keperawatan. Tahap akhir ini dilakukan guna mengetahui sejauh mana keberhasilan
pencapaian tujuan yang telah dicapai, seberapa besar kegagalan yang terjadi dan hambatan-
hambatan apa yang menjadi kendala dalam pencapaian tujuan. Data-data ini menjadi bahan
untuk melakukan perbaikan ke depannya sehingga tidak sampai terjadi kesalahan yang
berulang.
1. Dapat mengukur secara jelas sesuai dengan tujuan instruksional. Maka dari itu, dalam
melakukan suatu tindakan keperawatan, semua harus termanajemen dengan adanya suatu
tujuan yang jelas. Tujuan tersebut menjadi yang menjadi landasan kriteria penilaian
evaluasi dalam keberhasilan tindakan yang dilakukan.
2. Mencakup seluruh elemen penilaian dan evaluasi yang dianggap dapat mewakili seluruh
kinerja hasil dalam tindakan keperawatan.
3. Mencakup bermacam-macam bentuk penilaian dan evaluasi yang benar-benar tepat
untuk mengukur hasil kinerja perawat.
4. Penyelenggaraan penilaian dan evaluasi harus disesuaikan dengan tujuan dan fungsinya
sebagai alat evaluasi.
5. Bersifat reliabel, yaitu jika alat tersebut dapat menghasilkan hasil pengukuran yang dapat
dipercaya dan jika tes itu dilakukan berulang-ulang terhadap objek yang sama hasilnya
akan tetap atau relatif sama.
6. Evaluasi merupakan proses yang berlangsung terus menerus. Evaluasi terdiri atas
evaluasi formatif dan evaluasi somatif. Evaluasi formatif digunakan untuk mengenali
kekurangan dalam memanajemen berbagai tindakan keperawatan yang dijadikan bahan
dan dasar evalusi selanjutnya. Evaluasi formatif dilakukan sepanjang tindakan
keperawatan untuk mendapat feedback. Sedangkan evaluasi somatif dilakukan untuk
menentukan derajat keberhasilan (nilai) tindakan keperawatan dan dilakukan pada akhir
unit belajar atau akhir proses.
1. Evaluasi input merupakan suatu pengkajian terhadap suatu kegiatan, yang bersifat
mencegah atau prefentif dan dilakukan dipaling awal sebelum suatu program dimulai
sehingga dapat menvegah terjadinya penyimpangan sedini mungkin. Tujuannya untuk
mengetahui metode, standar prosedur, dan sebagainya yang disesuaikan untuk
mendukung pelaksanaan program.
2. Evaluasi proses merupakan evaluasi formatif dan dilaksanakan pada saat kegiatan sedang
berlangsung. Tujuannya untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan kegiatan program
atau metode yang digunakan, dan sebagainya.
3. Evaluasi output, merupakan evaluasi sumatif atau impact evaluation, dan dilaksanakan di
akhir kegiatan untuk mengetahui hasil kegiatan program dan ketepatan waktu
pelaksanaan kegiatan. Evaluasi ini ditujukan untuk mengetahui mutu pelayanan
kesehatan dibandingkan dengan standar mutu yang sudah ditetapkan pada saat
penyusunan perencanaan.
Seperti telah diuraikan sebelumnya, evaluasi dalam manajemen keperawatan harus dapat
mengukur secara jelas hasil yang wajib dicapai. Contohnya, dalam melakukan asuhan
keperawatan maka perawat harus memiliki kemampuan kognitif tingkat tinggi (problem
solving), kemampuan psikomotor, serta sikap. Hal ini dapat di evaluasi dengan suatu metode
yang sesuai dengan jenis penilaian kemampuannya, seperti metode tes tertulis dan lisan
digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif, sedangkan tes penampilan atau metode
observasi digunakan untuk kemampuan psikomotor dan sikap/perilaku.
Menurut Bradshaw (1989), perfoma klinis dapat dievaluasi memalui empat aspek, yaitu
(1) kemampuan sosial, (2) keterampilan berkomunikasi, (3) keterampilan praktik, dan (4)
kemampuan mengambil keputusan. Sedangkan menurut Nursalam (2002), aspek yang
dievaluasi pada saat mahasiswa melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien di rumah
sakit dapat dibedakan menjadi empat intervensi keperawatan, yaitu diagnostik, terapeutik,
edukatif, dan mengambil keputusan untuk merujuk. Pemberian penilaian beranjak dari tingkat
dasar sampai ke tingkat tertinggi.