Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn.

’P’ DENGAN KELUHAN


PENYAKIT BATU URETER DI RUANG ALAMANDA I RSUD SLEMAN

Disusun oleh :

NAMA : EVI ANUGRAHENI

NIM : 2720162832

KELAS : 2A

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO

YOGYAKARTA

2018/2019
LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan keperawatan pada pasien Tn. P dengan dengan keluhan penyakit Batu
Ureter di Ruang Alamanda I RSUD Sleman. Laporan ini disusun untuk memenuhi
tugas individu/ kelompok Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah I pada
semester IV, pada :

Hari :

Tanggal :

Tempat :

Praktikan

( )

Pembimbing Lahan (CI) Pembimbing Akademik

( ) ( )
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Batu ureter atau batu saluran kemih adalah keadaan patologis karena
adanya masa keras seperti batu yang terbentuk disepanjang saluran kencing
dan dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, atau infeksi pada saluran
kencing. Terbentuknya batu disebabkan karena air kemih jenuh dengan
garam-garam yang dapat membentuk batu atau karena air kemih
kekurangan materi-materi yang dapat menghambat pembentukan batu,
kurangnya produksi air kencing, dan keadaan-keadaan lain yang idiopatik
(Dewi, 2007).
Penyakit ini menyerang sekitar 4% dari seluruh populasi, dengan
rasio pria-wanita 4:1 dan penyakit ini disertai morbiditas yang besar karena
rasa nyeri (Tisher, 1997). Di Amerika Serikat 5-10% penduduknya
menderita penyakit ini, sedangkan di seluruh dunia rata-rata terdapat 1-2%
penduduk yang menderita batu saluran kemih. Penyakit ini merupakan tiga
penyakit terbanyak dibidang urologi disamping infeksi saluran kemih dan
pembesaran prostat (Purnomo, 2011). Penyakit batu ginjal merupakan
masalah kesehatan yang cukup bermakna, baik di Indonesia maupun di
dunia. Prevalensi penyakit batu diperkirakan sebesar 13% pada laki-laki
dewasa dan 7% pada perempuan dewasa. Empat dari lima pasien adalah
laki-laki, sedangkan usia puncak adalah dekade ketiga sampai keempat.
Fungsi ekskresi ginjal seringkali terganggu diantaranya oleh batu
saluran kemih yang berdasarkan tempat terbentuknya terdiri dari
nefrolitiasis, ureterolitiasis, vesicolitiasis, batu prostat, dan batu uretra. Batu
saluran kemih terutama dapat merugikan karena obstruksi saluran kemih
dan infeksi yang ditimbulkannya (de jong, 2004). Batu dapat menyebabkan
kerusakan atau gangguan fungsi ginjal karena menyumbat aliran urine. Jika
penyumbatan ini berlangsung lama, urin akan mengalir balik kesaluran di
dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan menggelembungkan
ginjal (hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal
(Depkes, 2007). Pada umumnya obstruksi saluran kemih sebelah bawah
yang berkepanjangan akan menyebabkan obstruksi sebelah atas. Jika tidak
diterapi dengan tepat, obstruksi ini dapat menyebabkan kegagalan fungsi
dan kerusakan struktur ginjal yang permanen, seperti nefropati obstruktif,
dan jika mengalami infeksi saluran kemih dapat menimbulkan urosepsis
(Purnomo, 2011).
Untuk mengetahui adanya batu pada saluran kemih terkadang perlu
dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu melalui USG atau rontgen, bahkan
terkadang ditemukan pula ginjal yang sudah rusak atau tidak berfungsi lagi
akibat batu saluran kemih ini . Tingginya insidens rate batu saluran kemih,
namun rendahnya kesadaran masyarakat akan penyakit batu saluran kemih
dan asuhan keperawatannya inilah yang mendorong penulis untuk
membahas atau membuat makalah mengenai batu saluran kemih dengan
judul “Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan (Batu Ureter)”
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan Laporan Pendahuluan ini adalah untuk
memberikan Asuhan Keperawatan yang maksimal dan tepat pada klien
dengan keluhan penyakit Batu Ureter.
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi Batu Ureter
2. Mengetahui etiologi Batu Ureter
3. Mengetahui klasifikasi Batu Ureter
4. Mengetahui patofisiologi Batu Ureter
5. Mengetahui manifestasi klinis Batu Ureter
6. Mengetahui penatalaksanaan Batu Ureter
7. Mengetahui komplikasi Batu Ureter
8. Mengetahui proses keperawatan yang tepat pada Batu Ureter
BAB II
KONSEP DASAR
A. Definisi
Batu ureter atau batu saluran kemih atau Ureterolithiasis adalah
suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi (batu ginjal) pada
ureter atau pada daerah ginjal. Ureterolithiasis terjadi bila batu ada di dalam
saluran perkemihan. Batu itu sendiri disebut calculi. Pembentukan batu
mulai dengan kristal yang terperangkap di suatu tempat sepanjang saluran
perkemihan yang tumbuh sebagai pencetus larutan urin. Calculi bervariasi
dalam ukuran dan dari fokus mikroskopik sampai beberapa centimeter
dalam diameter cukup besar untuk masuk dalam pelvis ginjal. Gejala rasa
sakit yang berlebihan pada pinggang, nausea, muntah, demam, hematuria.
Urine berwarna keruh seperti teh atau merah. (Brunner and Suddarth, 2002:
1460).
Batu ureter pada umumnya berasal dari batu ginjal yang turun ke
ureter. Batu ureter mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan
kemudian keluar bersama kemih. Batu ureter juga bisa sampai ke kandung
kemih dan kemudian berupa nidus menjadi batu kandung kemih yang besar.
Batu juga bisa tetap tinggal di ureter sambil menyumbat dan menyebabkan
obstruksi kronik dengan hidroureter yang mungkin asimtomatik. Tidak
jarang terjadi hematuria yang didahului oleh serangan kolik. (R.
Sjamsuhidajat, 1998 Hal. 1027).
Urolithiasis adalah penyakit dimana didapatkan batu di dalam
saluran air kemih, yang dimulai dari kaliks sampai dengan uretra
anterior.(DR. Nursalam, M. Nurs & Fransica B.B, Sistem Perkemihan, hal.
76).
B. Etiologi
1. Ginjal
Tubular rusak pada nefron, mayoritas terbentuknya batu
2. Imobilisasi
Kurang gerakan tulang dan muskuloskeletal menyebabkan penimbunan
kalsium. Peningkatan kalsium di plasma akan meningkatkan
pembentukan batu.
3. Infeksi
Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan
menjadi inti pembentukan batu.
4. Kurang minum
Sangat potensial terjadi timbulnya pembentukan batu.
5. Pekerjaan
Dengan banyak duduk lebih memungkinkan terjadinya pembentukan
batu dibandingkan pekerjaan seorang buruh atau petani.
6. Iklim
Tempat yang bersuhu dingin (ruang AC) menyebabkan kulit kering dan
pemasukan cairan kurang. Tempat yang bersuhu panas misalnya di
daerah tropis, di ruang mesin menyebabkan banyak keluar keringat,
akan mengurangi produksi urin.
7. Diuretik
Potensial mengurangi volume cairan dengan meningkatkan kondisi
terbentuknya batu saluran kemih.
8. Makanan
Kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi kalsium seperti susu, keju,
kacang polong, kacang tanah dan coklat. Tinggi purin seperti : ikan,
ayam, daging, jeroan. Tinggi oksalat seperti : bayam, seledri, kopi, teh,
dan vitamin D.
C. Klasifikasi
Klasifikasi batu ureter terdiri dari :
1. Batu Kalsium
Batu kalsium merupakan jenis batu terbanyak, batu kalsium biasanya
terdiri dari fosfat atau kalsium oksalat. Dari bentuk partikel yang terkecil
disebut pasir atau kerikil sampai ke ukuran yang sangat besar “staghorn”
yang berada di pelvis dan dapat masuk ke kaliks.
2. Batu struvit
Batu struvit dikenal juga dengan batu infeksi karena terbentuknya batu
ini disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab
infeksi ini adalah kuman golongan pemecah urea atau urea spilitter
yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi basa
melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana ini memudahkan
garam-garam magnesium, ammonium fosfat, dan karbonat membentuk
batu magnesium ammonium fosfat (MAP). Kuman-kuman pemecah
urea adalah proteus spp, klabsiella, serratia, enterobakter,
pseudomonas, dan stapillokokus
3. Batu asam urat
Factor yang menyebabkan terbentuknya batu asam urat adalah:
a. Urin yang terlalu asam yang dapat disebabkan oleh makanan yang
banyak mengandung purine, peminum alcohol.
b. Volume urin yang jumlahnya sedikit (<2 liter perhari) atau
dehidrasi.
c. Hiperurikosuri: kadar asam urat melebihi 850 mg/ 24jam. Asam urat
yang berlebih dalam urin bertindak sebagai inti batu untuk
terbentuknya batu kalsium oksalat.
4. Batu sistin
Cystunuria mengakibatkan kerusakan metabolic secara congetinal yang
mewarisi pengahambat atosomonal. Batu sistin merupakan jenis yang
timbul biasanya pada anak kecil dan orang tua
5. Batu xanthine
Batu xanthine terjadi karena kondisi hederiter hal ini terjadi karena
defisiensi oksidasi xathine.
D. Patofisiologi
Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih
terutama pada tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine
(stasis urine), yaitu sistem kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan
bawaan pada pelvikalises, divertikel, obstruksi infravesika kronis seperti
pada hyperplasia prostat berigna, striktura, dan buli-buli neurogenik
merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadi pembentukan batu.
(Dinda, 2011)
Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan
organik yang terlarut di dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada
dalam keadaan metastable (tetap larut) kemudian akan mengadakan
agregasi, dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang lebih
besar. Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal masih rapuh dan
belum cukup untuk membuntu saluran kemih. Untuk itu agregat kristal
menempel pada epitel saluran kemih, dan dari sini bahan-bahan lain
diendapkan pada 3 agregat itu sehingga membentuk batu yang cukup besar
untuk menyumbat saluran kemih. (Dinda 2011)
Kondisi metasble dipengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid
di dalam urine, konsentrasi solute di dalam urine, laju aliran di dalam
saluran kemih, atau adanya koloid di dalam urine, konsentrasi solute di
dalam saluran kemih, atau adanya korpus alienum di dalam saluran kemih
yang bertindak sebagai inti batu. (Dinda 2011)
Lebih 80% batu saluran kemih terdiri atas batu kalsium, baik yang
berikatan dengan oksalat maupun dengan fosfat, membentuk batu kalsium
oksalat dan kalsium fosfat, sedangkan sisanya berasal dari batu asam urat,
batu xanthyn, batu sistein, dan batu jenis lainya. (Dinda 2011)
E. Manifestasi Klinis
Gerakan pristaltik ureter mencoba mendorong batu ke distal,
sehingga menimbulkan kontraksi yang kuat dan dirasakan sebagai nyeri
hebat (kolik). Nyeri ini dapat menjalar hingga ke perut bagian depan, perut
sebelah bawah, daerah inguinal, dan sampai ke kemaluan.
Batu yang ukurannya kecil (<5 mm) pada umumnya dapat keluar
spontan sedangkan yang lebih besar seringkali tetap berada di ureter dan
menyebabkan reaksi peradangan (periureteritis) serta menimbulkan
obstruksi kronik berupa hidroureter/hidronefrosis (Basuki, 2000)
F. Penatalaksanaan
1. Pengurangan nyeri
Mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat dihilangkan, morfin
diberikan untuk mencegah sinkop akibat nyeri luar biasa. Mandi air
hangat di area panggul dapat bermanfaat. Cairan yang diberikan, kecuali
pasien mengalami muntah atau menderita gagal jantung kongestif atau
kondisi lain yang memerlukan pembatasan cairan. Ini meningkatkan
tekanan hidrostatik pada ruang belakang batu sehingga mendorong
passase batu tersebut ke bawah. Masukan cairan sepanjang hari
mengurangi kosentrasi kristaloid urine, mengencerkan urine dan
menjamin haluaran urine yang besar.
2. Pengangkatan batu
Pemeriksaan sistoskopik dan passase kateter ureteral kecil untuk
menghilangkan batu yang menyebabkan obstruksi ( jika mungkin), akan
segera mengurangi tekanan belakang pada ginjal dan mengurangi nyeri.
3. Terapi nutrisi dan Medikasi.
Terapi nutrisi berperan penting dalam mencegah batu ginjal. Masukan
cairan yang adekuat dan menghindari makanan tertentu dalam diet yang
merupakan bahan utama pembentuk batu(mis.kalsium), efektif untuk
mencegah pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu
yang telah ada. Minum paling sedikit 8 gelas sehari untuk mengencerkan
urine, kecuali dikontraindikasikan.
4. Lithotrupsi Gelombang Kejut Ekstrakorporeal, adalah prosedur
noninvasive yang digunakan untuk menghancurkan batu kaliks ginjal.
Setelah batu itu pecah menjadi bagian yang kecil seperti pasir, sisa batu-
batu tersebut dikeluarkan secara spontan
5. Metode Endourologi Pengangkatan batu, bidang endourologi
menggabungkan keterampilan ahli radiologi dan urologi untuk
mengankat batu renal tanpa pembedahan mayor.
6. Uteroskopi, mencakup visualisasi dan askes ureter dengan memasukan
suatu alat ureteroskop melalui sistoskop. Batu dihancurkan dengan
menggunakan laser, lithotripsy elektrohidraulik, atau ultrasound
kemudian diangkat.
7. Pelarutan batu, infuse cairan kemolitik, untuk melarutkan batu dapat
dilakukan sebagai alternative penanganan untuk pasien kurang beresiko
terhadap terapi lain, dan menolak metode lain, atau mereka yang
memiliki batu yang mudah larut (struvit).
8. Pengangkatan Bedah,sebelum adanya lithotripsy, pengangkatan batu
ginjal secara bedah merupakan terapi utama. Jika batu terletak di dalam
ginjal, pembedahan dilakukan dengan nefrolitotomi (Insisi pada ginjal)
untuk mengangkat batu atau nefrektomi, jika ginjal tidak berfungsi
akibat infeksi atau hidronefrosis. Batu di piala ginjal diangat dengan
pielolitotomi, sedangkan batu yang diangkat dengan ureterolitotomi,
dan sistostomi jika batu berada di kandung kemih., batu kemudian
dihancur dengan penjepit alat ini. Prosedur ini disebut sistolitolapaksi.
G. Komplikasi
1. Sumbatan : akibat pecahan batu.
2. Infeksi : akibat desiminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat
obstruksi.
3. Kerusakan fungsi ginjal : akibat sumbatan yang lama sebelum
pengobatan dan pengangkatan batu ginjal
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah. Secara umum
menunjukkan adanya sel darah merah, sel darah putih dan kristal serta
serpihan, mineral, bakteri, pus, pH urine asam.
2. Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin
meningkat.
3. Kultur urine : menunjukkan adanya infeksi saluran kemih.
4. Survei biokimia : peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat,
fosfat, protein dan elektrolit.
5. Kadar klorida dan bikarbonat serum : peningkatan kadar klorida dan
penurunan kadar bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus
ginjal.
6. Darah lengkap :
a. Sel darah putih : meningkat menunjukkan adanya infeksi.
b. Sel darah merah : biasanya normal.
c. Hb, Ht : abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.
7. Foto rontgen : menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomik
pada area ginjal dan sepanjang ureter.
8. IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis, seperti penyebab nyeri
abdominal atau panggul.
9. USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.

Anda mungkin juga menyukai