Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

B
DENGAN DIAGNOSA BATU BULI ATAU BATU SALURAN KEMIH DI
RUANGAN SERUNI

Disusun Oleh :

HELMI PADE
2022611010

PRODI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Batu saluran kemih adalah adanya batu di traktus urinarius. (ginjal,
ureter, atau kandung kemih, uretra) yang membentuk kristal; kalsium, oksalat,
fosfat, kalsium urat, asam urat dan magnesium.(Brunner & Suddath,2002).

Batu saluran kemih atau Urolithiasis adalah adanya batu di dalam saluran
kemih. (Luckman dan Sorensen). Dari dua definisi tersebut diatas saya
mengambil kesimpulan bahwa batu saluran kemih adalah adanya batu di dalam
saluran perkemihan yang meliputi ginjal,ureter,kandung kemih dan uretra.

B. ETIOLOGI
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih sampai saat ini belum
diketahui pasti, tetapi ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu pada
saluran kemih yaitu:
1. Infeksi
Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan
menjadi inti pembentukan batu saluran kemih. Infeksi bakteri akan memecah
ureum dan membentuk amonium yang akan mengubah pH urine menjadi
alkali.
2. Stasis dan Obstruksi urine
Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah pembentukan batu
saluran kemih.
3. Ras
Pada daerah tertentu angka kejadian batu saluran kemih lebih tinggi daripada
daerah lain, Daerah seperti di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit
batu saluran kemih.
4. Keturunan
5. Air minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan mengurangi
kemungkinan terbentuknya batu ,sedangkan kurang minum menyebabkan kadar
semua substansi dalam urine meningkat
6. Pekerjaan
Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan terbentuknya
batu daripada pekerja yang lebih banyak duduk.
7. Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringat
sedangkan asupan air kurang dan tingginya kadar mineral dalam air minum
meningkatkan insiden batu saluran kemih
8. Makanan
Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka morbiditasbatu
saluran kemih berkurang. Penduduk yang vegetarian yang kurang makan putih
telur lebih sering menderita batu saluran kemih ( buli-buli dan Urethra ).

C. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala adanya batu dalam traktus urinarius tergantung pada
adanya obstruksi, infeksi dan edema.
1. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi piala ginjal serta
ureter proksimal.
a. Infeksi pielonefritis dan sintesis disertai menggigil, demam dan disuria,
dapat terjadi iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu
menyebabkan sedikit gejala, namun secara perlahan merusak unit
fungsional (nefron) ginjal.
b. Nyeri hebat dan ketidaknyamanan.

2. Batu di ginjal
a. Nyeri dalam dan terus menerus di area kontovertebral.
b. Hematuri.
c. Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita
nyeri kebawah mendekati kandung kemih sedangkan pada pria
mendekati testis.

d. Mual dan muntah.


e. Diare.
3. Batu di ureter
a. Nyeri menyebar kepaha dan genitalia.
b. Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urin yang keluar.
c. Hematuri akibat abrasi batu.
d. Biasanya batu keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5 –1 cm.
4. Batu di kandung kemih
a. Biasanya menimbulkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi
traktus urinarius dan hematuri.
b. Jika batu menimbulkan obstruksi pada leher kandung kemih akan
terjadi retensi urin.

D. KLASIFIKASI
Stadium (staging) tumor kandung kemih penting untuk menentukan
program pengobatan. Klasifikasiny adalah sebagai berikut :

Ta : tumor terbatas pada epithelium.


Tis : karsinoma in situ
T1 : tumor sampai dengan lapisan subepitelium.
T2 : tumor sampai dengan lapisan otot superficial.
T3a : tumor sampai dengan otot dalam
T3b : tumor sampai dengan lemak perivesika.
T4 : tumor sampai dengan jaringan di luar kandung kemih : prostate, uterus,
vagina, dinding pelvis dan dinding abdomen.

E. PATOFISIOLOGI
Penyebab spesifik dari batu kandung kemih adalah bisa dari batu kalsium
oksalat dengan inhibitor sitrat dan glikoprotein. Beberapa promotor (reaktan)
dapat memicu pembentukan batu kemih seperti asam sitrat memacu batu
kalsium oksalat. Aksi reaktan dan intibitor belum di kenali sepenuhnya dan
terjadi peningkatan kalsium oksalat, kalsium fosfat dan asam urat meningkat
akan terjadinya batu disaluran kemih. Adapun faktor tertentu yang
mempengaruhi pembentukan batu kandung kemih, mencangkup infeksi saluran
ureter atau vesika urinari, stasis urine, priode imobilitas dan perubahan
metabolisme kalsium.
Telah diketahui sejak waktu yang lalu, bahwa batu kandung kemih sering
terjadi pada laki-laki dibanding pada wanita, terutama pada usia 60 tahun keatas
serta klien yang menderita infeksi saluran kemih. (Brunner and Suddarth. 2001 )
Kelainan bawaan atau cidera, keadan patologis yang disebabkan karena infeksi,
pembentukan batu disaluran kemih dan tumor, keadan tersebut sering
menyebabkan bendungan.

Hambatan yang menyebabkan sumbatan aliran kemih baik itu yang


disebabkan karena infeksi, trauma dan tumor serta kelainan metabolisme dapat
menyebabkan penyempitan atau struktur uretra sehingga terjadi bendungan dan
statis urin. Jika sudah terjadi bendungan dan statis urin lama kelamaan kalsium
akan mengendap menjadi besar sehingga membentuk batu (Sjamsuhidajat dan
Wim de Jong, 2001:997).
b. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Urinalisa ; warna mungkin kuning, coklat gelap, berdarah, secara umum
menunjukan SDM, SDP, kristal ( sistin,asam urat,kalsium oksalat), pH
asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat) alkali ( meningkatkan
magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat), urine 24 jam
:kreatinin, asam urat kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin
meningkat), kultur urine menunjukan ISK, BUN/kreatinin serum dan
urine; abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap
tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
2. Darah lengkap: Hb,Ht,abnormal bila psien dehidrasi berat atau
polisitemia.
3. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal ( PTH.
Merangsang reabsobsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi
serum dan kalsium urine.
4. Foto Rntgen; menunjukan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada
area ginjal dan sepanjang ureter.
5. IVP: memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri,
abdominal atau panggul.Menunjukan abnormalitas pada struktur
anatomik (distensi ureter).
6. Sistoureterokopi;visualiasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukan
batu atau efek obstruksi.
7. USG ginjal: untuk menentukan perubahan obstruksi,dan lokasi batu.

c. PENATALAKSANAAN
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih
secepatnya harus dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih
berat. Indikasi untuk melakukan tindakan/ terapi pada batu saluran kemih
adalah jika batu telah menimbulkan obstruksi, infeksi, atau harus diambil
karena sesuatu indikasi sosial (Purnomo, 2003).

A. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari
5 mm, karena batu dapat diharapkan keluar spontan. Terapi yang
bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlkancar aliran urin dengan
pemberian diuretikum, dan minum banyak supaya dapat mendorong batu
keluar dari saluran kemih (Purnomo, 2003).
B. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh
Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter
proksimal, atau batu buli-buli tanpa melalui tindakan invasive dan tanpa
pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehinga mudah
dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak jarang pecahan ini
meniimbulkan kolik dan hematuria (Purnomo, 2003).
C. Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasive minimal untuk
mengeluarkan batu saluran keih yang terdiri atas memecah batu, dan
kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang
dimasukkan langsung kedalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan
melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses
pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai
energy hidraulik, energy gelombang suara, atau dengan enersi laser.
Beberapa tindakan endourologi itu adalah 1) PNL (Percutaneus Nephro
Litholapaxy), 2) Litotripsi, 3) Ureteroskopi atau uretero-renoskopi, 4)
Ekstraksi Dormia (Purnomo, 2003).
D. Bedah Laparoskopi
Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini
sedang berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu
ureter.
E. Bedah Terbuka
Di klinik yang belum mempunyai fasilitas endourologi, laparoskopi,
maupun ESWL, pengambilan batu masih dilakukan melalui pembedahan
terbuka. pembedahan terbuka itu antara lain adalah pielolitotomi atau
nefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran ginjal, dan
ureterolitotomi untuk batu di ureter. Tidak jarang pasien menjalani
tindakan nefrektomi atau pengambilan ginjal karena ginjalnya sudah
tidak berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis), korteksnya sudah sangat
tipis, atau mengalami pengkerutan akibat batu saluran kemih yang
menimbulkan obstruksi dan infeksi yang menahun (Purnomo, 2003).

d. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi dari batu kandung kemih ini adalah :
1. Hidronefrosis
Adalah pelebaran pada ginjal serta pengisutan jaringan ginjal, sehingga
ginjal menyerupai sebuah kantong yang berisi kemih, kondisi ini terjadi
karena tekanan dan aliran balik ureter dan urine ke ginjal akibat
kandung kemih tidak mampu lagi menampung urine. Sementara urine
terus-menerus bertambah dan tidak bisa dikeluarkan. Bila hal ini terjadi
maka, akan timbul nyeri pinggang, teraba benjolan basar didaerah ginjal
dan secara progresif dapat terjadi gagal ginjal.
2. Uremia
Adalah peningkatan ureum didalam darah akibat ketidak mampuan
ginjal menyaring hasil metabolisme ureum, sehingga akan terjadi gejala
mual muntah, sakit kepala, penglihatan kabur, kejang, koma, nafas dan
keringat berbau urine.
3. Pyelonefritis
Adalah infeksi ginjal yang disebabkan oleh bakteri yang naik secara
assenden ke ginjal dan kandung kemih. Bila hal ini terjadi maka akan
timbul panas yang tinggi disertai mengigil, sakit pinggang, disuria,
poliuria, dan nyeri ketok kosta vertebra.
4. Gagal ginjal akut sampai kronis
5. Obstruksi pada kandung kamih
6. Perforasi pada kandung kemih
7. Hematuria atau kencing darah
8. Nyeri pingang kronis
9. Infeksi pada saluran ureter dan vesika urinaria oleh batu.
e. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
karena prosudur pembedahan
2. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
sekunder terhadap : prosedur bedah, prosedur alat invasif, alat selama
pembedahan kateter, irigasi kandung kemih.
3. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan batu pada vesika
urinaria
4. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan shuhu tubuh karena
terdapat inflamasi jaringan
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth (2002). Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, volume 2,


EGC.Jakarta.

Carpenito, Linda Juall (1995). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan


(terjemahan).PT EGC, Jakarta.

Digiulio Mary, dkk (2007). Medical Surgical Nursing Demystified. New York
Chicago.

Doenges,et al, (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan),PT EGC.


Jakarta.

San Fransisco Lisbon London, (1999).Mexico City Milan New Delhi San Juan
Seoul, Singapore Sydney Toronto.

Soeparman, (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Sylvia dan Lorraine (1999). Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi empat,
buku kedua. EGC. Jakarta.
www.laporan-pendahuluan-askep.com
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

Diagnosa keperawatan/
SLKI SIKI
Masalah kolaborasi
Nyeri (akut) berhubungan Tujuan : Observasi :
dengan terputusnya Setelah dilakukan asuhan • Monitor tanda tanda vital
kontinuitas jaringan karena keperawatan selama 3x24 jam , • Monitor tanda tanda infeksi
prosudur pembedahan nyeri teradaptasi/hilang • Monitor perfusi janringan
perifer (cyanosis,
Kriteria hasil : diaphoresis, akral dingin,
• Skala nyeri menurun CRT<2dtk)
• Ekspresi wajah tenang • Monitor kualitas nyeri
• Ungkapan verbal pasien paasien
bahwa nyeri berkurang • Observasi, reaksii non
atau hilang verbal dan
• Istirahat cuukup ketidaknyamanan.
• Pasien mampu mengatasi
nyeri dengan beberapa Terapeutik :
teknik non farmakologi • Evaluasi keluhan
• Ttd dalam batas normal nyari/ketidaknyamanan
perhatikan lokasi dan
karaterisitk, termasuk
intensitas, skala (0-10)
• Berikan alternative
tindakan kenyamanan
untuk mengurangi factor
presipitasi nyeri
• Gunakan komunikasi
terapautik untuk
mengetahui pengalaman
nyari pasien

Edukasi :
• Ajarkan tehnik manajemen
stress
• Ajarkan tehnik distraksi
(latihan nafas dalam,
imajinasi, visualisasi,
mendengarkan musi)

Kolaborasi :
• Berikan analgestik untuk
mengurangi nyeri
Resiko tinggi terhadap Tujuan : Observasi :
infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan • Monitor tanda tanda infeksi
dengan trauma jaringan keperawatan selama 1x24 jam, baik local maupun sistemik
sekunder terhadap : infeksi tidak terjadi • Monitor tanda infeksi pada
prosedur bedah, prosedur bagian tubuh yang rentan
alat invasif, alat selama Kriteria hasil : terkena infeksi
pembedahan kateter, • Tidak terdapat tanda tanda • Monitor jumlah sel darah
irigasi kandung kemih. infeksi putih
• Tanda tanda vital da;am • Monitor tanda tanda vital
batas normal
• Jumlah leukosit dalam Terapeutik :
batas normal (3500- • Lakukan isolasi pada pasien
10000/uL) bila perlu
• Menunjukan higine • Lakukan perawatan kulit
pribadi yang adekuat yang adekuat pada kulit
• Melaporkan tanda infeksi yang bengkak/edema
pada petugas kesehatan • Inspeksi kondisi luka
• Meruubah gaya hidup maupun luka insisi bedah
untuk mengurangi resiko • Lakukan pengambilan
infeksi kultur
• Hasil kultur negatif
Adukasi :
• Anjurkan nutrisi dan cairan
yang adekuat pada pasien
• Anjurkan pasien istirahat
dan exercise cukup
• Ajari pasien dan keluarga
untuk mencegah infeksi

Kolaborasi :
• Kurangi penggunaan cabe
atau lada dalam diet
makanan
• Laporkan bila terdapat
tanda tanda infeksi
• Laporkan bila hasil kultur
positif
• Berikan antibiiotik bila
diitemukan tanda tanda
infeksi

Gangguan eliminasi urine Tujuan : Observasi :


berhubungan dengan batu Eliminasi urine adekuat setelah • Monitor intake dan output
pada vesika urinaria dilakukan tindakan keperawatan
Terapeutik :
Kriteris hasil : • Berikan posisi nyaman
• Kandungkemih kosong • Merangsang reflek kandung
secara penuh kemih dengan menerapkan
• Tidak ada residu urine > kompres dingin pada perut
100-200 cc • Membantu pasien BAK
• Intake cairan dalam
rentang normal Edukasi :
• Bebas dari ISK
• Tidak ada spasme bleder • Anjurkan pasien dan
• Balance cairan seimbang keluarga untuk merekam
output urine

Kolaborasi :
• Kolaborasi pemberian
medika mentosa dengan tim
dokter

Anda mungkin juga menyukai