasan.
3. Tujuan
TUK 2 : Klien dapat memahami cara meningkatkan konsep diri
4. Intervensi Keperawatan
- Observasi keadaan emosional klien saat ini dan respon yang ditunjukan
diberbagai situasi.
- mendiskusikan terkait pikiran, perilaku, atau respon terhadap kondisi
serta memotivasi klien dalam meningkatkan kemampuaan belajar.
- Menganjurkan untuk mengenali pikiran dan perasaan tentang diri
B. STRATEGI PELAKSANAAN.
a. Fase Orientasi :
Salam terapeutik : ” Selamat pagi, mas? Bagaimana kabarnya hari ini?
mas masih ingat dong dengan saya? mas sudah
mandi belum? Apakah mas sudah makan?.”
Evaluasi validasi : ”bagaimana perasaan mas hari ini? Kemarin kita sudah
berdiskusi tentang konsep diri, apakah mas bisa
menjelaskan kepada saya tentang konsep diri?”
Kontrak :
Topik : ”Sesuai dengan kontrak kita kemarin, hari ini kita akan ngobrol
tentang cara merespon kondisi yang ada dan
mengenali tentang pikiran dan perasaan yang ada
pada diri.
Waktu : ”Berapa lama kita akan bincang-bincang, bagaimana kalau 10
menit saja, bagaimana mas setuju?”
Tempat : ”Dimana tempat yang menurut mas cocok untuk kita ngobrol?
Bagaimana kalau disini saja? mas setuju?”
b. Fase kerja
”Kalau mas mengalami masalah atau kondisi baik itu hal yang positif
maupun negatif mas harus tetap tenang. fikirkan dampak yang akan
muncul saat mas merespon kondisi yang ada. Alangkah baiknya jika mas
mengelist kemungkinan yang akan terjadi jika mengambil keputusan A
dan kemungkinan yang akan terjadi jika mengambil keputusan B.”
”Cara yang kedua adalah mas mengenali pikiran dan perasaan tentang diri
mas sendiri. menuruti kata hati yang sekiranya memang yang terbaik buat
diri mas.”
c. Fase terminasi
Evaluasi subyektif : ”Tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama.
Saya senang sekali mas bisa dan mau berbincang-
bincang denagan saya. Bagaimana perasaan mas
setelah kita berbincang-bincang?.”
Evaluasi obyektif : ”Jadi seperti yang mas katakan tadi, cara yang mas
pilih untuk menetukan konsep diri yaitu merespo
kondisi yang ada dengan baik serta memahami isi
hati dan pikiran mas.
Tindak lanjut : ”Nanti kalau mas mengalami kebingungan , mas
terus praktekkan cara yang telah saya ajarkan agar
mas dapat meningkatkan konsep diri”
Kontrak yang akan datang :
Topik : ”Bagaimana kalau rabu tanggal 25 november kita berbincang-
bincang lagi tentang cara meningkatkan konsep diri
dengan cara yang ketiga yaitu dengan cara
menyadari bahwa manusia itu unik dan melatih
kemampuan positif yang mas miliki.”
Waktu : ”Jam berapa mas bisa? Bagaimana kalau jam 10.00? Mas
setuju?”
Tempat :”rabu kita berbincang-bincang di sini atau ditempat lain?
Termakasih mas sudah berbincang-bincang dengan
saya. Sampai ketemu rabu pagi.”

STRATEGI PELAKSANAAN 3 (SP 3)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
DS : Klien mengatakan ingin meningkatkan konsep diri
DO : Klien tenang
2. Diagnosa Keperawatan
Kesiapan peningkatan konsep diri d.d mengekspresikan keinginannya
untuk meningkatkan konsep diri, serta menerima kelebihan dan
keterbatasan.
3. Tujuan:
TUK 3 : Klien dapat mencoba meningkatkan konsep diri.
4. Intervensi Keperawatan
1. Mendiskusikan terkait pikiran, perilaku, atau respon terhadap kondisi.
2. Memotivasi klien dalam meningkatkan kemampuan belajar
3. Menganjurkan klien untuk mengenali pikiran, dan perasaan tentang
diri.
4. Menganjurkan klien untuk menyadari bahwa setiap manusia itu unik.
5. Melatih kemampuan positif diri yang klien miliki.
B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Fase Orientasi :
Salam terapeutik : ” Selamat pagi, mas? Bagaimana kabar hari ini? Masih
ingat saya ? mas sudah mandi ? Apkah sudah makan ?
Evaluasi validasi : ”Mas tampak segar hari ini. Bagaimana perasaannya
hari ini ? sudah siap kita berbincang bincang ? masih ingat
dengan kesepakatan kita kemarin? apakah Mas
mempraktikkan cara meningkatkan konsep diri yang
pertama, dan kedua yang kemarin kita praktekkan
bersama?
Kontrak
Topik : ”Seperti janji kita, bagaimana kalau kita sekarang berbincang-
bincang menyadari bahwa manusia itu unik dan
melatih kemampuan positif yang mas miliki.”
Tempat : ”Dimana tempat yang menurut Mas cocok untuk kita
berbincang-bincang? Bagaimana kalu di ruang ini
saja? Mas setuju?”
Waktu : ”Kita nanti akan berbincang kurang lebih 10 menit, bagaimana
Mas setuju?”
2. Fase Kerja
”Setiap orang memiliki keunikan sendiri mas,, dia bisa ini, kita bisanya ini
dsb. Dan kita harus menyadari itu semua, bisa menerima hal itu semua
agar kita bisa mensyukuri yang ada mas. Kemudian disisi lain pasti setiap
orang memiliki kemampuan positif sendiri sendiri. Mas pun juga gtu, pasti
memiliki kemampuan positif yang bisa diasah dan dikembangkan.”
3. Fase Terminasi
Evaluasi subyektif : ”Tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama,
saya senag sekali Mas mau berbincang-bincang
dengan saya. Bagaimana perasaan mas setelah
berbincang-bincang?”
Evaluasi obyektif : ”Coba mas jelaskan lagi hal apa yang dapat membantu
meningkatkan konsep diri tadi?
Tindak lanjut : ”Tolong nanti mas terapkan dikehidupan sehari hari ya
mas.”
DOKUMENTASI
DAFTAR PUSTAKA

PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai