Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hematemesis melena adalah suatu kondisi di mana pasien mengalami
muntah darah yang disertai dengan buang air besar (BAB) berdarah dan
berwarna hitam. Hematemesis melena merupakan suatu perdarahan yang
terjadi pada saluran cerna bagian atas (SCBA) dan merupakan keadaan
gawat darurat yang sering dijumpai ditiap rumah sakit di seluruh dunia
termasuk Indonesia. Pendarahan dapat terjadi karena pecahnya Farises
esofaguss gastritis erosif atau ulkus peptikum anusia. Sistem pencernaan
mengolah makanan atau asupan yang masuk untuk diubah menjadi Zat-zat
yang diperlukan oleh tubuh. Sistem pencernaan dari bagian atas hingga
bawah terdiri dari organ-organ Fital misalnya esophagus lambung dan
saluran intestinal. Oleh karena itu system pencernaan yang terdiri dari
organ-organ tersebut harus selalu terjaga agar tetap dapat menjalankan
fungsinya secara optimal. Walaupun sistem pencernaan harus selalu
dipertahankan dalam kondisi baik tetapi terkadang muncul berbagai
gangguan yang muncul pada sistem ini. Adanya hematemesis melena
merupakan salah satu indikasi munculnya gangguan dalam sistem
pencernaan. Hematemesis melena dapat disebabkan oleh berbagai hal
salah satunya peptic ulcer atau ulkus peptikum.
Di Indonesia sebagian besar (70-85%) hemetemesis disebabkan oleh
pecahnya varises esofagus yang terjadi pada pasien sirosis hati sehingga
prognosisnya tergantung dari penyakit yang mendasarinya. Perdarahan
akibat sirosis hati disebabkan oleh gangguan fungsi hati  penderita,
alkohol, obat-obatan, virus hepatitis dan penyakit bilier. Pendarahan
SCBA dapat bermanifestasi sebagai hematemesis, malena, atau keduanya.
Walaupun perdarahan akan berhenti dengan sendirinya, tetapi sebaiknya
setiap pendarahan saluran cerna dianggap sebagi suatu keaadaan serius
yang setiap saat dapat membahayakan pasien. Setiap  pasien dengan
pendarahan harus dirawat di rumah sakit tanpa kecuali, walaupun
pendarahan dapat berhenti secara spontan. Hal ini harus ditanggulangi
secara saksama dan dengan optimal untuk mencegah  pendarahan lebih
banyak, syok hemoragik, dan akibat lain yang  berhubungan dengan
pendarahan tersebut, termasuk kematian  pasien.(Dwaney, 2012)
Dari uraian di atas, penulis berminat untuk mengetahui lebih lanjut
mengenai kejadian Hematemesis melena dari mulai pengertian sampai
asuhan keperawatan untuk pasien Hematemesis melena.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Hematemesis Melena


Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah pengeluran
feses atau tinja yang berwarna hitam seperti yang disebabkan oleh adanya
perdarahan saluran makan bagian atas. Warna hematemesis tergantung
pada lamanya hubungan atau kontak antara darah dengan asam lambung
dan besar kecilnya perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti kopi atau
kemerah-merahan dan bergumpal-gumpal. (Nettina, Sandra M.2001)
Melena adalah keluarnya tinja yang lengket dan hitam seperti
aspal, dan lengket yang menunjukkan perdarahan saluran pencernaan
bagian atas serta dicernanya darah pada usus halus. Warna merah gelap
atau hitam berasal darikonversi Hb menjadi hematin oleh bakteri setelah
14 jam. Sumber perdarahannya biasanya juga berasal dari saluran cerna
atas. (Sylvia, 2005).
Biasanya terjadi hematemesis bila ada perdarahan di daerah
proksimal jejunum dan melena dapat terjadi tersendiri atau bersama-sama
dengan hematemesis. Paling sedikit terjadi perdarahan sebanyak 50-
100ml, baru di jumpai keadaan melena. Banyaknya darah yang keluar
selama hematemesis atau melena sulit dipakai sebagai patokan untuk
menduga besar kecilnya perdarahan saluran makan bagian atas.
Hematemesis dan melena merupakan suatu keadaan yang gawat dan
memerlukan perawatan segera di rumah sakit.
Hematemesis adalah muntah darah dan biasanya disebabkan oleh
penyakit saluran cerna bagian atas. Melena adalah keluarnya Feses
berwarna hitam per rektal yang mengandung campuran darah, biasanya
disebabkan oleh perdarahan usus proksimal (Grace & Borley, 2007).
B. Etiologi Hematemesis Melena
Penyebab perdarahan saluran makan bagian atas :
a. Kelainan esofagus: varise, esofagitis, keganasan.
b. Kelainan lambung dan duodenum: tukak lambung dan duodenum,
keganasan dan lain-lain.
c. Penyakit darah: leukemia, DIC (disseminated intravascular
coagulation), purpura trombositopenia dan lain-lain.
d. Penyakit sistemik lainnya: uremik, dan lain-lain.
e. Penting sekali menentukan penyebab dan tempat asal perdarahan
saluran makan bagian atas, karena terdapat perbedaan usaha
penanggulangan setiap macam perdarahan saluran makan bagian atas.
Penyebab perdarahan saluran makan bagian atas yang terbanyak
dijumpai di Indonesia adalah pecahnya varises esofagus dengan rata-
rata 45-50 % seluruh perdarahan saluran makan bagian atas.
f. Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik: golongan salisilat,
kortikosteroid, alkohol, dan lai-lain. Penting sekali menentukan
penyebab dan tempat asal perdarahan saluran makan bagian atas,
karena terdapat perbedaan usaha penanggulangan setiap macam
perdarahan saluran makan bagian atas. Penyebab perdarahan saluran
makan bagian atas yang terbanyak dijumpai di Indonesia adalah
pecahnya varises esofagus dengan rata-rata 45-50 % seluruh
perdarahan saluran makan bagian atas.

C. Manifestasi klinik Hematemesis Melena


Didapatkan tanda dan gejala sebagai berikut:
a. Anoreksia, mual, muntah, diare
b. Demam, berat badan turun, lekas lelah
c. Edema
d. Ikterus, kadang-kadang urine menjadi lebih tua warnanya atau
kecoklatan
e. Hematomegali, bila terjadi lebih lanjut hati bisa mengecil karena
fibrosis.
f. Kelainan pembuluh darah seperti kolateral-kolateral didinding.
Koput medusa, wasir, dan varises esophagus.
g. Kelainan endokrin

D. Patofisiologi Hematemesis Melena


Penyebab terjadinya hematemesis melena salah satunya yaitu
stress, rokok, asam lambung dan penyakit lainnya yang dapat
mengakibatkan erosi pada mukosa lambung sampai mencapai mukosa
muskularis disertai dengan kerusakan kemampuan mukosa untuk
mensekresi muskus sebagai pelindung. Hal ini akan menimbulkan
peradangan pada sel yang akan menjadi granulasi dan akhirnya menjadi
ulkus dan dapat mengakibatkan hemoragi gastrointestinal.
Penyebab hematemesis melena yang lainnya adalah alkohol dan
hipertensi portal berat dan berkepanjangan yang dapat menimbulkan suara
kolateral bypass: melalui vena koronaria lambung ke dalam vena
esophagus dan akan menjadi varises pada vena esophagus. Vena yang
melebar dan berkeluk-keluk terutama terletak di submucosa esophagus
distal dan lambung proksimal, disertai penonjolan tidak teratur mukosa
diatasnya ke dalam lumen. Dapat mengalami ulserasi superficial yang
menimbulkan radang, beku darah yang melekat dan kemungkinan rupture,
mengakibatkan hemoragi gastrointestinal.
Gagal hepar sirosis kronik, kematian sel dalam hepar termasuk
penyebab hematemesis melena yang dapat mengakibatkan peningkatan
tekanan vena porta. Sebagai akibatnya terbentuk saluran kolateral pada
dinding abdominal anterior. Dengan meningkatnya tekanan dalam vena
ini, maka vena tersebut menjadi mengembang oleh darah dan membesar.
Pembuluh yang berdilatasi ini disebut varises dan dapat pecah,
mengakibatkan hemoragi gastrointestinal.
Hemoragi gastrointestinal dapat menimbulkan hematemesis
melena. Hematemesis biasanya bersumber di atas ligamen Treitz (pada
jungsi denojejunal). Dari hematemesis akan timbul muntah darah. Muntah
dapat berwarna merah terang atau seperti kopi, tergantung dari jumlah
kandungan lambung pada saat perdarahan dan lamanya darah telah
berhubungan dengan sekresi lambung. Asam lambung mengubah
hemoglobin merah terang menjadi hematin coklat dan menerangkan
tentang warna seperti kopi drainase yang dikeluarkan. Cairan lambung
yang berwarna merah marun atau merah terang diakibatkan dari
perdarahan hebat dan sedikit kontak dengan asam lambung. Sedangkan
melena terjadi apabila darah terakumulasi dalam lambung dan akhirnya
memasuki traktus intestinal. Feses akan seperti ter. Feses ter dapat
dikeluarkan bila sedikitnya 60 ml darah telah memasuki traktus intestinal.

E. Komplikasi Hematemesis Melena


Komplikasi yang bisa terjadi pada pasien hematemesis melena adalah:
a. Koma hepatik (suatu sindrom neuropsikiatrik yang ditandai dengan
perubahan kesadaran, penurunan intelektual, dan kelainan neurologis
yang menyertai kelainan parenkim hati)
b. Syok hipovolemik (kehilangan volume darah sirkulasi sehingga
curah jantung dan tekanan darah menurun)
c. Aspirasi pneumoni (infeksi paru yang terjadi akibat cairan yang
masuk saluran napas)
d. Anemi posthemoragik (kehilangan darah yang mendadak dan tidak
disadari).

F. Pemeriksaan Hematemesis Melena


a. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan tinja Makroskopis dan mikroskopis, ph dan kadar gula
jika diduga ada intoleransi gula, biakan kuman untuk mencari kuman
penyebab dan uji resistensi terhadap berbagai antibiotika (pada diare
persisten).
2) Pemeriksaan darah Darah perifer lengkap, analisis gas darah dan
elektrolit (terutama Na,K,Ca dan Potassium serum pada diare yang
disertai kejang).
3) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal
ginjal.
4) Duodenal intubation, untuk mengetahui kuman penyebab secara
kuantitatif dan kualitatif terutama pada diare kronik.

b. Pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan fisik
a. Penurunan berat badan
b. Anemia
c. Demam
2) Pemeriksaan khusus
a. Colon rektal
b. Rektosigmoideskopi
c. Barium enema
d. Barium meal
3) Pemeriksaan laboratorium
a. LED
b. Hipokalsemia
c. Avitaminosis D
d. Albumin
4) Radiologis : esofagogram
5) Endoskopi
6) Kolonoskopi
G. Penatalaksanaan Medis Hematemesis Melena
Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus
sedini mungkin dan sebaiknya diraat di rumah sakit untuk mendapatkan
pengawasan yang teliti dan pertolongan yang lebih baik. Pengobatan
penderita perdarahan saluran makan bagian atas meliputi :

a. Pengawasan dan pengobatan umum


1) Penderita harus diistirahatkan mutlak, obat-obat yang menimbulkan
efek sedatif morfin, meperidin dan paraldehid sebaiknya
dihindarkan.
2) Penderita dipuasakan selama perdarahan masih berlangsung dan
bila perdarahan berhenti dapat diberikan makanan cair.
3) Infus cairan langsung dipasang & diberilan larutan garam fisiologis
slama belum ada darah.
4) Pengawasan tekanan darah, nadi, kesadaran penderita dan bila perlu
dipasang CVP monitor.
5) Pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit perlu dilakukan
untuk mengikuti keadaan perdarahan.
6) Transfusi darah diperlukan untuk menggati darah yang hilang dan
mempertahankan kadar hemoglobin 50-70 % harga normal.
7) Pemberian obat hemostatik seperti vitamin K, 4 x 10 mg/hari,
karbasokrom (Adona AC), antasida dan golongan H2 reseptor
antagonis (simetidin atau ranitidin) berguna untuk menanggulangi
perdarahan.
8) Dilakukan klisma atau lavemen dgn air biasa disertai pemberian
antibiotika yg tidak diserap oleh usus, sebagai tindadakan sterilisasi
usus. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya
peningkatan produksi amoniak oleh bakteri usus, dan dapat
menimbulkan ensefalopati hepatik.

b. Pemasangan Pipa Naso-gastrik


Tujuan pemasangan pipa naso gastrik adalah untuk aspirasi cairan
lambung, lavage (kumbah lambung) dengan air , dan pemberian obat-
obatan. Pemberian air pada kumbah lambung akan menyebabkan
vasokontriksi lokal sehingga diharapkan terjadi penurunan aliran darah
di mukosa lambung, dengan demikian perdarahan akan berhenti.
Kumbah lambung ini akan dilakukan berulang kali memakai air
sebanyak 100- 150 ml sampai cairan aspirasi berwarna jernih dan bila
perlu tindakan ini dapat diulang setiap 1-2 jam. Pemeriksaan endoskopi
dapat segera dilakukan setelah cairan aspirasi lambung sudah jernih.

c. Pemberian Pitresin (Vasopresin)


Pitresin mempunyai efek vasokoktriksi, pada pemberian pitresin
per infus akan mengakibatkan kontriksi pembuluh darah dan
splanknikus sehingga menurunkan tekanan vena porta, dengan
demikian diharapkan perdarahan varises dapat berhenti. Perlu diingat
bahwa pitresin dapat menrangsang otot polos sehingga dapat terjadi
vasokontriksi koroner, karena itu harus berhati-hati dengan pemakaian
obat tersebut terutama pada penderita penyakit jantung iskemik. Karena
itu perlu pemeriksaan elektrokardiogram dan anamnesis terhadap
kemungkinan adanya penyakit jantung koroner/iskemik.

d. Pemasangan Balon SB Tube


Dilakukan pemasangan balon SB tube untuk penderita perdarahan
akibat pecahnya varises. Sebaiknya pemasangan SB tube dilakukan
sesudah penderita tenang dan kooperatif, sehingga penderita dapat
diberitahu dan dijelaskan makna pemakaian alat tersebut, cara
pemasangannya dan kemungkinan kerja ikutan yang dapat timbul pada
waktu dan selama pemasangan. Beberapa peneliti mendapatkan hasil
yang baik dengan pemakaian SB tube ini dalam menanggulangi
perdarahan saluran makan bagian atas akibat pecahnya varises
esofagus. Komplikasi pemasangan SB tube yang berat seperti laserasi
dan ruptur esofagus, obstruksi jalan napas tidak pernah dijumpai.

e. Pemakaian Bahan Sklerotik


Bahan sklerotik sodium morrhuate 5% sebanyak 5 ml atau
sotrdecol 3% sebanyak 3 ml dengan bantuan fiberendoskop yang
fleksibel disuntikan dipermukaan varises kemudian ditekan dengan
balon SB tube. Tindakan ini tidak memerlukan narkose umum dan
dapat diulang beberapa kali. Cara pengobatan ini sudah mulai populer
dan merupakan salah satu pengobatan yang baru dalam menanggulangi
perdarahan saluran makan bagian atas yang disebabkan pecahnya
varises esofagus.

f. Tindakan Operasi
Bila usaha-usaha penanggulangan perdarahan diatas mengalami
kegagalan dan perdarahan tetap berlangsung, maka dapat dipikirkan
tindakan operasi . Tindakan operasi yang basa dilakukan adalah : ligasi
varises esofagus, transeksi esofagus, pintasan porto-kaval. Operasi
efektif dianjurkan setelah 6 minggu perdarahan berhenti dan fungsi
hari membaik. Selain cara-cara diatas, adapula metode lain untuk
menghentikan perdarahan varises esophagus, antara lain :
1) Cyanoacrylate glue injection, memakai semacam lem jaringan
(His-toacryl R) yang langsung disuntikkan intravena.
2) Endoscopic band ligator Sedangkan pada perdarahan non variceal,
dapat dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut :
a) Laser photo coagulation
b) Diathermy coagulation
c) Adrenalin injection
H. Pathway Hematemesis Melena

Hemoglobin
menurun

Anemia
Hemoglobin
menurun

Gangguan perfusi
jaringan perifer
I. Asuhan Keperawatan Hematemesis Melena
1. Pengkajian
a. Identitas pasien, meliputi : Nama, Umur (biasanya bisa usia muda
maupun tua), Jenis kelamin (bisa laki-laki maupun perempuan),
Suku bangsa, Pekerjaan, Pendidikan, Alamat, Tanggal MRS, dan
Diagnosa medis
b. Keluhan utama : biasanya keluhan utama px adalah muntah darah
atau berak darah yang datang secara tiba-tiba.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
keluhan utama pasien adalah muntah darah atau berak darah
yang datang secara tiba-tiba
2) Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pasien mempunyai riwayat penyakit hepatitis kronis,
sirosis hepatitis, hepatoma, ulkus peptikum, kanker saluran
pencernaan bagian atas, riwayat penyakit darah (misal : DM),
riwayat penggunaan obatulserorgenik, kebiasaan / gaya hidup
(alkoholisme, gaya hidup / kebiasaan makan).
3) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya apabila salah satu anggota keluarganya mempunyai
kebiasaan makan yang dapat memicu terjadinya hematemesis
melena, maka dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain
d. Pola-Pola Fungsi Kesehatan
1) Pola perspsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya klien mempunyai kebiasaan alkoholisme, pengunaan
obat-obat ulserogenik
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Terjadi perubahan karena adanya keluhan pasien berupa mual,
muntah, kembung, dan nafsu makan menurun, dan intake nutrisi
harus daam bentuk makanan yang lunak yang mudah dicerna
3) Pola aktivitas dan latihan
Gangguan aktivitas atau kebutuhan istirahat, kekurangan protein
(hydroprotein) yang dapat menyebabkan keluhan subjektif pada
pasien berupa kelemahan otot dan kelelahan, sehingga aktivitas
sehari-hari termasuk pekerjaan harus dibatasi atau harus berhenti
bekerja
4) Pola eliminasi
Pola eliminasi mengalami gangguan,baik BAK maupun BAB.
Pda BAB terjadi konstipasi atau diare. Perubahan warna feses
menjadi hitam seperti petis, konsistensi pekat. Sedangkan pada
BAK, warna gelap dan konsistensi pekat.
5) Pola tidur dan istirahat
Terjadi perubahan tentang gambaran dirinya seperti badan
menjadi kurus, perut membesar karena ascites dan kulit
mengering, bersisik agak kehitaman.
6) Pola hubungan peran
Dengan adanya perawatan yang lama makan akan terjadi
hambatan dalam menjalankan perannya seperti semula.
7) Pola reproduksi seksual
Akan terjadi perbahan karena ketidakseimbangan hormon,
androgen dan estrogen, bila terjadi pada lelaki (suami) dapat
menyebabkan penurunan libido dan impoten, bila terjadi pada
wanita (istri) menyebabkan gangguan pada siklus haid atau
dapat terjadi aminore dan hal ini tentu saja mempengaruhi pasien
sebagai pasangan suami dan istri.
8) Pola penaggulangan stres
Biasanya kx dengan koping stres yang baik, maka dapat
mengatasi masalahnya namun sebaliknya bagi kx yang tidak
bagus kopingnya maka kx dapat destruktif lingkungan
sekitarnya.
9) Pola tata nilai dan kepercayaan
Pada pola ini tidak terjadi gangguan pada klien.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Keadaan umum klien Hematomesis melena akan terjadi ketidak
seimbangan nutrisi akibat anoreksia, intoleran terhadap makanan/
tidak dapat mencerna, mual, muntah, kembung.
2) Sistem respirasi
Akan terjadi sesak, takipnea, pernafasan dangkal, bunyi nafas
tambahan hipoksia, ascites.
3) Sistem kardiovaskuler
Riwayat perikarditis, penyakit jantung reumatik, kanker
(malfungsi hati menimbulkan gagal hati), distritnya, bunyi
jantung (S3, S4).
4) Sistem gastrointestinal.
Nyeri tekan abdomen / nyeri kuadran kanan atas, pruritus,
neuritus perifer.
5) Sistem persyarafan
Penurunan kesadaran, perubahan mental, bingung halusinasi,
koma, bicara lambat tak jelas.
6) Sistem geniturianaria / eliminasi
Terjadi flatus, distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali.
asites), penurunan / tak adanya bising usus, feses warna tanah
liat, melena, urin gelap pekat, diare / konstipasi.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b/d Inflamasi mukosa lambung
b. Ketidakefektifaan pola nafas b/d penurunan ekspansi paru
c. Mual b/d asam lambung meningkat
d. Resiko kekurangan volume cairan b/d mual muntah
e. Gangguan perfusi jaringan perifer b/d terjadinya anemia
3. Intervensi
No Dx Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Risiko kekurangan NOC : Hydration NIC: Fluid Management
1. Monitor status hidrasi
volume cairan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
2. Monitor vital sign
Definisi : beresiko 3x24 jam defisit volume cairan teratasi dengan 3. Monitor intake output
4. Monitor status nutrisi
mengalami dehidrasi kriteria hasil :
5. Anjurkan keluarga untuk
vaskuler, seluler dan No Indikator Awal Tujuan memberikan masukan
1 Tekanan darah, nadi, suhu 5 nutrien dan cairan
intraseluler tubuh dalam batas normal 6. Monitor berat badan
2 Tidak ada tanda-tanda 5 7. Kolaborasi dengan tim
dehidrasi, elastisitas turgor medis dalam pemberian
kulit baik, membran cairan intravena
mukosa lembab, tidak ada
rasa haus yang berlebihan
8. Monitor status cairan,
3 Perfusi jaringan 5 respon pasien terhadap
4 Intake oral dan intravena 5 cairan
adekuat
Skala Indikator :
1. Gangguan Ekstrem
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada gangguan

2 Nyeri Akut NOC : Pain Level NIC: Pain Management


Definisi :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, 1. Mengkaji lokasi,
pengalaman sensori
karakteristik, durasi,
dan emosional yang pasien menunjukkan perbaikan level nyeri dengan
frekuensi, kualitas,
tidak menyenangkan
kriteria hasil: intensitas, dan faktor
yang muncul akibat
pencetus nyeri secara
kerusakan jaringan No Indikator Awal Tujuan
1 Melaporkan nyeri 5
komprehensif
yang aktual atau
berkurang 2. Kontrol lingkungan yang
potensial atau
2 Ekspresi wajah saat nyeri 5 dapat mempengaruhi
digambarkan dalam
3 Gelisah 5 nyeri
hal kerusakan
4 Mengerang atau merintih 5 3. Ajarkan teknik relaksasi
sedemikian rupa
5 TTV 5 nafas dalam
4. Ajarkan prinsip dari
manajemen nyeri
5. Monitor TTV
6. Gunakan cara mengontrol
nyeri sebelum nyeri
menjadi berat
7. Pstikan klien menerima
pemberian analgesik
8. Kolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian
obat golongan analgesik.
3 Mual NOC: NIC :Nausea Management
Definisi : sensasi 1. Dorong pasien memantau
seperti gelombang di Nausea & Vomiting control mual
belakang Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, 2. Dorong pasien untuk
tenggorokan, belajar cara mengatasi
epigastrium, atau pasien menunjukkan rasa mual hilang, dengan mual
abdomen yang kriteria hasil: 3. Kurangi faktor yang dapat
bersifat subjektif dan memicu mual
No Indikator Awal Tujuan
tidak menyenangkan 4. Kolaborasi dengan pasien
1 Mengakui timbulnya mual 5
yang dapat untuk cara mengatasi
2 Penurunan berat badan 5
menyebabkan mual
3 Rasa tidak enak 5
dorongan atau 4 Lesu/ lemah 5
5. Dorong pasien untuk
keinginan untuk 5 Gangguan tidur 5 menjaga kebersihan mulut
muntah 6 Intake cairan dan makanan 6. Monitor asupan gizi dan
menurun kalori
7. Kolaborasi dengan tim
kesehatan dalam
pemberian terapi
farmakologi
4 Ketidakefektifan NOC: NIC:
pola nafas Respiratory Monitoring
Respiratory status : Airway Patency
Definisi : inspirasi 1. Monitoring kecepatan,
atau ekspirasi yang Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama irama, kedalaman dan
tidak memberi usaha untuk inspirasi
3x24 jam diharapkan pasien menunjukkan jalan
ventilasi adekuat 2. Monitor pola bernafas,
nafas patent, dengan kriteria hasil: bradypnea, tachypnea,
dyspnea
No Indikator Awal Tujuan
1 Kecepatan pernafasan 5
3. Monitor terjadinya
2 Irama pernafasan 5 dyspnea dan peristiwa
3 Kedalaman inspirasi 5 yang dapat memperburuk
4 Cemas/gelisah 5 keadaan
5 Terengah-engah 5 4. Buka jalan napas dengan
tekhnik chinlift
5. Membaca mekanisme
ventilator
6. Kolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian
terapi farmakologi
5 Gangguan perfusi NOC: NIC:
jaringan perifer Manajemen sensasi perifer
Circulation status
Definisi : penurunan 1. Monitor adanya daerah
sirkulasi darah ke Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama tertentu yang hanya peka
perifer yang dapat terhadap panas/ dingin/
3x24 jam diharapkan pasien menunjukkan perbaikan
mengganggu tajam/ tumpul
kesehatan jaringan perifer, dengan kriteria hasil : 2. Monitor adanya paretese
3. Instruksikan kepada
No Indikator Awal Tujuan
1 Tekanan sistol dan diasto 5
keluarga untuk
2 TIK 5 mengobservasi kulit jika
3 Kemampuan berkomunikasi 5 ada laserasi
4 Konsentrasi dan orientasi 5 4. Monitor kemampuan
BAB
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah pengeluran
feses atau tinja yang berwarna hitam seperti yang disebabkan oleh adanya
perdarahan saluran makan bagian atas. Warna hematemesis tergantung
pada lamanya hubungan atau kontak antara darah dengan asam lambung
dan besar kecilnya perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti kopi atau
kemerah-merahan dan bergumpal-gumpal. Biasanya terjadi hematemesis
bila ada perdarahan di daerah proksimal jejunum dan melena dapat terjadi
tersendiri atau bersama-sama dengan hematemesis. Paling sedikit terjadi
perdarahan sebanyak 50-100ml, baru di jumpai keadaan melena.
Banyaknya darah yang keluar selama hematemesis atau melena sulit
dipakai sebagai patokan untuk menduga besar kecilnya perdarahan saluran
makan bagian atas

B. Saran
Dari kesimpulan di atas penulis dapat sedikit memberi saran
kepada beberapa pihak agar kualitas pelayanan kesehatan Indonesia
semakin meningkat, diantaranya sebagai berikut:
a. Keluarga klien
Keluarga klien diharapkan dapat memberikan perawatan dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari anggota keluarga dengan masalah
Hematemesis Melena serta mampu menjaga mulai dari pola makan,
sampai pola aktivitas sehingga anggota keluarga lain terhindar dari
penyakit Hematemesis Melena.
b. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan mampu menguasai konsep dan
memberikan Asuhan Keperawatan pasien dengan Hematemesis
Melena.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Huda Nurarif.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC.Yogyakarta : Medi Action
Davey, Patrick.2005.At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga
Grace, P. A. dan Borley, N.R. 2007. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta. Penerbit
Erlangga.
Mansjoer, Arif.2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta : Media
Aesculapius
Mubin (2006).Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam: Diagnosis Dan
Terapi(2ndEd.). Jakarta: EGC.
Nettina, Sandra M.2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Edisi 4. Jakarta
:EGC
Primanileda.2009. Askep Hematemesis Melana. Diambil pada 14 September
2019 (http://primanileda.blogspot.com/2009/01/asuhan keperawatan-
gratis-free.html
Purwadianto & Sampurna.2000. Kedaruratan Medik Pedoman Pelaksanaan
Praktis. Jakarta : Binarupa Aksara
Sylvia, A Price. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Keperawatan. Edisi 6. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai