Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

BATU RENAL (BATU GINJAL)

DI SUSUN OLEH:

INTAN NILASARI

1911040021

PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2020
A.  Definisi

Batu kandung kemih adalah batu yang tidak normal di dalam saluran
kemih yang mengandung komponen kristal dan matriks organik tepatnya
pada vesika urinari atau kandung kemih. Batu kandung kemih sebagian besar
mengandung batu kalsium oksalat atau fosfat ( Prof. Dr. Arjatm T. Ph.D. Sp.
And dan dr. Hendra Utama, SPFK, 2001 ).

Batu vesika urinaria terutama mengandung kalsium atau magnesium


dalam kombinasinya dengan fosfat, oksalat, dan zat-zat lainnya. (Brunner and
Suddarth, 2001).

B. Etiologi

Secara epidemiologis, terdapat beberapa faktor


yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih yang
dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.

Faktor Intrinsik

a. Faktor genetik : Faktor genetik berperan penting dalam terjadinya batu


ginjal pasa seseorang. Seseorang yang mempunyai keluarga penderita batu
ginjal mempunyai risiko mengalami penyakit batu ginjal sebesar 25 kali
dibandingkan dengan seseorang yang tidak mempunyai garis keturunan
penyakit batu ginjal. Hiperkalsiuria idiopatik (penyebanya tidak diketahui)
bersifat familial atau genetik. Berdasarkan penelitian dilaporkan bahwa
50% pasien dengan hiperkalsiura idiopatik bersifat diturunkan.
b. Riwayat sakit batu ginjal sebelumnya : Penyakit batu ginjal bersifat kumat-
kumatan. Artinya, pasien yang pernah menderita batu ginjal sekalipun
batunya pernah keluar secara spontan atau dikeluarkan oleh dokter, suatu
saat nanti dapat mengalami kekambuhan.
c. Umur: paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
d. Jenis kelamin: jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien
wanita.
e. Kelainan anatomi ginjal dan salurannya : Isidensi batu ginjal lebih sering
terjadi pada seseorang yang mengalami kelainan anatomi ginjal. Hal ini
berhubungan dengan terlambatnya aliran air kemih. Misalnya pada ginjal
tapal kuda (horseshoe kidney), penyempitan ureter, penyempitan dikaliks,
dan sebagainya.

Faktor Ekstrinsik

a. Jumlah minum sedikit : Kurang minum, aktivitas yang banyak


mengeluarkan keringat, dan cuaca/iklim panas menyebabkan volume
cairan tubuh berkurang. Akibatnya, jumlah air kemih yang terbentuk juga
lebih sedikit.
b. Meningkatnya konsentrasi mineral pembentuk batu dalam air kemih :
Pengeluaran mineral yang berlebihan melalui air kemih menciptakan
kejenuhan air kemih dan berpotensi menyebabkan terbentuknya batu
ginjal. Misalnya :hiperkalsiura (pengeluaran kalsium yang berlebihan
bersama air kemih), hiperoksaluria (pengeluaran oksalat yang berlebihan
bersamaan air kemih), dan hiperuricosuria (pengeluaran asam urat yang
berlebuhan bersamaan air kemih).
c. Jenis pekerjaan dan hobi yang memicu dehidrasi : Seseorang dengan
pekerjaan sehari0hari lebih banyak menggunakan kekuatan fisik dan yang
terlebih lagi tinggal di daerah yang beriklim panas serta terpapar matahari
memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan batu ginjal. Mereka yang
mempunyai hobi berolah raga tanpa diimbangi dengan jumlah minum
yang memadai yang termasuk golongan yang berpotensi menderita batu
ginjal.
d. Kosumsi obat-obatan : Beberapa jenis obat-obatan seperti efedrin, obat
pelancar kecing, obat kejang, dan obat anti virus (indinavir) berpotensi
memudahkan terbentuknya batu ginjal.
e. Penyakit dan gangguan metabolic: Kelainan metabolik tertentu
menyebabkan pembuangan mineral tubuh meningkatkan misalnya
penyakit hiperparateriodisme (terjadi hiperkalsiura, penyakit rematik asam
urat/gout artritis (terjadi hiperuricosuria), penyakit usus (menurunnya
kadar sitrat), dan penyakit asidosis tubuler ginjal (kehilangan sitrat melalui
air kemih).
f. Geografi: pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih
tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt
(sabuk batu)
g. Diet: diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu
saluran kemih.
C. Patofisiologi
Penyebab spesifik dari batu kandung kemih adalah bisa dari batu kalsium
oksalat dengan inhibitor sitrat dan glikoprotein. Beberapa promotor (reaktan)
dapat memicu pembentukan batu kemih seperti asam sitrat memacu batu
kalsium oksalat. Aksi reaktan dan intibitor belum di kenali sepenuhnya dan
terjadi peningkatan kalsium oksalat, kalsium fosfat dan asam urat meningkat
akan terjadinya batu disaluran kemih. Adapun faktor tertentu yang
mempengaruhi pembentukan batu kandung kemih, mencangkup infeksi saluran
ureter atau vesika urinari, stasis urine, priode imobilitas dan perubahan
metabolisme kalsium. Telah diketahui sejak waktu yang lalu, bahwa batu
kandung kemih sering terjadi pada laki-laki dibanding pada wanita, terutama
pada usia 60 tahun keatas serta klien yang menderita infeksi saluran kemih.
( Brunner and Suddarth. 2001 )
Kelainan bawaan atau cidera, keadan patologis yang disebabkan
karena infeksi, pembentukan batu disaluran kemih dan tumor, keadan tersebut
sering menyebabkan bendungan. Hambatan yang menyebabkan sumbatan
aliran kemih baik itu yang disebabkan karena infeksi, trauma dan tumor serta
kelainan metabolisme dapat menyebabkan penyempitan atau struktur uretra
sehingga terjadi bendungan dan statis urin. Jika sudah terjadi bendungan dan
statis urin lama kelamaan kalsium akan mengendap menjadi besar sehingga
membentuk batu (Sjamsuhidajat dan Wim de Jong, 2001:997).
D. Manifestasi Klinik

a. Nyeri. Sering bersifat kolik atau ritmik, terutama bila batu


terletak di ureter atau di bawah. Nyeri dapat terjadi
secara hebat tergantung dari lokasi letak batu
b. Batu di ginjal dapat menimbulkan obstruksi atau infeksi
c. Hematuria. Disebabkan oleh iritasi dan cidera struktur
ginjal yang disertai batu
d. Penurunan pengeluaran urin
e. Terjadi obstruksi aliran pengenceran urin karena
kemampuan ginjal memekatkan urin terganggu oleh
pembengkakan yang terjadi disekitar kapiler peritubulus
f. Distensi pelvis ginjal.
g. Rasa panas dan terbakar di pinggang.
h. Peningkatan suhu (demam).
i. Perubahan dalam Buang air kecil dan warna urin
j. Tubuh  mengalami pembengkakan
k. Tubuh  cepat  lelah / kelelahan
l. Bau Mulut / ammonia breath
m. Gangguan gastrointestinal: rasa mual dan ingin muntah

E. Pemeriksaan Diagnostik

Adapun pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien batu kandung


kemih adalah :

a. Urinalisa
Warna kuning, coklat atau gelap.
b. Foto KUB
Menunjukkan ukuran ginjal ureter dan ureter, menunjukan adanya batu.
c. Endoskopi ginjal
Menentukan pelvis ginjal, mengeluarkan batu yang kecil.
d. EKG
Menunjukan ketidak seimbangan cairan, asam basa dan elektrolit.
e. Foto Rontgen
Menunjukan adanya di dalam kandung kemih yang abnormal.
f. IVP ( intra venous pylografi )
g. Vesikolitektomi ( sectio alta )
h. Litotripsi bergelombang kejut ekstra korporeal.
i. Pielogramretrogram ( Tjokro, N.A, et al. 2001)

F. Penatalaksanaan Medik

Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih harus segera
dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk
melakukan tindakan pada batu saluran kemih adalah telah terjadinya obstruksi,
infeksi atau indikasi sosial. Batu dapat dikeluarkan melalui prosedur
medikamentosa, dipecahkan dengan ESWL, melalui tindakan endo-urologi,
bedah laparoskopi atau pembedahan terbuka.

a. ESWL/Lithotripsi: Adalah prosedur non-invasif yang digunakan untuk


menghancurkan batu di khalik ginjal. Setelah batu tersebut pecah menjadi
bagian yang kecil seperti pasir sisa-sisa batu tersebut dikeluarkan secara
spontan.
b. Metode Endourologi Pengangkatan Batu. Ini merupakan gabungan antara
radiology dan urologi untuk mengangkat batu renal tanpa pembedahan
mayor. Tindakan ini dilakukan untuk drainase eksternal urin dari kateter
yang tersumbat, menghancurkan batu ginjal, melebarkan striktur.
Ureteruskopi mencakup visualisasi dan akses ureter dengan memasukkan
suatu alat Ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan
menggunakan laser, lithotripsy elektrohidraulik, atau ultrasound lalu
diangkat.
c. Pengangkatan Bedah Nefrolitotomi
d. Istirahat cukup
e. Perbanyak masukan cairan air putih
f. Diet rendah kalsium dan rendah garam

G. Komplikasi

Adapun komplikasi dari batu kandung kemih ini adalah :

a. Hidronefrosis
b. Uremia
c. Pyelonefritis
d. Gagal ginjal akut sampai kronis
e. Obstruksi pada kandung kami
f. Perforasi pada kandung kemih
g. Hematuria atau kencing darah
h. Nyeri pingang kronisInfeksi pada saluran ureter dan vesika urinaria oleh
batu (Soeparman, et.al. 1960)

H. Diagnosa yang mungkin muncul


1. Nyeri akut b.d agen cedera biologi
2. Resiko kekurangan cairan b.d cairan aktif
3. Gangguan eliminasi urin b.d infeksi saluran kemih
DIAGNOSA NOC NIC
Nyeri akut  Kont  Manajemen Nyeri
rol Nyeri Intrevensi yang akan dilakukan :
Klien diharapkan - Lakukan penilaian nyeri secara
mampu untuk : komprehensif dimulai dari lokasi, karakteristik,
- Menilai durasi, frekuensi, kualitas, intensitas dan
factor penyebab penyebab.
- Menilai - Evaluasi bersama pasien dan
gejala dari nyeri tenaga kesehatan lainnya dalam menilai
efektifitas pengontrolan nyeri yang pernah
- Gunaka
dilakukan
n tanda tanda vital
- Bantu pasien dan keluarga mencari
memantau perawatan
dan menyediakan dukungan.
- Lapork - Gunakan metoda penilaian yang
an tanda / gejala nyeri berkembang untuk memonitor perubahan nyeri
pada tenaga kesehatan serta mengidentifikasi faktor aktual dan
professional potensial dalam mempercepat penyembuhan
- Gunaka
n catatan nyeri
Kekurangan Volume  Kese  Manajemen Elektrolit
Cairan imbangan Elektrolit Intrevensi yang akan dilakukan :
Asam dan Basa
- Monitor serum elektrolit abnormal
Klien diharapkan - Monitor manifestasi imbalance
mampu untuk: cairan
- Denyut - Pertahankan kepatenan akses IV
jantung - Berikan cairan sesuai kebutuhan
- Irama - Catat intake dan output secara
jantung akurat
- Pernap -
asan
- Irama
napas
- Kekuat
an otot
 Kese
imbangan Cairan
Klien diharapkan
mampu untuk:
- Tekana
n darah
- Tekana
n arteri
- Tekana
n vena sentral
- Palpasi
nadi perifer
- Kesimb
angan intake &
output (24jam)
- Kestabi
lan berat badan
- Konfusi
yang tidak tampak
- Hidrasi
kulit

Gangguan Eliminasi  Eliminasi urin  Manajemen cairan


 Klien diharapkan Intrevensi yang akan dilakukan :
mampu untuk: - Timbang BB tiap hari
- Pola - Hitung haluran
eliminasi - Pertahankan intake yang akurat
- Bau - Pasang kateter urin
urin - Monitor status hidrasi (seperti
- Jumlah :kelebapan mukosa membrane, nadi)
urin - Monitor TTV
- Warna
urin
- Partike
l urin yang bebas
- Kejerni
han urin

DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 2012. asuhan-keperawatan-batu-ginjal.wordpress.htm
Doengoes, E. M. (2010). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi Kedua. Jakarta: EGC.
Dr. Nursalam, pransisca. 2009. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem perkemihan.
Salemba medika. Jakarta.
Judith M. Wilkinson, Nancy R. Ahern. 2011. Buku Satu Diagnosa Keperawatan Nanda NIC NOC, Edisi 9.
EGC. Jakarta
Muttaqin arif &kumala sari. 2013. Asuhan keperawatan gangguan sistem perkemihan. Salemba medika.
Jakarta.
Price & Wilson. 2009, Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.6, EGC, Jakarta
Suharyanto, tato, & mudjid, abdul. 2009. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
perkemihan.Salemba Medika. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai