Anda di halaman 1dari 27

Praktek Profesi Keperawatan

Medikal Bedah II
Fakultas Keperawatan

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


BATU GINJAL (UROLITHIASIS)

OLEH :

NALDIA
1541313026

PRAKTEK PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2016

Naldia, S.Kep
1541313026

Praktek Profesi Keperawatan


Medikal Bedah II
Fakultas Keperawatan

LAPORAN PENDAHULUAN
BATU GINJAL / UROLITHIASIS
A. LANDASAN TEORITIS PENYAKIT
1. Pengertian

Urolithiasis adalah adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius (Brunner and Suddarth,
2002). Urolithiasis adalah penyakit diamana didapatkan batu di dalam saluran air kemih,
yang dimulai dari kaliks sampai dengan uretra anterior (DR. Nursalam, M. Nurs &
Fransica B.B, Sistem Perkemihan).
Urolithiasis adalah pengkristilan mineral yang mengelilingi zat organik, misalnya
nanah, darah, atau sel yang sudah mati. Biasanya batu kalkuli terdiri atas garam kalsium (
oksalat dan fosfat) atau magnesium fosfat dan asam urat (Mary baradero,SPC,MN &
Yakobus Siswandi, MSN)..
Batu ginjal / Urolithiasis atau renal calculi merupakan massa keras yang mengkristal
seperti batu batu kecil yang dapat terbentuk pada bagian saluran kencing dimana saja
termasuk pada kandung kemih, dalam ginjal yaitu di pasu ginjal (renal pelvis) dan calix
renalis.
Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan
merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi (Purnomo, 2000).

Naldia, S.Kep
1541313026

Praktek Profesi Keperawatan


Medikal Bedah II
Fakultas Keperawatan

2. Anatomi dan Fisiologi

Sistem perkemihan terdiri atas :


a. Ginjal
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah lumbal, di
sebelah kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus lapisan lemak yang tebal,
dibelakang peritoneum, atau di luar peritoneum. Ketinggian ginjal dapat diperkirakan
dari belakang, mulai dari ketinggian vertebra torakalis sampai vertebra lumbalis
ketiga. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari kiri karena letak hati yang menduduki
ruang lebih banyak di sebelah kanan. Panjang ginjal pada orang dewasa sekitar 6-7,5
cm, tebal 1,5-2,5 cm, dan berat sekitar 140 gram. Pada bagian atas terdapat kelenjar
suprenalis atau kelenjar adrenal.
Secara umum, ginjal terdiri dari beberapa bagian :

Korteks, yaitu bagian ginjal di mana di dalamnya terdiri dari korpus


renalis/Malpighi (glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortus

proksimal dan tubulus kontortus distalis


Medula, yang terdiri dari 9-14 pyiramid, yang di dalamnya terdiri dari tubulus

rektus, lengkung Henle dan tubukus pengumpul (ductus colligent)


Columna renalis, yaitu bagian korteks di antara pyramid ginjal
Processus renalis, yaitu bagian pyramid/medula yang menonjol ke arah

korteks
Hilus renalis, yaitu suatu bagian/area di mana pembuluh darah, serabut saraf

atau duktus memasuki/meninggalkan ginjal


Papilla renalis, yaitu bagian yang menghubungkan antara duktus pengumpul

dan calix minor


Calix minor, yaitu percabangan dari calix major
Calix major, yaitu percabangan dari pelvis renalis

Naldia, S.Kep
1541313026

Praktek Profesi Keperawatan


Medikal Bedah II
Fakultas Keperawatan

Pelvis renalis, disebut juga piala ginjal, yaitu bagian yang menghubungkan

antara calix major dan ureter


Ureter, yaitu saluran yang membawa urine menuju vesica urinaria

b. Ureter
Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil penyaringan
ginjal (filtrasi, reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis menuju vesica urinaria. Terdapat
sepasang ureter yang terletak retroperitoneal, masing-masing satu untuk setiap ginjal.
Ureter setelah keluar dari ginjal (melalui pelvis) akan turun di depan m.psoas major,
lalu menyilangi pintu atas panggul dengan a.iliaca communis. Ureter berjalan secara
postero-inferior di dinding lateral pelvis, lalu melengkung secara ventro-medial untuk
mencapai vesica urinaria. Adanya katup uretero-vesical mencegah aliran balik urine
setelah memasuki kandung kemih. Terdapat beberapa tempat di mana ureter
mengalami penyempitan yaitu peralihan pelvis renalis-ureter, fleksura marginalis serta
muara ureter ke dalam vesica urinaria. Tempat-tempat seperti ini sering terbentuk
batu/kalkulus.
Ureter diperdarahi oleh cabang dari a.renalis, aorta abdominalis, a.iliaca
communis, a.testicularis/ovarica serta a.vesicalis inferior. Sedangkan persarafan ureter
melalui segmen T10-L1 atau L2 melalui pleksus renalis, pleksus aorticus, serta
pleksus hipogastricus superior dan inferior.
c. Vesica urinaria
Vesica urinaria, sering juga disebut kandung kemih atau buli-buli, merupakan
tempat untuk menampung urine yang berasal dari ginjal melalui ureter, untuk
selanjutnya diteruskan ke uretra dan lingkungan eksternal tubuh melalui mekanisme
relaksasi sphincter. Vesica urinaria terletak di lantai pelvis (pelvic floor), bersamasama dengan organ lain seperti rektum, organ reproduksi, bagian usus halus, serta
pembuluh-pembuluh darah, limfatik dan saraf.
Dalam keadaan kosong vesica urinaria berbentuk tetrahedral yang terdiri atas tiga
bagian yaitu apex, fundus/basis dan collum. Serta mempunyai tiga permukaan
(superior dan inferolateral dextra dan sinistra) serta empat tepi (anterior, posterior, dan
lateral dextra dan sinistra). Dinding vesica urinaria terdiri dari otot m.detrusor (otot
spiral, longitudinal, sirkular). Terdapat trigonum vesicae pada bagian posteroinferior
dan collum vesicae. Trigonum vesicae merupakan suatu bagian berbentuk miripNaldia, S.Kep
1541313026

Praktek Profesi Keperawatan


Medikal Bedah II
Fakultas Keperawatan

segitiga yang terdiri dari orifisium kedua ureter dan collum vesicae, bagian ini
berwarna lebih pucat dan tidak memiliki rugae walaupun dalam keadaan kosong.
Vesica urinaria diperdarahi oleh a.vesicalis superior dan inferior. Namun pada
perempuan, a.vesicalis inferior digantikan oleh a.vaginalis. Sedangkan persarafan
pada vesica urinaria terdiri atas persarafan simpatis dan parasimpatis. Persarafan
simpatis melalui n.splanchnicus minor, n.splanchnicus imus, dan n.splanchnicus
lumbalis L1-L2. Adapun persarafan parasimpatis melalui n.splanchnicus pelvicus S2S4, yang berperan sebagai sensorik dan motorik.
d. Uretra
Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria
menuju lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan wanita.
Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ
seksual (berhubungan dengan kelenjar prostat), sedangkan uretra pada wanita
panjangnya sekitar 3.5 cm. selain itu, Pria memiliki dua otot sphincter yaitu
m.sphincter interna (otot polos terusan dari m.detrusor dan bersifat involunter) dan
m.sphincter externa (di uretra pars membranosa, bersifat volunter), sedangkan pada
wanita hanya memiliki m.sphincter externa (distal inferior dari kandung kemih dan
bersifat volunter).
Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika, pars
membranosa dan pars spongiosa.

Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae dan
aspek superior kelenjar prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot m.
sphincter urethrae internal yang berlanjut dengan kapsul kelenjar prostat.

Bagian ini disuplai oleh persarafan simpatis.


Pars prostatika (3-4 cm), merupakan bagian yang melewati/menembus
kelenjar prostat. Bagian ini dapat lebih dapat berdilatasi/melebar dibanding

bagian lainnya.
Pars membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan
tersempit. Bagian ini menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis
melintasi diafragma urogenital. Diliputi otot polos dan di luarnya oleh
m.sphincter urethrae eksternal yang berada di bawah kendali volunter
(somatis).

Naldia, S.Kep
1541313026

Praktek Profesi Keperawatan


Medikal Bedah II
Fakultas Keperawatan

Pars spongiosa (15 cm), merupakan bagian uretra paling panjang,


membentang dari pars membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar penis.
Bagian ini dilapisi oleh korpus spongiosum di bagian luarnya.

Sedangkan uretra pada wanita berukuran lebih pendek (3.5 cm) dibanding uretra
pada pria. Setelah melewati diafragma urogenital, uretra akan bermuara pada
orifisiumnya di antara klitoris dan vagina (vagina opening). Terdapat m. spchinter
urethrae yang bersifat volunter di bawah kendali somatis, namun tidak seperti uretra
pria, uretra pada wanita tidak memiliki fungsi reproduktif.
3. Jenis Batu Ginjal
a. Batu Kalsium
Batu kalsium (kalsium oksalat dan atau kalsium fosfat) paling banyak ditemukan
yaitu sekitar 75-80% dari seluh batu saluran kemih. Faktor terjadinya batu kalsium
adalah :
-

Hiperkalsiuria: Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24 jam, dapat
terjadi karena peningkatan absorbsi kalsium pada usus (hiperkalsiuria
absorbtif), gangguan kemampuan reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal
(hiperkalsiuria renal) dan adanya peningkatan resorpsi tulang (hiperkalsiuria

resoptif) seperti pada hiperparatiridisme primer atau tumor paratiroid.


Hiperoksaluria: Ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24 jam, banyak
dijumpai pada pasien pasca pembedahan usus dan kadar konsumsi makanan
kaya oksalat seperti teh, kopi instan, soft drink, kakao, arbei, jeruk sitrun dan

sayuran hijau terutama bayam.


Hiperurikosuria: Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat
dalam urine dapat bertindak sebagai inti batu yang mempermudah
terbentuknya batu kalsium oksalat. Asam urat dalam urine dapat bersumber

dari konsumsi makanan kaya purin atau berasal dari metabolisme endogen.
Hipositraturia: Dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk
kalsium sitrat sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau
fosfat. Keadaan hipositraturia dapat terjadi pada penyakit asidosis tubuli
ginjal, sindrom malabsorbsi atau pemakaian diuretik golongan thiazide dalam

jangka waktu lama.


Hipomagnesiuria: Seperti halnya dengan sitrat, magnesium bertindak sebagai
penghambat timbulnya batu kalsium karena dalam urine magnesium akan
Naldia, S.Kep
1541313026

Praktek Profesi Keperawatan


Medikal Bedah II
Fakultas Keperawatan

bereaksi dengan oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah


ikatan dengan kalsium dengan oksalat.
b. Batu Struvit
Batu struvit disebut juga batu sebagai batu infeksi karena terbentuknya batu ini
dipicu oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah
golongan pemecah urea (uera splitter seperti: Proteus spp., Klebsiella, Serratia,
Enterobakter, Pseudomonas dan Stafilokokus) yang dapat menghasilkan enzim urease
dan mengubah urine menjadi basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana
basa ini memudahkan garam-garam magnesium, amonium, fosfat dan karbonat
membentuk batu magnesium amonium fosfat (MAP) dan karbonat apatit.
c. Batu Urat
Batu asam urat meliputi 5-10% dari seluruh batu saluran kemih, banyak dialami
oleh penderita gout, penyakit mieloproliferatif, pasein dengan obat sitostatika dan
urikosurik (sulfinpirazone, thiazide dan salisilat). Kegemukan, alkoholik dan diet
tinggi protein mempunyai peluang besar untuk mengalami penyakit ini. Faktor yang
mempengaruhi terbentuknya batu asam urat adalah: urine terlalu asam (pH < 6,
volume urine < 2 liter/hari atau dehidrasi dan hiperurikosuria.
4. Etiologi
a. Kurang minum air putih sehingga jumlah urin yang dikeluarkan sedikit
b. Sering menahan kencing terlalu lama sehingga urin menjadi pekat
c. Pekatnya kadar garam dalam urin sehingga berpotensi terjadinya endapan batu
dalam saluran kemih
d. Terlalu banyak zat kimia yang terdapat dalam urin, seperti kapur dan garam
oksalat
e. Kelebihan vitamin D, kadar asam urat, atau terlalu banyak mengonsumsi kalsium
yang sepenuhnya tidak larut
f. Karena terjadinya infeksi
Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan
menjadi inti pembentukan batu. Infeksi oleh bakteri yang memecah ureum ( urea
splitting organism ) dan membentuk amonium akan mengubah pH urin menjadi
alkali dan akan mengendapkan garam-garam fosfat sehingga akan mempercepat
pembentukan batu yang telah ada.
g. Obstruksi

Naldia, S.Kep
1541313026

Praktek Profesi Keperawatan


Medikal Bedah II
Fakultas Keperawatan

Adanya obstruksi saluran kemih, misalnya oleh tumor, striktur dan hiperplasi
prostat, akan menyebabkan stasis urin sedangkan urin sendiri adalah substansi
yang banyak mengandung kuman sehingga mempermudah terjadinya infeksi dan
pembentukan batu.
h. kelebihan sekresi hormon paratiroid
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu
saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
a) Faktor intrinsik, meliputi:
1) Herediter, diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
2) Umur, paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
3) Jenis kelamin, jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita
yang menderita penyakit batu ginjal.
b) Faktor ekstrinsik, meliputi:
1) Geografi
Penyakit batu ginjal juga di pengaruhi oleh keadaan geografis suaru daerah,
sehingga daerah ini disebut dengan daerah stone belt (sabuk batu).
2) Iklim dan temperature
Tempat yang bersuhu panas, misalnya di daerah tropis, di kamar mesin,
menyebabkan banyak mengeluarkan keringat yang akan mengurangi produksi
urin dan mempermudah pembentukan batu. Sedangkan pada daerah yang
dingin, akan menyebabkan kurangnya asupan air pada masyarakatnya.
3) Asupan air
Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat
meningkatkan insiden batu saluran kemih.
4) Diet
Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran
kemih.
5) Pekerjaan
Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau
kurang aktivitas fisik (sedentary life).
5. Manifestasi Klinis
Beberapa manifestasi batu ginjal, diantaranya :
a. Batu pada pelvis renalis
- Nyeri yang dalam, terus menerus pada area CVA
- Pada wanita ke arah kandung kemih, pada laki-laki kearah testis
- Hematuria, piuria
- Kolik renal : nyeri tekan seluruh CVA, mual dan muntah
b. Batu yang terjebak pada ureter
Naldia, S.Kep
1541313026

Praktek Profesi Keperawatan


Medikal Bedah II
Fakultas Keperawatan

Gelombang nyeri luar biasa, akut dan kolik menyebar ke paha dan genetalia
kolik ureteral, merasa ingin berkemih keluar sedikit dan darah.
c. Batu yang terjebak pada kandung kemih
- Gejala iritasi
- Infeksi traktus urinarius
- Hematuria
- Obstruksi : retensi urin
Gejala umum penyakit batu ginjal adalah:
- Tidak semua sakit pinggang pertanda adanya batu ginjal.
Penyakit ini memiliki beberapa gejala khas yang bertalian satu
sama lain. Sakit atau terasa pegal pada pinggang belakang
bagian atas atau tepatnya di bawah iga terakhir. Pada taraf
tertentu sakit yang ditimbulkan berupa nyeri menusuk-nusuk,
-

menjalar ke arah samping mengikuti alur saluran kemih.


Terkadang disertai anyang-anyangan. Buang air kecil tidak lancar.
Hasrat ada namun berkali-kali ke belakang yang dikeluarkan
hanya sedikit. Air seni sering berwarna kemerahan. Ini pertanda
dinding saluran kemih tergores atau terluka oleh serpihan batu.
Terkadang terasa nyeri saat buang air. Saat bersamaan, pada air

seni terdapat serpihan pasir atau batu kecil.


Mual dan muntah selalu mengikuti rasa sakit yang berat.
Penderita batu ginjal kadang-kadang juga mengalami panas,
kedinginan, adanya darah di dalam urin bila batu melukai ureter,

distensi perut, nanah dalam urine.


Pada batu yang masih berukuran kecil dapat tidak memberikan
gejala. Bahkan terkadang batu keluar sendiri saat buang air kecil
yang sering terlihat sebagai kencing berpasir. Namun, pada batu
yang berukuran lebih besar, maka dapat memberikan keluhan
seperti :
- Nyeri kolik
- Nyeri yang disebabkan karena usaha untuk mengeluarkan
-

batu, namun tersangkut di saluran kemih.


Nyeri ini dirasakan sangat hebat dan hilang timbul.
Hematuria (ada darah di urin)
Nyeri saat berkemih, terutama saat batu bergerak
Buang air kecil sedikit, yang disebabkan tersumbatnya saluran

kemih oleh batu


Perubahan dalam Buang air kecil dan warna urin
Naldia, S.Kep
1541313026

Praktek Profesi Keperawatan


Medikal Bedah II
Fakultas Keperawatan

Salah satu Fungsi ginjal adalah membuat air kencing (urin) ,apabila ginjal
manusia mengalami gangguan,maka akan terjadi lah gangguan pada pembentukan
urin,baik dari warna,bau dan karakterisitiknya. Akibat dari gangguan ini,maka
terjadilah perubahan dalam frekuensi buang air kecil.mungkin buang air kecil
lebih sering dan lebih banyak dari pada biasanya dengan warna urin yang pucat.
Dan mungkin buang air kecil dalam jumlah sedikit dari biasanya dengan urin yang
berwarna gelap
Tubuh mengalami pembengkakan
Ketika ginjal gagal untuk melakukan fungsinya, yakni mengeluarkan cairan atau
toksin dalam tubuh , maka tubuh akan dipenuhi cairan yang mengakibatkan
pembengkakan terhadap beberapa bagian tubuh , diantaranya di bagian kaki,
pergelangan kaki, wajah dan atau tangan
Tubuh cepat lelah / kelelahan
Ginjal yang sehat memproduksi hormon yang disebut dengan
erythropoietin yang mempunyai fungsi sebagai memerintahkan
tubuh untuk membuat oksigen yang membawa sel darah merah.
Ketika tubuh

mengalami gagal ginjal, maka ginjal

hanya

memproduksi sedikit. Dengan demikian karena sel-sel darah


merah pembawa oksigen tadi berkurang sehingga otot dan otak
tubuh

menjadi cepat lelah. Kondisi ini disebut juga sebagai

anemia. Oleh karena itu, apabila

mengalami anemia yang

berkelanjutan, hati-hati karena hal tersebut bisa saja merupakan


gejala penyakit ginjal.
Bau Mulut / ammonia breath
Penumpukan limbah dalam darah (disebut juga sebagai uremia)
karena adanya gagal ginjal dapat membuat rasa tidak enak
dalam makanan dan bau mulut yang busuk.juga bisa mendadak
berhenti menyukai daging dan kehilangan berat badan drastis. Di
beberapa kasus ada juga yang merasa bau mulutnya seperti
meminum cairan besi.
Rasa Mual dan Ingin Muntah
Gejala penyakit ginjal yang

lainnya

adalah

rasa

mual

berkelanjutan dan selalu ingin muntah. Gejala ini muncul


disebabkan karena uremia tadi (penumpukan limbah dalam
darah). Gejala ini berhubungan dengan gejala penyakit ginjal
sebelumnya yakni bau mulut. Karena bau mulut,akan mengalami
Naldia, S.Kep
1541313026

Praktek Profesi Keperawatan


Medikal Bedah II
Fakultas Keperawatan

mual yang berakibat sulit makan dan kehilangan berat badan


yang sangat drastis.
6. Patofisiologi
Batu (kalkulus) ginjal adalah batu yang terdapat di mana saja di
saluran kemih. Batu yang paling sering dijumpai tersusun dari kristalkristal kalsium. Komponen yang lebih jarang membentuk batu adalah
struvit atau magnesium, amonium, asam urat, atau kombinasi bahanbahan ini. Batu ginjal dapat disebabkan oleh peningkatan pH urine
(misalnya batu kalsium bikarbonat) atau penurunan pH urine (misalnya
batu asam urat). Konsentrasi bahan-bahan pembentuk batu yang tinggi
di dalam darah dan urine serta kebiasaan makan atau obat tertentu,
juga dapat merangsang pembentukan batu. Segala sesuatu yang
menghambat

aliran

urine

dan

menyebabkan

stasis

(tidak

ada

pergerakan) urine di bagian mana saja di saluran kemih, meningkatkan


kemungkinan

pembentukan

batu.

Batu

kalsium,

yang

biasanya

terbentuk bersama oksalat atau fosfat, sering menyertai keadaankeadaan yang menyebabkan resorpsi tulang, termasuk imobilisasi dan
penyakit ginjal. Batu asam urat sering menyertai gout, suatu penyakit
peningkatan pembentukan atau penurunan ekskresi asam urat.
Obstruksi urine dapat terjadi di sebelah hulu dari batu di bagian
mana saja di saluran kemih. Obstruksi di atas kandung kemih dapat
menyebabkan hidroureter, yaitu ureter membengkak oleh urine.
Hidroureter yang tidak diatasi, atau obstruksi pada atau di atas tempat
ureter keluar dari ginjal dapat menyebabkan hidrone-frosis yaitu
pembengkakan

pelvis

ginjal

dan

sistem

duktus

pengumpul.

Hidronefrosis dapat menyebabkan ginjal tidak dapat memekatkan urine


sehingga terjadi ketidakseimbangan elektrolit dan cairan. Obstruksi
menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik interstisium dan dapat
menyebabkan penurunan GFR. Obstruksi yang tidak diatasi dapat
menyebabkan kolapsnya nefron dan kapiler sehingga terjadi iskemia
nefron karena suplai darah terganggu. Akhirnya dapat terjadi gagal
ginjal jika kedua ginjal terserang. Setiap kali terjadi obstruksi aliran

Naldia, S.Kep
1541313026

Praktek Profesi Keperawatan


Medikal Bedah II
Fakultas Keperawatan

urine (stasis), kemungkinan infeksi bakteri meningkat. Dapat terbentuk


kanker ginjal akibat peradangan dan cedera berulang.
Proses terbentuknya batu yaitu ada berbagai teori yang dikemukakan oleh para ahli
untuk menjelaskan proses terbentuknya batu. Beberapa teori diantaranya :
a. Teori nukleasi
Menurut penganut teori ini, batu terbentuk didalam urin karena adanya inti sabuk
batu (nukleus). Partikel-partikel yang berada di dalam larutan yang kelewat jenuh
(supersaturated) akan mengendap didalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk
batu. Terbentuknya inti batu dan kejenuhan dalam air kemih merupakan prasyarat
terbentuknya batu. Terbentuknya inti saja tanpa disertai dengan unsur-unsur atau
mineral pembentuk batu yang kelewat jenuh di tubulus pembentukan batu ginjal tidak
akan menyebabkan terbentuknya batu.
Kristalisasi akan semakin banyak dan saling menyatu apabila unsur pembentuk
batu, seperti kalsium, seseorang yang banyak menggosumsi makanan yang
mengandung zat-zat tersebut disertai dengan jumlah minum yang sedikit dalam
sehari, berpeluang untuk menderita batu ginjal. Ibarat seseorang menuang kopi di
dalam segelas air, semakin banyak kopi yang dituang semakin jenuh atau pekat
minuman kopi tersebut. Demikian halnya dalam proses pembentukkannya batu ginjal.
Semakin banyak unsur mineral pembentuk batu dan semakin sedikit air yang terlibat
dalam proses filtrasi- reabsorbsi- sekresi, kejenuhan dalam sistem tubulus juga
meningkat.
b. Keseimbangan asam basa
Keseimbangan

asam

basah

di

dalam

air

kemih

mempengaruhi

proses pembentukkan batu. Air kemih yang bersifat asam memudahkan terbentuknya
batu kalsium dan asam urat. Sementara, air kemih yang bersifat basa
mempermudahkan terbentuknya batu struvite/batu infeksi.
c. Penghambat kristalisasi
Secara normal, zat-zat penghambat kristalisasi, seperti sitrat, magnesium, protein
tamm-Horsfall, dan bikunin didalam air kemih terdapat dalam konsentrasi yang cukup
memadahi untuk mencegah terbentuknya batu. Penurunan jumlah zat-zat tersebut
meningkatkan resiko terbentuknya batu, contohnya, di dalam air kemih sitrat sehingga
mengalami ikatan kalsium dengan oksalat. Menurunnya jumlah sitrat di dalam air
kemih atau hipositraturia, seperti yang terjadi pada gangguan penyerapan di usus atau

Naldia, S.Kep
1541313026

Praktek Profesi Keperawatan


Medikal Bedah II
Fakultas Keperawatan

oleh karena pemberian obat pelancar kencing, akan meningkat resiko pembentukan
batu kalsium oksalat.
Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi
dan infeksi saluran kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih
bagian bawah adalah retensi urine atau keluhan miksi yang lain
sedangkan pada batu saluran kemih bagian atas dapat menyebabkan
hidroureter atau hidrinefrosis. Batu yang dibiarkan di dalam saluran
kemih dapat menimbulkan infeksi, abses ginjal, pionefrosis, urosepsis
dan kerusakan ginjal permanen (gagal ginjal).
Batu Saluran
Kemih

Obstruksi

Infeksi

Pielonefritis
Ureritis

Hidronefrosis

Pionefrosis

Hidroureter

Urosepsis

Sistitis

Gagal Ginjal

7. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik


a) Laboratorium :
Urin:
- Urine analisis, volume urine, berat jenis urine, protein, reduksi, dan

sediment
Urine kultur meliputi: mikroorganisme, sensitivity test
pH urin
Batu kalsium, asam urat dan batu sistin terbentuk pada urin dengan pH

yang rendah (pH<7)


Batu struvit terbentuk pada urin dengan pH yang tinggi (pH> 7)
Sedimen
Sel darah meningkat (90%), pada infeksi sel darah putih akan meningkat
Ditemukan adanya kristal, misalnya kristal oksalat
Biakan urin untuk melihat jenis mikroorganisme penyebab infeksi pada

saluran kemih
Darah

Naldia, S.Kep
1541313026

Praktek Profesi Keperawatan


Medikal Bedah II
Fakultas Keperawatan

Meliputi: leuco, diff, LED, kadar ureum dan kreatinin, kadar urine acid,
kadar cholesterol, GTT, UCT.

Hemoglobin, adanya gangguan fungsi ginjal yang kronis dapat terjadi


anemia

Leukosit, infeksi saluran kemih oleh karena batu menyebabkan


leukositosis

Ureum kreatinin, parameter ini digunakan untuk melihat fungsi ginjal

Kalsium, dan asam urat

8. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


Farmako terapi
Natrium Bikarbonat
Asam Aksorbal
Diuretik Thiasid
Alloporinol
Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk
mengeluarkan batu, tindakan tersebut terdiri atas memecah batu,
dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat
yang dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih.
Alat tersebut dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil
pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu dapat dilakukan
secara

mekanik,

dengan

memakai

energi

hidroulik,

energi

gelombang suara, atau dengan energi laser. Beberapa tindakan


endourologi untuk mengeluarkan batu pada ginjal adalah :
1) PNL ( Percutaneous Nephro Litholapaxy )
Yaitu mengeluarkan batu di dalam saluran ginjal dengan cara
memasukkan alat endoskopi ke sistem kalises ginjal melalui
insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah
terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil
Naldia, S.Kep
1541313026

Praktek Profesi Keperawatan


Medikal Bedah II
Fakultas Keperawatan

2) Uretero atau Uretero-renoskopi


Yaitu memasukkan alat ureteroskopi per uretram guna melihat
kedaan ureter atau sistem pielokaliks ginjal. Dengan memakai
energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun
sistem

pelvikalises

dapat

dipecah

melalui

tuntunan

ureterorenoskopi.
Litotripsi
Pemecahan batu atau litotripsi telah mulai dilakukan sejak lama
dengan cara buta. Dengan kemajuan teknologi endoskopi dapat
dilakukan dengan cara lihat langsung. Untuk batu kandung kemih
batu dipecahkan melalui litotriptor secara mekanik melalui sistoskop
atau dengan memakai gelombang elektrohidrolitik atau ultrasonik.
Untuk batu ureter digunakan ureteroskop dan batu dapat
dihancurkan memakai gelombang ultrasonik, elektrohidrolitik atau
sinar laser. Untuk batu ginjal litotripsi dilakukan dengan bantuan
nefroskopi perkutan untuk membawa transduser melalui sonde ke
batu yang ada di ginjal cara ini disebut nefrolitotripsi perkutan.
Terapi mekani
Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL) telah menjadi
metode yang paling sering digunakan dalam tatalaksana aktif batu
uret. ESWL didasarkan pada prinsip bahwa gelombang kejut
bertekanan tinggi akan melepaskan energi ketika melewati areaarea yang memiliki kepadatan akustik berbeda. Gelombang kejut
yang dibangkitkan di luar tubuh dapat difokuskan ke sebuah batu
menggunakan

berbagai

teknik

geometrik.

Gelombang

kejut

melewati tubuh dan melepaskan energinya saat melewati sebuah


batu. Tujuan dari metode ini adalah untuk memecah batu menjadi
partikel-partikel yang cukup kecil sehingga dapat melewati ureter
tanpa menimbulkan nyeri yang berarti.
Pembedahan

Naldia, S.Kep
1541313026

Praktek Profesi Keperawatan


Medikal Bedah II
Fakultas Keperawatan

Terapi bedah digunakan jika tidak tersedia alat litotripson, alat


gelombang kejut, atau bila cara non bedah tidak berhasil. Walaupun
demikian sudah barang tentu untuk menentukan tindakan bedah
pada suatu penyakit batu saluran kemih perlu seperangkat indikasi.
Jika tersedia alat litotriptor (Litotripsi : memecah batu buli-buli
atau

batu

uretra

dengan

memasukkan

alat

pemecah

batu

(litotriptor) ke dalam buli-buli. Pecahan batu dikeluarkan dengan


evakuator Ellik).
Bedah terbuka :
- Pielolitotomi atau nefrolitotomi : mengambil batu di saluran
-

ginjal
Ureterolitotomi : mengambil batu di ureter
Vesikolitotomi : mengambil batu di vesica urinaria
Ureterolitotomi : mengambil batu di uretra

Terapi medic
- Berikan minum berlebihan disertai diuretikum bendo Fluezida
-

5-10 mg/hari.
Dapat diobati dengan Calcium I + Cordyceps dengan cara
pemakaian :
3 x 2 - 4 kapsul Cordyceps sehari (tergantung kondisi, pada
beberapa kasus diminum dalam jumlah besar hingga 20
kapsul sehari) dan 4 x sachet Calcium I sehari.

9. Komplikasi
1. Sumbatan : akibat pecahan batu
2. Infeksi : akibat desiminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi
3. Kerusakan fungsi ginjal : akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan dan
pengangkatan batu ginjal
B. LANDASAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN
1. Data Umum
a. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku
bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Biasanya klien berada dalam keadaan lemah. Status kesadaran klien basanya dapat
compos mentis hingga koma. Biasanya klien tampak ikterik dan ekstremitas
edema. Biasanya klien yang sadar mengeluh badan terasa lemah dan tidak
bertenaga. Biasanya klien datang ke rumah sakit dengan keluhan

Naldia, S.Kep
1541313026

Praktek Profesi Keperawatan


Medikal Bedah II
Fakultas Keperawatan

mengalami penurunan nafsu makan, sering merasa mual, perut


semakin membesar, sesak nafas, BAK pekat berwarna kuning
pekat. Tubuh klien juga semakin melemah, sehingga tidak bisa
beraktivitas seperti biasa.
c. Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien mengeluh anoreksia, kelelahan, mudah merasa
kenyang, nyeri epigastrium, pasien datang dengan perut
membesar (asites), edema pada daerah tungkai, hematemesis
dan melena, klien mengeluh sesak nafas dan BAK pekat
seperti teh dan berwarna kuning.. Biasanya klien disertai dengan
sepsis. Pada saat sepsis biasanya klien mengeluh kedinginan dan klien
menggigil.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya pasien pernah dirawat dengan penyakit yang sama
atau penyakit lain yang berhubungan dengan penyakit hati
seperti hepatitis (B,C dan D), sehingga menyebabkan penyakit
Sirosis hepatis. Kemungkinan pasien pernah pengguna alkohol
dalam jangka waktu yang lama disamping asupan makanan,
menggunakan obat-obatan yang dapat mengganggu fungsi
hati dan perubahan dalam status jasmani serta rohani pasien.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah penyakit-penyakit yang dalam keluarga sehingga
membawa

dampak

berat

pada

keadaan

atau

yang

menyebabkan Sirosis hepatis, seperti keadaan sakit DM,


hipertensi, ginjal yang ada dalam keluarga. Hal ini penting
dilakukan bila ada gejala-gejala yang memang bawaan dari
keluarga pasien.
2. Pengkajian
a. Pemeriksaan Fisik
Kepala
Biasanya rambut agak kotor, kulit kepala lembab, tidak ada lesi di kepala,
wajah pucat.
Mata
Biasanya sklera ikterik, konjungtiva anamis, palpebra berwarna kecoklatan,
lebih gelap di kulit sekitarnya.
Telinga
Biasanya telinga simetris, bersih, terdapat serumen, tidak ada lesi.
Naldia, S.Kep
1541313026

Praktek Profesi Keperawatan


Medikal Bedah II
Fakultas Keperawatan

Hidung
Biasanya hidung bersih, tidak ada penyimpangan septum hidung, tidah
terdapat sekret.
Mulut
Biasanyanya lidah agak kotor, tidak ada lesi pada mulut, mukosa bibir dan
mulut kering, bibir pucat.
Leher
Biasanya terdapat atau tidak pembesaran KGB, tidak ada pembesaran kelenjar
tyroid, tidak ada kaku kuduk.
Dada
Biasanya inspeksi bentuk dada simetris, pergerakan dada cepat karena sesak
napas, auskultasi suara nafas ronchi jika terjadi penumpukan cairan ke paru,
perkusi jantung biasanya pekak.
Abdomen
Inspeksi : biasanya asites, umbilikus menonjol, terlihat spider nevy.
Auskultasi : biasanya peristaltik usus menurun
Perkusi : biasanya pekak karena penumpukan cairan
Palpasi : biasanya terdapat shifting dullness (gelombang air)
Ekstremitas
Biasanya ekstremitas atas dan bawah oedema. Kekuatan otot lemah.
Genitalia
Biasanya terdapat darah pada BAK (hematuria) dan atau BAB (melena)
Integumen
Biasanya kulit seluruh tubuh ikterik (menguning). Biasanya tubuh teraba
hangat saat sepsis
b. Pengkajian 11 Fungsional Gordon
1. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Biasanya klien mengatakan kalau sakit di rumah biasa mengkonsumsi jamu
dan obat yang dibeli sendiri di kedai atau apotek yang ada dikampungnya.
2. Pola Nutrisi & Metabolik
Aliran darah dari vena porta yang tidak dapat melewati hepar
karena perubahan selsel hepatosit. Darah akhirnya kembali ke
saluran gastrointestinal. Proses ini akan membuat klien
dengan sirosis hepatis mengalami dispepsia dan diare. Berat
badan klien akan terus menurun secara signifikan. Ditambah
lagi dengan asites yang mendesak lambung dan menimbulkan
rasa tidak enak dan mual sehingga menurunkan nafsu makan.
Ini juga akan memperburuk status nutrisi dan menimbulkan
anemia serta kelelahan dan letargi. Terkait fungsi hati dalam
Naldia, S.Kep
1541313026

Praktek Profesi Keperawatan


Medikal Bedah II
Fakultas Keperawatan

metabolisme lemak, karbohidrat, dan protein. Diet yang


diberikan akan rendah lemak, dan glukosa sederhana.
3. Pola Eliminasi
Akibat adanya bilirubin terkonjugasi, urin klien menjadi gelap
dan pekat. Kegagalan inaktivasi aldosteron dan ADH oleh
hepar juga menyebabkan retensi Na dan air. Terjadi konstipasi,
flatus,

distensi

abdomen

(hematomegali,

splenomegali,

asites). Penurunan atau tak adanya bising usus, feses, warna


tanah liat/ melena, pekat.
4. Pola Aktivitas & Latihan
Diafragma yang terdesak oleh asites mengakibatkan pola
nafas menjadi tidak efektif. Sehingga biasanya klien mudah
lelah, selain karena edema di ekstremitas dan asitesnya. Klien
dengan Sirosis Hepatis juga mendapatkan bed rest total untuk
meringankan fungsi hati. Terdapat kelemahan karena anemia
dan nutrisi yang buruk. Sehingga semua aktivitas dilakukan di
tempat tidur. Untuk latihan, mungkin dapat digunakan latihan
rentang gerak tanpa harus menyuruh klien duduk atau berdiri.

5. Pola Istirahat & Tidur


Biasanya nyeri di area hepar dan asites yang mendesak
difragma membuat klien sulit tidur dengan posisi supine. Perlu
diposisikan

klien

memungkinkan

untuk

posisi

sim

posisi

semi

dengan

fowler

atau

menggunakan

jika

bantal

sebagai penyangga tubuh.


6. Pola Kognitif & Persepsi
Biasanya pada kasus yang lanjut, klien dapat mengalami
ensefalopati hepatik. Dimana otak terintoksikasi oleh toksintoksin yang tidak tersaring oleh hepar. Klien dapat mengalami
gangguan sensori dan kognitif seperti perubahan tingkah laku,
tremor, tidak dapat menulis atau menggambar, tidur lebih
lama dari biasanya, fokus pada diri sendiri, dan pada stadium
akhir akan mencapai koma yang tidak dapat dibangunkan.
7. Pola Persepsi & Konsep Diri

Naldia, S.Kep
1541313026

Praktek Profesi Keperawatan


Medikal Bedah II
Fakultas Keperawatan

Biasanya klien mengalami perubahan fungsi dan struktur


tubuh akan menyebabkan penderita mengalami gangguan
pada gambaran diri. Perut yang terus membesar, perdarahan,
kemunduran

sensori

dan

kognitif,

lamanya

perawatan,

banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan


pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada
keluarga ( self esteem ).
8. Pola Hubungan & Peran
Biasanya klien mengeluhkan malu dengan kondisi tubuhnya
saat ini, di mana perutnya terus membesar. Peran klien di
dalam keluarga dan masyarakat juga terganggu karena klien
harus bed rest total.
9. Pola Seksual & Reproduksi
Biasanya pada pasien dengan sirosis hepatis terjadi atrofi
testis, ginekomastia, dan perubahan menstruasi yang terjadi
karena kegagalan metabolisme steroid dapat menurunkan
kualitas dan fungsi seksual sekaligus reproduksi.
10.
Pola Koping & Toleransi Stress
Biasanya lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang
kronik,

perasaan

tidak

berdaya

karena

ketergantungan

menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa marah,


kecemasan, mudah tersinggung dan lain lain, dapat
menyebabkan

penderita

tidak

mampu

menggunakan

mekanisme koping yang konstruktif / adaptif.

11.
Pola Nilai & Keyakinan
Biasanya dengan adanya perubahan status kesehatan dan
penurunan fungsi tubuh serta asites tidak menghambat
penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi
pola ibadah penderita.

Naldia, S.Kep
1541313026

Praktek Profesi Keperawatan


Medikal Bedah II
Fakultas Keperawatan

Naldia, S.Kep
1541313026

Praktek Profesi Keperawatan


Medikal Bedah II
Fakultas Keperawatan

3. Asuhan Keperawatan (NANDA, NOC, NIC)


4.
N

5. NANDA

8.
1

9. Nyeri Akut

6. NOC

Kontrol nyeri

10. Definisi : Tindakan pribadi


untuk mengontrol nyeri
11. Indikator :
- Menggunakan buku harian untuk
memantau gejala dari waktu ke
waktu
- Menggunakan langkah-langkah
pencegahan gejala nyeri
- Menggunakan langkah-langkah
bantuan non analgesik
- Menggunakan analgesik seperti
yang direkomendasikan
- Mengenali gejala nyeri
- Laporan nyeri dikontrol
12.
Tingkat nyeri
13. Definisi : severity of observed
or reported pain
14. Indikator :
- Klien melaporkan nyeri yang
dirasakan telah berkurang atau
menghilang
- Panjangnya
episode
nyeri

7. NIC

Manajemen Nyeri
16.
Definisi :
17.
Penanggulangan nyeri atau penurunan
nyeri sampai tingkat kenyamanan yang dapat
diterima oleh pasien.
18.
Aktivitas :
Melakukan tidakan yang komprehensif
mulai dari lokasi nyeri, karakteristik,
durasi, frequensi, kualitas, intensitas, atau
keratnya
nyeri
dan
faktor
yang
berhubungan.
Observasi isyarat ketidak nyamanan
khususnya pada ketidak mamapuan
mengkomunikasikan secara efektif
Memberi perhatian perawatan analgesic
pada pasien.
Menggunakan
strategi
komunikasi
terapeutik untuk menyampaikan rasa sakit
dan menyampaikan penerimaan dari
respon pasien terhadap nyeri.
Mengeksplorasi pengetahuan pasien dan
keyakinan tentang rasa sakit.
Mempertimbangkan pengaruh budaya
pada respon nyeri.
Naldia, S.Kep
1541313026

Praktek Profesi Keperawatan


Medikal Bedah II
Fakultas Keperawatan

berkurang
- Klien tidak lagi mengekpresikan
wajah nyeri
- Klien tidak merasa gelisah lagi
- TTV dalm batas normal
15.
Nafsu
makan
klien diharapkan meningkat

22. 23.
2
Kelebihan
volume
cairan
Gangguan

Menentukan dampak dari pengalaman


rasa sakit dari pengalaman nyeri pada
kualitas hidup (tidur, nafsu makan,
aktivitas,
kognisi,
mood,
hubungan,
kinerja kerja, dan tanggung jawab peran).
Memberi tahu pasien tentang hal-hal yang
dapat memperburuk nyeri
Kaji pengalaman nyeri klien dan keluarga,
baik nyeri kronik atau yang menyebabkan
ketidaknyamanan
Ajarkan prinsip manajemen nyeri
19.
Bantuan Kontrol analgesik pada pasien
20.
Aktivitas :
Berkolaborasi dengan dokter,pasien dan
anggota keluarga untuk memilih tipe obat
bius yang digunakan.
Ajarkan pasien dan keluarga untuk
memonitor intensitas, kualitas,dan durasi
nyeri
Pastikan pasien tidak alergi terhadap
analgesic yang diberikan.
21.
Keseimbangan cairan
Manajemen cairan
- Timbang BB tiap hari
- Kesimbangan intake dan output
- Pertahankan intake yang akurat
(24jam)
- Pasang kateter urin
- Kestabilan berat badan
b.d
- Monitor status hidrasi (seperti : kelebapan
- Asites tidak terjadi
Naldia, S.Kep
1541313026

Praktek Profesi Keperawatan


Medikal Bedah II
Fakultas Keperawatan

mekanisme
pengaturan,
Peningkatan
intake
sodium.
24.

Distensi vena leher tidak terjadi


Edema Perifer tidak terjadi
Mata Cekung tidak terjadi
Hidrasi kulit bagus
Kelembaban mukosa kulit
Elektrolit serum dbn
Hematokrit dbn
Berat jenis Urin dbn
Kelebihan cairan yang parah
- Kenaikan lingkar perut
- Edema kaki
- Edema tangan
- Koma
- Letargi
- Menggigil
- Penurunan output urin
- Peningkatan BB
25.
-

mukosa membrane, nadi.


- Monitor status hemodinamik termasuk
CVP,MAP, PAP
- Monitor hasil lab. terkait retensi cairan
(peningkatan BUN, penurunan Ht )
- Monitor TTV
- Monitor adanya indikasi retensi/overload
cairan (seperti: edem, asites, distensi vena
leher)
- Monitor perubahan BB klien sebelum dan
sesudah dialisa
- Kaji lokasi dan luas edem
- Distribusikan cairan> 24 jam
- Berikan diuretic
26.
Monitor cairan
- Tentukan riwayat jumlah dan jenis asupan
cairan dan kebiasaan eliminasi
- Tentukan faktor risiko yang mungkin untuk
ketidakseimbangan cairan
- Pantau berat badan
- Pantau asupan dan keluaran
- Pantau nilai elektrolit, serum dan urin ,
yang sesuai
- Pantau albumin serum dan tingkat protein
total
- Pantau serum dan urin kadar osmolalitas
- Pantau BP , denyut jantung dan status
pernapasan
- Pantau parameter hemodinamik invasif ,
Naldia, S.Kep
1541313026

Praktek Profesi Keperawatan


Medikal Bedah II
Fakultas Keperawatan

27. 28.
3
Ketidakseimban
gan nutrisi:
kurang dari
kebutuhan
tubuh
b.d
faktor
biologis
(anoreksia),
ketidakmam
puan untuk
menelan,
menyerap
dan

yang sesuai
- Pantau tekanan darah ortostatik dan
perubahan rama jantung
- Pantau membran mukosa , tugor kulit , dan
haus
- Monitor Warna, kuantitas , dan berat jenis
urine
- Pantau distensi vena leher, ronki di paruparu, edema perifer dan berat badan
- Pantau adanya tanda dan gejala ascites
- Batasi asupan cairan dan mengalokasikan
- Jaga ditentukan laju aliran intravena
- Berikan agen farmakologis sesuai order
dokter untuk meningkatkan output urin.
Status Nutrisi
Mengontrol nafsu makan:
30.
Klien diharapkan mampu
36.
Intervensi yang dilakukuan:
untuk menormalkan:
- Anjurkan asupan kalori yang sesuai dengan
- Pemasukan nutrisi
kebutuhan dan gaya hidup.
- Pemasukan makanan
- Kontrol asupan nutrisi dan kalori.
- Pemasukan cairan
- Anjurkan
kepada
klien
untuk
- Energy
mengkonsumsi nutrisi yang cukup.
- Berat badan
37.
- Tonus otot
Pengontrolan nutrisi
- Hidrasi
38.
Intervensi yang dilakukuan:
31.
- Tanyakan apakah pasien mempunyai alergi
Nafsu makan
terhadap makanan
32.
Klien diharapkan mampu
- Tentukan makanan pilihan pasien
untuk menormalkan:
- Tentukan jumlah kalori dan jenis zat
- Menyeimbangkan nafsu makan
makanan yang diperlukan untuk memenuhi
Naldia, S.Kep
1541313026

Praktek Profesi Keperawatan


Medikal Bedah II
Fakultas Keperawatan

mencerna
makanan
29.

Menyeimbangkan
cairan tubuh
Menyeimbangkan
nutrisi tubuh

Pasokan
Pasokan

nutrisi, ketika berkolaborasi dengan ahli


makanan, jika diperlukan
Tunjukkan intake kalori yang tepat sesuai
tipe tubuh dan gaya hidup
Timbang berat badan pasien pad jarak
waktu yang tepat

33.
Weight gain behavior
34.
Klien diharapkan mampu 39.
Terapi Nutrisi
:
40.
Intervensi yang dilakukan :
- Mengidentifikasi
penyebab
- Monitor pemasukan cairan dan makanan
kehilangan berat badan
- Memilih sebuah target sehat
dan menghitung pemasukan kalori sehariberat badan.
hari
- Bantu pasien membentuk posisi duduk
- Mengidentifikasi
pemasukan
yang benar sebelum makan.
kalori
- Memilihara
suplai
nutrisi
- Ajarkan pasien dan kelurga tentang
makanan dan minuman yg
memilih makanan
adekuat
- Meningkatkan nafsu makan
35.
41.
42.
43.
44.

Naldia, S.Kep
1541313026

Praktek Profesi Keperawatan


Medikal Bedah II
Fakultas Keperawatan

45.
46.

DAFTAR PUSTAKA

Lemone, B. (2004). Medical surgical nursing: Critical thinking in client care. New
Jersey: Person Education Inc.

47.

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2006). Fundamental of nursing: Concepts, process and
practice. St. Louis: Mosby.

48.

Price, A. Sylvia, Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi: Konsep klinis prosesprose penyakit. Jakarta: EGC.

49.

Smeltzer, S. C & Bare, B. G. (2001). Keperawatan medikal bedah 2. (Ed 8). Jakarta:
EGC

50.

Nanda. (2009). Nursing Diagnoses : Definitions and Classification (NANDA) 20152017. Willey-Balckwall

51.

IOWA OUTCOMES PROJECT. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC). 2 th


ed. Mosby.Inc

52.

IOWA OUTCOMES PROJECT. (1996). Nursing Interventions Classifications (NIC).


2th ed. Mosby.Inc
53.

Naldia, S.Kep
1541313026

Anda mungkin juga menyukai