Oleh :
INTAN NILASARI
1911040021
E. PEMERIKSAAN DIADNOSTIK
a. Gambaran penghancuran eritrosit yang meningkat:
1) Bilirubin serum meningkat
2) Urin meningkat, urin kuning pekat
3) Strekobilinogen feses meningkat, pigmen feses menghitam
b. Gambaran peningkatan produksi eritrosit
1) Retikulositosis, mikroskopis pewarnaan supravital
2) hiperplasia eritropoesis sum-sum tulang
c. Gambaran rusaknya eritrosit:
1) Morfologi
2) Fragilitas osmosis, otohemolisis
3) Umur eritrosit memendek
d. Gambaran darah tepi menunjukkan adanya proses hemolitik berupa
sferositosis, polikromasi maupun poikilositosis, sel eritrosit berinti,
retikulositopeni pada awal anemia.
e. Kadar hemoglobin 3-9 g/dL, jumlah leukosit bervariasi disertai gambaran
sel muda (metamielosit, mielosit dan promielosit), kadang disertai
trombositopeni.
f. Gambaran sumsum tulang menunjukkan hiperplasi sel eritropoitik
normoblastik.
g. Kadar bilirubin indirek meningkat.
h. Pemeriksaan Direct Antiglobulin Test (DAT) atau lebih dikenal dengan
Direct Coomb’s test menunjukkan adanya antibodi permukaan / komplemen
permukaan sel eritrosit.
Direct Coombs' Test.
Pemeriksaan Penunjang
a. Penurunan kadar HB<1g/dl dalam satu minggu tanpa diimbangi dengan
proses eritropoesis yang normal
b. Penurunan masa hidup eritrosit <120 hari. Pemeriksaan terbaik dengan
labeling crom. Persentasi aktivitas crom dapat dilihat dan sebanding
dengan umur eritrosit. Semakin cepat penurunan aktivitas crom maka
semakin pendek umur eritrosit
c. Hemoglobinuria (urin berwarna merah kecoklatan atau merah
kehitaman)
d. Hemosiderinuria diketahui dengan pemeriksaan pengecatan biru prusia
pada air seni
e. Hemoglobinemia, terlihat pada plasma yang berwarna merah terang
f. Peningkatan katabolisme heme, biasanya terlihat dari peningkatan
bilirubin serum
g. Retikulositosis, mikroskopis pewarnaan supravital (menghitung sel
darah merah muda)
h. Sterkobilinogen feses meningkat, pigmen feses berwarna kehitaman
i. Terjadi hiperplasia eritropoesis sumsum tulang
.
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Terapi transfusi
b. Menghentikan obat
c. Splenektomi dapat menjadi pilihan pertama pengobatan dalam beberapa
jenis anemia hemolitik, seperti spherocytosis turun-temurun.
d. Gammaglobulin intravena
e. Terapi suportif-simptomatik:
Bertujuan untuk menekan proses hemolisis terutama dilimfa dengan
jalan splenektomi (operasi pengangkatan limfa)..
f. Terapi kausal
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen
2) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d nafsu makan
menurun, mual
3) Konstipasi b.d penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan;
efek samping terapi obat.
4) Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan, kelemahan fisik.
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Perubahan perfusi Setelah di lakukan asuhan a. Awasi tanda vital kaji a. Memberikan informasi tentang
jaringan b/d penurunan keperawatan selama 3 X pengisian kapiler, warna derajat/keadekuatan perfusi
komponen seluler yang 24 dapat memenuhi kulit/membrane mukosa, jaringan dan membantu
diperlukan untuk kebutuhan oksigen dengan dasar kuku. menetukan kebutuhan intervensi.
pengiriman oksigen. Kriteria hasil: b. Tinggikan kepala tempat b. Meningkatkan ekspansi paru dan
DS : pusing, lemas, tidur sesuai toleransi. memaksimalkan oksigenasi untuk
menggigil, nyeri punggung c. Kolaborasi pengawasan kebutuhan seluler. Catatan :
dan lambung, serta sesak hasil pemeriksaan kontraindikasi bila ada hipotensi.
nafas dan mudah lelah saat laboraturium. c. Mengidentifikasi defisiensi dan
beraktivitas. d. Berikan oksigen kebutuhan pengobatan /respons
DO : - tambahan sesuai terhadap terapi.
Keadaan umum indikasi. d. Memaksimalkan transport
TD : 120/80 mmHg e. Berikan transufi darah oksigen ke jaringan.
Suhu 36,50 C – 370 C sesuai indikasi e. Meningkatkan jumlah sel darah
Jumlah Eritrosit 5000 - merah
9000 sel/mm3
2. Gangguan nutrisi kurang Setelah di lakukan asuhan a. Kaji riwayat nutrisi, a. Mengidentifikasi defisiensi,
dari kebutuhan tubuh b/d keperawatan selama 3 X 24 termasuk makan yang memudahkan intervensi
nafsu makan menurun, jam dapat memenuhi disukai b. Mengawasi masukkan kalori atau
mual. kebutuhan nutrisi sesuai b. Observasi dan catat kualitas kekurangan konsumsi
dengan kebutuhan tubuh masukkan makanan pasien makanan
dengan Kriteria hasil: c. Timbang berat badan c. Mengawasi penurunan berat
setiap hari badan atau efektivitas intervensi
DS : mengatakan tidak ada nutrisi
nafsu makan, mual, dan d. Berikan makan sedikit d. Menurunkan kelemahan,
muntah dengan frekuensi sering meningkatkan pemasukkan dan
DO : - dan atau makan diantara mencegah distensi gaster
Keadaan umum membaik waktu makan e. Gejala GI dapat menunjukkan
dapat menghabiskan porsi e. Observasi dan catat efek anemia (hipoksia) pada
makan yang diberikan kejadian mual/muntah, organ.
Mengalami peningkatan flatus dan dan gejala lain f. Membantu dalam rencana diet
BB yang berhubungan untuk memenuhi kebutuhan
f. Kolaborasi pada ahli gizi individual
untuk rencana diet.
3. Konstipasi b.d Setelah di lakukan tindakan a. Observasi warna feses, a. Membantu mengidentifikasi
penurunan masukan diet; asuhan kep selama 3 X 24 konsistensi, frekuensi dan penyebab /factor pemberat dan
perubahan proses jam, membuat/kembali pola jumlah intervensi yang tepat.
pencernaan; efek normal dari fungsi usus b. Awasi intake dan output b. Dapat mengidentifikasi dehidrasi,
samping terapi obat. dengan Kriteria hasil : (makanan dan cairan). kehilangan berlebihan atau alat
c. Dorong masukkan cairan dalam mengidentifikasi defisiensi
DS : lambung nya nyeri 2500-3000 ml/hari dalam diet
DO : Urine pekat dan feses toleransi jantung c. Membantu dalam memperbaiki
hitam,Auskultasi terdengar d. Kolaborasi ahli gizi untuk konsistensi feses bila konstipasi.
bunyi usus menurun. diet seimbang dengan Akan membantu memperthankan
mengatakan lambungnya tinggi serat dan bulk. status hidrasi pada diare
tidak nyeri lagi e. Berikan pelembek feses, d. Serat menahan enzim pencernaan
Warna urine normal, dan laksatif sesuai indikasi. dan mengabsorpsi air dalam
warna feses normal serta Pantau keefektifan. alirannya sepanjang traktus
konsistensi yang normal (kolaborasi). intestinal dan dengan demikian
Bunyi usus normal. menghasilkan bulk, yang bekerja
sebagai perangsang untuk
defekasi.
e. Mempermudah defekasi bila
konstipasi terjadi.
4. Intoleransi aktifitas b.d Setelah di lakukan tindakan a. Kaji kemampuan ADL a. Mempengaruhi pilihan
ketidakseimbangan asuhan kep selama 3 X 24 pasien. intervensi/bantuan
antara suplai oksigen jam, diharapkan pasien tidak b. Observasi tanda-tanda b. Manifestasi kardiopulmonal dari
(pengiriman) dan lagi mengalami kelemahan vital sebelum dan sesudah upaya jantung dan paru untuk
kebutuhan, kelemahan dengan Kriteria hasil : aktivitas. membawa jumlah oksigen
fisik. DS : mengeluhkan pusing, c. Rencanakan kemajuan adekuat ke jaringan
lemas, serta sesak nafas dan aktivitas dengan pasien, c. Meningkatkan aktivitas secara
mudah lelah saat termasuk aktivitas yang bertahap sampai normal dan
beraktivitas. pasien pandang perlu. memperbaiki tonus otot/stamina
DO : -: Tingkatkan tingkat tanpa kelemahan. Meingkatkan
dapat beraktivitas dengan aktivitas sesuai toleransi. harga diri dan rasa terkontrol.
normal. d. Gunakan teknik d. Mendorong pasien melakukan
TD : 120/80 mmHg menghemat energi, banyak aktivitas dengan
membatasi penyimpangan energi
dan mencegah kelemahan.
DAFTAR PUSTAKA