Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

DIAGNOSA MEDIS PNEUMONIA PADA ANAK

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Praklinik I


Dosen Pengampu : Lasri, SSI .,MAP.

Disusun Oleh :

Nama : Lu’lu’ Luthfiatun Ulinnuha


NIM : 2018610082
Kelompok : 4 Praklinik I
Kelas :B

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA PADA ANAK

A. DEFINISI
Pneumonia adalah infeksi parenkim paru , berhubungan dengan pengisian cairan
di dalam alveoli ( Ngastiyah , Perawatan Anak Sakit ) .
Pneumonia adalah suatu penyakit peradangan akut pada parenkim paru yang
disebabkan oleh bakteri , virus , atau parasite ( Standar Profesi Ilmu Kesehatan
Anak FK UNSRI Palembang , 2000 )
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distal dan bronkus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius lobus dan alveoli serta
menimbulkan kerusakan jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat ( IPD
Jilid II , Sarwono Soeparman , 1996 )
Jadi pneumonia adalah radang paru – paru disertai dengan radang eksudasi dan
konsolidasi . pada bayi baru lahir pneumonia yang fatal adalah yang disebabkan
oleh sifilis congenital yang disertai dengan generasi lemak pada paru – paru
sehingga paru – paru tampak pucat serta tidak mengandung udara .

B. KLASIFIKASI
Secara klinis , pneumonia dapat terjadi baik sebagai penyakit primer maupun
sebagai komplikasi dari beberapa penyakit lain . secara morfologis pneumonia
dikenal sebagai berikut :
1. Pneumonia lobaris
Melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau lebih lobus paru . bila
kedua paru terkena , maka dikenal sebagai pneumonia bilateral atau ganda
2. Bronkopneumonia
Terjadi pada ujung akhir bronkiolus , yang tersumbat oleh eksudet
mukoporulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada
didekatnya , disebut juga pneumonia loburalis
3. Pneumonia intertestinal
Proses inflamasi yang terjadi didalam dinding alveolar ( interstitium ) dan
jaringan peribronkial serta interlobular
Pneumonia lebih sering diklasifikasikan berdasarkan agen penyebabnya , virus ,
atipikal ( interstitium ) , bakteri atau aspirasi substansi asing .

1. Pneumonia virus
Lebih sering terjadi dibandingkan pneumonia bacterial . terlihat pada anak dari
semua kelompok umur , sering dikaitkan dengan ISPA virus dan jumlah RSV
untuk presentase terbesar . dapat akut atau berat . gejala bervariasi , dari ringan
seperti demam ringan , batuk sedikit dan malaise . berat dapat juga demam
tinggi , batuk parah , prostasi . batuk biasanya tidak produktif pada awal
penyakit , sedikit mengi atau krekels terdengar auskultasi .
2. Pneumonia atypical
Agen etiologinya adalah mikoplasma , terjadi terutama dimusim gugur dan
musim dingin , lebih menonjol ditempat dengan kondisi hidup yang padat
penduduk . mungkin tiba – tiba atau berat . gejala sistemik umum seperti
demam, menggigil ( pada anak yang lebih besar ) , sakit kepala , malaise ,
anoreksia , myalgia , yang diikuti dengan ringitis , sakit tenggorokan , batuk
kering , keras . pada awalnya batuk tidak bersifat produktif , kemudian
bersputum seromukoid , sampai mukoporulen atau bercak darah . krekels
krespitasi halus diberbagai area paru
3. Pneumonia bacterial
Meliputi pneumokokus , stafilokokus , dan pneumonia streptokokus ,
manifestasi klinis berbeda dari tipe pneumonia lain , mikroorganisme individual
menghasilkan gambaran klinis yang berbeda . awalnya tiba – tiba , biasanya
ditandai dengan infeksi virus , toksik , tampilan menderita sakit yang akut ,
demam , malaise , pernafasan cepat dan dangkal , batuk , nyeri dada sering
diperberat dengan nafas dalam , nyeri dapat menyebar ke abdomen ,
menggigil , meningimus .
Berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia melalui usia ,
pneumonia dapat diklasifikasikan :
1. Usia 2 bulan – 5 tahun
a. Pneumonia berat
Ditandai secara klinis oleh sesak nafas yang dilihat dengan adanya
tarikan dinding dada bagian bawah
b. Pneumonia
Ditandai secara klinis oleh adanya nafas cepat yaitu pada usia 2 bulan –
1 tahun frekuensi nafas 50 x / menit atau lebih , pada usia 1 – 4 tahun 40
x / menit atau lebih
c. Bukan pneumonia
Ditandai secara klinis oleh batuk pilek biasanya dapat disertai dengan
demam , tetapi tanpa terikan dinding dada bagian bawah dan tanpa
adanya nafas cepat
2. Usia 0 – 2 bulan
a. Pneumonia berat
Bila tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau nafas cepat yaitu
frekuensi nafas 60 x / menit atau lebih
b. Bukan pneumonia
Bila tidak ada tarikan kuat dinding dada bagian bawah dan tidak ada
nafas cepat

C. ETIOLOGI
Berdasarkan etiologinya pneumonia disebabkan oleh :
1. Bakteri
2. Virus
3. Jamur
4. Aspirasi makanan
5. Pneumonia hipostastik
6. Sindrom loafer ( Bradley et al., 2011 )

Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri yang timbul secara primer
atau sekunder setelah infeksi virus . penyebab tersering pneumonia bakterialis
adalah bakteri positif – gram , streptococcus pneumonia yang menyebabkan
pneumonia strepcoccus .
Pada bayi dan anak – anak penyebab yang paling sering adalah virus sinsial
pernafasan , adenovirus , virus parainfluenza dan virus influenza .

D. PATOFISIOLOGI
Jalan nafas secara normal steril dari benda asing dari area sub laryngeal sampai
unit baru paling ujung . paru dilindungi dari infeksi bakteri dengan beberapa
mekanisme :
1. Filtrasi partikel dari hidung
2. Pencegahan aspirasi oleh reflek epiglottal
3. Penyingkiran material yang teraspirasi dengan reflex bersin
4. Penyergapan dan penyingkiran organisme oleh sekresi mucus dan sel siliaris
5. Pencernaan dan pembunuhan bakteri makrofag
6. Netralisasi bakteri oleh substansi imunitas local
7. Penyangkutan partikel dari paru oleh drainage limpatik

Infeksi pneumonia bias terjadi karena terganggunya salah satu mekanisme


pertahanan dan organisme dapat mencapai traktus respiratorius terbawah melalui
aspirasi maupun rute hematologi . ketika pathogen mencapai akhir bronkiolus maka
terjadi penumpahan dari cairan edema ke alveoli , diikuti leukosit dalam jumlah
besar . kemudian makrofag bergerak mematikan sel dan bacterial debris . system
limfatik mampu mencapai bakteri sampai darah atau pleura visceral .

Jaringan paru menjadi terkonsolidasi . kapasitas vital dan pemenuhan paru


menurun dan aliran darah menjadi terkonsolidasi , area tidak terventilasi menjadi
fisiologis right – to – left shunt dengan ventilasi perfusi yang tidak pas dan
menghasilkan hipoksia . kerja jantung menjadi mengikat karena penurunan saturasi
oksigen dan hiperkapnia .

Secara patologis , terdapat 4 stadium pneumonia , yaitu ( Bradley et.al.,2011 )

1. Stadium I ( 4 – 12 jam pertama atau stadium kongesti )


Disebut hipermia , mengacu pada respon peradangan permulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi . hal ini ditandai dengan
peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler ditempat infeksi .
2. Stadium II ( 48 jam berikutnya )
Disebut hepatisasi merah , terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah
merah , eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh pejamu ( host ) sebagai
bagian dari reaksi peradangan .
3. Stadium III ( 3 – 8 hari berikutnya )
Disebut hepatitasi kelabu , yang terjadi sewaktu sel – sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi .
4. Stadium IV ( 7 – 11 hari berikutnya )
Disebut juga stadium resolusi , yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda .

E. FAKTOR RESIKO PNEUMONIA PADA ANAK


1. Status gizi buruk
Menempati urutan pertama pada resiko pneumonia pada anak balita , dengan
tiga kriteria antopometri yaitu BB/U ,TBU/U ,BB/TB . status gizi yang buruk
dapat menurunkan pertahanan tubuh baik sistemik maupun lokal juga dapat
mengurangi efektifitas barrier dari epitel serta respon imun dan reflex batuk
2. Status ASI buruk
Anak yang tidak mendapatkan ASI yang cukup sejak lahir ( kurang 4 bulan )
mempunyai resiko lebih besar terkena pneumonia . ASI meupakan makanan
paling penting bagi bayi , karena ASI mengandung protein , kalori dan vitamin
untuk pertumbuhan bayi . ASI mengandung kekebalan penyakit infeksi terutama
pneumonia
3. Status vitamin A
Pemberian vitamin A pada anak berpengaruh pada system imun dengan cara
meningkatkan imunitas non spesifik , pertahanan integritas fisik , biologic , dan
jaringan epitel . vitamin A diperlukan dalam meningkatkan daya taahn tubuh ,
disamping utuk kesehatan mata , produksi sekresi mukosa dan mempertahankan
sel – sel epitel
4. Riwayat imunisasi buruk atau tidak lengkap , khususnya imunisasi campak dana
DPT
Pemberian imunisasi campak menurunkan kasus pneumonia , karena sebagian
besar penyakit campak menyebabkan komplikasi dengan pneumonia . demikian
pula imunisasi DPT dapat menurunkan kasus pneumonia karena difteri dan
pertusis dapat menimbukan komplikasi pneumonia .
5. Riwayat wheezing berulang
Anak dengan wheezing berulang akan sulit mengeluarkan nafas . wheezing
terjadi karena penyempitan saluran nafas ( bronkus ) dan penyempitan ini
disebabkan karena adanya infeksi . secara biologis dan kejadian infeksi berulang
ini menyebabkan terjadinya destruksi paru , keadaan ini memudahkan
pneumonia pada anak
6. Riwayat BBLR
Anak dengan BBLR mudah terserang penyakit infeksi karena daya tahan tubuh
rendah , sehingga anak rentan terhadap penyakit infeksi termasuk pneumonia
7. Kepadatan penghuni rumah
Rumah dengan penghuni padat meningkatkan resiko pneumonia disbanding
dengan penghuni sedikit . rumah dengan penghuni banyak memudahkan
terjadinya penularan penyakit disaluran pernafasan
8. Status social ekonomi
Ada hubungan bermakna antara tingkat penghasilan keluarga dengan pendidikan
orangtua terhadap kejadian pneumonia anak .

F. MANIFESTASI KLINIS
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran nafas atas
akut selama beberapa hari . selain itu didapatkan demam , menggigil , suhu tubuh
meningkat mencapai 40 derajat Celsius , sesak nafas , nyeri dada dan batuk dengan
dahak kental , terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau .pada sebagian
penderita juga ditemui nyeri perut , kurang nafsu makan dan sakit kepala
( Misnadiarly , 2008 ).
Menurut misnadiarly ( 2008 ) , tanda – tanda penyakit pneumonia pada balita
antara lain :
1. Batuk non produktif
2. Ingus ( nasal discharge )
3. Suara napas lemah
4. Penggunaan otot bantu napas
5. Demam
6. Cyanosis ( kebiru – biruan )
7. Thorakx foto menunjukkan infiltrasi melebar
8. Sakit kepala
9. Kekakuan dan nyeri otot
10. Sesak nafas
11. Menggigil
12. Berkeringat
13. Lelah
14. Terkadang kulit menjadi lembab
15. Mual dan muntah

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Leukosit , umumnya pneumonia bakteri didapatkan leukositosis dengan
pedoman polimorfonuklear . leukopenia menunjukkan prognosis yang buruk
b. Cairan pleura , eksudat dengan sel polimorfonuklear 300 – 100.000 / mm.
protein diatas 2,5 g/dl dan glukosa relative lebih rendah dari glukosa darah
c. Titer antistreptolisin serum , pada infeksi streptokokus meningkat dan dapat
menyokong diagnose
d. Kadang ditemukan anemia ringan atau berat
2. Pemeriksaan mikrobiologik
a. Specimen :
Uap tenggorokan , sekresi nasofaring , bilasan bronkus atau sputum darah ,
aspirasi trachea fungsi pleura , aspirasi paru
b. Diagnose definitive jika kuman ditemukan didarah , pleura atau aspirasi paru
3. Pemeriksaan Imunologis
a. Sebagai upaya untuk mendiagnosis dengan cepat
b. Mendeteksi baik antigen maupun antigen spesifik terhadap kuman penyebab
c. Specimen : darah atau urine
d. Tehniknya antara lain : conunter Immune Lectrophorosis , ELISA , latex
agglunation , atau latex coagulation
4. Pemeriksaan radiologis
Gambaran radiologis berbeda – beda untuk setiap mikroorganisme penyebab
pneumonia
a. Pneumonia pneumokukus
Gambaran radiologiknya bervariasi dari infiltrasi ringan sampai bercak –
bercak konsolidasi merata ( bronkopneumonia ) kedua lapang paru atau
konsolidasi pada satu lobus ( pneumonia lobaris ) . bayi dan anak – anak
gambaran konsolidasi lobus jarang ditemukan
b. Pneumonia streptokokus
Gambaran radiologic menunjukkan bronkopneumonia difus atau infiltrate
interstisialis . sering disertai efudi pleura yang berat , kadang terdapat
adenopati hilus
c. Pneumonia stapilokus
Gambaran radiologiknya tidak khas pada permulaan penyakit , infiltrate
mula – mula berupa bercak – bercak , kemudian memadat dan mengenai
keseluruhan lobus atau hemithoraks . perpadatan hemithoraks umumnya
penekanan ( 65 % ) , kurang 20 % mengenai paru .

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Radang paru – paru dapat diobati dengan antibiotic , itulah yang biasanya
ditentukan oleh petugas kesehatan atau rumah sakit . tapi sebagian besar kasus
pneumonia masa kecil dapat diberikan secara efektif didalam rumah . rawat inap
disarankan pada bayi berusia 2 bulan atau lebih muda , dan juga kasus yang sangat
parah ( WHO , 2011 ).
1. Terapi suportif umum :
a. Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80 – 100 mmHg atau saturasi 95 – 96 %
berdasarkan pemeriksaan AGD
b. Humadifikasi dengan nebulizer untuk mengencerkan dahak yang kental
c. Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak , khususnya dengan clapping dan
vibrasi
d. Pengaturan cairan : pada pasien pneumonia , paru menjadi lebih sensitive
terhadap pembebanan cairan terutama pneumonia bilateral
e. Pemberian kortikosteroid , diberikan pada fase sepsis
f. Ventilasi mekanik : indikasi intubasi dan pemasangan ventilator dilakukan
bila terjadi hipoksemia persisten , gagal napas yang disertai peningkatan
respiratory distress dan respiratory arrest
2. Penatalaksanaan pada bayi dan balita
a. Untuk bayi dan anak usia 2 bulan – 5 tahun
1) Pneumonia berat : bila ada sesak nafas harus dirawat dan diberikan
antibiotic
2) Pneumonia ; bila tidak ada sesak nafas tetapi nafas cepat tidak perlu
dirawat tetapi diberi antibiotic oral
3) Bukan pneumonia : bila tidak ada sesak nafas dan nafas cepat tidak perlu
diberi antibiotic , hanya perlu dilakukan pengobatan simptomatis seperti
penurun panas
b. Untuk bayi berusia dibawah 2 bulan
1) Pneumonia : bila ada sesak nafas harus dirawat dan diberikan antibiotic
2) Bukan pneumonia : tidak ada nafas cepat atau sesak nafas , tidak perlu
dirawat , cukup diberikan pengobatan simptomatis
c. Pneumonia rawat jalan
1) Pneumonia rawat jalan diberikan antibiotic , pertama secara oral
misalnya amoksilin atau kotrimoksazol
2) Dosis amoksilin yang diberikan adalah 25 mg/KgBB
3) Dosis kotrimoksazol adalah 4 mg/KgBB TMP – 20 mg/KgBB
sulfametokazol
d. Pneumonia rawat inap
1) Pilihan antibiotika ini pertama dapat menggunakan beta – lactam atau
kloramfenikol
2) Pada pneumonia yang tidak responsive terhadap obat diatas , diberikan
antibiotic lain seperti gentamisin , amikasin atau sefalosporin
3) Terapi antibiotic diteruskan selama 7 – 10 hari pada pasien dengan
pneumonia tanpa komplikasi
4) Pada neonatus dan bayi kecil , terapi awal antibiotic intravena harus
dimulai sesegera mungkin untuk mencegah terjadinya sepsis atau
meningitis
5) Antibiotic yang direkomendasikan adalah antibiotic spectrum luas seperti
kombinasi beta – laktam / klavunalat dengan aminoglikosid , atau
sefalosporin generasi ketiga
6) Bila keadaan sudah stabil , antibiotic dapat diganti dengan antibiotic oral
selama 10 hari
3. Obat – obatan
a. Antibiotic
b. Kortikosteroid
c. Inotropic
d. Terapi oksigen
e. Nebulizer
f. Ventilasi mekanik

I. KOMPLIKASI
1. Abses paru
2. Efusi pleura dan empyema
3. Kegagalan paru – paru
4. Komplikasi radang paru – paru yang lain
5. Gagal nafas
J. PATHWAY
DAFTAR PUSTAKA

Putra , Ifzuel . 2016. Laporan Pendahuluan Dengan Pneumonia Pada Anak Dipuskesmas
Perkotaan Rasimah Ahmad . Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Perintis Sumbar. ( Online ) https://www.scribd.com/doc/301981523/Laporan-
Pendahuluan-pneumonia-Pada-Anak diakses Ahad , 19 juli 2020 pukul 15. 00 WIB

Retnani , Dianita Ayu . 2015. Laporan Pendahuluan Pneumonia . Program Studi Ilmu
Keperawatan . Fakultas Kedokteran , Universitas Brawijaya Malang . ( Online )
https://www.scribd.com/doc/284458570/LP-Pneumonia diakses Ahad ,19 juli 2020
pukul 15.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai