Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN TENTANG HEMATEMESIS MELENA

Di Ruang 27
Rumah Sakit dr. Syaiful Anwar Malang

Oleh :
RISKI LIDIYA P
NIM. 1930041

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
MALANG
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan tentang Hematemesis Melena di Ruang 27 Rumah Sakit dr.


Saiful Anwar Malang yang Dilakukan Oleh :

Nama : Riski Lidiya Putri

NIM : 1930041

Prodi : Program Studi Pendidikan Ners

Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik Profesi Ners Departemen
Keperawatan Dasar, yang dilaksanaka pada tanggal 30 September 2019 – 4 Oktober
2019, yang telah disetujui dan disahkan pada :

Hari : Jum’at

Tanggal : 4 Oktober 2019

Malang, 4 Oktober 2019

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

(............................................. (.............................................
) )
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah pengeluaran
feses atau tinja yang berwarna hitam yang disebebkan adanya perdarahan
saluran bagian makan bagian atas. Warna hematemesis tergantung dengan
berapa lama hubungan kontak antara darah dengan asam lambung dan besar
kecilnya perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti kopi atau kemerahan dan
bergumpal (Netina, Sandra M. 2001).
Melena adalah kelurnya tinja yang lengket dan hitam seperti aspal dan
lengket yang menunjukkan perdarahan saluran pencernaan bagian atas serta
dicernanya darah pada usus halus. Warna merah gelap atau hitam berasal dari
kondisi Hb menjadi hematin oleh bakteri setelah 14 jam. Sumber
perdarahannya biasanya juga berasal dari saluran cerna atas (Sylvia, A.Price,
2005).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah pengeluaran
feses atau tinja yang berwarna hitam yang disebebkan adanya perdarahan
saluran bagian makan bagian atas. Warna hematemesis tergantung dengan
berapa lama hubungan kontak antara darah dengan asam lambung dan besar
kecilnya perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti kopi atau kemerahan dan
bergumpal (Netina, Sandra M. 2001).
Melena adalah kelurnya tinja yang lengket dan hitam seperti aspal dan
lengket yang menunjukkan perdarahan saluran pencernaan bagian atas serta
dicernanya darah pada usus halus. Warna merah gelap atau hitam berasal dari
kondisi Hb menjadi hematin oleh bakteri setelah 14 jam. Sumber
perdarahannya biasanya juga berasal dari saluran cerna atas (Sylvia, A.Price,
2005).

2. Etiologi
a. Kelaianan di esophagus
a) Varises esophagus
Penderita dengan hematemesis melena yang disebabkan
pecahnya varises esophagu, tidak pernah mengeluh rasa nyeri atau
pedih di epigastrium. Pada umumnya sifat perdarahan timbul spontan
dan masif. Darah yang dimuntahkan berwarna kehitam – hitaman dan
tidak membeku karena sudah bercampur dengan asam lmabung.
b) Karsinoma esophagus
Karsinoma esophagus sering membersihkan keluhan melena
daripada hematemesis. Disamping mengeluh disfagia, badan mengurus
dan anemis, hanya sekali penderita muntah darah dan itupun tidak
masif.
c) Sindroma Mallory – Weiss
Sebelum timbul hematemesis didahului muntah – muntah hebat
yang pada akhirnya baru timbul perdarahan. Misalnya pada peminum
alcohol atau pada hamil muda. Biasanya disebabkan oleh karena terlalu
sering muntah – muntah hebat dan terus – menerus.
d) Esofagitis dan tukak esophagus
Esophagus bila sampai menimbulkan perdarahan lenih sering
intermiten atau kronis dan biasanya ringan, sehingga lebih sering timbul
melena daripada hematemesis. Tukak di esophagus jarang sekali
mengakibatkan perdarahan jika dibandingkan dengan tukak lambung
dan duodenum.
b. Kelainan Lambung
a) Gastritis erisova hemoragia
Hematemesis bersifat tidak masif dan timbul setelah penderita
minum obat – obatan yang menyebabkan iritasi lambung. Sebelum
muntah penderita mengeluh nyeri ulu hati.
b) Tukak lambung
Penderita mengalami dispepsi berupa mual, muntah, nyeri ulu
hati dan sebelum hematemesis didahului rasa nyeri atau pedih di
epigastrium yang berhubungan dengan makanan. Sifat hematemesis
tidak begitu masif dan melena lebih dominan dari hematemesis.
c. Kelainan darah : polisetimia vera, limfoma, leukemia, anemia, hemofili dari
hemetemisis.

3. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala yang dapat di temukan pada pasien hematemesis
melena adalah muntah darah (hematemesis), menggeluarkan tinja yang
kehitaman (melena) mengeluarkan radah dari rectum (hematoskezia), syok
(frekuensi, denyut jantung meningkat, tekanan darah rendah), akral teraba
dingin dan basah, penyakit hati kronis (sirosis hepatis) dan koagulasi purpura
serta memar, demam ringan antara 38°C - 39°C, nyeri pada lambung atau perut,
nafsu makan menurun, jika terjadi perdarahan yang berkepanjangan dapat
menyebabkan terjadinya penurunan Hb dan Ht (anemia) dengan gejala mudah
lelah, pucat nyeri dada dan pousing yang tampak setelah beberapa jam,
leukosist dan tromobosit pada 2 – 5 jam setelah perdarahan dan peningkatan
kadar ureum darah setelah 1 – 2 hari akibat pemecahan protein darah oleh
bakteri usus (Purwadianto & Sampurna, 2000).

4. Patofisiologi
Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar
mengakibatkan peningkatan tekanan vena porta. Sebagai akibatnya terbentuk
saluran kolateral dalam submukosa esophagus, lembung dan rectum serta pada
dinding abdomen anterior yang lebih kecil dan lebih mudah pecah untuk
mengalihkan darah dari sirkulasi splenik menjauhi hepar. Dengan
meningkatnya tekanan dalam vena ini maka vena tersebut menjadi
mengembang dan membesar (dilatasi) oleh darah disebut varises. Varises dapat
pecah mengakibatkan perdarahan gastrointestinal masif. Selanjutnya dapat
mengakibatkan kehilangan darah tiba – tiba , penurunan arus balik vena ke
perfusi. Mekanisme ini merangsang tanda – tanda dan gejala – gejala utama
yang terlihat pada saat pengkajian awal. Jika volume darah tidak digantikan,
penuruanan perfusi jaringan mengakibatkan disfungsi selular.
Penurunan aliran darah akan memberikan efek pada seluruh sitem
tubuh, dan tanpa suplai oksigen yang mencukupi sistem tersebut akan
mengalami kegagalan. Pada melena dalam perjalanannya melalui usus, darah
menjadi berwarna mearh gelap bahkan hitam. Perubahan warna disebut oleh
HCL Lambung, pepsim, dan warna hitan ini diduga karena adanya pigmen
porforin. Kadang – kadang pada perdarahan saluran cerna bagian bawwah dari
usus halus atau kolon asenden, feses dapat berwarna merah terang / gelap.
Diperkirakan darah yang muncul dari duodenum dan jejunum akan
tertahan pada saluran cerna sekitar 6 – 8 jam untuk merubah warna feses
menjadi hitam. Paling sedikit perdarahan 50 – 100 cc baru dijumpai keadaan
melena. Feses tetap berwarna hitam seperti ter selama 48 – 72 jam setelah
perdarahan berhenti. Ini bukan berarti keluarnya feses yang berwarna hitam
tersebut menandakan perdarahan masih berlangsung. Darah yang tesembunyi
terdapat pada feses seelama 7 – 10 hari setelah episode perdarahan tunggal.
5. Pathway
v
Kelainan esophagus, Kelainan lambung, Penyakit darah : Penyakit Obat – obatan
varises esophagus, dan duodenum, leukemia, DIC, sistemik : ilserogetik : gol
esophagitis, keganasan tukak lambung, purpura sirosis kortikoteroid,
esophagus keganasan trombositopenia, hati alkohol
hemophilia
Peningkatan tekanan Infeksi mukosa Pecahnya Obstruksi aliran O2 mukosa
portal lambung pembuluh darah darah lewar hati terhambat

Pembuluh Erosi dan ulserasi perdarahan Pembentukan Asam


darah pecah kolateral lambung

Pembesaran Limfe Kerusakan Masuk saluran Distensi Inflamasi


dan Asites vaskuler pada cerna pembuluh darah mukosa
mukosa lambung abdomen lambung

Penurunan Varises
Ekspansi paru

Pembuluh
darah ruptur
Sesak
HEMATEMESIS MELENA
Nyeri Akut
Ketidakefektifan
pola nafas
Muntah
Hemoglobin muntah darah Feses Hitam yang
Menurun mengandung darah

Mual Resiko
kekurangan
volume cairan Hemoglobin
Anemia Menurun

Gangguan Perfusi
Jaringa Perifer
6. Komplikasi
a. Syok hipovolemik
Disebutkan juga dengan syok preload yang ditandai dengan
menurunya volume intravaskuler oleh karena perdarahan, dapat terjadi
karena kehilangan cairan tubuh yang lain. Menurunya volume intravaskuler
menyebabkan penurunan volume intracranial. Pada klien dengan syok
berat, volume plasma dapat berkurang sampai lebih dari 30% dan
berlangsung selama 24 – 28 jam.
b. Gagal ginjal akut
Terjaddi sebagai akibat dari syok yang tidak teratasi dengan baik.
Untuk menccegah gagal ginjal maka setelah syok, diobati dengan
menggantikan volume intravaskuler.
c. Penurunan kesadaran
Terjadinya penurunan transportasi O2 ke otak, sehingga terjadi
penurunan kesadaran.
d. Ensefalopati
Terjadi akibat kerusakan fungsi hati di dalam menyaring toksin di
dalam darah. Racun – racun tidak dibuang karena fungsi hati terganggu.
Dan suatu kelaianan dimana fungsi otak mengalami kemunduran akibat zat
– zat racun didalam darah, yang dalam keadaan normal dibuang oleh hati.

7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan radiologi dilakukan dengan pemeriksaan esofagogram
untuk daerah esophagus dan diteruskan dengan pemeriksaan double
contrast pada lambung dan duodenum. Pemeriksaan tersebut dilakukan
pada berbagai posisi terutama pada daerah 1/3 distal esophagus, kardia dan
fundus lambung untuk mencari ada atau tidaknya varises.
b. Pemeriksaan endoskopi
Dengan berbagai macam tipe fiberendokopi maka pemeriksaan
secara endoskopi menjadi sangat penting untuk menentukan dengan tepat
temapt asal dan sumber perdarahan. Keuntungan lain dari pemeriksaan
endoskopik adalah dapat dilakukan pengambilan foto untuk dokumentasi,
aspirasi cairan, dan infuse untuk pemeriksaan sitopatologik. Pada
perdarahan saluran makan bagian atas darurat atau sendiri mungkin setelah
hematemesis berhenti.
c. Pemeriksaan ultrasonografi dan scanning hati
Pemeriksaan dengan ultrasonografi atau scanning hati dapat
mendeteksi penyakit hati kronik seperti sirosis hati yang mungkin sebagai
penyebab perdarahan saluranmakan bagian atas. Pemeriksaan ini
memerlukan peralatan dan tenaga khusus yangsampai sekarang
hanya terdapat dikota besar saja. Pemeriksaan laboratorium seperti kadar
hemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit, kadar ureum kreatinin dan uji
fungsi hati segera dilakukan secara berkala untuk dapat mengikuti
perkembangan penderita (Davey, 2005)
d. Laboratorium
a. Darah : Hb menurun / rendah
b. SGOT, SGPT yang meningkat merupakan petunjuk kebocoran dari sel
yang mengalami kerusakan.
c. Albumin, kadar albumin yang merendah merupakan cerminan
kemampuan sel hati yang kurang.
d. Pemeriksaan CHE (kolineterase) penting dalam menilai kemampuan sel
hati. Bila terjadi kerusakan kadar CHE akan turun.
e. Pemeriksaan kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretik dan
pembatasan garam dalam diet.
f. Peninggian kadar gula darah.
e. Radiologi
a. USG untuk melihat gambaran pembesaran hati, permukaan
splenomegali, acites
b. Esofogus untuk melihat perdarahan esofogus
c. Angiografi untuk pengukuran vena portal

8. Penatalaksanaa
a. Pengawasan dan pengobatan umum
a) Tirah baring.
b) Diet makanan lunak.
c) Pemeriksaan Hb, Ht setiap 6 jam pemberian transfuse darah.
d) Pmebrian transfuse darah bila terjadi perdarahan yang luas (hematemeis
melena).
e) Infuse cairan langsung dipasang untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
f) Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran penderita dan bila
perlu CVP monitor.
g) Pemeriksaan kadar Hb dan Ht perlu dilakukan untuk mengikuti keadaan
perdarahan.
h) Tranfusi darah diperlukan untuk mengganti darah yang hilang dan
mempertahankan kadar Hb 50 – 70% harga normal.
i) Pemberian pitresin (vasopressin)
Pitresin mempunyai efek vasokkrtisi, pada pemberian pitresin
per infuse akan mengakibatkan kontriksi pembuluh darah dan splanikus
sehingga menurunkan tekanan vena porta, dengan demikian diharapkan
perdarahan varises dapat berhenti. Perlu diingat bahwa pitresin dapat
merangsang otot polos sehingga dapat terjadi vasokrontriksi koroner,
karena itu harus nerhati – hati dengan pemakaian obat tersebut terutama
pada penderita penyakit jantung iskemik. Karena itu perlu pemeriksaan
elektrokardiogram dan anamnesis terhdap kemungkinan adanya
penyakit jantung koroner.
j) Tindakan operasi
Bila usaha penanggulangan perdarahan diatas mengalami
kegagalan dan perdarahan tetap berlangsung, maka dapat dipikirkan
tindakan operasi. Tindakan operasi yang bisa dilakukan : ligasi varises
esophagus, transeksi esophagus, pintasan porto – kaval. Operasi efektif
dianjurkan setelah 6 minggu perdarahan berhenti dan fungsi hati
membaik.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HEMATEMESIS MELENA

1. Pengkajian
1) Identitas pasien meliputi :
Nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan,
alamat, tanggal MRS, dan Diagnosa Medis.
2) Keluhan utama
Biasanya keluahan utama klien adalah muntah darah atau berak darah
yang datang secara tiba – tiba.
3) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Keluahan utama pasien adalah muntah darah dan berak darah
yang secara tiba – tiba.
b) Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pasien mempunyai penyakit hepatitis kronis, sirosis
hepatitis, hepatoma, ulkus petikum, kanker saluran pencernaan bagian
atas, riwayat penyakit darah (msalnya DM), riwayat penggunaan obat
ulserorgenik, kebiasaan atau gaya hidup .
c) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat apabila salah satu anggota keluarganya mempunyai
kebiaasan makan yang dapat memicu terjadinya hematemesis melena,
maka dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain.
4) Pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya klien mempunyai kebiasaan minum beralkohol, penggunaan
obat – obat ulseroge.
b) Pola nutrisi dan metabolisme
Terjadinya perubahan karena adanya keluhan pasien berpua mual,
muntah, kembung, dan nafsu makan menurun, dan intake nutrisi harus
dalam bentuk makanan yang lunak yang mudah dicerna.
c) Pola aktivitas dan latihan
Gangguan aktivitas atau kebutuhan istirahat, kekurangan protein
yang dapat menyebabkan keluhan subjektif pada pasien berupa kelemahan
otot dan kelelahan, sehingga aktivitas sehari – hari termasuk pekerjaan
harus dibatsai atau harus berhenti bekerja.
d) Pola eliminasi
Pola eliminasi mengalami gangguan baik BAK maupun BAB.
Pada BAB terjadi konstipasi atau diare. Perubahan warna feses menjadi
hitam seperti pekat. Sedangkan pada BAK warna gelap dan konstipasi
pekat.
e) Pola istirahat dan tidur
Terjadi perubahan tentang gambaran dirinya seperti badan
menjadi kurus, perut membesar karena ascites dan kulit mongering,
bersisik agak kehitaman.
f) Pola hubungan peran
Dengan adanya perawatan yang lama makan akan menjadi
hambatan dalam menjalankan peranya seperti semula.
g) Pola reproduksi seksual
Akan terjadi perubahan karena ketidakseimbangan hormon,
androgen dan esterogen, bila terjadi pada lelaki (suami) dapat
menyebabkan perubahan libido dan impoten, bila terjadi pada pada wanita
(istri) menyebabkan gangguan pada siklus haid atau dapat terjadi aminor
dan hal ini tentu saja mempengaruhi pasien sebagai pasangan suami istri.
h) Pola penanggulangan stress
Biasnaya dengan koping stress yang, maka dapat mengatasi
masalahnya namun sebaliknya bagi keluahan yang tidak bangus
kopingnya maka dapat destruktifnya lingkungan sekitarnya.
i) Pola tata nilai dan kepercayaan
Pada pola ini tidak terjadi gangguan pada klien.

5) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Keadaan umum klien hematemesis melena akan terjadi
ketidakseimbangan nutrisi akibat anoreksia, intoleran terhadap makanan
atau tidak dapat mencerna, mual, muntah, kembung.
b) Sistem respirasi
Akan terjadi sesak, takipnea, pernafasan dangkal, bunyi nafas tambahan
hipoksia, ascites.
c) Sistem kardiovaskuler
Riwayat perikarditis, penyakit jantung reumatik, kanker (malfungsi hati
menimbulkan gagal hati) distrinya, bunyi jantung (S3, S4).
d) Sistem gastrointestinal
Nyeri tekan abdomen atau nyeri kuadaran kanan atas, pruritus, neuritis,
perifer.
e) Sistem persyaratan
Penurunan kesadaran, perubahan mental, binggung, halusinasi, koma,
bicara lambat tak jelas.
f) Sistem eliminasi
Terjadi flatus, distensi abdmen (hepatomegali, splenomegali, ascites)
penurunan atau tak adanya bising usus, feses warna tanah liat, melena, urin
gelap pekat, diare atau konstipasi.
2. Diagnosa Keperawawatan
a. Mual berhubungan dengan Asam lambung meningkat
b. Gangguan Perfusi Jaringan Perifer berhungan dengan penurunan hemoglobin
dalam darah
c. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pendarahan
d. Nyeri Akut berhubungan dengan Inflamasi mukosa lambung
3. Intervensi
No Diagnosa keperawatan Noc NIC
1. Mual berhubungan Nausa Control 1. Anjurkan pasien memantau mual
dengan Asam lambung setelah dilakukan tindakan asuhan 2. Anjurkan pasien untuk belajar cara
meningkat keperawatan diharapkan pasien mengatasi mual
menunjukkan rasa mual hilang dengan 3. Kurangi factor yang dapat memicu mual
kriteria Hasil : 4. Anjurkan pasien untuk menjaga kesehatan
1. Mengakui timbulnya mual mulut
2. Rasa tidak enak 5. Kolaborasi dengan tim kesehatan dalam
3. Lesu / Lemah pemberian terapi farmakologi antimietik
4. intake cairan dan makanan 6. Anjurkan makan atau minum hangat
menurun 7. Kolaborasi pemberian cairan iv

2. Gangguan Perfusi Jaringan Circulation Status


Perifer berhungan dengan setelah dilakukan tindakan asuhan
penurunan hemoglobin keperawatan diharapkan pasien 1. Kaji secara komprehensif sirkulasi perifer (
dalam darah menunjukkan rasa mual hilang dengan Nadi, perifer, edema )
kriteria Hasil : 2. Monitor suhu, warna dan kelembapan kulit
1. Tekanan sistol dan diastole 3. Anjurkan makan secara teratur
2. Kemampuan berkomunikasi 4. Kolaborasi pemberian transfuse darah
3. Konsentrasi dan Orientasi 5. Monitoring hasil Laboratorium seperti HB
3. Resiko kekurangan setelah dilakukan tindakan asuhan 6. Monitor tingkat HB dan Hematokrit
volume cairan keperawatan selama 3 x 24 jam, resiko 7. Monitor tanda – tanda vital
berhubungan dengan kekurangan cairan dapat teratasi dengan 8. Monitor cairan termasuk cairan input dan
perdarahan Nyeri Akut kategori : uotput
berhubungan dengan 5. Mempertahankan urine output 9. Dorong pasien untuk meningkatkan intake
perdarahan sesuai usia dan bb peroral
6. Tanda – tanda vital dalam batas 10. Dorong keluarga untuk membantu pasien
normal makan
7. Tidak ada tanda – tanda dehidrasi, 11. Kolaborasi pemberian cairan iv
elastisitas turgor kulit membaik,
membrane mukosa lembab, tidak
ada rasa haus yang berlebihan.
4. Nyeri Akut berhubungan setelah dilakukan tindakan asuhan 1. Monitoring tanda tanda sebelum dan
dengan Inflamasi mukosa keperawatan diharapkan pasien sesudah nyeri diberikan analgesic
lambung menunjukkan rasa mual hilang dengan 2. Lakukan pegkajian nyeri secara
kriteria Hasil : komprehensif termasuk lokasi,
1. Pasien mampu mengontrol nyeri karakteristik, frekuensi, waktu dan
( mengetahui penyebab, kwalitas
menggunakan teknik 3. Ajarkan teknik nonfarmakologi
nonfarmakologi, mengatasi nyeri ) 4. Kolaborasi dengan tim medis terkait
2. Mampu mengenali nyeri ( Skala pemberian obat analgesic.
dan tanda nyeri )
3. Menyatakan rasa aman setelah
nyeri berkurang
DAFTAR PUSTAKA
Davey, Petrick (2005). At a Glance Medicine ( 36 – 37 ). Jakarta : Erlangga.
Purwadianto & Sampurna (2000). Kedarutan Medik Pedoman Pelaksanaan Praktis
(105 – 110). Jakarta : Binarupa Aksara.
Sylvia, A Price. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Keperawatan.
Edisi : 6. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai