PENDAHULUAN
Orang tua sebaiknya waspada bila anak mengalami batuk dan gangguan
pernapasan karena bisa saja menjadi tanda awal pneumonia.
Penyebab pneumonia cukup beragam, mulai dari bakteri, jamur, serta sejumlah
virus. Bahkan virus flu juga dapat memicu pneumonia pada anak.
Penyakit ini cenderung menyerang anak dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah, misalnya bayi yang tidak mendapat air susu ibu (ASI) atau anak yang kurang gizi,
anak-anak dengan HIV, bahkan anak yang terinfeksi campak juga berisiko terkena
pneumonia. Sejumlah faktor lingkungan juga dapat meningkatkan risiko anak terkena
pneumonia, misalnya orang tua yang merokok atau tinggal di pemukiman padat
penduduk.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dan teori dasar medis terhadap pneumonia terutama pada
anak-anak?
2. Apa saja komplikasi yang muncul akibat pneumonia pada anak-anak?
3. Apa saja pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan medis yang dilakukan
terhadap pneumonia terutama pada anak-anak?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami konsep dan teori dasar medis terhadap penyakit
pneumonia terutama pada anak-anak.
2. Mahasiswa mampu memahami apa saja komplikasi yang mungkin akan muncul
akibat pneumonia pada anak-anak.
3. Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan
medis yang dilakukan terhadap penyakit pneumonia terutama pada anak-anak.
4. Mahasiswa mampu memahami tindakan apa saja yang dilakukan dalam
fisioterapi dada.
5. Mahasiswa mampu memahami tindakan apa saja yang dilakukan dalam
nebulisasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya
konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli.(Axton & Fugate, 1993).
Peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi, disebut
pneumonia.
Pneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang terjadi pada masa
anak-anak dan sering terjadi pada masa bayi. Penyakit ini timbul sebagai penyakit primer
dan dapat juga akibat penyakit komplikasi. (A. Aziz Alimul : 2006).
Pneumonia adalah infeksi saluran nafas bagian bawah. Penyakit ini adalah infeksi
akut jaringan paru oleh mikroorganisme (Elizabeth J. Corwin)
3
Pneumonia adalah sebuah penyakit pada paru-paru di mana pulmonary alveolus
(alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer menjadi “inflame” dan
terisi oleh cairan. (wikipedia.com)
2.2 Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti:
1. Bakteri penyebab pneumonia yang paling umum yaitu:
staphylococcus aureus,
streptococus,
aeruginosa,
legionella,
hemophillus,
influenza,
eneterobacter.
Bakteri-bakteri tersebut berada pada kerongkongan manusia sehat, setelah system
pertahanan menurun oleh sakit, usia tua, atau malnutrisi, bakteri tersebut segera
memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan.
4
2.3 Patofisiologi
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli).
Terjadinya pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada
bronkus (biasanya disebut bronchopneumonia). Gejala penyakit ini berupa napas cepat
dan napas sesak, karean paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah
frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan
sampai kurang 1 tahun, dan 40 kali per menit atau lebih pada usia 1 tahun sampai kurang
dari 5 tahun. Pada anak dibawah usia 2 bulan, tidak dikenal diagnosis pneumonia.
Pneumonia berat ditandai dengan adanya batuk atau (juga disertai) kesukaran
bernapas. Napas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam pada anak
usia 2 bulan sampai anak usia kurang dari 5 tahun. Pada kelompok usia ini dikenal juga
pneumonia sangat berat dengan gejala batuk, kesukaran bernapas disertai gejala
sianosis sentral dan tidak dapat minum. Sementara untuk anak di bawah 2 bulan,
pneumonia berat ditandai dengan frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali per menit atau
lebih atau (juga disertai) penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah.
Bakteri pneumokok ini dapat masuk melalui infeksi pada daerah mulut dan
tenggorokan, menembus jaringan mukosa lalu masuk ke pembuluh darah, mengikuti
aliran darah sampai ke paru-paru dan selaput otak. Akibatnya, timbul peradangan pada
paru dan dan daerah selaput otak.
5
Gejala khususnya adalah demam, sesak napas, napas dan nadi cepat, dahak
berwarna kehijauan atau seperti karet, serta gambaran hasil rontgen memperlihatkan
kepadatan pada bagian paru. Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan
cairan yang sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk mematikan kuman. Tapi
akibatnya fungsi paru terganggu, penderita mengalami kesulitan bernapas, karena tak
tersisa ruang untuk oksigen.
Orang dengan pneumonia sering kali disertai batuk berdahak, sputum kehijauan
atau kuning, demam tinggi yang disertai dengan menggigil. Disertai nafas yang pendek,
nyeri dada seperti pada pleuritis ,nyeri tajam atau seperti ditusuk. Salah satu nyeri atau
kesulitan selama bernafas dalam atau batuk.
Orang dengan pneumonia, batuk dapat disertai dengan adanya darah, sakit
kepala atau mengeluarkan banyak keringat dan kulit lembab. Gejala lain berupa hilang
nafsu makan, kelelahan,kulit menjadi pucat, mual, muntah, nyeri sendi atau otot. Tidak
jarang bentuk penyebab pneumonia mempunyai variasi gejala yang lain.
Misalnya pneumonia yang disebabkan oleh Legionella dapat menyebabkan nyeri
perut dan diare, pneumonia karena tuberkulosis atau Pneumocystis hanya menyebabkan
penurunan berat badan dan berkeringat pada malam hari. Pada orang tua manifestasi
dari pneumonia mungkin tidak khas. Bayi dengan pneumonia lebih banyak gejala, tetapi
pada banyak kasus, mereka hanya tidur atau kehilangan nafsu makan
2.5 Komplikasi
6
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan antibiotik
per-oral (lewat mulut) dan tetap tinggal di rumah. Penderita yang lebih tua dan penderita
dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau paru-paru lainnya, harus dirawat
dan antibiotik diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan
intravena dan alat bantu nafas mekanik. Kebanyakan penderita akan memberikan respon
terhadap pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu
7
Dalam melakukan terapi pada penderita pneumonia, yang perlu diperhatikan
antara lain :
1. Perhatikan hidrasi.
3. Perhatikan volume cairan agar tidak ada kelebihan cairan karena seleksi ADH
juga akan berlebihan.
6. Pengobatan antibiotik:
8
f. Klaritromisin. Punya aktivitas 10 kali erirtomisin terhadap C. pneumonie
in vitro dan mempenetrasi jaringan lebih baik.
9
BAB III
FISIOTERAPI DADA
3.1 Pengertian
3.2 Tujuan
Mencegah infeksi pada paru pada klien yg immobilisasi dalam waktu lama.
Dilakukan dengan cara ke-2 telapak tangan membentuk ”setengah bulan” dengan
menggunakan jari-jari tangan saling merapat. Secara bergantian melakukan tepukan
dengan telapak tangan dipunggung klien, hingga klien merasakan adanya rangsangan
batuk. Posisi berbaring klien diatur dengan cara spesifik untuk memudahkan drainase
mucus & sekresi dari bagian paru.
Vibrasi Dada
Vibrasi Dada dilakukan dengan meletakkan telapak tangan dengan posisi rata
pada disekitar dada klien & menggetarkannya.
10
3.4 Pengkajian
Mengkaji riwayat & keadaan fisik klien : hipertensi, gagal jantung kongestif, edema
pulmonal, peningkatan TIK, juga adanya komplikasi abdomen.
3.5 Intervensi
Persiapan Alat :
Bantal.
Tissue.
Nierbeken / bengkok.
11
Persiapan Klien :
Menganjurkan pada klien untuk memberitahu seandainya merasa mual, nyeri, atau sesak
nafas.
3.6 Implementasi
Mencuci tangan.
Membantu mengatur posisi klien untuk duduk atau posisi tidur miring kiri / kanan.
Melakukan clapping dengan trik ke-2 tangan menepuk punggung klien dengan cara
bergantian hingga ada rangsangan untuk batuk.
Menganjurkan klien buat batuk & mengeluarkan sekret / sputum pada pot sputum.
Vibrasi Dada :
Menganjurkan klien untuk menarik nafas dalam & lambat lewat hidung &
menghembuskannya lewat mulut.
12
Meletakkan telapak tangan dengan cara datar di atas dada yg akan divibrasi.
Meminta klien untuk nafas dalam & ketika klien menghembuskan nafas getarkan telapak
tangan dengan cara perlahan di atas dada klien.
Menganjurkan klien buat batuk buat mengeluarkan suputum & membuangnya kepada
pot sputum.
Mengulangi teknik fisioterapi dada untuk setiap segmen paru yang akan dilakukan.
Mencuci tangan.
3.7 Evaluasi
Tindakan fisioterapi dada ini dihentikan apabila keluhan nyeri & sesak nafas meningkat.
Dokumentasi
Mencatat respon juga toleransi klien sebelum, selama & sesudah prosedur.
13
Mencatat karakteristik dari sputum/sekret : jumlah, konsistensi, warna (ada darah atau
tidak).
14
BAB IV
NEBULISASI
4.1 Pengertian
4.2 Tujuan
Persiapan Pasien
2. Menjelaskan tujuan
Persiapan Lingkungan
15
Persiapan Alat
1. Set nebulizer
2. Obat bronkodilator
3. Bengkok 1 buah
4. Tissue
5. Spuit 5 cc
6. Aquades
7. Tissue
7. Menghidupkan nebulizer dan meminta pasien nafas dalam sampai obat habis
8. Matikan nebulizer
16
4.5 Tahap Terminasi
17
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya
konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli sehingga menyebabkan agen
infeksi, iritan kimia dan terapi radiasi.
Bakteri penyebab pneuonia yang paling umum adalah staphylococcus aureus,
sreptococus, aeruginosa, legionelle, hemophillus, influenza,eneterobacter.
Virus penyebab pneumonia diantaranya yaitu virus influenza, adenovirus, chicken-
pox (cacar air). Meskipun virus-virus ini menyerang saluran pernafasan bagian atas,
tetapi gangguan ini dapat memicu pneumonia, terutama pada anak-anak.
4.2 Saran
Seharusnya kita perlu mengetahui tentang penyakit pneumonia agar kita dapat
mencegah hal itu timbul dalam lingkungan kita. Penulis juga menyadari bahwa penulisan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca untuk menyempurnakan penulisan makalah
berikutnya.
18
DAFTAR PUSTAKA
Arif mansjoer, S. W. (t.thn.). Dalam Eds, Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media
Auscalapius.
Gabs, G. (2010). Askep Anak Pneumonia. Diambil kembali dari http://gardengab.com/ diakses
tanggal 3 September 2017
Mailyn, D. E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Dalam Pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Ed3. Jakarta: EGC.
Nursalam. (2001). Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Dalam Konsep dan Penyakit.
Salemba.
19