SYNDROME NEFROTIK
OLEH :
VICTOR HATTA MAULANA
NIM.2030029
A. DEFINISI
Sindrom nefrotik (SN) ialah keadaan klinis yang ditandai oleh proteinuria,
hipoproteinemia, edema, dan dapat disertai dengan hiperlipidemia. Kadang- kadang
disertai hematuri, hipertensi dan menurunnya ecepatan filtrasi glomerulus. Sebab pasti
belum jelas, dianggap sebagai suatu penyakit autoimun. Sindrom nefrotik paling
banyak terjadi pada anak umur 3-4 tahun dengan perbandingan pasien wanita dan
pria 1:2. (Sundoyo dalam Nurarif dan Kusuma, 2015, p. 17). Pada proses awal SN
ringan untuk menegakkan diagnosis tidak semua gejala tersebut harus ditemukan
proteinuria masih merupakan tanda khas SN, tetapi pada SN berat yang disertai kadar
albumin serum rendah eskresi protein dalam urine juga berkembang. Proteinuria juga
berkontribusi terhadap berbagai kaomplikasi yang terjadi pada SN. Hipoalbuminemia,
hiperlipidemia dan lipiduria gangguan keseimbangn hidrogen, hiperkoagulitas,
gangguan metabolisme kalsium dan tulang serta hormon tiroid sering dijumpai pada
SN. Umunya pada SN fungsi ginjal normal kecuali sebagai khusus yang berkembang
menjadi tahap akhir(PGTA) pada beberapa episode SN dapat sembuh sendiri dan
menunjukkan respon yang baik terhadap terapi stroid, tetapi sebagian lain dapat
berkembang menjadi kronik. (Sudoyo, 2010, hal. 999) Sindrom nefrotik adalah
merupakan manifestasi klinik dari glomerulusnefritis ditandai dengan gejala edema,
proteinurea pasif >35g/hari, hipoalbuminemia <3,5/dl, lipidolia dan hiper
kolesterolimia. Kadang-kadang terdapat hematuria, hipertensi dan penurunan fungsi
ginjal (Nurarif dan Kusuma, 2015,:17) Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan
gejala edema, proteinuria, hipoalbuminea dan hiperkolesterolemia. (Ngastiyah,
2014:306). Dari beberapa definisi diatas dapat disimpul bahwa sindrom nefrotik
adalah penyakit dengan gejala edema, proteinurea, hipoalbuminurea dan
hiperkolesterolemia. Sindrom nefrotik sering dijumpai pada anak umur 3 bulan
sampai 14 tahun.
B. ETIOLOGI
Sindrom nefrotik dapat disebabkan oleh gromelunefritis (GN) primer dan sekunder
akibat infeksi keganansan penyakit jaringan penghubung obat atau toksin dan akibat
penyakit sistemik (GN) primer atau idopatik merupakan penyebab sidrom nefrotik
yang paling sering dalam kelompok GN primer GN lesi minimal glomerulosklerosis
fokal segmental, GN membranosa dan GN membraproliveratif merupakan kelainan
sistopalogi yang sering ditemukan (Sudoyo dkk, 2010,: 999). Penyebab sekunder
akibat infeksi yang sering dijumpai misalnya pada GN pasca infeksi streptokokus atau
infeksi virus hepatitis B, akibat obat misalnya obat antiinflamasi non-steroid atau
preparat emas organik, dan akibat penyakit siskemik misalnya pada lupus erimatosus
sistemik dan diabtes militus. (Sudoyo dkk, 2010,: 999)
C. PATOFISIOLOGI
Kelainan yang terjadi pada sindrom nefrotik yang paling utama adalah proteinuria
sedangkan yang lain dianggap sebagai manifestasi sekunder. Kelainan ini disebabkan
oleh karena kenaikan permeabilitas dinding kapiler glomerulus yang sebabnya belum
diketahui yang terkait dengan hilangnya muatan negative gliko protein dalam dinding
kapiler. Pada sindrom nefrotik keluarnya protein terdiri atas campuran albumin dan
protein yang sebelumnya terjadi filtrasi protein didalam tubulus terlalu banyak akibat
dari kebocoran glomerolus dan akhirnya diekskresikan dalam urin. (Latas, 2002 :
383). Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada
hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadinya proteinuria. Kelanjutan dari
proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunya albumin, tekanan
osmotic plasma menurun sehingga cairan intravascular berpindah ke dalam intertisial.
Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan intravascular berkurang,
sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena hipovolemi. Menurunya
aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang produksi
renin angiotensin dan peningkatan sekresi antideuretik hormone (ADH) dan sekresi
aldosteron yang kemudian menjadi retensi natrium dan air. Dengan retensi natrium
dan air, akan menyebabkan edema (Wati, 2012). Terjadi peningkatan cholesterol dan
Triglicerida serum akibat dari peningkatan stimulasi produksi lipoprotein karena
penurunan plasma albumin atau penurunan onkotik plasma. Adanya hiperlipidemia
juga akibat dari meningkatnya produksi lipoprotein dalam hati yang timbul oleh
karena kompensasi hilangnya protein dan lemak akan banyak dalam urin (lipiduria).
Menurunya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan oleh
karena hipoalbuminemia, hyperlipidemia, atau defisiensi seng. (Suriadi dan yuliani,
2001 : 217).
D. MANIFESTASI KLINIS
Adapun manifestasi klinis menurut Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 2 (2001),
manifestasi utama sindrom nefrotik adalah edema. Edema biasanya lunak dan cekung
bila ditekan (pitting), dan umumnya ditemukan di sekitar mata (periorbital), pada area
ekstremitas (sekrum, tumit, dan tangan), dan pada abdomen (asites). Gejala lain
seperti malese, sakit kepala, iritabilitas dan keletihan umumnya terjadi.
E. PATHWAYS
Anoreksia,
Hipoksia Metabolism nausea, vomitus Nafas tidak
jaringan anaerob adekuat
Gangguan
Iskemia Produksi asam pemenuhan Ketidakefektif
laktat nutrisi an pola nafas
Nekrosis
Menumpuk di Ketidakseimba Volume urin
otot ngan nutrisi yang diekskresi
Ketidakefek kurang dari
tifan kebutuhan
perfusi Kelemahan, tubuh Oliguri
jaringan keletihan,
perifer mudah capek
Intoleransi
aktivitas
konstipasi Mengubah
angiotensin Aldosterone
menjadi
angiotensin I &
II
Merangsang
reabsorbsi Na+
dan air
Efek
vasokontriksi
arterioral Volume plasma
perifer
Tekanan darah
Beban kerja
jantung
Penurunan
curah jantung
(Sumber: Nurarif dan Kusuma, 2015)
F. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal. Menjaga
pasien dalam keadaan tirah baring selama beberapa hari mungkin diperlukan untuk
meningkatkan diuresis guna mengurangi edema. Masukan protein ditingkatkan untuk
menggantikan protein yang hilang dalam urin dan untuk membentuk cadangan protein
di tubuh. Jika edema berat, pasien diberikan diet rendah natrium. Diuretik diresepkan
untuk pasien dengan edema berat, dan adrenokortikosteroid (prednison) digunakan
untuk mengurangi proteinuria (Brunner & Suddarth, 2001). Medikasi lain yang
digunakan dalam penanganan sindrom nefrotik mencakup agens antineoplastik
(Cytoxan) atau agens imunosupresif (Imuran, Leukeran, atau siklosporin), jika terjadi
kambuh, penanganan kortikosteroid ulang diperlukan (Brunner & Suddarth, 2001).
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
8. Darah
Hb menurun adanya anemia, Ht menurun pada gagal ginjal, natrium meningkat
tapi biasanya bervariasi, kalium meningkat sehubungan dengan retensi dengan
perpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis sel darah nerah).
Penurunan pada kadar serum dapat menunjukkan kehilangan protein dan albumin
melalui urin, perpindahan cairan, penurunan pemasukan dan penurunan sintesis
karena kekurangan asam amino essensial. Kolesterol serum meningkat (umur 5-14
tahun : kurang dari atau sama dengan 220 mg/dl). Pada pemeriksaan kimia darah
dijumpai Protein total menurun (N: 6,2-8,1 gm/100ml), Albumin menurun (N:4-5,8
gm/100ml), α1 globulin normal (N: 0,1-0,3 gm/100ml), α2 globulin meninggi (N:
0,4-1 gm/100ml), β globulin normal (N: 0,5-0,9 gm/100ml), γ globulin normal (N:
0,3-1 gm/100ml), rasio albumin/globulin <1 (N:3/2), komplemen C3 normal/rendah
(N: 80-120 mg/100ml), ureum, kreatinin dan klirens kreatinin normal. (Sumber:
Siburian, 2013)
H. KOMPLIKASI
Infeksi : infeksi pada SN terjadi akibat defek imunitas humoral, selular, dan gangguan
sistem komplemen. Metabolisme kalsium dan tulang : vitamin D merupakan unsur
penting dalam metabolisme kalsium dan tulang pada manusia. Vitamin D yang terikat
protein akan diekskresikan melalui urin sehingga menyebabkan penurunan kadar
plasma. Hiperkoagulasi : komplikasi tromboeboli sering ditemukan padea SN akibat
peningkatan kogulasi intravaskular. Emboli paru dan trombosis vena dalam sering
dijumpai pada SN. Kelainan tersebut disebabkan oleh perubahan tingkat dan aktivitas
berbagai faktor. Mekanisme hiperkoagulasi pada SN cukup komplek meliputi
peningkatan fibrinogen, hiperagregasi trombosit dan penurunan fibrinolisis. Gangguan
yang terjadi disebabkan peningkatan sintesis protein oleh hati dan kehilangan protein
melalui urine. Gangguan fungsi ginjal: pasien SN mempunyai potensi untuk
mengalami gagal ginjal akut melalui berbgai mekanisme. Penurunan volume plasma
dan atau sepsis sering menyebabkan timbulnya nekrosis tubular akut. Mekanisme lain
yang diperkirakan menjadi penyebab gagal ginjal akut adalah terjadinya edema intra
renal yang menyebabkan kompresi pada tubulus ginjal. Sindrom nefrotik dapat
progresif dan berkembang menjadi PGTA. Proteinuria merupakan faktor resiko
penentu terhad progresifitas SN. Progresifitas kerusakan glomerulus, perkembangan
glomerulusklosis, dan kerusakan tubuloin tertisum dikatakan dengan proteinuria.
Hiperlipidemia juga dihubungkan dengan mekanisme terjadinya glomeulosklerosis
dan fibrosis tubuloinstisium pada SN, walaupun peran terhdap progresivitas
penyakitnya belum diketahui dengan pasti. (Sudoyo dkk, 2010,:1001)
Konsep Asuhan Keperawatan Pada Hipertensi Dengan Defisit Pengetahuan
1. Pengkajian
Identitas
Sindrom nefrotik lebih banyak terjadi pada anak umur 3-4 tahun dengan
perbandingan pasien wanita dan pria 1:2 (Nurarif dan Kusuma, 2015, 17)
Status kesehatan saat ini
Keluhan utama
Klien biasanya mengeluh gejala edema (Nurarif dan Kusuma, 2015,:17)
Alasan masuk rumah sakit
Biasanya klien dengan sindrom nefrotik dibawa ke rumah sakit karena terjadi
edema anrsaka yang kadang-kadang mencapai 40% daripada berat badan.
(Ngastiyah, 2014:307)
Riwayat penyakit sekarang
Klien mengalami kenaikan berat badan, wajah tampak sembab, pembengkakan
abdomen, efusi pleura, pembengkakan labia dan skrotum, perubahan urin,dan
rentan terhadap infeksi. (Ekmawati, 2012).
Riwayat kesehatan terdahulu
Edema masa neonatus, malaria, riwayat GNA dan GNK, terpapar bahan kimia.
Riwayat penyakit sebelumnya
Klien menderita glomerulonephritis primer atau idiopatik merupakan penyebab
Sindrom Nefrotik yang paling sering. (Sudoyo dkk, 2010,:999)
Riwayat penyakit keluarga
Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi matemofetal. Resisten
terhadap semua pengobatan. (Ngastiyah,, 2014:306)
Riwayat pengobatan
Biasanya klien Sindrom Nefrotik disebabkan karena mengonsumsi obat
antiinflamasi non-steroid atau preparat emas organic. (Sudoyo, 2010,:999)
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Kesadaran
Tingkat kesadaran biasanya Composmentis terlihat adanya edema. (Nurarif
dan Kusuma 2015:17)
Tanda-tanda vital
Tekanan darah normal 120/80 mmHg ,(Nurarif dan Kusuma 2015:17)
Body system
Sistem pernafasan
Terdapat penumpukan cairan pada rongga pleura yang menyebabkan efusi
pleura. (Suharyanto dan Majid, 2013: 140)
Sistem perkemihan
Penurunan jumlah urine, urin tampak berbusa, akibat penumpukan tekanan
permukaan akibat proteinuria, hematuria. (Suharyanto dan Majid, 2013: 141).
Sistem pencernaan
Biasanya terjadi diare akibat edema intestinal (Marcdante etall, 2014:659)
Sistem endokrin
Sistem endokrin dalam batas normal (Marcdante etall, 2014, hal. 659)
Sistem kardiovaskuler
Jarang terjadi hipertensi (Suharyanto dan Majid, 2013: 141)
Sistem integument
Ditemukan pitting edema serta esites. (Marcdante etall, 2014,659)
Sistem muskuloskletal
Kehilangan massa otot sebesar 10-20% dari massa tubuh (lean body
mass) tidak jarang dijumpai pada SN. (Sudoyo dkk, 2010,:1000)
Sistem reproduksi
Biasanya terjadi pembengkakan labia dan skrotum (Wati, 2012)
Sistem persyarafan
Sistem saraf dalam batasan normal. (Suharyanto dan Majid, 2013:141)
Sistem imunitas
Kekebalan tubuh (C3) normal (Nurarif, 2015:18)
Sistem pengindraan
Komplikasi pada kulit sering terjadi karena infeksi Streptococcus dan terjadi
sianosis sekitar hidung dan mulut. (Ngastiyah, 2014:310)
2. Diagnosis Keperawatan
Definisi : inspirasi dan atau ekspirasi yang tidal memberikan ventilasi adekuat.
Batasan karakteristik :
Mayor :
Penggunaan otot bantu pernapasan, fase ekresi memanjang, pola nafas
abnormal(mis, takipnea,bradipnea, hiperventilasi, kussmaul, cheyne-strokes).
Minor:
Pernapasan pursed-lip, pernapasan cuping hidung, diameter thoraks anterior-
posterior meningkat, ventilasi semenit menurun,kapasitas vital menurun,
tekanan ekspirasi menurun, tekanan inspirasi menurun, ekskursi dada berubah
Kondisi klinik terkait
Depresi sistem saraf pusat, cedera kepala, trauma toraks, gullian barre
syndrome, multiple scierosis, myasthenia gravis, stroke, kuadriplegia,
intoksikasi alcohol.
(SDKI, 2017:26).
Kharisma, Y. (2017). Tinjauan Umum Penyakit Sindrom Nefrotik . Tinjauan Umum Penyakit
Sindrom Nefrotik .
Marcdante, & dkk. (2014). ilmu kesehatan anak esensial. singapura: saunders.
Ngastiyah. (2014). Perawatan Anak Sakit. jakarta: EGC.
SDKI. (2017). Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia. jakarta selatan: Dewan Pengurus
Pusat.
Sudoyo, A. w. (2010). buku ajar ilmu penyakit dalam. jakarta: internapublishing.
Suharyanto, T. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan sistem
Perkemihan. Jakarta: CV. Trans info medika.
Wati, N. E. (2012). Asuhan Keperawatan Pada An.A dengan Gangguan Sistem Nefrologi :
Sindrom Nefrotik di Ruang Mina RS PKU Muhammadiyah Surakarta. Asuhan Keperawatan
Pada An.A dengan Gangguan Sistem Nefrologi : Sindrom Nefrotik di Ruang Mina RS PKU
Muhammadiyah Surakarta.
Wilkinson, J. (2013:317-322). Diagnosa Keperawatan Edisi 9. Jakarta: EGC.