Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

NEFROLITIASIS

DISUSUN OLEH :

REZA ALFIANTO

1811010064

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DIII


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2021
1. PENGERTIAN
Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal
batu-batu tersebut dibentuk oleh kristalisasi larutan urin (kalsium oksolat
asam urat, kalium fosfat, struvit dan sistin). Ukuran batu tersebut
bervareasi dari yang granular (pasir dan krikil) sampai sebesar buah jeruk.
Batu sebesar krikil biasanya dikeluarkan secara spontan, pria lebih sering
terkena penyakit ini dari pada wanita dan kekambuhan merupakan hal
yang mungkin terjadi.

2. ETIOLOGI
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan
gangguan aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih,
dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap
(idiopatik). Secara epidemiologic terdapat beberapa faktor yang
mempermudah terbentuknya batu pada saluran kemih pada seseorang.
Faktor tersebut adalah factor intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari
tubuh orang itu sendiri dan factor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal
dari lingkungan di sekitarnya.
Faktor intrinsik antara lain :
1. Herediter (keturunan) : penyakit ini diduga diturunkan dari orang
tuanya.
2. Umur :penyakitini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.
3. Jenis kelamin: jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak
dibandingkan dengan pasien perempuan
Faktor ekstrinsik diantaranya adalah :
1. Geografis :pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu
saluran kemih yang lebih tinggi dari pada daerah lain sehingga dikenal
sebagai daerah stonebelt.
2. Iklim dan temperature
3. Asupanair :kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium
pada air yang dikonsumsi.
4. Diet : Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya
batu.
5. Pekerjaan :penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya
banyak duduk atau kurang aktifitas atau sedentary life.

3. TANDA DAN GEJALA


1.      Nyeri dan pegal di daerah pinggang
Lokasi nyeri tergantung dari dimana batu itu berada. Bila pada piala
ginjal rasa nyeri adalah akibat dari hidronefrosis yang rasanya lebih
tumpul dan sifatnya konstan. Terutama timbul pada costoverteral.
2.      Hematuria
Darah dari ginjal berwarna coklat tua, dapat terjadi karena adanya
trauma yang disebabkan oleh adanya batu atau terjadi kolik.
3.      Infeksi
Batu dapat mengakibatkan gejala infeksi traktus urinarius maupun
infeksi asistemik yang dapat menyebabkan disfungsi ginjal yang
progresif.
4.      Kencing panas dan nyeri
5.      Adanya nyeri tekan pada daerah ginjal

4. PATOFISIOLOGI
Nefrolitiasis merupakan kristalisasi dari mineral dan matriks
seperti pus darah, jaringan yang tidak vital dan tumor. Proses
pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang kemudian
dijadikan dalam beberapa teori ;
1. Teorisupersaturasi
Tingkat kejenuhan komponen - komponen pembentuk batu ginjal
mendukung terjadinya kristalisasi. Kristal yang banyak menetap
menyebabkan terjadinya agresi Kristal kemudian timbul menjadi
batu.
2. Teori matriks
Matriks merupakan mukoprotein yang terdiridari 65% protein, 10%
heksose, 3-5 heksosamin dan 10% air. Adapun matriks menyebabkan
penempelan kristal-kristal sehingga menjadi batu.
3. Teori kurang inhibitor
Pada kondisi normal kalsium dan fosfat hadir dalam jumlah yang
melampui daya kelarutan, sehingga diperlukan zat penghambat
pengen dapat. Phospat mukopolisa karida dan dipospat merupakan
penghambatan pembentukan kristal. Bila terjadi kekurangan zat ini
maka akan mudah terjadi pengendapan.
4. Teori epistaxi
Merupakan pembentukan baru oleh beberapa zat secara- bersama-
sama, salah satu batu merupakan inti dari batu yang merupakan
pembentuk pada lapisan luarnya. Teori kombinasi
Batu terbentuk karena kombinasi dari berbagai macam teori di atas.
5. PATHWAY

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Urin
a.      PH lebih dari 7,6
b.      Sediment sel darah merah lebih dari 90%
c.       Biakan urin
d.      Ekskresi kalsium fosfor, asam urat
2.      Darah
a.      Hbturun
b.      Leukositosis
c.       Uriumkrestinin
d.      Kalsium, fosfor, asam urat
3.      Radiologist
Foto BNO/NP untuk melihat lokasi batu dan besar batu
4.      USG abdomen

7. PENATALAKSANAAN
Sjamsuhidrajat (2004) menjelaskan penatalaksanaan pada nefrolitiasis
terdiri dari :

1. Obat diuretik thiazid (misalnya trichlormetazid) akan mengurangi


pembentukan batu yang baru.
2. Dianjurkan untuk minum banyak air putih (8-10 gelas/hari).
3. Diet rendah kalsium dan mengkonsumsi natrium selulosa fosfat.
4. Untuk meningkatkan kadar sitrat (zat penghambat pembentukan batu
kalsium) di dalam air kemih, diberikan kalium sitrat.
5. Kadar oksalat yang tinggi dalam air kemih, yang menyokong
terbentuknya batu kalsium, merupakan akibat dari mengkonsumsi
makanan yang kaya oksalat (misalnya bayam, coklat, kacang-
kacangan, merica dan teh). Oleh karena itu sebaiknya asupan makanan
tersebut dikurangi.
6. Kadang batu kalsium terbentuk akibat penyakit lain, seperti
hiperparatiroidisme, sarkoidosis, keracunan vitamin D, asidosis
tubulus renalis atau kanker. Pada kasus ini sebaiknya dilakukan
pengobatan terhadap penyakit-penyakit tersebut. Batu asam urat.
7. Dianjurkan untuk mengurangi asupan daging, ikan dan unggas, karena
makanan tersebut menyebabkan meningkatnya kadar asam urat di
dalam air kemih.
8. Untuk mengurangi pembentukan asam urat bisa diberikan allopurinol.
9. Batu asam urat terbentuk jika keasaman air kemih bertambah, karena
itu untuk menciptakan suasana air kemih yang alkalis (basa), bisa
diberikan kalium sitrat.
10. Dianjurkan untuk banyak minum air putih.

Sedangkan menurut Purnomo BB (2003), penatalaksanaan nefrolitiasis


adalah :
1. Terapi Medis dan Simtomatik
Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan
batu. Tetapi simtomatik berusaha untuk menghilangkan nyeri. Selain
itu dapat diberikan minum yang berlebihan/ banyak dan pemberian
diuretik.
2. Litotripsi
Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi
perkutan untuk membawa tranduser melalui sonde ke batu yang ada
di ginjal. Cara ini disebut nefrolitotripsi. Salah satu alternatif tindakan
yang paling sering dilakukan adaah ESWL. ESWL (Extracorporeal
Shock Wave Lithotripsy) yang adalah tindakan memecahkan batu
ginjal dari luar tubuh dengan menggunakan gelombang kejut.
3. Tindakan bedah
Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor tindakan
bedah lain adalah niprolithomy adalah pengangkatan batu ginjal
dengan adanya sayatan di abdomen dan pemasangan alat, alat
gelombang kejut, atau bila cara non bedah tidak berhasil.
8. FOKUS PENGKAJIAN
Pengkajian
1. Identitas
Data yang diperoleh meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku
bangsa, pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal masuk MRS dan
diagnose medis.
2. Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang paling menggangu ketidaknyamanan
dalam aktivitas atau yang menggangu saat ini.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Dimana mengetahui bagaimana penyakit itu timbul, penyebab dan
faktor yang mempengaruhi, memperberat sehingga mulai kapan
timbul sampai di bawa ke RS.
4. Riwayat Kesehatan Penyakit Dahulu
Klien dengan batu ginjal didapatkan riwayat adanya batu dalam
ginjal.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Yaitu mengenai gambaran kesehatan keluarga adanya riwayat
keturunan dari orang tua.
6. Riwayat psikososial
Siapa yang mengasuh klien, bagaimana hubungan dengan
keluarga, teman sebaya dan bagaimana perawat secara umum.

Pola-pola Fungsi Kesehatan


1. Pola persepsi dan tata laksana hidup
Bagaimana pola hidup orang atau klien yang mempunyai penyakit
batu ginjal dalam menjaga kebersihan diri klien perawatan dan
tatalaksana hidup sehat.
2. Pola nutrisi dan metabolism
Nafsu makan pada klien batu ginjal terjadi nafsu makan menurun
karena adanya luka pada ginjal.
3. Pola aktivitas dan latihan
Klien mengalami gangguan aktivitas karena kelemahan fisik
gangguan karena adanya luka pada ginjal.
4. Pola eliminasi
Bagaimana pola BAB dan BAK pada pasien batu ginjal biasanya
BAK sedikit karena adanya sumbatan atau batu ginjal dalam perut,
BAK normal.
5. Pola tidur dan istirahat
Klien batu ginjal biasanya tidur dan istirahat kurang atau terganggu
karena adanya penyakitnya.
6. Pola persepsi dan konsep diri
Bagaimana persepsi klien terdapat tindakan operasi yang akan
dilakukan dan bagaimana dilakukan operasi.
7. Pola sensori dan kognitif
Bagaimana pengetahuan klien tarhadap penyakit yang dideritanya
selama di rumah sakit.
8. Pola reproduksi sexual
Apakah klien dengan nefrolitiasis dalam hal tersebut masih dapat
melakukan dan selama sakit tidak adagangguan yang berhubungan
dengan produksi sexual.
9. Pola hubungan peran
Biasanya klien nefrolitiasis dalam hubungan orang sekitar tetap baik
tidak ada gangguan.
10. Pola penaggulangan stress
Klien dengan nefrolitiasis tetap berusaha dan selalu melakukan hal
yang positif jika stress muncul.
11. Pola nilai dan kepercayaan
Klien tetap berusaha dan berdo’a supaya penyakit yang di derita ada
obat dan dapat sembuh.

Pemeriksaan Fisik
1.     Keadaan Umum
-  Klien biasanya lemah.
-  Kesadaran komposmetis.
-  Adanya rasa nyeri.
2.     Kulit
-  Teraba panas.
-  Turgor kulit menurun.
-  Penampilan pucat.
3.   Pernafasan
-   Pergerakan nafas simetris.
4.    Cardio Vaskuler
-   Takicardi.
-  Irama jantung reguler.
5.   Gastro Intestinal
-  Kurang asupan makanan nafsu makan menurun.
6.   Sistem Integumen
-  Tampak pucat.
7.    Geneto Urinalis
- Dalam BAK produksi urin tidak normal.
- Jumlah lebih sedikit karena ada penyumbatan.

9. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pada kasus nefrolitiasis didapatkan diagnose keperawatan yang sering
muncul adalah :
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (prosedur operasi)
10. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO. DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN HASIL KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan  Identifikasi lokasi dan  Anjurkan memonitor
pencederaan fisik keperawatan selama 1×24 jam intensitas nyeri nyeri secara mandiri
diharapkan masalah  Identifikasi skala nyeri
keperawatan nyeri akut dapat Terapeutik
teratasi dengan kriteria hasil :  Berikan teknik non
1. Melaporkan nyeri farmakologis untuk
terkontrol mengurangi nyeri
meningkat.  Teknik napas dalam
2. Kemampuan
mengenali penyebab
nyeri meningkat.
3. Kemampuan
menggunakan teknik
non farmakologis

Anda mungkin juga menyukai