Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

COLIC RENAL

DISUSUN OLEH:

ONY ERMA WULANDARI, S.Kep


(2001003010)

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU LAMPUNG

TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN COLIC RENAL

A. DEFINISI
Batu di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti batu
yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan,
penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu
ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih).Proses pembentukan
batu ini disebut urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis). Batu saluran kemih adalah
adanya batu di traktus urinarius. (ginjal, ureter, atau kandung kemih, uretra) yang
membentuk kristal; kalsium, oksalat, fosfat, kalsium urat, asam urat dan magnesium.
(Brunner & Suddath,2002).
Batu saluran kemih atau Urolithiasis adalah adanya batu di dalam saluran kemih.
(Luckman dan Sorensen) Dari dua definisi tersebut diatas saya mengambil kesimpulan
bahwa batu saluran kemih adalah adanya batu di dalam saluran perkemihan yang
meliputi ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra.
B. ETIOLOGI
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih sampai saat ini belum diketahui pasti,
tetapi ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu pada saluran kemih yaitu:
1. Infeksi Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan
akan menjadi inti pembentukan batu saluran kemih . Infeksi bakteri akan
memecah ureum dan membentuk amonium yang akan mengubah pH urine
menjadi alkali.
2. Stasis dan Obstruksi urine Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah
pembentukan batu saluran kemih.
3. Ras
Pada daerah tertentu angka kejadian batu saluran kemih lebih tinggi daripada
daerah lain, Daerah seperti di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit
batu saluran kemih.
4. Keturunan
5. Air minum Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan
mengurangi kemungkinan terbentuknya batu ,sedangkan kurang minum
menyebabkan kadar semua substansi dalam urine meningkat
6. Pekerjaan Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan
terbentuknya batu daripada pekerja yang lebih banyak duduk.
7. Suhu Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringat
sedangkan asupan air kurang dan tingginya kadar mineral dalam air minum
meningkatkan insiden batu saluran kemih
8. Makanan Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka
morbiditasbatu saluran kemih berkurang. Penduduk yang vegetarian yang kurang
makan putih telur lebih sering menderita batu saluran kemih ( buli-buli dan
Urethra ).
C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan urolithiasis
belum diketahui secara pasti. Namun demikian ada beberapa faktor  predisposisi
terjadinya batu antara lain: peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake
cairan yang kurang serta peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran
kemih atau statis urin menjadikan sarang untuk pembentukan batu. Supersaturasi
elemen urin seperti kalsium, fosfat dan faktor lain yang mendukung terjadinya batu
meliputi: pH urin yang berubah menjadi asam, jumlah casiran urin. Masalah-masalah
dengan metabolisme purin mempengaruhi pembentukan batu asam urat.  pH urin juga
mendukung pembentukan batu. Batu asam urat dan cyscine dapat mengendap dalam
urin yang alkalin, sedangkan batu oxalat tidak dipengaruhi oleh pH urin. Imobilisasi
yang lama akan menyebabkan gerakan kalsium menuju tulang akan terhambat.
Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan yang akan diekskresikan. Jika
cairan masuk tidak adekuat maka penumpukan atau pengendapan semakin bertambah
dan pengendapan ini makin kompleks sehingga terjadi batu. Batu yang terbentuk
dalam saluran kemih sangat bervariasi. Ada batu yang kecil, ada yang besar. Batu yang
kecil dapat lekuar lewat urin dan akan menimbulkan rasa nyeri, trauma pada saluran
kemih dan akan tampak darah dalam urin; sedangkan batu yang besar dapat
menyebabkan obstruksi saluran kemih yang menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari
dilatasi akan terjadi refluks urin dan akan menimbulkan terjadinya hidronefrosis
karena dilatasi ginjal. Kerusakan  pada srtuktur ginjal yang lama akan mengakibatkan
kerusakan-kerusakan pada organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis
karena ginjal tidak mampu melakukan fungsinya secara normal, yang mengakibatkan
terjadinya penyakit gagal ginjal kronik yang dapat menyebabkan kematian.
D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius tergantung pada adanya
obstruksi, infeksi dan edema.
1. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi piala ginjal serta ureter
proksimal.
a. nfeksi pielonefritis dan sintesis disertai menggigil, demam dan disuria, dapat
terjadi iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu menyebabkan sedikit
gejala, namun secara perlahan merusak unit fungsional (nefron) ginjal.  
b. Nyeri hebat dan ketidaknyamanan.
2. Batu di ginjal
a. Nyeri dalam dan terus menerus di area kontovertebral.  
b. Hematuri.
c. Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita nyeri
kebawah mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis.
d. Mual dan muntah.
e. Diare.
3. Batu di ureter
a. Nyeri menyebar kepaha dan genitalia.
b. Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urin yang keluar. c. Hematuri akibat
abrasi batu. d. Biasanya batu keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5
– 1 cm.
4. Batu di kandung kemih
a. Biasanya menimbulkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus
urinarius dan hematuri.  
b. Jika batu menimbulkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi retensi
urin.
F.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.
a. Urinalisa; warna mungkin kuning ,coklat gelap,berdarah,secara umum menunjukan
SDM, SDP, kristal ( sistin,asam urat,kalsium oksalat), pH asam (meningkatkan sistin
dan batu asam urat) alkali ( meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu
kalsium fosfat), urine 24 jam :kreatinin, asam urat kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin
mungkin meningkat), kultur urine menunjukan ISK, BUN/kreatinin serum dan urine;
abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu
obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.  
b. Darah lengkap: Hb,Ht,abnormal bila psien dehidrasi berat atau polisitemia.
c. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal ( PTH. Merangsang
reabsobsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine.
d. Foto Rntgen; menunjukan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area ginjal
dan sepanjang ureter.
e. IVP: memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri, abdominal
atau  panggul.Menunjukan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter).
f. Sistoureterokopi;visualiasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukan batu atau
efek obstruksi.
g. USG ginjal: untuk menentukan perubahan obstruksi,dan lokasi batu.
G. THERAPY DAN PENATALAKSANAAN MEDIK
a. Tujuan:
1. Menghilangkan obstruksi
2. Mengobati infeksi.
3. Mencegah terjadinya gagal ginjal.  
4. Mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi (terulang kembali).  
b. Operasi dilakukan jika:
1. Sudah terjadi stasis/bendungan.
2. Tergantung letak dan besarnya batu, batu dalam pelvis dengan bendungan positif
harus dilakukan operasi.
c. Therapi
1. Analgesik untuk mengatasi nyeri.
2. Allopurinol untuk batu asam urat.
3. Antibiotik untuk mengatasi infeksi.
d. Diet Diet atau pengaturan makanan sesuai jenis batu yang ditemukan.
1. Batu kalsium oksalat Makanan yang harus dikurangi adalah jenis makanan yang
mengandung kalsium oksalat seperti: bayam, daun sledri, kacang-kacangngan,
kopi, coklat; sedangkan untuk kalsium fosfat mengurangi makanan yang
mengandung tinggi kalsium seperti ikan laut, kerang, daging, sarden, keju dan sari
buah.
2. Batu struvite; makanan yang perlu dikurangi adalah keju, telur, susu dan daging.
3. Batu cystin; makanan yang perlu dikurangi antara lain sari buah, susu, kentang.
4. Anjurkan konsumsi air putih kurang lebih 3 -4 liter/hari serta olah raga secara
teratur.
H. KOMPLIKASI
1. Obstruksi  
2. Hidronephrosis.
3. Gagal ginjal
4. Perdarahan.
5. Pada laki-laki dapat terjadi impoten.
I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
1) Riwayat penyakit ginjal akut dan kronik.
2) Riwayat infeksi saluran kemih.
3) Pajanan lingkungan: zat-zat kimia.
4) Keturunan.
5) Alkoholik, merokok.
6) Untuk pasien wanita: jumlah dan tipe persalinan (SC, forseps, penggunaan
kontrasepsi).  
b. Pola nutrisi metabolik
1) Mual, muntah.
2) Demam.
3) Diet tinggi purin oksalat atau fosfat.
4) Kebiasaan mengkonsumsi air minum.
5) Distensi abdominal, penurunan bising usus.
6) Alkoholik
c. Pola eliminasi
1) Perubahan pola eliminasi: urin pekat, penurunan output.
2) Hematuri.
3) Rasa terbakar, dorongan berkemih.
4) Riwayat obstruksi.
5) Penurunan hantaran urin, kandung kemih.  
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Pekerjaan (banyak duduk).
2) Keterbatasan aktivitas.
3) Gaya hidup (olah raga).
e. Pola tidur dan istirahat
1) Demam, menggigil.
2) Gangguan tidur akibat rasa nyeri.
f. Pola persepsi kognitif
1) Nyeri: nyeri yang khas adalah nyeri akut tidak hilang dengan posisi atau
tindakan lain, nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi
2) Pengetahuan tentang terjadinya pembentukan batu.
3) Penanganan tanda dan gejala yang muncul.
g. Pola reproduksi dan seksual
1) Keluhan dalam aktivitas seksual sehubungan dengan adanya nyeri pada saluran
kemih.
h. Pola persepsi dan konsep diri
1) Perubahan gaya hidup karena penyakit.
2) Cemas terhadap penyakit yang diderita.
i. Pola mekanisme copying dan toleransi terhadap stres
1) Adakah pasien tampak cemas
2) Bagaimana mengatasi masalah yang timbul.
2. Diagnosa keperawatan Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul adalah ;
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi pada saluran kemih  
b. Perubahan pola eliminasi: urine berhubungan dengan obstruksi karena batu.
c. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
d. Kecemasan berhubungan dengan tindakan invansif, pemeriksaan.
e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan
3. Rencana tindakan keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan adanya iritasi pada saluran kemih Hasil yang
diharapkan:
- Pasien bebas dari rasa nyeri
- Pasien tampak rileks, bisa tidur dan istirahat.
Intervensi:
1. Kaji karakteristik nyeri ( lokasi, lama, intensitas dan radiasi)
Rasional: membantu mengevaluasi perkembangan dari obstruksi.
2. Observasi tanda-tanda vital, tensi, nadi, cemas
Rasional: nyeri hebat ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan nadi.
3. Jelaskan penyebab rasa nyeri
Rasional: mengurangi kecemasan pasien.
4. Ciptakan lingkungan yang nyaman
Rasional: meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot.
b. Perubahan pola elminasi: urine berhubungan dengan inflamasi, obstruksi karena
batu. Hasil yang diharapkan:
- Pola eliminasi urine dan output dalam batas normal.
- Tidak menunjukkan tanda-tanda obstruksi (tidak ada rasa sakit saat  berkemih,
pengeluaran urin lancar).
Intervensi:
1. Monitor intake dan output.
Rasional: menginformasikan fungsi ginjal.
2. Anjurkan untuk meningkatkan cairan per oral 3 – 4 liter per hari.
Rasional: mempermudah pengeluaran batu, mencegah terjadinya  pengendapan.
3. Kaji karakteristik urine
Rasional: adanya darah merupakan indikasi meningkatnya obstruksi/iritasi
ureter.
4. Kaji pola Bak normal pasien, catat kelainnya.
Rasional: batu dapat menyebabkan rangsangan mervus yang menyebabkan
sensasi untuk buang air kecil
c. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah.
Hasil yang diharapkan:
- Keseimbangan cairan adekuat
- Turgor kulit baik
Intervensi :
1. Monitor intake dan output
Rasional: membandingkan secara aktual dan mengantisipasi output yang dapat
dijadikan tanda adanya renal stasis.
2. Berikan intake cairan 3 –  4 liter per hari.
Rasional: menjaga keseimbangan cairan untuk homeostasis.
3. Monitor tanda-tanda vital, turgor kulit, membran mukosa.
Rasional: dapat menunjukkan tanda-tanda dehidrasi.
4. Berikan cairan intra vena sesuai intruksi dokter.
Rasioanal: menjaga keseimbangan cairan bila intake per oral kurang.
5. Kalau perlu berikan obat anti enemik.
Rasional: mengurangi mual dan muntah.

4. Discharge planning
a. Mengubah pola berkemih; hindari menahan BAK.  
b. Mengubah pola minum:
1) Minum banyak > 2000 cc/hari.
2) Hindari minuman yang mengandung tinggi kalsium( susu, air yang
mengandung kapur).
c. Mengubah pola makan: mengurangi makanan yang menyebabkan batu:
1) Tinggi kalsium ( keju, coklat).
2) Tinggi purin (ikan,unggas, daging).
3) Tinggi oksalat (bayem, sledri, kopi).
d. Mengurangi konsumsi obat-obatan bebas yang dapat menimbulkan batu saluran
kemih.
e. Memberitahu tentang tanda dan gejala komplikasi yaitu demam. Pengeluaran urin
yang sedikit, nyeri pada saat BAK.
f. Jelaskan teknik higiene personal yang benar.
g. Libatkan keluarga dalam pengelolaan diet dan pola makan.

LAMPIRAN
Pathways keperawatan

Infeksi saluran kemih kronis,Gg metabolisme (Hiperparatiroidisme,


hiperuresemia, hiperkalsiuria),Dehidrasi,Benda asing,Jaringan mati,Inflamasi
usus,Masukkan vitamin D yang berlebihan

Pengendapan garam mineral,Infeksi


,Mengubah PH urin dari asam menjadi alkalis

Pembentukan batu

Obstrusi saluran kemih

Peningkatan distensi abdomen

Obstruksi di ureter Anoreksia Kurang pengetahuan

Kalkulus berada di ureter Mual/ muntah


Cemas
Gesekan pada Out put berlebihan
dinding ureter

Gg pemenuhan nutrisi kurang


Gg rasa nyaman, nyeri dari kebutuhan tubuh

Intoleransi aktivitas
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth (2002). Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, volume 2, EGC.Jakartta.
Carpenito, Linda Juall (1995) Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan ( terjemahan)
PT EGC, Jakarta.
Doenges,et al, (2000). Rencana Asuhan Keperawatan ( terjemahan), PT EGC, Jakarta
Digiulio Mary, dkk (2007). Medical Surgical Nursing Demystified . New York
Chicago San Fransisco Lisbon London, Mexico City Milan New Delhi San Juan
Seoul, Singapore Sydney Toronto.
Soeparman, (1990), Ilmu Penyakit Dalam Jilid II , Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Sylvia dan Lorraine ( 1999). Konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi empat, buku kedua.
EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai