Anda di halaman 1dari 156

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA TN.

S
DENGAN ANGGOTA KELUARGA MENGALAMI
HIPERTENSI DI DESA PANGAN JAYA
KECAMATAN LAINEA KABUPATEN
KONAWE SELATAN

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Satu Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Program


Diploma III Keperawatan

Oleh :

SUKIS WATI
NIM. 14401 2017 000771

POLTEKES KEMENKES KENDARI


JURUSAN KEPERAWATAN
KENDARI
2018
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA TN. S
DENGAN ANGGOTA KELUARGA MENGALAMI
HIPERTENSI DI DESA PANGAN JAYA
KECAMATAN LAINEA KABUPATEN
KONAWE SELATAN

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

SUKIS WATI
NIM. 14401 2017 000771

POLTEKES KEMENKES KENDARI


JURUSAN KEPERAWATAN
KENDARI
2018
HALAMAN PERSETUJUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA TN. S


DENGAN ANGGOTA KELUARGA MENGALAMI
HIPERTENSI DI DESA PANGAN JAYA
KECAMATAN LAINEA KABUPATEN
KONAWE SELATAN

Disusun dan di ajukan oleh :

SUKIS WATI
NIM. 14401 2017 000771

Telah mendapatkan Persetujuan Tim pembimbing

Menyetujui

Pembimbing :

Sitti Muhsinah, M.Kep, Sp.KMB


Nip. 19860509 201012 2002

Mengetahui :

Ketua Jurusan Keperawatan

Indriono Hadi, S.Kep, Ns, M.Kes

NIP. 197003301995031001
HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA TN. S


DENGAN ANGGOTA KELUARGA MENGALAMI
HIPERTENSI DI DESA PANGAN JAYA
KECAMATAN LAINEA KABUPATEN
KONAWE SELATAN

Disusun dan diajukan oleh :

SUKIS WATI
NIM. 14401 2017 000771

Karya Tulis ini telah dipertahankan pada Seminar Hasil Karya Tulis Ilmiah di
depan TIM Penguji Pada Hari tanggal : Jumat, 3 Agustus 2018
dan telah dinyatakan memenuhi syarat

Menyetujui :

1. Sitti Muhsinah, M.Kep, Sp.KMB ( )

2. Reni Devianti, M.Kep, Sp.KMB ( )

3. Dian Yuniar SR, SKM, M.Kep ( )

4. Muhaimin Saranani, S.Kep, Ns, M.Sc ( )

Mengetahui :

Ketua Jurusan Keperawatan

Indriono Hadi, S.Kep, Ns, M.Kes


NIP. 197003301995031001
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Sukis Wati

Nim : 14401 2017 000771

Institusi pendidika : Jurusan Keperawatan Poltekes Kemenkes Kendari

Judul KTI : ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA


TN. S DENGAN ANGGOTA KELUARGA
MENGALAMI HIPERTENSI DI DESA PANGAN
JAYA KECAMATAN LAINEA KABUPATEN
KONAWE SELATAN

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir Yang saya tulis ini benar-
benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau
pikiran oraang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Kendari, 26 Juli 2018

Yang Membuat Pernyataan,

SUKIS WATI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS

1. Nama Lengkap : Sukis Wati

2. Tempat/tanggal Lahir : Pangan Jaya, 03 Maret 1980

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Suku/Kebangsaan : Jawa/Indonesia

6. Alamat : Desa Pangan Jaya Kec. Lainea Kab.

Konsel

II. PENDIDIKAN

1. Sekolah dasar Negeri : SDN Pangan Jaya Tahun 1993

2. Sekolah Menengah Pertama : SMPN Pamandati Tahun 1996

3. SPK Depkes Kendari : Tahun Lulus 1999

4. Poltekes Kemenkes Kendari Tahun 2017-2018


MOTTO

LAUTAN KAN KU SEBRANGI, GUNUNGPUN KAN KU DAKI

WALAUPUN RINTANGGAN DAN HALANGAN DI DEPAN MATA SAYA

AKAN BERJUANG DEMI KELUARGAKU TERCINTA


KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu,

Bismillahirrahmanirrahiim Puja dan puji syukur penulis ucapkan kepada Allah

SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya Karya Tulis Ilmiah berjudul “ASUHAN

KEPERAWATAN KELUARGA PADA PASIEN HIPERTENSI DI DESA

PANGAN JAYA KECAMATAN LAINEA KABUPATEN KONAWE

SELATAN” ini dapat terselesaikan walaupun dengan keterbatasan pengetahuan,

waktu, tenaga, biaya dan informasi yang dimiliki penulis.

Karya Tulis Ilmiah ini dibuat sebagai salah satu persyaratan guna

memperoleh gelar Diploma III (DIII) pada Jurusan Keperawatan Poltekes

Kemenkes Kendari. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menyadari

sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, skripsi ini

tidak akan terwujud.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang tak

terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan Karya Tulis

Ilmiah ini, baik berupa dorongan moril maupun materil. Karena penulis yakin

tanpa bantuan dan dukungan tersebut, sulit rasanya bagi penulis untuk

menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini. Disamping itu, izinkan penulis untuk

menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya

kepada :
1. Ibu Askrening, S.KM, M.Kes selaku Direktur Poltekes Kemenkes Kendari

dan segenap birokrat institusi yang telah menyediakan fasilitas dan

kemudahan selama penulis menimbah ilmu di jurusan IlmuKeperawatan di

Poltekes Kemenkes Kendari

2. Bapak Indriono Hadi, S.Kep, Ns, M.Kes selaku dekan ketua jurusan

Keperawatan Poltekes Kemenkes Kendari dan seluruh dosen, staf beserta

karyawan yang telah memberi bantuan kepada penulis dalam rangka

pendidikan di jurusan Keperawatan di Poltekes Kemenkes Kendari

3. Ibu Sitti Muhsinah, M.Kep, Sp.Kep MB selaku pembimbing atas segala

bantuan dan bimbingan serta arahan dan limpahan ilmu yang tidak ternilai.

4. Ibu Reni Devianti, M.Kep, Sp.Kep MB, Ibu Dian Yuniar, SR, SKM, M.Kep

dan Muhaimin Saranani, S.Kep, Ns, M.Sc selaku penguji yang tulus memberi

saran dan kritik kepada penulis.

5. Bapak dan ibu Dosen Pengajar di jurusan Keperawatan Poltekes Kemenkes

Kendari atas bimbingan dan arahannya serta limpahan ilmunya yang tiada

ternilai.

6. Ungkapan terimakasih dan penghargaan yang sangat spesial penulis haturkan

dengan rendah hati dan rasa hormat kepada kedua orang tua penulis yang

tercinta, Ayahanda Kasmijan, Ibunda Tumi dan suami tercinta La Hadi,

S.Pd serta Anak-anakku Muhammad Adiyta, Muhammad Adiansyah, dan

Hildawati. Yang dengan segala pengorbanannya takakan pernah penulis

lupakan atas jasa – jasa mereka. Doarestu, nasihat dan petunjuk dari mereka
kiranya merupakan dorongan moril yang paling efektif bagi kelanjutan studi

penulis hingga saat ini.

7. Sahabat dan teman seperjuanganku serta kerjasama yang baik selama ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Ilmiah ini masih jauh dari

sempurna. Olehnya itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis

harapkan dan hargai sebagai masukan demi kesempurnaan penulisan serupa

dimasa yang akan datang.

Kendari, Juli 2018

SUKIS WATI
DAFTAR ISI

JUDUL PENELITIAN .................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ........................................................ iii

KEASLIAN PENELITIAN ............................................................................. iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP......................................................................... v

HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vi

KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakang .......................................................................... 1

B. Tujuan Penelitian ...................................................................... 7

C. Manfaat Penelitian .................................................................... 8

D. Metode Penelitian ..................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. TinjauanUmum Hipertensi ....................................................... 11

1. Defenisi Hipertensi ............................................................ 11

2. Etiologi Hipertensi ............................................................. 12

3. Patofisiologi Hipertensi ..................................................... 12

4. Manifestasi Klinis Hipertensi ............................................ 15

5. Pemeriksaan Penunjang Hipertensi .................................... 15


6. Klasifikasi Hipertensi ......................................................... 16

7. Komplikasi Hipertensi ....................................................... 17

8. Penatalaksanaan Hipertensi ............................................... 18

9. Pathway Hipertensi ............................................................ 25

10. Fokus Pengkajian Hipertensi ............................................. 26

11. Fokus Diagnosa Hipertensi ................................................ 32

12. Fokus Intervensi Hipertensi ............................................... 34

B. TinjauanUmumKeluarga…….. ............................................... 37

1. Defenisi Keluarga .............................................................. 37

2. Struktur Keluarga ............................................................... 37

3. Macam-macam Tipe Keluarga ........................................... 39

4. Peran Keluarga ................................................................... 43

5. Fungsi Keluarga ................................................................. 44

6. Tahap-tahap Perkembangan Keluarga ............................... 45

7. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan ................................ 54

BAB III LAPORAN KASUS

A. Pengkajian ................................................................................ 56

B. Analisa Data ............................................................................. 76

C. Skala Prioritas Masalah Asuhan Keperawatan Keluarga ......... 80

D. Rumusan Diagnosa Asuhan Keperawatan Keluarga ................ 86

E. Intervensi Asuhan Keperawatan Keluarga ............................... 87

F. Implementasi Asuhan Keperawatan Keluarga ......................... 96


BAB IV PEMBAHASAN

A. Pengkajian ................................................................................ 107

B. Diagnosa ................................................................................... 110

C. Intervensi .................................................................................. 111

D. Implementasi ............................................................................ 115

E. Evaluasi .................................................................................... 121

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................... 124

B. Saran ........................................................................................ 128

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan tekanan darah yang

melebihi tekanan darah sistole menetap di atas 140 mmHg dan diastole yang

menetap 90 mmHg. World Health Organization (WHO), tekanan darah

normal bila kurang dari 135/85 mmHg, dan diantara nilai tersebut dikatakan

normal tinggi. Namun untuk orang Indonesia, tekanan darah yang ideal

adalah sekitar 110-120/80-90 mmHg (Robins, 2015).

Hipertensi dapat menyerang hampir seluruh golongan masyarakat di

seluruh dunia. Jumlah penderita hipertensi yang terus bertambah dari tahun

ke tahun. Oleh mereka tidak menjalani pengobatan sesuai anjuran tenaga

kesehatan, sehingga hal tersebut menyebabkan hipertensi sebagai penyebab

kematian tertinggi di Dunia (Riskesdes, 2013).

Data World Health Organization (WHO), pada tahun 2011 menunjukan

satu milyar orang di dunia menderita hipertensi, 2/3 berada di negara

berkembang yang berpenghasilan rendah sampai sedang. Pravalensi

hipertensi akan terus meningkat tajam dan diprediksi pada tahun 2025

sebanyak 25% orang dewasa di seluruh dunia. Hipertensi telah

mengakibatkan kematian sekitar 8 juta orang setiap tahun (Kemenkes RI,

2017).
Untuk kawasan Asia, penyakit hipertensi telah membunuh 1,5 juta

orang setiap tahunnya. Hal ini menandakan satu dari tiga orang menderita

tekanan darah tinggi. Sementara di kawasan Asia Tenggarad, 36 % orang

dewasa menderita hipertensi (Chandra, 2013).

Data Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013 di Indonesia penderita

hipertensi diatas 18 tahun sebanyak 666.920 orang, hipertensi lebih tinggi

terjadi pada perempuan yaitu sebanyak 346.799 orang sedangkan penderita

hipertensi laki-laki sebanyak 319.121 orang. Prevalensi hipertensi di

Indonesia berada pada urutan 10 teratas yang dapat menyebakan kematian

pada semua kelompok umur dengan strok sebagai penyebab kematian nomor

satu jumlah angka hipertensi tertinggi di Indonesia (Kemenkes RI, 2016).

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Provinsi Sulawesi Tenggara

(Riskesdes, 2016). Penyakit degenerative atau penyakit tidak menular jenis

PTM yang masuk dalam 10 besar tidak bertambah, tetapi yang menjadi

catatan adalah kenaikan peringkatnya dalam daftar tersebut. Jika pada tahun

2015 hipertensi berada pada urutan ke -4 , maka pada tahun 2016 bergeser

naik ke urutan ke -1. Hal ini secara ekplisit menunjukan meningkatnya

jumlah penderita hipertensi di Sulawesi Tenggara (Kemenkes RI, 2016).

Gejala- gejala yang sering muncul pada penderita hipertensi yaitu

sering merasa pusing atau nyeri kepala, rasa pegal dan tidak nyaman pada

tengkuk, tiba-tiba ada perasaan berputar dan ingin jatuh, dada sering

berdebar-debar, dan telinga kadang berdenging. (Utomo, 2015)


Nyeri kepala karena hipertensi ini dikategorikan sebagai nyeri kepala

intrakranial yaitu jenis nyeri kepala migren dimana nyeri kepala tipe ini

sering diduga akibat fenomena vaskular abnormal. Nyeri kepala ditandai

sensasi prodromal misal nausea, penglihatan kabur, auravisual, atau tipe

sensorik halusinasi. Salah satu teori penyebab nyeri kepala migraine ini

akibat dari emosi atau ketegangan yang berlangsung lama yang akan

menimbulkan reflek vasospasme beberapa pembuluh arteri kepala termasuk

pembuluh arteri yang memasok ke otak. Secara teoritis, vasospasme yang

terjadi akan menimbulkan iskemik pada sebagian otak sehingga terjadi nyeri

kepala (Hall, 2014).

Pada penelitian yang dilakukan Sugiarto A pada tahun 2007 terdapat

berbagai faktor yang mempengaruhi tekanan darah, dimana dari 310

responden di temukan faktor resiko hipertensi yang telah terbukti antara lain

umur, riwayat keluarga, konsumsi asin, penggunaan jelantah, tidak biasa

olahraga, olahraga tidak ideal, obesitas dan penggunaan pil KB selama 12

tahun berturut-turut.

Dampak penyakit hipertensi berkembang dari tahun ke tahun dan

membuahkan banyak komplikasi, utamanya pada penyakit jantung, otak,

reginjal dan pembuluh darah dengan komplikasi berupa “infak miokard”

(serangan jantung), gagal jantung, stroke (serangan otak), gagal ginjal dan

penyakit vaskuler perifer. Selain itu, tekanan darah tinggi juga berpengaruh

terhadap pembuluh darah koroner di jantung berupa terbentuknya plak


(timbunan) aterosklerosis yang dapat mengakibatkan penyumbatan pembuluh

darah dan menghasilkan serangan jantung (Asmadi, 2014).

Menurut penelitian sutrisno pada tahun 2013, edukasi perawat

berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan

hipertensi, dimana berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan uji

mano-whitney rata-rata penurunan tekanan darah sistolik pada kelompok

ekperimen (16,16) > kelompok kontrol (11,8) dengan p-value = 0,12. Rata-

rata penurunan diastolik kelompok ekperimen (8,27) > kelompok kontrol

(5,1) dengan p-value = 0,20.

Upaya penetalaksanaan hipertensi pada dasarnya dapat dilakukan

melalui pengendalian faktor risiko dan terapi farmakologi, dimana

pengendalian faktor resiko yaitu mengatasi obesitas/menurunkan kelebihan

berat badan, mengurangi asupan garam didalam tubuh, ciptakan keadaan

rileks, melakukan olah raga teratur dan berhenti merokok. Adapun terapi

farmakologi yaitu mengendalikan angka kesakitan dan kematian akibat

penyakit hipertensi dengan cara seminimal mungkin menurunkan gangguan

terhadap kualitas hidup penderita. Pengobatan hipertensi dimulai dengan obat

tunggal , masa kerja yang panjang sekali sehari dan dosis dititrasi. Obat

berikutnya mungkin dapat ditambahkan selama beberapa bulan pertama

perjalanan terapi. Pemilihan obat atau kombinasi yang cocok bergantung pada

keparahan penyakit dan respon penderita terhadap obat anti hipertensi

(Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, 2016).


Penatalaksanaan dan perawatan hipertensi pada lanjut usia memerlukan

pendekatan tersendiri pada pemahaman yang lebih baik tentang

patofisiologinya. Perlindungan pertama yang terbaik untuk mengatasi

kerusakan pembuluh darah akibat hipertensi adalah dengan mencegahnya ,

perlindungan kedua yang terbaik adalah dengan mengontrolnya secara rutin .

Selain itu, penting sekali support atau dukungan keluarga psikososial dari

berbagai pihak khususnya keluarga orang yang paling dekat dengan usia

lanjut (Zulfitri, 2013)

Pada penderita hipertensi, keluarga mempunyai pengaruh kepada sikap

dan kebutuhan belajar bagi penderita dengan cara menolak atau memberikan

dukungan baik secara fisik, psikologis, emosional, dan sosial. Penderita

hipertensi akan memiliki sikap lebih positif untuk mempelajari hipertensi,

apabila keluarga memberikan dukungan dan berpartisipasi dalam pendidikan

kesehatan mengenai hipertensi. Sebaliknya Penderita hipertensi akan bersikap

negatif apabila terjadi penolakan terhadap pasien dan tanpa adanya dukungan

dari keluarga selama menjalani pengobatan (Soegondo, 2006).

Keluarga dapat melaksanakan perawatan atau pemeliharaan kesehatan

dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yaitu (1) Keluarga mampu

mengenal masalah kesehatan keluarga, (2) Keluarga mampu membuat

keputusan tindakan kesehatan yang tepat, (3) Keluarga mampu memberi

perawatan pada anggota keluarga yang sakit, (4) Keluarga mampu

mempertahankan suasana rumah yang sehat dan (5) Keluarga mampu

menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat (Mubarak, 2015).


Data dinas kesehatan Kabupaten Konawe Selatan pada tahun 2014

menunjukan pravalensi kejadian hipertensi sebesar 12,30% (7.120) kasus.

kemudian pada tahun 2015 penderita hipertensi 14,46% ( 7.236). pada tahun

2016 jumlah penderita hipertensi meningkat menjadi 14,78% (7.312).

(Dinkes Konawe Selatan, 2018)

Menurut data rekam medik Puskesmas Pamandati Kabupaten Konawe

Selatan jumlah penderita hipertensi pada tahun 2015 berjumlah 157

penderita, pada tahun 2016 berjumlah 186 penderita dan pada tahun 2017

berjumlah 197 penderita. Dari data tersebut tampak adanya kecenderungan

peningkataan kasus kejadian hipertensi di lingkungan Puskesmas Pamandati

Kabupaten Konawe Selatan. (Medikal Record Puskesmas Pamandati

Kabupaten Konawe Selatan, 2018).

Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis ingin melakukan

penelitian dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Tn. S

Dengan Anggota Keluarga Mengalami Hipertensi di Desa Pangan Jaya

Kecamatan Lainea Kabupaten Konawe Selatan”.


B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mampu menerapkan Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. S Dengan

Anggota Keluarga Yang Mengalami Hipertensi di Desa Pangan Jaya

Kecamatan Lainea Kabupaten Konawe Selatan

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian keluarga Tn. S dengan

diagnosa Keluarga Yang Mengalami Hipertensi di Desa Pangan

Jaya Kecamatan Lainea Kabupaten Konawe Selatan

b. Penulis mampu menentukan analisa data keluarga Tn. S dengan

diagnosa Keluarga Yang Mengalami Hipertensi di Desa Pangan

Jaya Kabupaten Kecamatan Lainea Konawe Selatan

c. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan keluarga Tn. S

dengan diagnosa Keluarga Yang Mengalami Hipertensi di Desa

Pangan Jaya Kecamatan Lainea Kabupaten Konawe Selatan

d. Penulis mampu menyusun intervensi keperawatan keluarga Tn. S

dengan diagnosa Keluarga Yang Mengalami Hipertensi di Desa

Pangan Jaya Kecamatan Lainea Kabupaten Konawe Selatan

e. Penulis mampu melaksanakan implementasi keperawatan keluarga

Tn. S dengan diagnosa Keluarga Yang Mengalami Hipertensi di

Desa Pangan Jaya Kecamatan Lainea Kabupaten Konawe Selatan


f. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan Pada Pasien

Hipertensi di Desa Pangan Jaya Kecamatan Lainea Kabupaten

Konawe Selatan.`

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Penulis

Sebagai pengalaman baru dalam melakukan penelitian dan dapat

mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dengan keadaan

yang ada di masyarakat.

2. Manfaat Bagi tenaga kesehatan

Dapat memberikan gambaran informasi tentang permasalahan yang

terjadi pada keluarga sehingga lebih menggerakan penyuluhan tentang

pencegahan penyakit hipertensi.

3. Manfaat Bagi institusi pendidikan

Dapat dipergunakan sebagai acuan atau studi banding dalam penelitian

mahasiswa selanjutnya tentang Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Tn. S

Dengan Anggota Keluarga Mengalami Hipertensi di Desa Pangan

Kecamatan Lainea Jaya Kabupaten Konawe Selatan


D. Metode Penelitian

1 Tempat dan waktu pelaksanaan studi kasus

Studi kasus ini dilakukan di Desa Pangan Jaya Kecamatan Lainea

Kabupaten Konawe Selatan pada bulan Juni 2018.

2 Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data pada penulisan Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan

tehnik pengumpulan data yaitu :

a. Studi kepustakaan

Mempelajari isi literatur-literatur yang berhubungan dengan karya

tulis Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Pasien Hipertensi di Desa

Pangan Jaya Kecamatan Lainea Kabupaten Konawe Selatan.

b. Studi kasus

Menggunakan pendekatan proses keperawatan pada klien dan

keluarga yang meliputi ; pengkajian, analisa data, penerapan diagnosa

keperawatan, penyusunan rencana tindakan keperawatan dan

menentukan evaluasi asuhan keperawatan.

Untuk melengkapi data/informasi dalam pengkajian menggunakan

beberapa cara antara lain :


1) Observasi

Mengadakan pengamatan langsung pada klien dengan cara

melakukan pemeriksaan yang berkaitan dengan perkembangan

dan keadaan klien.

2) Wawancara

Mengadakan wawancara dengan klien dan keluarga, dengan

mengadakan pengamatan langsung.

3) Pemeriksaan fisik

Melakukan pemeriksaan terhadap klien melalui ; inspeksi,

palpasi, aukultasi, dan perkusi.

4) Studi dokumentasi

Penulis memperoleh data dan medical record dan hasil

pemeriksaan fisik.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Hipertensi

1. Defenisi Hipertensi

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90

mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai

tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Sheps,

2014).

Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara

terus menerus sehingga melebihi batas normal. Tekanan darah normal

adalah 110/90 mmHg. Hipertensi merupakan produk dari resistensi

pembuluh darah perifer dan kardiak output (Wexler, 2007). Sedangkan

menurut Smeltzer (2014) bahwa hipertensi dapat didefinisikan sebagai

tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan

diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan

sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.

Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama

dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 90

mmHg.
2. Etiologi Hipertensi

1) Tidak di ketahui penyebabnya / keturunan (Hipertensi primer) Faktor-

faktor resiko :

Usia, Merokok, Kelebihan berat badan atau obesitas, Kurang

olahraga, Terlalu banyak mengonsumsi minuman, keras dan Stres

2) Disebabkan oleh penyakit lain ( hipertensi sekunder ) Antara lain

penyakit :

Ginjal, Saraf dan Tumor

(Lany Gunawan, 2011)

3. Patofisiologi Hipertensi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh

darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat

vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke

korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis

di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam

bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke

ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan

asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke

pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin

mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti

kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah

terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat


sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas

mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla

adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks

adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat

respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang

mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan

rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian

diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada

gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon

ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,

menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini

cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan

structural dan fungsional pada system pembuluh perifer

bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia

lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas

jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah,

yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang

pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang

kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh


jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung

dan peningkatantahanan perifer (Smeltzer, 2013).

Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya

“hipertensi palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak

dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo,2016).

Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang

diteruskan ke sel jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan

tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka akan

mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan

Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II

berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga

terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan

hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut

akan berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan

tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organorgan

seperti jantung. (Soeparman ,2015)


4. Manifestasi Klinis Hipertensi

Manifestasi klinis atau tanda-tanda pada klien dengan hipertensi

menurut Soeparman (2016) adalah :

a. Tekanan darah tinggi > 140/90 mmHg

b. Leher kaku

c. Kepala pusing hebat

d. Lemah dan lemas

e. Penyempitan pembuluh darah akibat merokok

f. Banyak Kencing di malam hari

g. Sulit Bernafas saat beraktivitas

5. Pemeriksaan Penunjang Hipertensi

a. Hb: untuk mengetahui dari sel-sel terhadap volume cairan dan dapat

mengetahui factor resiko seperti : anemia.

b. Kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.

c. Urinalisa: untuk mengetahui protein dalam urine, darah, dan glukosa

d. EKG: Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian

gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung

hipertensi.

e. Ronsen: untuk menunjukan klasifikasi pada area katup , pembesaran

jantung

f. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral

( Sheps, 2014)
6. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi menurut WHO:

a. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan

140 mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg.

b. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149

mmHg dan diastolik 91-94 mmHg.

c. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau

sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan

95mmHg.

Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan

darah yang mendadak (sistole ≥180 mmHg dan/atau diastole ≥120

mmHg), pada penderita hipertensi, yg membutuhkan penanggulangan

segera yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi dengan

kemungkinan timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target (otak,

mata (retina), ginjal, jantung, dan pembuluh darah). Tingginya tekanan

darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya tekanan

darah.Dibagi menjadi dua:

a. Hipertensi Emergensi

Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera

dengan obat antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ

target akut atau progresif target akut atau progresif. Kenaikan TD

mendadak yg disertai kerusakan organ target yang progresif dan di


perlukan tindakan penurunan TD yg segera dalam kurun waktu

menit/jam.

b. Hipertensi urgensi

Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna

tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif

bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target

progresif dan tekanan darah perlu diturunkan dalam beberapa jam.

Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam

(penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam

hitungan jam sampai hari) (Lany Gunawan, 2014 ).

7. Komplikasi Hipertensi

Efek pada organ:

a. Otak

1) Pemekaran pembuluh darah

2) Perdarahan

3) Kematian sel otak : stroke

b. Ginjal

1) Malam banyak kencing

2) Kerusakan sel ginjal

3) Gagal ginjal
c. Jantung

1) Membesar

2) Sesak nafas (dyspnoe)

3) Cepat lelah

4) Gagal jantung

(Wexler, 2007).

8. Penatalaksanaan Hipertensi

Upaya penetalaksanaan hipertensi pada dasarnya dapat dilakukan melalui

pengendalian faktor risiko dan terapi farmakologi (Direktorat

Pengendalian Penyakit Tidak Menular, (2016).

a. Pengendalian Faktor Risiko

1) Mengatasi obesitas/menurunkan kelebihan berat badan.

Obesitas bukanlah penyebab hipertensi. Akan tetapi prevalensi

hipertensi pada obesitas jauh lebih besar. Risiko relatif untuk

menderita hipertensi pada orang-orang gemuk 5 kali lebih tinggi

dibandingkan dengan seorang yang badannya normal. Sedangkan,

pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-33% memiliki

berat badan lebih (overweight). Dengan demikian obesitas harus

dikendalikan dengan menurunkan berat badan.

2) Mengurangi asupan garam didalam tubuh.

Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan

makan penderita. Pengurangan asupan garam secara drastis akan


sulit dilaksanakan. Batasi sampai dengan kurang dari 5 gram (1

sendok teh) per hari pada saat memasak.

3) Ciptakan keadaan rileks

Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat

mengontrol sistem syaraf yang akhirnya dapat menurunkan

tekanan darah.

4) Melakukan olah raga teratur

Berolahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45

menit sebanyak 3-4 kali dalam seminggu, diharapkan dapat

menambah kebugaran dan memperbaiki metabolisme tubuh yang

ujungnya dapat mengontrol tekanan darah.

5) Berhenti merokok

Merokok dapat menambah kekakuan pembuluh darah sehingga

dapat memperburuk hipertensi. Zat-zat kimia beracun seperti

nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok yang

masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel

pembuluh darah arteri, dan mengakibatkan proses

artereosklerosis, dan tekanan darah tinggi. Pada studi autopsi,

dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan adanya

artereosklerosis pada seluruh pembuluh darah. Merokok juga

meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk

disuplai ke otot-otot jantung. Merokok pada penderita tekanan


darah tinggi semakin meningkatkan risiko kerusakan pada

pembuluh darah arteri.

b. Terapi Farmakologis

Penatalaksanaan penyakit hipertensi bertujuan untuk mengendalikan

angka kesakitan dan kematian akibat penyakit hipertensi dengan cara

seminimal mungkin menurunkan gangguan terhadap kualitas hidup

penderita. Pengobatan hipertensi dimulai dengan obat tunggal , masa

kerja yang panjang sekali sehari dan dosis dititrasi. Obat berikutnya

mungkin dapat ditambahkan selama beberapa bulan pertama

perjalanan terapi. Pemilihan obat atau kombinasi yang cocok

bergantung pada keparahan penyakit dan respon penderita terhadap

obat anti hipertensi. Beberapa prinsip pemberian obat anti hipertensi

sebagai berikut :

1) Pengobatan hipertensi sekunder adalah menghilangkan penyebab

hipertensi.

2) Pengobatan hipertensi esensial ditujukan untuk menurunkan

tekanan darah dengan harapan memperpanjang umur dan

mengurangi timbulnya komplikasi. 3. Upaya menurunkan

tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat anti hipertensi.

3) Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang, bahkan

pengobatan seumur hidup.


Jenis-jenis Obat Anti Hipertensi (OAH)

1) Diuretik

Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan mengeluarkan cairan

tubuh (Iewat kencing), sehingga volume cairan tubuh berkurang

mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan dan

berefek turunnya tekanan darah. Digunakan sebagai obat pilihan

pertama pada hipertensi tanpa adanya penyakit lainnya.

2) Penghambat Simpatis

Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktifitas syaraf

simpatis (syaraf yang bekerja pada saat kita beraktifitas). Contoh

obat yang termasuk dalam golongan penghambat simpatetik

adalah metildopa, klonodin dan reserpin. Efek samping yang

dijumpai adalah: anemia hemolitik (kekurangan sel darah merah

kerena pecahnya sel darah merah), gangguan fungsi hati dan

kadangkadang dapat menyebabkan penyakit hati kronis. Saat ini

golongan ini jarang digunakan.

3) Betabloker

Mekanisme kerja obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan

daya pompa jantung. Jenis obat ini tidak dianjurkan pada

penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernafasan

seperti asma bronkhial. Contoh obat golongan betabloker adalah

metoprolol, propanolol, atenolol dan bisoprolol. Pemakaian pada

penderita diabetes harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala


hipoglikemia (dimana kadar gula darah turun menjadi sangat

rendah sehingga dapat membahayakan penderitanya). Pada orang

dengan penderita bronkospasme (penyempitan saluran

pernapasan) sehingga pemberian obat harus hati-hati.

4) Vasodilatator

Obat ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi

otot polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan

ini adalah prazosin dan hidralazin. Efek samping yang sering

terjadi pada pemberian obat ini adalah pusing dan sakit kepala.

5) Penghambat enzim konversi angiotensin

Kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat

angiotensin II (zat yang dapat meningkatakan tekanan darah).

Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah kaptopril. Efek

samping yang sering timbul adalah batuk kering, pusing, sakit

kepala dan lemas.

6) Antagonis kalsium

Golongan obat ini bekerja menurunkan daya pompa jantung

dengan menghambat kontraksi otot jantung (kontraktilitas). Yang

termasuk golongan obat ini adalah : nifedipin, diltizem dan

verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit,

pusing, sakit kepala dan muntah.


7) Penghambat reseptor angiotensin II

Kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat

angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya

daya pompa jantung. Obatobatan yang termasuk .golongan ini

adalah valsartan. Efek samping yang mungkin timbul adalah sakit

kepala, pusing, lemas dan mual.

Tatalaksana hipertensi dengan obat anti hipertensi yang dianjurkan

1) Diuretik: hidroclorotiazid dengan dosis 12,5 - 50 mg/hari

2) Penghambat ACE/penghambat reseptor angiotensin II : Captopril

25 – 100 mmHg

3) Penghambat kalsium yang bekerja panjang : nifedipin 30 - 60

mg/hari

4) Penghambat reseptor beta: propanolol 40 - 160 mg/hari

5) Agonis reseptor alpha central (penghambat simpatis): reserpin

0,05 - 0,25 mg/hari.

Tatalaksana pengendalian penyakit hipertensi dilakukan

dengan pendekatan:

1) Promosi kesehatan diharapkan dapat memelihara, meningkatkan

dan melindungi kesehatan diri serta kondisi lingkungan sosial,

diintervensi dengan kebijakan publik, serta dengan meningkatkan

pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai prilaku hidup

sehat dalam pengendalian hipertensi.


2) Preventif dengan cara larangan merokok, peningkatan gizi

seimbang dan aktifitas fisik untuk mencegah timbulnya faktor

risiko menjadi lebih buruk dan menghindari terjadi Rekurensi

(kambuh) faktor risiko.

3) Kuratif dilakukan melalui pengobatan farmakologis dan tindakan

yang diperlukan. Kematian mendadak yang menjadi kasus utama

diharapkan berkurang dengan dilakukannya pengembangan

manajemen kasus dan penanganan kegawatdaruratan disemua

tingkat pelayanan dengan melibatkan organisasi profesi, pengelola

program dan pelaksana pelayanan yang dibutuhkan dalam

pengendalian 4. Rehabilitatif dilakukan agar penderita tidak jatuh

pada keadaan yang lebih buruk dengan melakukan kontrol teratur

dan fisioterapi Komplikasi serangan hipertensi yang fatal dapat

diturunkan dengan mengembangkan manajemen rehabilitasi kasus

kronis dengan melibatkan unsur organisasi profesi, pengelola

program dan pelaksana pelayanan di berbagai tingkatan.


9. Pathway

umur Jenis kelamin Gaya hidup obesitas

Elastisitas , arteriosklerosis

hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah

vasokonstriksi

Gangguan sirkulasi

otak ginjal Pembuluh darah Retina

Resistensi
Suplai O2 Vasokonstriksi sistemik koroner Spasme
otak
pembuluh pembuluh darah arteriole
menurun ginjal
darah otak
vasokonstriksi Iskemi
miocard diplopia
Blood flow
Nyeri Gangguan sink munurun
kepala pola tidur op Afterload
(insomnia) meningkat Nyeri dada Resti
injuri
Respon RAA
Gangguan
perfusi Penurunan Fatique
jaringan Rangsang curah jantung
aldosteron
Intoleransi
aktifitas
Retensi Na

(Smeltzer, 2014) edema


9. Fokus Pengkajian Hipertensi

Menurut Suprajitno, (2014) mengemukakan bahwa pengkajian

keluarga pasien hipertensi yaitu meliputi:

a. Data Umum :

Nama KK, Umur, Agama, Alamat, Pekerjaan, Pendidikan, dan

Penghasilan

b. Data Komposisi Keluarga

L Status Imunisasi
Hubungan
Nama / Umur Pendidikan
dengan KK BCG Polio DPT Campak
P

c. Genogram :

d. Tipe Keluarga :

e. Suku Bangsa :

f. Agama :

g. Status Ekonomi Keluarga :

h. Aktivitas Rekreasi Keluarga :

i. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga

1) Tahap Perkembangan Keluarga Saat ini

2) Riwayat Kesehatan Sebelumnya


j. Lingkungan

1) Karakteristik Rumah

a) Luas :

b) Jenis :

c) Sirkulasi udara dan Pencahayaan :

d) Pemanfaatan ruangan rumah :

e) Kebersihan ruangan :

f) Lantai :

g) Jarak septic tank dengan sumur :

h) Sumber air minum :

i) Pembuangan limbah :

j) Halaman dimanfaatkan :

k) Keadaan pekarangan :

l) Pembuangan sampah :

2) Denah Rumah

k. Karakteristik Tetangga dan Komunitas

l. Mobilitas Geografis Keluarga

m. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi Dengan Masyarakat

n. Sistem Pendukung Keluarga

o. Struktur Keluarga

1) Pola Komunikasi Keluarga

2) Struktur Kekuatan Keluarga


p. Struktur Peran

q. Nilai dan Norma Keluarga

r. Fungsi Keluarga

1) Fungsi Afektif

2) Fungsi Sosialisasi

s. Fungsi Perawatan Kesehatan

1) Penyediaan makanan

2) Kemampuan mengenal masalah kesehatan

3) Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan

4) Merawat anggota keluarga yang sakit

5) Kemampuan keluarga memelihara lingkungan yang sehat

6) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas atau pelayanan

kesehatan di masyarakat

t. Fungsi Reproduksi

u. Fungsi Ekonomi

v. Stress dan Koping Keluarga

1) Stress Jangka Pendek dan Jangka Panjang

a) Stressor jangka pendek

b) Stressor jangka panjang

2) Kemampuan Keluarga Keluarga Berrespon Terhadap Stressor

3) Strategi Kopping Yang Digunakan

4) Strategi Adaptasi Disfungsional


w. Pemeriksaan Fisik

No Aspek Yang Diperiksa

1 Penampilan

2 Kesadaran

3 Tanda-tanda Vital

a. Tensi

b. Suhu

c. Nadi

d. Respirasi

4 Kepala

a. Rambut

b. Kulit

c. kepala

d.Massa/nyeri

5 Mata

a. Bentuk

b.Konjungtiva

c. Sclera

d. Lensa

e. Reflek pupil

f.Fungsi penglihatan

6 Hidung

a. Bentuk

b. Septum nasal
c.Secret/linder

d. Nyeri/masa

e.Pernapasan cuping hidung

f.Fungsi penciuman

7 Mulut

a. Keadaan

b. Mukosa

c. Jumlah gigi

d. Caries

e. Ovula

d.Fungsi pengecapan

8 Telinga

a. Bentuk

b. Arikula

c. Serumen

d. Fungsi pendengaran

9 Leher

a. Vena jugolaris

b. Reflek menelan

c. Kelenjar getah bening

10 Dada/paru

a. Bentuk

b. Pergerakan

c. Perkusi

d. Auskultasi paru
e. Auskultasi jantung

11 Abdomen

a. Bentuk

b. Massa

c. Nyeri tekan

d. Bising usus

12 Ekstremitas

a. Bentuk

b. Deformitas

c Pergerakan

d. Tonus

e. Oedema

f. Varises

g. Kekuatan otot

h .ekstremitas atas dan bawah

13 Antropometri

a. TB

b. BB

x. Harapan Keluarga

Harapan keluarga terhadap petugas kesehatan :


10. Fokus Diagnosa Keperawatan Keluarga dengan Hipertensi

Fokus diagnosa keperawatan keluarga pada pasien hipertensi

menurut NANDA (2018).

Kode Diagnosis

00097 Penurunan pelaksanaan aktifitas pengalih

00262 Kesipan meningkatkan literasi kesehatan

00168 Gaya hidup kurang gerak

00257 Sindrom lansia lemah

00231 Resiko sindrom lansia lemah

00215 Defisiensi kesehatan komunitas

00188 Prilaku kesehatan cenderung berisiko

00099 Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan

00078 Ketidakefektifan manajemen kesehatan

00080 Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga

00043 Ketidakefektifan perlindungan

00002 Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

000163 Kesiapan meningkatkan nutrisi


00165 Kesipan meningkatkan tidur

00198 Gangguan pola tidur

00091 Hambatan mobilitas di tempat tidur

00085 Hambatan mobilitas fisik

00089 Hambatan mobilitas berkusi roda

00237 Hambatan duduk

00238 Hambatan berdiri

00090 Hambatan kemampuan berpindah

00088 Hambatan berjalan

00273 Ketidakseimbangan medan energi

00098 Hambatan pemeliharaan rumah

00108 Defisit perawaatan diri mandi

00109 Defisit perawatn diri berpakaian

00102 Defisit perawatan diri makan

00110 Defisit perawatan diri eliminasi

00182 Kesiapan meningkatkan perawatan diri


00126 Defisiensi pengetahuan

00161 Kesiapan meningkatkan pengetahuan

00131 Hambatan memori

00214 Hambatan rasa nyaman

00183 Kesiapan meningkatkan rasa nyaman

00132 Nyeri akut

00133 Nyeri kronis

11. Fokus Intervensi Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi

Effendy (2014), mendefinisikan: rencana keperawatan keluarga

adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk

dilaksanakan, dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan

yang telah didefinisikan.

Rencana keperawatan keluarga mencakup tujuan umum dan

tujuan khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan

kriteria dan standar yang mengacu pada penyebab (Suprajitno, 2014).

Sedangkan Friedman (2014) menyatakan ada beberapa tingkat tujuan.

Tingkat pertama meliputi tujuan-tujuan jangka pendek yang sifatnya

dapat diukur, langsung dan spesiflk. Sedangkan tingkat kedua adalah

tujuan jangka panjang yang merupakan tingkatan terakhir yang


menyatakan maksud-maksud luas yang yang diharapkan oleh perawat

maupun keluarga agar dapat tercapai.

Dalam menyusun kriteria evaluasi dan standar evaluasi,

disesuaikan dengan sumber daya yang mendasar dalam keluarga pada

umumnya yaitu biaya, pengetahuan, dan sikap dari keiuarga, sehingga

dapat diangkat tiga respon yaitu respon verbal, kognitif, afektif atau

perilaku, dan respon psikomotor untuk mangatasi masalahnya. Tujuan

asuhan keperawatan keluarga dengan masalah hipertensi dapat dibedakan

menjadi dua yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang

(Effendy 2014). Tujuan jangka pendek pada penderita hipertensi antara

lain : setelah diberikan informasi kepada keluarga mengenai hipertensi

keluarga mampu mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang

tepat untuk anggota keluarga yang menderita hipertensi dengan respon

verbal keluarga mampu menyebutkan pengertian, tanda dan gejala,

penyebab serta perawatan hipertensi. Respon afektif, keluarga mampu

menentukan cara penanganan atau perawatan bagi anggotanya yang

menderita hipertensi secara tepat. Sedangkan respon psikomotor,

keluarga mampu memberikan perawatan secara tepat dan memodifikasi

lingkungan yang sehat dan nyaman bagi penderita hipertensi. Standar

evaluasi yang digunakan adalah pengertian, tanda dan gejala, penyebab,

perawatan, komplikasi dan pengobatan hipertensi (Effendy, 2014).


Tujuan jangka panjang yang ingin dicapai dalam perawatan

hipertensi adalah masalah dalam keluarga dapat teratasi atau dikurangi

setelah dilakukan tindakan keperawatan. Tahap intervensi diawali dengan

menyelesaikan perencanaan perawatan.

Dalam memilih tindakan keperawatan tergantung pada sifat

masalah dan sumber-sumber yang tersedia untuk pemecahan. Intervensi

keluarga dengan masalah hipertensi menurut Doengoes antara lain

mengkaji tekanan darah, menganjurkan kepada keluarga menciptakan

lingkungan yang nyaman, segar, bebas polusi pertahankan pembatasan

aktivitas, seperti istirahat di tempat tidur dan menghindari stres

(Doengoes (2014)

Selain itu juga perlu dikaji pemahaman klien tentang hipertensi

kemudian mendiskusikan dengan keluarga tentang hipertensi (pengertian,

penyebab, tanda dan gejala, perawatan, pengobatan, serta komplikasi

hipertensi). Menganjurkan pada klien agar manghindari makan makanan

yang mengandung banyak Natrium (garam/asin). Kaji keefektifan strategi

koping dengan mengobservasi perilaku klien dan keluarga, misal

kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi

dalam rencana pengobatan. Berikan informasi tentang sumber-sumber di

masyarakat dan dukungan anggota keluarga (Doengoes, 2014)


B. Tinjauan Umum Keluarga

1. Definisi keluarga

Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan

perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan

mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan

fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota keluarga (Duval,

1972 dalam Setiadi 2014).

Sedangkan menurut Mubarak, dkk (2015) keluarga merupakan

perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,

perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu

berinteraksi satu dengan yang lain.

2. Struktur Keluarga

Menurut Friedman (2013) Struktur Keluarga terdiri dari beberapa

bagian yaitu :

a. Dominasi struktur keluarga

Dominasi jalur hubungan darah Patrilineal yaitu Keluarga yang

dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ayah,suku-suku di

Indonesia rata-rata menggunakan struktur keluarga patrilineal. Setiap

anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.


b. Elemen struktur keluarga

1) Struktur peran keluarga

Menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga baik di

dalam keluarganya sendiri maupun peran di lingkungan

masyarakat.

2) Nilai atau norma keluarga

Menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini

dalam keluarga.

3) Pola komunikasi keluarga

Menggambarkan bagaimana cara pola komunikasi diantara orang

tua, orangtua dan anak, diantara anggota keluarga atau dalam

keluarga.

4) Struktur kekuatan keluarga

Menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk

mengendalikan atau mempengaruhi orang lain dalam perubahan

perilaku kearah positif.


52

3. Macam-macam Tipe/Struktur/Bentuk

a. Keluarga Radisional

1) The nuclear family ( keluarga inti ) Keluarga yang terdiri dari

suami,istri dan anak.

2) The dyad family

Keluarga yang terdiri dari suami dan istri ( tanpa anak ) yang

hidup bersama dalam satu rumah.

3) Keluarga usila

Kelurga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan

anak sudah memisahkan diri.

4) The childless family

Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk

mendapatkan anak terlambat waktunya,yang disebabkan karena

mengejar karier/pendidikan yang terjadi pada wanita.

5) The extended family ( keluarga luas/besar)

Keluarga yang terdiri dari 3 generasi yang hidup bersama

dalam satu rumah seperti nuclear family disertai

paman,tante,orang tua ( kakeknenek), keponakan dan lain-lain

6) The single parent family ( keluarga duda/janda )

Keluarga yang terdiri dari satu orang tua ( ayah atau ibu )

dengan anak. Hal ini terjadi biasanya melalui proses

perceraian,kematian dan ditinggalkan (menyalahi hukum

pernikahan.
53

7) Commuter family

Kedua orang tua bekerja dikota yang berbeda,tetapi salah satu

kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja

diluar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat

akhir pecan ( weekend).

8) Multigenerational family

Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang

tinggal bersama dalam satu rumah.

9) Kin-network family

Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau

saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan

pelayanan yang sama. Misalnya: kamar mandi, dapur, televise

dan telepon.

10) Blended family

Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah

kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.

11) The single adult living alone/single- adult family

Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri

karena pilihannya atau perpisahan ( separasi ), seperti :

perceraian, atau ditinggal mati.


54

b. Non-tradisional

1) The unmarried teenage mother

Keluarga yang terdiri dari orang tua ( terutama ibu ) dengan

anak tanpa hubungan nikah.

2) The stepparent family

Keluarga dengan orang tua tiri

3) Commune family

Beberapa pasangan keluarga ( dengan anaknya) yang tidak ada

hubungan saudara,yang hidup bersama dalam satu

rumah,sumber dan fasilitas yang sama,pengalaman yang

sama,sosialisasi anak dengan melalui aktivitas

kelompok/membesarkan anak bersama.

4) The nonmarital heterosexual cohabiting family

Keluarga yang hidup bersama,berganti-ganti pasangan tanpa

melalui pernikahan.

5) Gay and lesbian family

Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama

sebagaimana pasangan suami istri ( marital patners ).

6) Cohabiting couple

Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan

perkawinan,karena beberapa alas an tertentu.

7) Group-marriage family
55

Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah

tangga bersama,yang merasa telah saling menikah satu dengan

yang lainnya,berbagi sesuatu,termasuk sexual dan

membesarkan anaknya.

8) Group network family

Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan atau nilai-nilai,hidup

berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-

barang rumah tangga bersama,pelayanan dan

bertanggungjawab membesarkan anaknya.

9) Foster family

Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga

atau saudara dalam waktu sementara,pada saar orang tua anak

tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan

kembali keluarga aslinya.

10) Homeless family

Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan

yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan

dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.

11) Gang

Sebuah bentuk keluarga yang destruktif,dari orang-orang muda

yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai

perhatian,tetapi berkembang dalam kekerasan dan criminal

dalam kehidupannya.
56

4. Peran Keluarga

Menurut Mubarak, dkk (2015) Peranan keluarga menggambarkan

seperangkat, perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan

dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.Peranan individu dalam

keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga,kelompok

dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga

adalah sebagai berikut :

a. Peranan ayah

Ayah sebagai suami dari istri, berperan sebagai pencari nafkah,

pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala

keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya, serta sebagai

anggota masyarakat dari lingkungannya.

b. Peranan ibu

Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan

untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik

anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari

peranan sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat dari

lingkingannya, disamping itu juga dapat berperan sebagi pencari

nafkah tambahan dalam keluarganya.

c. Peranan anak

Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial dengan tingkat

perkembangannya, baik fisik, mental, social dan spiritual.


57

5. Fungsi Keluarga

Menurut Mubarak, dkk (2015) Fungsi Keluarga terdiri dari

beberapa bagian yaitu :

a. Fungsi biologis

1) Meneruskan keturunan

2) Memelihara dan membesarkan anak

3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga

b. Fungsi psikologis

1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman

2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga

3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga

c. Fungsi sosialisasi

1) Membina sosialisasi pada anak

2) Membentu norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat

perkembangan anak.

3) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga

d. Fungsi ekonomi

1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi

kebutuhan keluarga

2) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi

kebutuhan keluarga

3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa

mendatang
58

e. Fungsi pendidikan

1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,

ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat

dan minat yang dimilikinya.

2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan

datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.

3) mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat

perkembangannya.

6. Tahap-tahap Perkembangan Keluarga

Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi

pada sistem keluarga meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan

antar anggota keluarga disepanjang waktu. Perubahan ini terjadi melalui

beberapa tahapan atau kurun waktu tertentu. Pada setiap tahapan

mempunyai tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar tahapan

tersebut dapat dilalui dengan sukses.

Perawat perlu memahami setiap tahapan perkembangan keluarga

serta tugas tugas perkemabangannya. Hal ini penting mengingat tugas

perawat dalam mendeteksi adanya masalah keperawatan yang dilakukan

terkait erat dengan sifat masalah yaitu potensial atau aktual. Tahap

perkembangan dibagi menurut kurun waktu tertentu yang dianggap

stabil. Menurut Rodgers cit Friedman (1998), meskipun setiap keluarga


59

melalui tahapan perkembangan secara unik, namun secara umum seluruh

keluarga mengikuti pola yang sama.

Tahap perkembangan keluarga menurut Duvall dan Milller (Friedman,

2013)

a. Tahap I : Pasangan Baru (Keluarga Baru )

newly established couple (no children)

1) Dimulai saat individu laki-laki /perempuan membentuk kelurga

l perkawinan

2) Meninggalkan keluarga mereka masing-2 baik fisik/psikologis

Tugas Perkembangannya :

1) Membina hubungan intim yang memuaskan

2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok

sosial

3) Mendiskusikan rencana memiliki anak ( KB)

Masalah Kesehatan Yang Muncul :

1) Penyesuaianseksual dan peran perkawinan, Aspek luas tentang

KB, Penyakit kelamin baik sebelum/sesudah menikah.

2) Konsep perkawinan tradisional : dijodohkan dan hukum adat

3) Tugas Perawat : membantu setiap keluarga untuk agar saling

memahami satu sama lain.


60

b. Tahap II : Keluarga Kelahiran Anak Pertama

Chlid-bearing family ( oldest child birth to 2,5 years)

Dimulai dari kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan (

2,5 tahun ). Keluarga menanti kelahiran & mengasuh anak.

Tugas perkembangan keluarga :

1) Persiapan menjadi orang tua

2) Adaptasi dengan perubahan anggota kelurga, peran, interaksi

dan hubungan seksual

3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan

pasangan.

Masalah kesehatan keluarga :

1) Pendidikan maternitas fokus keluarga, perawatan bayi,

imunisasi, konseling perkembangan anak, KB, pengenalan dan

penanganan masalah kesehatan fisik secara dini.

2) Inaksesibilitas dan ketidakadekuatan fasilitas perawatan ibu &

anak.

c. Tahap III : Keluarga Anak Usia Prasekolah

Family With Preschool Children ( oldest child 2,5 – 5 years)

Dimulai dg anak pertama berusia 2,5 – 5 th. Klg lebih majemuk &

berbeda. ( Suami – Ayah = Istri – Ibu = anak laki-laki - saudara =

anak perempuan – saudari ).


61

Tugas Perkembangan Keluarga:

1) Memenuhi kebutuhan anggota kelurga seperti : tempat

tinggal,privasi dan rasa aman, membantu anak untuk sosialisasi.

2) Adaptasi dengan anak yg baru lahir dan kebutuhan anak yg lain

3) Mempertahankan hubungan yang sehat internal/ekternal

kelurga, pembagian tangungjawab anggota kelurga

4) Stimulasi tumbuh kembang anak

5) Pembagian waktu untuk indvidu, pasangan dan anak ( paling

repot )

Masalah Kesehatan :

Masalah kesehatan fisik : penyakit menular, jatuh, luka bakar,

keracunan dan kecelakaan

d. Tahap IV : Keluarga Dengan Anak Sekolah

Family With School Children ( oldest child 6 – 13 years )

1) Kelurga mencapai jumlah anggota yang maksimal, kelurga

sangat sibuk

2) Aktivitas sekolah, anak punya aktivitas masing-masing

3) Orang tua berjuang dengan tuntutan ganda : perkemb anak &

dirinya

4) Orang tua belajar menghadapi/membiarkan anak pergi ( dengan

teman sebayanya )
62

5) Orang tua mulai merasakan tekanan yg besar dr komunitas di

luar rumah ( sistem sekolah )

Tugas Perkembangan Keluarga:

1) Membantu sosialisasi anak : meningkatkan prestasi belajar anak.

2) Mempertahankan hubungan perkawinan yg bahagia.

3) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yg semakin

meningkat termasuk biaya kesehatan.

e. Tahap V : Keluarga dengan Anak Remaja

Family With Teenagers ( oldest child 13 -19/20 years )

1) Dimulai ketika anak pertama melewati umur 13 tahun,

berlangsung 6-7 th

2) Tujuan kelurga tahap ini : melonggarkan ikatan yang

memungkinkan tangung jawab dan kebebasan yg lebih optimal

bagi remaja untuk menjadi dewasa muda.

3) Konflik perkembangan : menjadi tantangan perawat

4) Otonomi yg meningkat ( kebebasan anak remaja )

5) Budaya anak remaja ( perkembangan dengan teman sebaya )

6) Kesenjangan antar generasi ( beda nilai- nilai dengan orang tua)

Tugas Perkembangan Keluarga:

1) Menyeimbangkan kebebasan dengan tangungjawab ketika remaja

menjadi dewasa dan semakin mandiri

2) Menfokuskan hubungan perkawinan


63

3) Berkomunikasi secara terbuka antara ortua dengan anak-anak

Masalah-masalah kesehatan :

1) Masalah kesehatan fisik kelurga biasanya baik, tetapi promosii

kesehatan tetap perlu diberikan.

2) Perhatian pada gaya hidup kelurga yang sehat ; penyakit jantung

koroner pada orang tua ( usia 35 tahun )

3) Pada remaja : kecelakaan, penggunaan obat-obatan, alkohol dan

mulai menggunakan rokok sebagai alat pergaulan dan kehamilan

tidak dikehandaki.

4) Konseling dan pendidikan tentang sex education menjadi sangat

penting.

5) Terdapat beda persepsi antara orang tua dengan anak remaja

tenting sex education –> konseling harus terpisah antara orang

tua dengan anak

6) Persepsi remaja tentang sex education : uji kehamilan, AIDS, alat

kontrasepsi dan aborsi


64

f. Tahap VI : Keluarga dengan Anak Dewasa ( Pelepasan )

Family As Launching Center ( oldest child gone to departure of

youngest )

1) Dimulai Anak pertama meninggalkan rumah berakhir sama

rumah menjadi kosong.

2) Tahap ini bisa singkat bisa lama tergantung jumlah anak ( biasa

berlangs 6 – 7 th ) –> faktor ekonomi menjadi kendala.

Tugas Perkembangan :

1) Memperluas siklus keluarga dengan memasukan anggota

keluarga baru dari perkawianan anak-anaknya.

2) Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali

hubungan perkawinan

3) Membantu orang tua lansia yang sakit-sakitan dari suami

maupun istri.

Masalah Kesehatan :

Masalah komunikasi anak dengan orang tua ( jarak ), perawatan usia

lanjut, masalahpenyakit kronis : Hipertensi, Kolesterol, Obesitas,

Menopause, DM, dan lain-lain


65

g. Tahap VII : Keluarga Usia Pertengahan

Middle-anged Family ( emptynest to retirement )

1) Dimulai anak terakhir keluar dan berakhir sampai pensiun atau

kematian pasangan.

2) Biasanya dimulai saat orang tua 45-55 tahun dan berakhir saat

masuk pensiun 16-18 tahun kemudian

Tugas Perkembangan :

1) Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan

2) Memperhatikan hubungan-hubungan yang memuaskan dan

penuh arti dengan para orang tua lansia (teman sebaya) dan

anak-anak.

3) Memperkokoh hubungan perkawinan

Masalah Kesehatan :

1) Kebutuhan Promosi Kesehatan : istirahat yang cukup, kegiatan

waktu luang dan tidur, nutrisi, olah raga teratur, Berat badan

harus ideal, tidak merokok dan pemeriksaan berkala.

2) Masalah hubungan perkawinan, komunikasi dengan anak-anak

dan teman sebaya dan masalah ketergantungan perawatan diri


66

h. Tahap VIII : Keluarga Usia Lanjut

Aging Family ( retirement to death of both spouses )

1) Dimulai salah satu/keduanya pensiun sampai salah satu

/keduanya meninggal.

2) Kehilangan yang lazim pada usia ini : ekonomi & pekerjaan

(pensiun), perumahan ( pindah ikut anak/panti ) , sosial (

kematian pasangan & teman-temannya), Kesehatan (penurunan

kemampuan fisik )

Tugas Perkembangan :

1) Memperhatikan pengaturan hidup yang memuaskan

2) Menyesuaikan dengan pendapatan yang menurun

3) Memperhatikan hubungan perkawinan

4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasngan

5) Memperhatikan ikatan keluarga antar generasi


67

7. Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan

Menurut Mubarak, dkk (2015) keluarga dapat melaksanakan

perawatan atau pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan

keluarga, yaitu sebagai berikut :

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh

diabaikan. Karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan

berarti. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan

perubahan-perubahan yang dialami oleh anggota keluarganya.

Perubahan sekecil apa pun yang dialami anggota keluarga, secara

tidak langsung akan menjadi perhatian keluarga atau orang tua.

Apabila menyadari adanya perubahan, keluarga perlu mencatat

kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar

perubahanya.

b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

Tugas ini merupakan upaya utama keluarga untuk mencari

pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan

pertimbangan di antara nggota keluarga yang mempunyai

kemampuan memutuskan sebuah tindakan. Tindakan kesehatan

yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah

kesehatan yang sedang terjadi dapat dikurangi atau teratasi. Jika

keluarga mempunyai keterbatasan dalam mengambil keputusan,


68

maka keluarga dapat meminta bantuan kepada orang lain di

lingkungan tempat tinggalnya.

c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

Sering kali keluarga mengambil tindakan yang tepat, tetapi jika

keluarga masih merasa mengalami keterbatasan, maka anggota

keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh

tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah

tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan

kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah memiliki

kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.

d. Mempertahankan suasana rumah yang sehat

Rumah merupakan tempat berteduh, berlindung, dan bersosialisasi

bagi anggota keluarga. Sehingga anggota keluarga akan memiliki

waktu yang lebih banyak berhubungan dengan lingkungan tempat

tinggal. Oleh karena itu, kondisi rumah harus dapat menunjang

derajat kesehatan bagi anggota keluarga.

e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat

Apabila mengalami gangguan atau masalah yang berkaitan dengan

kesehatan keluarga atau anggota keluarga harus dapat

memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada disekitarnya. Keluarga

dapat berkonsultasi atau meminta bantuan tenaga keperawatan

untuk memecahkan masalah yang dialami anggota keluarganya,

sehingga keluarga dapat bebas dari segala macam penyakit.


69

BAB III

LAPORAN KASUS

A. Pengkajian

1. Data Umum

a) Nama KK : Tn S

b) Umur : 85 tahun

c) Agama : Islam

d) Alamat : Dusun 3 Desa Pangan Jaya

e) Pekerjaan : Petani

f) Pendidikan : SD Tamat

g) Penghasilan : ± Rp 2.500.000,-/ bulan

h) Komposisi Keluarga

L Hubungan Status Imunisasi

Nama / Umur dengan Pendidikan


BCG Polio DPT Campak
P KK

Istri
SD (Tdk
P KK _ _ _ _
Ny. S 78 Tamat)

P - - - -
Ny. S 48 Anak SMA

L Anak - - - -
Tn. P 50 SMA
Mantu

P 9 Cucu + + + +
An. J SD
70

i) Genogram

85 78

? ?

55 50

? 50 48

22 18 9

Keterangan :

1. : Laki – laki

2. : Perempuan

3. X : Meninggal

4. : Klien

5. : Garis Turunan

6. : Garis Perkawinan

7. : Tinggal Serumah
71

j) Tipe Keluarga

Tipe keluarga Tn.S adalah The extended family ( keluarga luas/besar).

Keluarga yang terdiri dari 3 generasi yang hidup bersama dalam satu

rumah seperti nuclear family yaitu ayah, ibu, anak, anak mantu dan

cucu.

k) Suku Bangsa

Keluarga klien berasal dari suku Jawa, Indonesia, kebudayaan yang

dianut tidak bertentangan degan masalah kesehatan sedangkan bahasa

sehari-hari yang digunakan adalah bahasa Jawa dan bahasa Indonesia.

l) Agama

Seluruh anggota Tn.S adalah beragama Islam dan taat beribadah,

sering mengikuti pengajian yang ada di RT serta berdoa agar Ny.S

dapat sembuh dari penyakit yang dideritanya.

m) Status Ekonomi Keluarga

Sumber pendapatan keluarga diperoleh dari penghasilan Tn S sebagai

Petani sejumlah ± Rp 2.500.000/bulan. Dan ditambah penghasilan

anak menantu Tn. P sebagai mobiler sejumlah ± Rp 2.000.000/bulan.

Barang-barang yang dimiliki 1 buah TV, 1 kipas angin dan 1 sepeda

angin , 1 motor. Pada ruang tamu terdapat 1 set kursi, pada ruang

tengah terdapat 1 lemari TV dan 1 kulkas. Selain itu Tn. S juga

memiliki harta pertanian dan peternakan berupa sawah 1 Ha dan 5

ekor sapi.
72

n) Aktivitas Rekreasi Keluarga

Rekreasi digunakan untuk mengisi kekosongan waktu dengan

menonton TV bersama di rumah, sedangkan rekreasi di luar rumah

kadang-kadang ikut rombongan pengajian yang ada (ziarah ) yang

diadakan 2-3 tahun sekali.

1. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga

a. Tahap Perkembangan Keluarga Saat ini

Keluarga Tn.S dalam tahap perkembangan yaitu Tahap VIII : Keluarga

Usia Lanjut Aging Family ( retirement to death of both spouses )

Dimulai salah satu/keduanya pensiun sampai salah satu /keduanya

meninggal. Kehilangan yang lazim pada usia ini : ekonomi &

pekerjaan (pensiun), perumahan ( pindah ikut anak/panti ) , sosial (

kematian pasangan & teman-temannya), Kesehatan (penurunan

kemampuan fisik )

Tugas Perkembangan :

1) Memperhatikan pengaturan hidup yang memuaskan

2) Menyesuaikan dengan pendapatan yang menurun

3) Memperhatikan hubungan perkawinan

4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasngan

5) Memperhatikan ikatan keluarga antar generasi

Dari semua tugas perkembangan yang diatas belum ada yang

terpenuhi.
73

b. Riwayat Kesehatan Sebelumnya

1) Tn.S sebagai KK jarang sakit, tidak mempunyai masalah dengan

istirahat, makan, maupun kebutuhan dasar yang lain. Tidak

mempunyai penyakit menurun (hipertensi) dan penyakit menular

(TBC, Kusta).

2) Ny.S (istri) menderita hipertensi sejak 15 tahun yang lalu dan

selalu mengeluh pusing. Tekanan darah naik bila klien terlalu

banyak mengkonsumsi jenis daging-dagingan. Klien pernah

melakukan operasi apendik pada 10 tahun yang lalu.

3) Ny. S (Anak) tidak pernah mengalami masalah kesehatan.

4) Tn. P (Menantu) tidak pernah mengalami masalah kesehatan.

5) An. J (Cucu ) tidak pernah mengalami masalah kesehatan.

2. Lingkungan

a. Karakteristik Rumah

1) Luas : 8 X 20 M2

2) Jenis : Permanen

3) Sirkulasi udara: 2 pintu X 1.9 X 0.9 m2 = 3.42 m2

Pencahayaan : 2 jendela X 1.2 X 0.7 m2 = 1.68 m2 dibuka

3 jendela X 1 X 0.6 m2 = 1.8 m2 dibuka

Angin-angin 4 X 0.3 m2 = 1.2 m2

Angin-angin 3 X 0.3 X 0.6 m2 = 0.54 m2

Total = 8.64 m2
74

Jadi sirkulasi udara dan pencahayaan Tn S cukup

4) Pemanfaatan ruangan rumah : perabot tertata rapi

5) Kebersihan ruangan : bersih

6) Lantai : keramik

7) Jarak septic tank dengan sumur : > 10 meter

8) Sumber air minum : tandon air hujan

9) pembuangan limbah : melalui selokan

10) Halaman dimanfaatkan dengan tanaman hias

11) Keadaan pekarangan bersih

12) Pembuangan sampah dibakar

DENAH RUMAH B T

Kamar tidur 3 wc

Dapur

R. Keluarga Kamar tidur 2

R. Tamu Kamar tidur 1


75

Keterangan :

: Pintu

: Jendela

U : Utara

T : Timur

B : Barat

S : Selatan

b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas

Hubungan antar tetangga Tn. S baik, saling membantu, bila ada

tetangga yang membangun rumah dikerjakan saling gotong-royong.

c. Mobilitas Geografis Keluarga

Keluarga Tn. S selama ini sebagai penduduk asli Desa Pangan Jaya

dan tidak pernah pindah rumah.

d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi Dengan Masyarakat

1) TN. S (KK) mengatakan mulai bekerja pukul 08.00 – 11.00

WITA sebagai bertani dan pada malam hari digunakan untuk

berkumpul bersama seluruh keluarganya.

2) Ny. S (Istri) mengatakan tidak lagi bertani hanya melakukan

kegiatan dalam rumah seperti memasak, menyapu dan mencuci


76

piring pada malam hari digunakan untuk berkumpul bersama

seluruh keluarganya.

3) Ny. S (Anak) mengatakan membantu membantu suami

mengantarkan barang mobile pada malam hari digunakan untuk

berkumpul bersama seluruh keluarganya.

4) Tn P (Menantu) mengatakan mulai bekerja pukul 08.00-17.00

WITA sebagai mobiler dan pada malam hari digunakan untuk

berkumpul bersama seluruh keluarganya.

e. Sistem Pendukung Keluarga

Jumlah anggota keluarga 1 orang , yaitu istri. Sedangkan Suami (Tn

S) jarang mengantarkan klien (Ny S) periksa ke puskesmas atau

petugas kesehatan.

3. Struktur Keluarga

a. Pola Komunikasi Keluarga

Anggota keluarga berkomunikasi langsung dengan bahasa jawa, dan

mendapat informasi kesehatan dari petugas kesehatan dan informasi

lainnya didapat dari televisi.

b. Struktur Kekuatan Keluarga

Dalam mengontrol prilaku anggota keluarganya Tn S selalu

memberikan nasehat bila anggota keluarganya kurang berprilaku baik.


77

Yang berperan mengambil keputusan dalam setiap masalah adalah

Tn S dan Ny S.

c. Struktur Peran

1) Formal Tn S sebagai KK, Ny S sebagai istri dan Ny S sebagai

Anak kandung, Tn P sebagai anak mantu serta An J sebagai cucu

2) Informal Tn S sebagai pencari nafkah dibantu oleh Tn P dalam

bertani.

d. Nilai dan Norma Keluarga

Keluarga percaya bahwa hidup ini sudah ada yang mengatur yaitu

Allah SWT. Demikian pula dengan sehat dan sakit. keluarga juga

percaya bahwa tiap sakit ada obatnya, bila ada keluarga yang sakit,

dibawa ke Puskesmas atau petugas kesehatan.

4. Fungsi Keluarga

a. Fungsi Afektif

Menurut Ny.S di keluarganya selalu ditanamkan sikap saling

menghargai, saling menghormati dan saling memiliki sehingga tercipta

suasana keluarga yang harmonis, dan pada saat sakitpun keluarga

selalu mendukung dan memotivasi Ny.S untuk selalu berobat agar

cepat sembuh.
78

b. Fungsi Sosialisasi

Ny.S mengatakan bahwa didalam keluarganya selalu berkomunikasi

dan berinteraksi satu sama lain, dan menurut Ny.S keluarga yang

selalu bersosialisasi dengan lingkungan sekitar rumahnya seperti

mengikuti kegiatan di balai Desa dan Tn.S sebagai kepala keluarga

selalu menetapkan disiplin kepada anak-anaknya.

c. Fungsi Perawatan Kesehatan

1) Penyediaan makanan selalu dimasak sendiri, komposisi nasi, lauk

pauk, dan sayur dengan frekuensi 3 kali sehari. Dan bila ada

anggota kelaurga yang sakit, keluarga merawat dan

memeriksakannya ke Puskesmas atau petugas kesehatan.

2) Kemampuan mengenal masalah kesehatan Keluarga mengatakan

Ny S tidak tahu secara rinci tentang penyakit yang di deritanya .

3) Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan

Bila Ny S sakit jarang dibawa ke Puskesmas atau petugas

kesehatan ke rumah

4) Merawat anggota keluarga yang sakit dalam merawat Ny S, masih

memberikan makanan yang sama dengan anggota keluarga yang

lainnya, pola tidur juga masih belum sesuai dan waktunya kurang

lama, namun selalu melakukan kontrol secara teratur ke pelayanan

kesehatan.
79

5) Kemampuan keluarga memelihara lingkungan yang sehat

Keluarga membersihkan rumahnya setiap hari, mengepel 1

minggu sekali dan lantai kamar mandinya tidak licin, bersih dan

terawat.

6) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas atau pelayanan

kesehatan di masyarakat Keluarga jarang memeriksakan diri ke

Puskesmas atau petugas kesehatan bila sakit dan Ny S melakukan

periksa sejak menderita Hipertensi.

d. Fungsi Reproduksi

Jumlah anak 3 orang, dimana semua anak Tn S sudah menikah. Ny S

saat ini sudah dalam usia menopause.

e. Fungsi Ekonomi

Keluarga dapat memenuhi kebutuhan makan 3 kali sehari, pakaian

untuk anak dan biaya untuk berobat.


80

5. Stress dan Koping Keluarga

a. Stress Jangka Pendek dan Jangka Panjang

a) Stressor jangka pendek

Ny S mengatakan sering mengeluh pusing

b) Stressor jangka panjang

Ny S khawatir tensinya bertambah tinggi dan makin parah

b. Kemampuan Keluarga Berrespon Terhadap Stressor

Keluarga jarang memeriksakan anggota keluarga yang sakit ke

Puskesmas atau petugas kesehatan.

c. Strategi Kopping Yang Digunakan

Anggota keluarga selalu bermusyawarah untuk menyelesaikan masalah

yang ada.

d. Strategi Adaptasi Disfungsional

Ny S bila sedang sakit pusing maka dibuat tidur atau istirahat.


81

6. Pemeriksaan Fisik

a. Pemeriksaan fisik Ny. S sebagai penderita hipertensi dan Tn. S

Aspek Yang
No Tn . S Ny. S
Diperiksa

1 Penampilan Baik Baik

2 Kesadaran Composmetis Composmetis

3 Tanda-tanda Vital

a. Tekanan darah 120/90 mmHg 170/120 mmHg

b. Suhu 36°0C 36°0C

c. Nadi 80x/menit 80x/menit

d. Respirasi 20xmenit 20xmenit

4 Kepala

a. Rambut Tampak beruban Tampak hitam

b. Kulit sawomatang sawomatang

c. kepala Tampak bersih Tampak bersih

d.Massa/nyeri Tidak teraba, nyeri (-) Tidak teraba, nyeri

(+) pada tengkuk,

skala 3 (nyeri sedang)

5 Mata

a. Bentuk Simetris, kelopak mata Simetris, kelopak mata

ada lingkar hitam ada lingkar hitam

b.Konjungtiva tidak anemis tidak anemis

c. Sclera tidak ikterik tidak ikterik

d. Lensa Tampak bening Tampak bening


82

e. Reflek pupil Miosis saat terkena Miosis saat terkena

cahaya cahaya

f.Fungsi penglihatan Tidak dapat membaca Tidak dapat membaca

papan papan

nama pemeriksaan nama pemeriksaan

pada pada

jarak + 30 cm. jarak + 30 cm.

(rabun dekat) (rabun dekat)

6 Hidung

a. Bentuk Simetris Simetris

b. Septum nasal Di tengah Di tengah

c.Secret/linder Tidak nampak Tidak nampak

d. Nyeri/masa Tidak teraba Tidak teraba

e.Pernapasan cuping Tidak ada Tidak ada

hidung

f.Fungsi penciuman Baik Baik

7 Mulut

a. Keadaan Tampak bersih Tampak bersih

b. Mukosa Lembab Lembab

c. Jumlah gigi 23 buah 16 buah

d. Caries ada Tidak ada

e. Ovula Terangkat simetris Terangkat simetris

d.Fungsi pengecapan Baik, dapat Baik, dapat

membedakan membedakan

asin dan manis asin dan manis


83

8 Telinga

a. Bentuk Simetris kiri dan Simetris kiri dan

kanan kanan

b. Arikula Sejajar dengan sudut Sejajar dengan sudut

mata mata

c. Serumen Tidak Nampak Tidak nampak

d. Fungsi Baik, dapat mendengar Baik, dapat mendengar

pendengaran pada jarak 10 meter pada jarak 10 meter

9 Leher

a. Vena jugularis Tidak ada peningkatan Tidak ada peningkatan

b. Reflek menelan Ada Ada

c. Kelenjar getah Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran

bening

10 Dada/paru

a. Bentuk Simetris Simetris

Sama kiri dan kanan Sama kiri dan kanan

b. Pergerakan Resonan Resonan

c. Perkusi Vesikuler Vesikuler

d. Auskultasi paru S1 dan S2 reguler S1 dan S2 reguler

e. Auskultasi jantung

11 Abdomen

a. Bentuk Datar Datar, terdapat bekas

luka

operasi apendik pada


84

perut

bagian kanan bawah

sepanjang + 5cm

b. Massa Tidak teraba Tidak teraba

c. Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

d. Bising usus Ada 12x/menit Ada 9x/menit

diabdomen diabdomen

kuadran kiri atas kuadran kiri atas

12 Ekstremitas Simetris kiri dan Simetris kiri dan

kanan kanan

a. Bentuk Tidak ada Tidak ada

b. Deformitas Normal, dapat flexi, Normal, dapat flexi,

c Pergerakan ekstensi, ekstensi,

aduksi, rotasi. aduksi, rotasi.

d. Tonus Kencang Kencang

e. Oedema Tidak ada Tidak ada

f. Varises Tidak ada Tidak ada

g. Kekuatan otot +3 +5 +4 +5

h .ekstremitas +3 +5 +4 +5

atas dan bawah

13 Antropometri

a. TB 175 Cm 150 Cm

b. BB 80 Kg 47 Kg
85

b. Pemeriksaan fisik Ny S (anak), Tn. K (anak mantu) dan An J

(cucu)

N Aspek Yang
Ny. S Tn . S An. J
o Diperiksa

1 Penampilan Baik Baik Baik

2 Kesadaran Composmetis Composmetis Composmetis

3 Tanda-tanda

Vital

a. Tensi 120/90 mmHg 130/90 mmHg 110/80 mmHg

b. Suhu 36,5°0C 36,50C 36,50C

c. Nadi 80x/menit 85x/menit 92x/menit

d. Respirasi 20xmenit 24xmenit 26xmenit

4 Kepala

a. Rambut Tampak hitam Tampak hitam Tampak hitam

b. Kulit Hitam Hitam Hitam

c. kepala Tampak bersih Tampak bersih Tampakbersih

d.Massa/ Tidak teraba Tidak teraba Tidak teraba

nyeri Nyeri (-) Nyeri (-) Nyeri (-)

5 Mata

a. Bentuk Simetris, Simetris, Simetris,

kelompak mata kelompak mata kelompak mata

tidak ada lingkar tidak ada lingkar tidak ada lingkar

hitam hitam hitam

b.Konjungtiva tidak anemis tidak anemis tidak anemis

c. Sclera tidak ikterik tidak ikterik tidak ikterik

d. Lensa Tampak bening Tampak bening Tampak bening


86

e. Reflek pupil Miosis saat Miosis saat Miosis saat

terkena cahaya terkena Cahaya terkena cahaya

f.Fungsi Tidak dapat Tidak dapat Tidak dapat

penglihatan membaca papan membaca papan membaca papan

nama nama nama

pemeriksaan pemeriksaan pemeriksaan

pada pada pada

jarak + 30 cm. jarak + 30 cm. jarak + 30 cm.

6 Hidung

a. Bentuk Simetris Simetris Simetris

b.Septum nasal Di tengah Di tengah Di tengah

c.Secret/

linder Tidak Nampak Tidak Nampak Tidak Nampak

d. Nyeri/masa

e.Pernapasan Tidak teraba Tidak teraba Tidak teraba

cuping Tidak ada Tidak ada Tidak ada

hidung

f.Fungsi

penciuman Baik Baik Baik

7 Mulut

a. Keadaan Tampak bersih Tampak bersih Tampak bersih

b. Mukosa Lembab Lembab Lembab

c. Jumlah gigi 32 buah 32 buah 12 buah

d. Caries Tidak ada Tidak ada Tidak ada

e. Ovula Terangkat Terangkat Terangkat

simetris simetris simetris


87

d.Fungsi Baik, dapat Baik, dapat Baik, dapat

pengecapan membedakan membedakan membedakan

asin dan manis asin dan manis asin dan manis

8 Telinga

a. Bentuk Simetris kiri dan Simetris kiri dan Simetris kiri dan

kanan kanan kanan

b. Arikula Sejajar dengan Sejajar dengan Sejajar dengan

sudut mata sudut mata sudut mata

c. Serumen Tidak nampak Tidak nampak Tidak nampak

d. Fungsi Baik, dapat Baik, dapat Baik, dapat

pendengaran mendengar pada mendengar pada mendengar pada

jarak 10 cm jarak 10 cm jarak 10 cm

9 Leher

a.Vena Tidak ada Tidak ada Tidak ada

jugularis peningkatan peningkatan peningkatan

b.Reflek Ada Ada Ada

menelan

c.Kelenjar Tidak ada Tidak ada Tidak ada

getah pembesaran pembesaran pembesaran

bening

10 Dada/paru

a. Bentuk Simetris Simetris Simetris

b.Pergerakan Sama kiri dan Sama kiri dan Sama kiri dan

kanan kanan kanan

c. Perkusi Resonan Resonan Resonan

d.Auskultasi Vesikuler Vesikuler Vesikuler

paru
88

e. Auskultasi S1 dan S2 S1 dan S2 S1 dan S2

jantung reguler reguler reguler

11 Abdomen

a. Bentuk Datar Datar Datar

b. Massa Tidak teraba Tidak teraba Tidak teraba

c. Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada Tidak ada

d. Bising usus Ada 12x/menit Ada 10x/menit Ada 18x/menit

diabdomen diabdomen diabdomen

kuadran kiri atas kuadran kiri atas kuadran kiri atas

12 Ekstremitas Simetris kiri dan Simetris kiri dan Simetris kiri dan

kanan kanan kanan

a. Bentuk Tidak ada Tidak ada Tidak ada

b. Deformitas Normal, dapat Normal, dapat Normal, dapat

c Pergerakan flexi, ekstensi, flexi, ekstensi, flexi, ekstensi,

aduksi, rotasi. aduksi, rotasi. aduksi, rotasi.

d. Tonus Kencang Kencang Kencang

e. Oedema Tidak ada Tidak ada Tidak ada

f. Varises Tidak ada Tidak ada Tidak ada

g.Kekuatan +5 +5 +5 +5 +5 +5

otot

h ekstremitas +5 +5 +5 +5 +5 +5

atas bawah

13 Antropometri

a. TB 165 Cm 176 Cm 147 Cm

b. BB 55 Kg 69 Kg 40 Kg
89

7. Harapan Keluarga

Harapan keluarga Tn.S terhadap petugas kesehatan yaitu

menginginkan adanya penyuluhan kesehatan rutin mengenai kesehatan

lingkungan seperti rumah sehat, penyakit-penyakit yang sering timbul di

masyarakat seperti hipertensi dan demam berdarah. Yang dilakukan oleh

petugas kesehatan setiap bulan ketiap-tiap Dusun untuk menambah

pengetahuan mengenai kesehatan.

B. Analisa Data

No Data Subyektif dan Data Objektif Masalah keperawatan

1 Data subyektif : Nyeri akut (00132)

Ny. S mengatakan sealalu

merasakan nyeri pada pada tengkuk

Data Objektif :

Data pemeriksaan fisik

pada Ny.S

1. T : 170/120 mmHg

2. N : 80x/menit

3. S : 36,0C

4. R : 20x/menit

5. Ny.S tampak lemah

6. bunyi jantung regular

7. Tampak ada lingkaran hitam


90

pada kelopak mata

8. nyeri (+) pada tengkuk, skala 3

(nyeri sedang)

2 Data Subyektif : Difisiensi pengetahuan

Ny.S mengatakan tidak tahu secara (00126)

rinci tentang penyakit yang

dideritanya. Ia hanya diberitahu

bahwa ia menderita penyakit

hipertensi dan ia tidak tahu pasti

tentang penyebab tanda dan gejala

hipertensi

Data Objektif

Data pemeriksaan fisik

pada Ny.S

1. T : 170/120 mmHg

2. N : 80x/menit

3. 3 0c

4. R : 20x/menit

5. Ny.S tampak lemah

6. bunyi jantung regular

7. Tampak ada lingkaran hitam


91

pada kelopak mata

8. nyeri (+) pada tengkuk, skala 3

(nyeri sedang)

3 Data subyektif Ketidakefektifan

1. Ny.S mengatakan bahwa dirinya management kesehatan

tidak mengontrol kesehatannya keluarga (00080)

secara teratur ke dokter.

2. Ny.S mengatakan tidak tahu

tentang komplikasi

Data objektif

Tanda-tanda vital

1. T : 170/120 mmHg

2. N : 80x/menit

3. R : 20x/menit

4. S : 360C

5. nyeri (+) pada tengkuk, skala 3

(nyeri sedang)

6. Ny.S sering bertanya mengenai

akibat dari

penyakit hipertensi
92

4 Data subyektif Kesiapan meningkatkan

Ny.S mengatakan tidak perawatan diri (00182)

tahu secara rinci jenis

makanan dan diet makanan

pada penderita hipertensi.

Data objektif

Tanda-tanda vital

1. T : 170/120 mmHg

2. N : 80x/menit

3. R : 20x/menit

4. S : 36,50C

5. Ny.S tampak lemah

6. nyeri (+) pada tengkuk, skala 3

(nyeri sedang)

7. Ny.S sering bertanya tentang

makanan yang harus dihindari,

dan diet makanan pada penderita

hipertensi.
93

C. Skala Prioritas Masalah Asuhan Keperawatan Keluarga

1. Diagnosa keperawatan keluarga I

Nyeri akut

No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran

1 Sifat masalah 2/3 x 1 2/3 Ancaman kesehatan

tidak yang memerlukan

/ancaman tindakan yang cepat dan

Kesehatan tepat untuk menghindari

bahaya lebih lanjut.

2 Kemungkin 2/2 x 2 2 Dengan mudah sumber

Masalah dan tindakan untuk

dapat memecahkan masalah

diubah dapat dijangkau oleh

sebagian keluarga, kesadaran dan

motivasi dari keluarga

sudah cukup kuat.

3 Potensial 3/3 x 1 1 Tinggi, kesulitan

masalah masalah mudah untuk

Untuk diatasi anggota keluarga

dicegah mendukung dan peduli

cukup terhadap anggota

keluarga yang sakit.


94

4 Menonjolnya 2/2 x 1 1 Masalah berat harus

Masalah ditangani keluarganya

masalah menyadari dan perlu

berat harus segera mengatasi

segera masalah tersebut.

Ditangani

Jumlah 4 2/3

2. Diagnosa keperawatan keluarga II

Difisiensi pengetahuan tentang hipertensi

No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran

1 Sifat masalah 2/3 x 1 2/3 Ancaman kesehatan

tidak yang memerlukan

/ancaman tindakan yang cepat dan

Kesehatan tepat untuk menghindari

bahaya lebih lanjut.

2 Kemungkin 2/2 x 2 2 Dengan mudah sumber

Masalah dan tindakan untuk

dapat memecahkan masalah

diubah dapat dijangkau oleh

sebagian keluarga, kesadaran dan

motivasi dari keluarga

sudah cukup kuat.


95

3 Potensial 2/3 x 1 2/3 Tinggi, kesulitan

masalah masalah mudah untuk

Untuk diatasi anggota keluarga

dicegah mendukung dan peduli

cukup terhadap anggota

keluarga yang sakit.

4 Menonjolnya 2/2 x 1 1 Masalah berat harus

Masalah ditangani keluarganya

masalah menyadari dan perlu

berat harus segera mengatasi

segera masalah tersebut.

Ditangani

Jumlah 4 1/3
96

3. Diagnosa Keperawatan III

Ketidakefektifan management kesehatan keluarga

No
Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran

1 Sifat masalah 3/3 x 1 1 Ancaman kesehatan

tidak yang memerlukan

/ancaman tindakan yang cepat

Kesehatan dan tepat untuk

menghindari bahaya

lebih lanjut.

2 Kemungkin 1/2 x 2 1 Hanya sebagian

Masalah dapat sumber dan

diubah sebagian tindakan untuk

memecahkan

masalah dapat

dijangkau oleh

keluarga, tetapi

memerlukan

kesadraan yang kuat

dalam waktu yang

cukup lama.
97

3 Potensial masalah 2/3 x 1 2/3 Cukup, masalah

Untuk dicegah Sudah berlangsung

cukup cukup lama,

anggota keluarga

mendukung dan

peduli terhadap

anggota keluarga

yang sakit.

4 Menonjolnya 2/2 x 1 1 Masalah berat harus

Masalah masalah ditangani

berat harus segera Keluarganya

Ditangani menyadari dan perlu

segera mengatasi

masalah tersebut.

Jumlah 3 2/3
4. Diagnosa Keperawatan IV

Kesiapan meningkatkan perawatan diri

No
Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran

1 Sifat masalah 2/3 x 1 2/3 Ancaman kesehatan

tidak yang memerlukan

/ancaman tindakan yang cepat

Kesehatan dan tepat untuk

menghindari bahaya

lebih lanjut.

2 Kemungkin 1/2 x 2 1 Hanya sebagian

Masalah dapat sumber dan

diubah sebagian tindakan untuk

memecahkan

masalah dapat

dijangkau oleh

keluarga, tetapi

memerlukan

kesadraan yang kuat

dalam waktu yang

cukup lama.
3 Potensial masalah 2/3 x 1 2/3 Cukup, masalah

Untuk dicegah Sudah berlangsung

cukup cukup lama,

anggota keluarga

mendukung dan

peduli terhadap

anggota keluarga

yang sakit.

4 Menonjolnya 2/2 x 1 1 Masalah berat harus

Masalah masalah ditangani

berat harus segera Keluarganya

Ditangani menyadari dan perlu

segera mengatasi

masalah tersebut.

Jumlah 3 1/3

D. Rumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga

1. Nyeri akut (00132)

2. Difisiensi pengetahuan (00126)

3. Ketidakefektifan management kesehatan keluarga (00080)

4. Kesiapan meningkatkan perawatan diri (00182)


E. Intervensi Keperawatan Keluarga

DIAGNOSA
NO DATA NOC NIC
NANDA
1 Data subyektif : Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Domain I : Fisiologis dasar

Ny. S mengatakan Domain 4 : pengetahuan keperawatan 3 X 24 jam Kelas :

selalu merasakan nyeri tentang kesehatan dan diharapkan memiliki : peninngkatan kenyamanan

pada pada tengkuk prilaku Outcomes : kontrol nyeri (1605) fisik

Data Objektif : Kelas : prilaku sehat Intervensi :


Kriteria hasil :
Data pemeriksaan fisik manajemen nyeri (1400)
1. Menggunakan tindakan
pada Ny.S 1. Lakukan pengkajian nyeri
pengurangan nyeri tanpa
1. T : 170/120 mmHg secara komprehensif
analgesik
2. N : 80x/menit 2. Ajarkan prinsip-prinsip
2. Melaporkan nyeri terkontrol
3. 3 0C manajemen nyeri
3. Mengenali apa yang terkait
4. R : 20x/menit 3. Ajarkan penggunaan teknik
gejala nyeri
5. Ny.S tampak lemah non farmakologi

6. bunyi jantung 4. Berikan informasi nyeri,

regular penyebab nyeri, dan

7. Tampak ada antisipasi nyeri

lingkaran hitam 5. Evaluasi keefektifan dari

pada kelopak mata tindakan penggontrol nyeri

8. nyeri (+) pada

tengkuk, skala 3

(nyeri sedang)
2 Data Subyektif : Difisiensi pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1. Teaching : disease prosess

Ny.S mengatakan tidak Domain 5 : keperawatan 1 X 24 jam Tindakan :

tahu secara rinci presepsi/kongnitif diharapkan memiliki : 1. Kaji pengetahuan klien

tentang penyakit yang Kelas 4 : kongnisi 1. Knowledge : disease proses tentang proses penyakit

dideritanya. Ia hanya 2. Knowledge : healthy hipertensi

diberitahu bahwa ia behavior 2. Jelaskan proses penyakit

menderita penyakit hipertensi.


Kriteria hasil :
hipertensi dan ia tidak 3. Riview pengetahuan klien
1. Pasien dan keluarga
tahu pasti tentang mengenai kondisinya
menyatakan pemahaman
penyebab tanda dan 4. Jelaskan tanda dan gelaja
tentang penyakit, kondisi,
gejala hipertensi umum dari penyakit
prognosis dan program
Data Objektif hipertensi.
pengobatan hipertensi.
Data pemeriksaan fisik 5. Jelaskan kemungkinan
2. Pasien dan keluarga mampu
pada Ny.S penyebab hipertensi.
1. T : 170/120 mmHg melaksanakan prosedur yang 6. Berikan informasi kepada

2. N : 80x/menit dijelaskan secara benar. klien mengenai kondisinya

3. 3 C 3. Pasien dan keluarga mampu 7. Berikan informasi pada

4. R : 20x/menit menjelaskan kembali apa keluarga klien mengenai

5. Ny.S tampak lemah yang dijelaskan perawat. perkembangan klien

6. bunyi jantung 8. Edukasi pasien mengenai

regular tanda dan gejala yang harus

7. Tampak ada dilaporkan kepada petugas

lingkaran hitam kesehatan

pada kelopak mata

8. nyeri (+) pada

tengkuk, skala 3

(nyeri sedang)
3 Data subyektif Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. Family suppot

1. Ny.S mengatakan management kesehatan keperawaatan selama 1 X 24 jam


Tindakan :
bahwa dirinya tidak keluarga diharapkan :
1. Bantu keluarga dalam
mengontrol Domain 1 : promosi 1. Therapeutic regiment
mengenal masalahnya.
kesehatannya secara kesehatan 2. Management ineffective
2. Bantu memotivasi keluarga
teratur ke dokter.
Kriteria hasil : untuk berubah.
2. Ny.S mengatakan Kelas 2: manajemen
1. Kualitas hidup meningkat. 3. Dukung keluarga dalam
tidak tahu tentang kesehatan
2. Mampu mengatasi masalah meningkatkan nilai, minat, dan
komplikasi
kesehatan keluarga. tujuan keluarga.
hipertensi
3. Mampu meningkatkan 4. Bantu anggota keluarga dalam
Data objektif
komunikasi antar anggota mengklarifikasi apa yang

Tanda-tanda vital keluarga dalam masalah mereka harapkan dan butuhkan

1. T : 170/120 mmHg kesehatan. satu dengan lainnya.


2. N : 80x/menit 4. Normalisasi keluarga. 5. Berikan informasi penting,

3. R : 20x/menit advokasi dan dukungan yang

4. S : 360C dibutuhkan untuk

5. nyeri (+) pada meningkatkan kesehatan

tengkuk, skala 3 keluarga.

(nyeri sedang)

6. Ny.S sering bertanya

mengenai akibat dari

penyakit hipertensi
4 Data subyektif Kesiapan meningkatkan Setelah dilakukan tindakan 1. Self care assistance

Ny.S mengatakan tidak perawatan diri keperawatan 1 X 24 jam


Tindakan :
tahu secara rinci jenis Domain 4 : aktivitas istirahat diharapkan klien dapat :
1. Pertimbangkan budaya pasien
makanan dan diet Kelas 5 : Perawatan diri 1. Self care status
ketika mempromosikan
makanan pada
Kriteria hasil : aktivitas perawatan diri.
penderita hipertensi.
1. Dapat mengetahui tentang 2. Bantu keluarga dalam

Data objektif masalah yang sedang mengidentifikasi perawatan

Tanda-tanda vital dihadapi. yang belum terpenuhi.

1. T : 170/120 mmHg 2. Mengetahui cara untuk 3. Berikan informasi yang terkait

2. N : 80x/menit merawat diri dan keluarga. dengan perawatan diri.

3. R : 20x/menit 3. Kualitas hidup meningkat. 4. Anjurkan keluarga untuk

4. 3 c saling memotivasi antar satu

5. nyeri (+) pada dengan yang lainnya.


tengkuk, skala 3

(nyeri sedang)

8. Ny.S tampak lemah

9. Ny.S sering bertanya

tentang makanan

yang harus dihindari,

dan diet makanan

pada penderita

hipertensi.
F. Implementasi Keperawatan Keluarga

1. Implementasi Keperawatan Hari I

N Hari / Diagnosa Tujuan


Implementasi Evaluasi
o Tanggal Keperawatan Khusus

1 Jumat Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Melakukan pengkajian nyeri S :

29 Juni keperawatan 3 X 24 jam secara komprehensif Ny. S mengatakan

2018 diharapkan memiliki : 2. Mengajarkan prinsip-prinsip selalu merasakan

Outcomes : kontrol nyeri manajemen nyeri nyeri pada pada

(1605) 3. Mengajarkan penggunaan tengkuk

teknik non farmakologi (Jus O :


Kriteria hasil :
belimbing ) 1. Ny S tampak
1. Menggunakan tindakan
4. Memberikan informasi nyeri, meringis
pengurangan nyeri tanpa
penyebab nyeri, dan 2. Ny. S tampak
analgesik
antisipasi nyeri lemah
2. Melaporkan nyeri 5. Mengevaluasi keefektifan 3. T 1 0/120 mmHg

terkontrol dari tindakan penggontrol N 80x/menit

4. Mengenali apa yang nyeri 20x/menit dan

terkait gejala nyeri 3

4. Tampak nyeri (+)

pada tengkuk, skala

3 (nyeri sedang)

A:

Masalah belum

teratasi

P:

Lanjutkan Intervensi

1, 3 dan 5
2 Jumat 29 Difisiensi Setelah dilakukan tindakan 1. Mengkaji pengetahuan klien S :

Juni pengetahuan keperawatan 1 X 24 jam tentang proses penyakit Keluarga mengatakan

2018 diharapkan memiliki : hipertensi mengerti mengenai

1. Knowledge : disease 2. Menjelaskan proses penyakit penyakit Hipertensi

proses hipertensi. O:

2. Knowledge : healthy 3. Meriview pengetahuan klien Keluarga tampak

behavior mengenai kondisinya mengerti dan dapat

4. Menjelaskan tanda dan gelaja menjawab semua


Kriteria hasil :
umum dari penyakit pertanyaan dari
1. Pasien dan keluarga
hipertensi. perawat.
menyatakan pemahaman
5. Menjelaskan kemungkinan
tentang penyakit, kondisi,
penyebab hipertensi.
prognosis dan program
6. Memberikan informasi
pengobatan hipertensi.
kepada klien mengenai
2. Pasien dan keluarga kondisinya A:

mampu melaksanakan 7. Memberikan informasi pada Masalah teratasi

prosedur yang dijelaskan keluarga klien mengenai P :

secara benar. perkembangan klien Pertahankan Intervensi

3. Pasien dan keluarga 8. Mengedukasi pasien

mampu menjelaskan mengenai tanda dan gejala

kembali apa yang yang harus dilaporkan kepada

dijelaskan perawat. petugas kesehatan


3 Jumat 29 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. Membantu keluarga dalam S :

Juni management keperawaatan selama 1 X mengenal masalahnya. 1. Keluarga

2018 kesehatan 24 jam diharapkan : 2. Membantu memotivasi mengatakan akan

keluarga 1. Therapeutic regiment keluarga untuk berubah. berusaha

2. Management ineffective 3. Mendukung keluarga dalam mengatasi masalah

meningkatkan nilai, minat, kesehatan keluarga.


Kriteria hasil :
dan tujuan keluarga. 2. Keluarga
1. Kualitas hidup
4. Membantu anggota keluarga mengatakan akan
meningkat.
dalam mengklarifikasi apa meningkatkan
2. Mampu mengatasi
yang mereka harapkan dan komunikasi antar
masalah kesehatan
butuhkan satu dengan lainnya. keluarga dalam
keluarga.
5. Memberikan informasi masalah kesehatan
3. Mampu meningkatkan
penting, advokasi dan khususnya
komunikasi antar anggota
dukungan yang dibutuhkan
keluarga dalam masalah untuk meningkatkan hipertensi .

kesehatan. kesehatan keluarga.


O:
4. Normalisasi keluarga.
Keluarga tampak

mengerti dengan

penjelasan yang telah

di berikan.

A:

Masalah teratasi

P:

Pertahankan intervensi
4 Jumat 29 Kesiapan Setelah dilakukan tindakan 1. Mempertimbangkan budaya S :

Juni meningkatkan keperawatan 1 X 24 jam pasien untuk mempromosikan 1. Klien dan keluarga

2018 perawatan diri diharapkan klien dapat : aktivitas perawatan diri. mengatakan cukup

1. Self care status 2. Membantu keluarga dalam mengerti mengenai

mengidentifikasi perawatan perawatan diri


Kriteria hasil :
yang belum terpenuhi. hipertensi.
1. Dapat mengetahui
3. Memberikan informasi yang 2. Keluarga
tentang masalah yang
terkait dengan perawatan diri. mengatakan sudah
sedang dihadapi.
4. Menganjurkan keluarga untuk mengetahui tentang
2. Mengetahui cara untuk
saling memotivasi antar satu masalah yang
merawat diri dan
dengan yang lainnya. dihadapi.
keluarga.
3. Keluarga
3. Kualitas hidup meningkat
mengatakan akan

berusaha
meningkatkan

kualitas hidup.

O:

Klien dan keluarga

tampak mengerti

dengan penjelasan

yang telah diberikan.

A:

Masalah teratasi

P:

Pertahankan

Intervensi
1. Implementasi Keperawatan Hari II

N Hari / Diagnosa Tujuan


Implementasi Evaluasi
o Tanggal Keperawatan Khusus

1 Sabtu Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Melakukan pengkajian nyeri S :

30 Juni keperawatan 3 X 24 jam secara komprehensif Ny. S mengatakan selalu

2018 diharapkan memiliki : 2. Mengajarkan penggunaan merasakan nyeri pada

Outcomes : kontrol nyeri teknik non farmakologi ( jus pada tengkuk

(1605) belimbing ) O:

3. Mengevaluasi keefektifan 1. Ny S tampak


Kriteria hasil :
dari tindakan penggontrol meringis
1. Menggunakan tindakan
nyeri 2. Ny. S tampak
pengurangan nyeri tanpa
lemah
analgesik
2. Melaporkan nyeri 3. T : 150/100 mmHg,

terkontrol N : 83x/menit

3. Mengenali apa yang 20x/menit dan

terkait gejala nyeri 3

4. Tampak nyeri (+)

pada tengkuk, skala

2 (nyeri sedang

A:

Masalah belum

teratasi

P:

Lanjutkan Intervensi

1, 3 dan 5
1. Implementasi Keperawatan Hari III

N Hari / Diagnosa Tujuan


Implementasi Evaluasi
o Tanggal Keperawatan Khusus

1 Minggu Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Melakukan pengkajian nyeri S :

31 Juni keperawatan 3 X 24 jam secara komprehensif Ny. S mengatakan

2018 diharapkan memiliki : 2. Mengajarkan penggunaan tidak lagi merasakan

Outcomes : kontrol nyeri teknik non farmakologi ( Jus nyeri pada pada

(1605) belimbing) tengkuk

4. Mengevaluasi keefektifan O :
Kriteria hasil :
dari tindakan penggontrol 1. Ny S tampak
1. Menggunakan tindakan
nyeri tidak meringis
pengurangan nyeri tanpa
2. KU baik
analgesik
3. T : 130/90mmHg,
2. Melaporkan nyeri N : 68x/menit, R :

terkontrol 24x/menit dan

3. Mengenali apa yang 3

terkait gejala nyeri 4. Skala nyari ( 0 )

A:

Masalah teratasi

P:

Pertahankan

Intervensi
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada tahap ini penulis membandingkan antara teori dan hasil yang di

dapatkan di keluarga Ny. S di Desa Pangan Jaya Kecamatan Lainea Kabupaten

Konawe Selatan. Beberapa hal yang ditemui selama pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

A. Pengkajian

Pada pengkajian tanggal 28 Juni 2018 keluhan yang muncul dari

responden Ny. S adalah nyeri kepala terutama pada tengkuk skala nyeri 3

(sedang), Ny.S mengatakan tidak tahu tentang komplikasi hipertensi, Ny.S

sering bertanya mengenai akibat dari penyakit hipertensi, Ny.S mengatakan

bahwa dirinya tidak mengontrol kesehatannya secara teratur ke dokter, Ny.S

sering bertanya tentang makanan yang harus dihindari, dan diet makanan

pada penderita hipertensi.

Pada responden nyeri muncul saat muncul setelah makan daging,

makanan yang asin dan memikirkan sesuatu hal. Dari pemeriksaan tekanan

darah Ny. S didapatkan tekanan darah 170/120 mmhg.

World Health Organization (WHO), tekanan darah normal bila kurang

dari 135/85 mmHg. Namun untuk orang Indonesia, tekanan darah yang ideal

adalah sekitar 110-120/80-90 mmHg (Robins, 2015).


Salah satu tanda dan gejala hipertensi adalah tengkuk terasa pegal atau

kekakuan pada otot tengkuk yang diakibatkan karena terjadi peningkatan

tekanan pada dinding pembuluh darah di daerah leher yang mana pembuluh

darah tersebut membawa darah ke otak sehingga ketika terjadi peningkatan

tekanan vaskuler ke otak yang mengakibatkan terjadi penekanan pada syaraf

otot leher sehingga penderita merasa nyeri atau ketidaknyamanan pada leher

(Bararah, 2011).

Pada responden keluhan yang muncul dengan teori terdapat kesesuaian

salah satu tanda dan gejala pada hipertensi yaitu nyeri kepala terutama di

tengkuk yang bersifat akut atau sementara. Berdasarkan keluhan yang

didapatkan dari Responden yaitu nyeri kepala bagian tengkuk karena setelah

makan daging, makanan yang asin dan memikirkan sesuatu hal.

Selain itu pola makan klien masih cenderung tinggi natrium, dibuktikan

dengan menu keseharian yang masih sering mengkonsumsi ikan asin dan

sambal terasi. Klien masih merasa kesulitan untuk mengendalikan pola

makannya, mengingat ikan asin dan sambal terasi adalah menu kesukaannya.

Hasil penelitian Sari, dkk (2015) menjelaskan bahwa penambahan garam

lebih dari 20% berat ikan akan memicu terjadinya hipertensi. Sebanyak 63,01%

responden yang mengkonsumsi ikan asin dalam jumlah yang lebih mengalami

hipertensi. Sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan jumlah konsumsi ikan

asin dengan tekanan darah usia 45-59 tahun.


Menurut teori faktor-faktor yang terkait dengan kurangnya

pengetahuan (Deficient Knowledge) terdiri dari: kurang terpapar informasi,

kurang daya ingat/hapalan, salah menafsirkan informasi, keterbatasan

kognitif, kurang minat untuk belajar dan tidak familiar terhadap sumber

informasi (Nanda, 2005). Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa

pengetahuan atau knowledge seseorang ditentukan oleh faktor-faktor

sebagai berikut: Keterpaparan terhadap informasi, Daya ingat, Interpretasi

informasi, Kognitif, Minat belajar dan Kefamiliaran terhadap sumber

informasi.

Pada responden keluhan yang muncul yaitu keluarga Tn.S belum

pernah mendapatkan penyuluhan penyakit hipertensi sehingga Ny. S

mengatakan tidak tahu tentang komplikasi hipertensi, Ny.S sering bertanya

mengenai akibat dari penyakit hipertensi, Ny.S mengatakan bahwa dirinya

tidak mengontrol kesehatannya secara teratur ke dokter, Ny.S sering

bertanya tentang makanan yang harus dihindari, dan diet makanan pada

penderita hipertensi.

Menurut mubarak, Khoirul, Nurul, dan Supriadi (2007), ada

beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang,

diantaranya adalah informasi dan pengalaman. Kemudahan untuk

memperoleh suatu informasi dapat mempercepat seseorang untuk

memperoleh pengetahuan yang baru, sedangkan pengalaman adalah suatu

kejadian yang pernah dialami seseorang untuk berinteraksi dengan

seseorang.
Pengetahuan merupakan modal sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh

Rogers dalam Notoatmodjo (2007), bahwa prilaku yang didasari oleh

pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif akan lebih langgeng (long

lasting) dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan, kesadaran dan

sikap.

B. Diagnosa

Pada teoritis dicantumkan 8 diagnosa keluarga yang dapat ditegakan pada

pasien dengan hipertensi. Sedangkan pada Ny. S dari data pendukung objektif

dan subyektif ditemukan 4 diagnosa keperawatan yaitu :

a. Nyeri akut.

b. Difisiensi pengetahuan.

c. Ketidakefektifan management kesehatan keluaga.

d. Kesiapan meningkatkan perawatan diri.


C. Intervensi

Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan keperawatan

yang ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah

kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasikan (Nasrul Effendi, 2008).

1. Nyeri akut

Intervensi dilapangan pada diagnosa Nyeri akut dilakukan 3 x 24 jam

dimana tindakan yang di lakukan yaitu lakukan pengkajian nyeri secara

komprehensif, ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri, ajarkan penggunaan

teknik non farmakologi, berikan informasi nyeri, penyebab nyeri, dan

antisipasi nyeri serta evaluasi keefektifan dari tindakan penggontrol nyeri.

Menurut teori intvensi yang dilakukan pada diagnosa nyeri akut

yaitu lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, ajarkan prinsip-prinsip

manajemen nyeri, ajarkan penggunaan teknik non farmakologi, berikan

informasi nyeri, penyebab nyeri, dan antisipasi nyeri serta evaluasi

keefektifan dari tindakan penggontrol nyeri (Suprajitno, 2014).

Berdasarkan intervensi dari teori dan studi lapangan adalah sama

dikarenakan intervensi sudah mencangkup sumber daya dan dana yang

dimiliki keluarga serta aspek pengetahuan, sikap dan psikomotor pada

keluarga. Intervensi yang disebutkan dalam teori sudah sesuai dengan

kondisi yang terjadi di studi lapangan sehingga intervensi dapat digunakan

untuk diagnosa tersebut

.
2. Difisiensi pengetahuan

Intervensi dilapangan pada diagnosa defisit pengetahuan tentang

penyakit hipertensi dilakukan 1 x 24 jam dimana tindakan yang di lakukan

adalah Kaji pengetahuan klien tentang proses penyakit hipertensi jelaskan

proses penyakit hipertensi riview pengetahuan klien mengenai kondisinya

jelaskan tanda dan gelaja umum dari penyakit hipertensi jelaskan

kemungkinan penyebab hipertensi, berikan informasi kepada klien mengenai

kondisinya, berikan informasi pada keluarga klien mengenai perkembangan

klien, edukasi pasien mengenai tanda dan gejala yang harus dilaporkan

kepada petugas kesehatan. Evaluasi tingkat pengetahuan keluarga setelah

diberi penyuluhan, beri pujian bila keluarga mampu menjawab dengan baik

dan benar.

Menurut teori intvensi yang dilakukan pada diagnosa defisit

pengetahuan adalah berikan informasi yang tepat pada keluarga meliputi

pengertian hipertensi, penyebab hipertensi, tanda dan gejala hipertensi,

dampak hipertensi, cara mencegah hipertensi, evaluasi tingkat pengetahuan

keluarga setelah diberi penyuluhan, beri pujian bila keluarga mampu

menjawab dengan baik dan benar (Suprajitno, 2014).

Berdasarkan intervensi dari teori dan studi lapangan adalah sama

dikarenakan intervensi sudah mencangkup sumber daya dan dana yang

dimiliki keluarga serta aspek pengetahuan, sikap dan psikomotor pada

keluarga. Intervensi yang disebutkan dalam teori sudah sesuai dengan


kondisi yang terjadi di studi lapangan sehingga intervensi dapat digunakan

untuk diagnosa tersebut.

3. Ketidakefektifan management kesehatan keluarga

Intervensi keperwatan dilakukan 1 x 24 jam adapun tindakan

keperwatan yang dapat ditegakan dalam management kesehatan keluarga

yaitu bantu keluarga dalam mengenal masalahnya, bantu memotivasi

keluarga untuk berubah, dukung keluarga dalam meningkatkan nilai, minat,

dan tujuan keluarga, bantu anggota keluarga dalam mengklarifikasi apa yang

mereka harapkan dan butuhkan satu dengan lainnya, serta berikan informasi

penting, advokasi dan dukungan yang dibutuhkan untuk meningkatkan

kesehatan keluarga.

Menurut teori tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup

Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal masalah-

masalah kesehatan, stimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan

yang tepat, berikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang

sakit, bantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat

lingkungan menjadi sehat, motivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas

kesehatan yang ada (Murwani, 2007).

Berdasarkan intervensi dari teori dan studi lapangan adalah sama

dikarenakan intervensi sudah mencangkup sumber daya dan dana yang

dimiliki keluarga. Intervensi yang disebutkan dalam teori sudah sesuai


dengan kondisi yang terjadi di studi lapangan sehingga intervensi dapat

digunakan untuk diagnosa tersebut.

4. Kesiapan meningkatkan perawatan diri.

Intervensi keperwatan dilakukan 1 x 24 jam adapun tindakan

keperawatan yang dapat ditegakan dalam Kesiapan meningkatkan

perawatan diri yaitu pertimbangkan budaya pasien ketika mempromosikan

aktivitas perawatan diri, bantu keluarga dalam mengidentifikasi perawatan

yang belum terpenuhi, berikan informasi yang terkait dengan perawatan diri,

dan anjurkan keluarga untuk saling memotivasi antar satu dengan yang

lainnya.

Menurut teori friedman 1998 tugas kesehatan keluarga yaitu

mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan kesehatan yang

tepat, memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit,

mempertahankan atau menciptakan suasana rumah tangga yang sehat, dan

mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas kesehatan

masyarakat.

Berdasarkan intervensi dari teori dan studi lapangan adalah sama

dikarenakan intervensi sudah mencangkup sumber daya dan dana yang

dimiliki keluarga. Intervensi yang disebutkan dalam teori sudah sesuai

dengan kondisi yang terjadi di studi lapangan sehingga intervensi dapat

digunakan untuk diagnosa tersebut.


D. Implementasi

1. Nyeri akut

Implementasi dilapangan pada diagnosa keperawatan Nyeri akut

yaitu melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, mengajarkan

prinsip-prinsip manajemen nyeri, mengajarkan penggunaan teknik non

farmakologi, berikan informasi nyeri, penyebab nyeri, dan mengantisipasi

nyeri serta evaluasi keefektifan dari tindakan penggontrol nyeri.

Implementasi keperawatan pada diagnosa nyeri akut ini sesuai

dengan teori implemetasi asuhan keperawatan menurut Suprajitno 2014.

Dari hasil implementasi keperawatan yang dilakukan pada hari ke tiga

diperoleh yaitu data yang berhubungan dengan keluarga dan anggota

keluarga yang mengalami hipertensi, Ny. S mengatakan tidak merasakan

nyeri tengkuk dan skala nyeri 0.

Berdasarkan implementasi yang ada dilapangan dan teori tidak

terdapat kesenjangan karena implementasi dapat dilaksanakan sesuai

dengan intervensi. Implementasi sudah sesuai dengan situasi dan kondisi

lingkungan pada keluarga.

2. Difisiensi pengetahuan.

Implementasi dilapangan pada diagnosa keperawatan defisit

pengetahuan adalah memberi penyuluhan dan mengkaji pengetahuan klien

tentang proses penyakit hipertensi enjelaskan proses penyakit hipertensi

riview pengetahuan klien mengenai kondisinya enjelaskan tanda dan


gelaja umum dari penyakit hipertensi enjelaskan kemungkinan penyebab

hipertensi, Memberikan informasi kepada klien mengenai kondisinya,

berikan informasi pada keluarga klien mengenai perkembangan klien,

Mengedukasi pasien mengenai tanda dan gejala yang harus dilaporkan

kepada petugas kesehatan. Mengevaluasi tingkat pengetahuan keluarga

setelah diberi penyuluhan, beri pujian bila keluarga mampu menjawab

dengan baik dan benar.

Menurut teori implementasi pada diagnosa defisit pengetahuan

adalah meberikan penyuluhan tentang pengertian hipertensi, penyebab

hipertensi, tanda dan gejala hipertensi, dampak hipertensi, cara mencegah

hipertensi, mengevaluasi tingkat pengetahuan keluarga setelah diberi

penyuluhan, memberi pujian bila keluarga mampu menjawab dengan baik

dan benar ( Suprajitno, 2014).

Dari hasil implementasi keperawatan diperoleh yaitu data yang

berhubungan dengan keluarga dan anggota keluarga yang mengalami

Hipertensi, Ny. S mengatakan mengerti tentang pengertian dan penyebab

hipertensi secara umum, tetapi belum mengerti tentang tanda dan gejala

hipertensi, dampak hipertensi, cara mencegah hipertensi, pasien terlihat

bingung.

Menurut teori faktor-faktor yang terkait dengan kurangnya

pengetahuan (Deficient Knowledge) terdiri dari: kurang terpapar informasi,

kurang daya ingat/hapalan, salah menafsirkan informasi, keterbatasan

kognitif, kurang minat untuk belajar dan tidak familiar terhadap sumber
informasi (Nanda, 2005). Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa

pengetahuan atau knowledge seseorang ditentukan oleh faktor-faktor

sebagai berikut: Keterpaparan terhadap informasi, Daya ingat, Interpretasi

informasi, Kognitif, Minat belajar dan Kefamiliaran terhadap sumber

informasi.

Penulis berpendapat antara pengkajian dilapangan dan teori tidak

terdapat kesenjangan kerena Pengetahuan seseorang ditentukan oleh faktor-

faktor sebagai berikut: Keterpaparan terhadap informasi, Daya ingat,

Interpretasi informasi, Kognitif, Minat belajar dan Kefamiliaran terhadap

sumber informasi, hal tersebut dikarenakan daya ingat Ny. S sudah

menurun sehingga Ny. S tidak ingat lagi tentang penyuluhan yang

dilakukan kepadanya.

Berdasarkan implementasi yang ada dilapangan dan teori tidak

terdapat kesenjangan karena implementasi dapat dilaksanakan sesuai

dengan intervensi. Implementasi sudah sesuai dengan situasi dan kondisi

lingkungan pada keluarga.

3. Ketidakefektifan management kesehatan keluarga.

Implementasi dilapangan pada diagnosa keperawatan

ketidakefektifan management kesehatan kelurga yaitu membantu keluarga

dalam mengenal masalahnya, membantu memotivasi keluarga untuk

berubah, mendukung keluarga dalam meningkatkan nilai, minat, dan tujuan

keluarga, membantu anggota keluarga dalam mengklarifikasi apa yang


mereka harapkan dan butuhkan satu dengan lainnya, dan memberikan

informasi penting, advokasi dan dukungan yang dibutuhkan untuk

meningkatkan kesehatan keluarga.

Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga merupakan upaya

keluarga yang utama untuk mencari pertolongan sesuai dengan keadaan

keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai

keputusan untuk memutuskan tindakan yang tepat (Suprajitno, 2004).

Menurut fireadman, et al, 2003 keluarga merupakan salah satu

aspek penting dalam keperawatan. Hal ini disebabkan karena keluarga

sebagai suatu kelompok yang dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan

atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan di dalamnya. Selain itu,

keluargalah yang berperan sebagai pengambil keputusan dalam

memelihara kesehatan para anggotannya. Dengan demikian keluargalah

yang menjadi faktor penentu sehat-sakitnya anggota keluarga.

Tingginya angka komplikasi hipertensi adalah akibat dari

penanganan hipertensi yang tidak efektif atau tidak terkontrol di rumah. Hal

ini terkait erat dengan pelaksanaan fungsi perawatan kesehatan di dalam

keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan

(Siburian, 2004).

Berdasarkan implementasi yang ada dilapangan dan teori tidak

terdapat kesenjangan karena implementasi dapat dilaksanakan sesuai

dengan intervensi. Implementasi sudah sesuai dengan situasi dan kondisi

lingkungan pada keluarga.


4. Kesiapan meningkatkan perawatan diri.

Implementasi dilapangan pada diagnosa keperawatan kesiapan

meningkatkan perawatan diri yaitu mempertimbangkan budaya pasien

ketika mempromosikan aktivitas perawatan diri, membantu keluarga dalam

mengidentifikasi perawatan yang belum terpenuhi, memberikan informasi

yang terkait dengan perawatan diri dan menganjurkan keluarga untuk saling

memotivasi antar satu dengan yang lainnya.

Selanjutnya Griffin et al dalam Skarbec (2006), pada sebuah studi

longitudinal melakukan investigasi peran keluarga terhadap status kesehatan

pasien dengan penyakit kronik. Mereka menemukan hubungan yang kuat

antara peran keluarga dengan status kesehatan, dimana dukungan yang

negatif akan mengakibatkan rendahnya status kesehatan pasien dan

sebaliknya dukungan positif keluarga akan meningkatkan status kesehatan

pasien.

Dukungan keluarga diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh

anggota keluarga yang lain sehingga akan memberikan kenyamanan fisik

dan psikologis pada orang yang dihadapkan pada situasi stress (Taylor,

2006).

Menurut teori Dorothea elizabeth orem (2001), menyatakan

keperawatan merupakan bagian dari pelayanan untuk memberikan

perawatan langsung kepada orang-orang yang memiliki kebutuhan

perawatan langsung akibat gangguan kesehatan atau mereka yang

membutuhkan perawatan kesehatan. Perawatan diri (self care) diartikan


sebagai wujud perilaku seseorang dalam menjaga kehidupan, kesehatan,

pekembangan, dan kehiduppan disekitarnya. Self care agency adalah

kemampuan atau kekuatan yang dimiliki seorang individu untuk

mengidentifikasi, menetapkan, mengambil keputusan, dan melaksanakan

self care.

Berdasrkan teori self care oleh Dorethea orem, manusia pada

dasarnya mempunyai kemampuan dalam merawat dirinya sendiri. Self care

agency ketika terjadi defisit perawatan diri nursing agency membantu untuk

memaksimalkan kemampuan pelaksanaan perawatan diri pada pasien.

Berdasarkan implementasi yang ada dilapangan dan teori tidak

terdapat kesenjangan karena implementasi dapat dilaksanakan sesuai

dengan intervensi. Implementasi sudah sesuai dengan situasi dan kondisi

lingkungan pada keluarga.


E. Evaluasi

1. Nyeri akut

Evaluasi pada diagnosa nyeri akut yaitu setelah dilakukan

kunjungan, keluarga menggunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa

analgesik, Ny S melaporkan nyeri terkontrol dan keluarga dan Ny S

mengenali apa yang terkait gejala nyeri.

menggunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa analgesik,

melaporkan nyeri terkontrol dan kemengenali apa yang terkait gejala nyeri

(Suprajitno, 2014).

Berdasarkan evaluasi antara studi lapangan dan teori tidak terdapat

kesenjangan. Diagnosa Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis

sudah teratasi setelah diberikaan penyuluhan.

2. Difisiensi pengetahuan.

Evaluasi pada diagnosa defisit pengetahuan tentang penyakit

hipertensi yaitu setelah dilakukan kunjungan, keluarga mengatakan sudah

mengerti tentang hipertensi,keluagra dapat menyebutkan 4 dari penyebab

hipertensi, keluagra dapat menyebutkan 5 dari tanda dan gejala hipertensi,

keluagra dapat menyebutkan3 dari dampak hipertensi, keluagra dapat

menyebutkan 4 dari cara mencegah hipertensi. Jadi masalah sudah teratasi.

Evaluasi menurut teori pada diagnosa defisit pengetahuan yaitu

keluarga sudah mengerti tentang pengertian hipertensi, penyebab


hipertensi, tanda dan gejala hipertensi, dampak hipertensi, cara mencegah

hipertensi (Suprajitno, 2004).

Berdasarkan evaluasi antara studi lapangan dan teori tidak terdapat

kesenjangan. Diagnosa defisit pengetahuan b/d ketidakmampuan keluarga

mendgenal masalah kesehatan anggota keluarga sudah teratasi setelah

diberikaan penyuluhan.

3. Ketidakefektifan management kesehatan keluarga.

Evaluasi pada diagnosa Ketidakefektifan management kesehatan

keluarga tentang penyakit hipertensi adalah setelah dilakukan 1 kali

kunjungan rumah keluarga mengatakan akan berusaha meningkatkan

kualitas hidup, berusaha mampu mengatasi masalah kesehatan keluarga dan

berusaha mampu meningkatkan komunikasi antar anggota keluarga dalam

masalah kesehatan. Jadi masalah sudah teratasi.

Berdasarkan evaluasi antara studi lapangan dan teori tidak terdapat

kesenjangan. Ketidakefektifan management kesehatan keluarga

berhubungan dengan Ketidkasanggupan keluarga dalam mengambil

keputusan yang tepat dalam melakukan pengobatan hipertensi sudah

teratasi setelah diberikaan penyuluhan.


4. Kesiapan meningkatkan perawatan diri.

Evaluasi pada diagnosa Kesiapan meningkatkan perawatan diri

tentang penyakit hipertensi adalah setelah dilakukan 1 kali kunjungan

rumah keluarga mengatakan sudah dapat mengetahui tentang masalah yang

sedang dihadapi, sudah mengetahui cara untuk merawat diri dan keluarga

dan berusaha agar kualitas hidup meningkat. Jadi masalah sudah teratasi.

Berdasarkan evaluasi antara studi lapangan dan teori tidak terdapat

kesenjangan. Kesiapan meningkatkan perawatan diri sudah teratasi setelah

diberikaan penyuluhan.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pengkajian

Dalam melakukan pengkajian pada pasien dengan kasus Hipertensi,

didapatkan data :

a. Ny. S mengerti tentang pengertian dan penyebab hipertensi secara

umum, Ny.S mengatakan tidak tahu secara rinci tentang penyakit yang

dideritanya. Ia hanya diberitahu bahwa ia menderita penyakit hipertensi

dan ia tidak tahu pasti tentang penyebab tanda dan gejala hipertensi,

dan pasien terlihat bingung.

b. Ny.S mengatakan bahwa dirinya tidak mengontrol kesehatannya secara

teratur ke dokter.

c. Ny.S mengatakan tidak tahu tentang komplikasi hipertensi

d. Ny. S mengatakan nyeri pada tengkuk

e. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital T 1 0/120 mmHg N

80x/menit 3 20x/menit bunyi jantung regular Tampak ada

lingkaran hitam pada kelopak mata dan nyeri (+) pada tengkuk skala 3

(nyeri sedang).
2. Diagnosa Keperawatan

Dalam merumuskan diagnosa keperawatan harus melihat kondisi

pasien. Pada pasien ini prioritas diagnosa keperawatan yang muncul

adalah:

a. Nyeri akut berhubungan

b. Difisiensi pengetahuan.

c. Ketidakefektifan management kesehatan keluarga.

d. Kesiapan meningkatkan perawatan diri.

3. Perencanaan

a. Nyeri akut

Dalam perencanaan pada klien dengan Nyeri akut perlu

ditentukan kriteria waktu dari masing-masing tujuan dan kriteria hasil

yang telah disesuaikan untuk dapat melakukan asuhan keperawatan

yaitu lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, ajarkan prinsip-

prinsip manajemen nyeri, ajarkan penggunaan teknik non farmakologi,

berikan informasi nyeri, penyebab nyeri, dan antisipasi nyeri serta

evaluasi keefektifan dari tindakan penggontrol nyeri.


b. Difisiensi pengetahuan.

Dalam perencanaan pada klien dengan defisit pengetahuan

hipertensi perlu ditentukan kriteria waktu dari masing-masing tujuan

dan kriteria hasil yang telah disesuaikan untuk dapat melakukan

asuhan keperawatan yaitu Kaji pengetahuan klien tentang proses

penyakit hipertensi jelaskan proses penyakit hipertensi riview

pengetahuan klien mengenai kondisinya jelaskan tanda dan gelaja

umum dari penyakit hipertensi jelaskan kemungkinan penyebab

hipertensi, berikan informasi kepada klien mengenai kondisinya,

berikan informasi pada keluarga klien mengenai perkembangan klien,

edukasi pasien mengenai tanda dan gejala yang harus dilaporkan

kepada petugas kesehatan.

c. Ketidakefektifan management kesehatan keluarga.

Dalam perencanaan pada klien dengan Ketidakefektifan

management kesehatan keluarga perlu ditentukan kriteria waktu dari

masing-masing tujuan dan kriteria hasil yang telah disesuaikan untuk

dapat melakukan asuhan keperawatan yaitu bantu keluarga dalam

mengenal masalahnya, bantu memotivasi keluarga untuk berubah,

dukung keluarga dalam meningkatkan nilai, minat, dan tujuan

keluarga, bantu anggota keluarga dalam mengklarifikasi apa yang

mereka harapkan dan butuhkan satu dengan lainnya, serta berikan


informasi penting, advokasi dan dukungan yang dibutuhkan untuk

meningkatkan kesehatan keluarga.

d. Kesiapan meningkatkan perawatan diri.

Dalam perencanaan pada klien dengan Kesiapan meningkatkan

perawatan diri perlu ditentukan kriteria waktu dari masing-masing

tujuan dan kriteria hasil yang telah disesuaikan untuk dapat melakukan

asuhan keperawatan yaitu pertimbangkan budaya pasien ketika

mempromosikan aktivitas perawatan diri, bantu keluarga dalam

mengidentifikasi perawatan yang belum terpenuhi, berikan informasi

yang terkait dengan perawatan diri, dan anjurkan keluarga untuk saling

memotivasi antar satu dengan yang lainnya.

4. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dalam kasus ini dapat dilaksanakan sesuai dengan

rencana yang telah disusun dengan melibatkan pasien, keluarga yaitu

membantu klien dalam mengontol nyeri, melakukan penyuluhan mengenai

penyakit hipertensi, membantu mengekfektifan manajemen kesehatan

keluarga dan meningkatkan perawatan diri klien.


5. Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk memonitor keberhasilan yang tercapai

selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan, dan tindakan keperawatan.

Dari diagnosa yang muncul yaitu Nyeri akut telah teratasi, defisit

pengetahuan telah teratasi, ketidakefektifan manajemen kesehatan

keluarga telah teratasi dan kesiapan meningkatkan perawatan diri telah

teratasi.

B. Saran

1. Bagi pasien

Diharapkan untuk kedepannya pasien lebih kooperatif agar setiap asuhan

keperawatan yang diberikan mencapai hasil yang optimal.

2. Bagi keluarga

Diharapkan keluarga dapat lebih mengerti tentang perkembangan

kesehatan tiap anggota keluarganya dan dapat merawat anggota keluarga

yang sakit sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

3. Bagi masyarakat

Diharapkan dengan adanya karya tulis ilmiah ini dapat memberi

pengetahuan kepada masyarkat tentang penyakit hipertensi.

4. Bagi institusi pelayanan kesehatan

Diharapkan institusi pelayanan kesehatan dapat meningkatkan kualitas

pelayanan kesehatan yang lebih baik lagi sesuai dengan SOP dan

memberikan asuhan keperawatan dalam menangani hipertensi.


5. Bagi institusi pendidikan kesehatan

Diharapkan dapat menambah buku literatur/ buku panduan untuk asuhan

keperawatan keluarga yang menderita hipertensi agar dapat digunakan oleh

mahasiswa lainnya untuk melakukan asuhan keperawatan secara maksimal.


DAFTAR PUSTAKA

Asmadi, (2014). Tehnik prosudural keperawatan : konsep dan aplikasi kebutuhan


dasar klien. Jakarta : Salemba Medika.

Doengoes. M. E, Et. All. Nursing Care Plans Guidelines for Planning and
Documenting Patient Care, Edisi 3. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Et. All.
2014. Jakarta: EGC

Effendy. N (2014). Dasar- dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi 2.


Jakarta; EGC

Friedman, M. M. (2013). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 3. alih


Bahasa: Debora R. L & Asy. Y, Jakarta: EGC

Gunawan, Lani. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi, Yogyakarta, Penerbit


Kanisius, 2011

Hall, A.,2014. Penyakit jantung hipertensi dan nutrisi, bumi aksara, Jakarta.

Kemenkes RI. 2017. Infodatin : Pusat data dan informasi kementrian kesehatan
RI hipertensi. Jakarta Selatan. Diakses pada tanggal 28 Juni di
http:www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin-
hipertensi.pdf

Mubarak. (2015) Ilmu Keperawatan Komunitas, Konsep dan Aplikasi, Salemba


Medika

Riskesdas (2016). Riset Kesehatan Dasar ; RISKESDAS, Jakarta : Balitbang


Kemenkes RI.
Robin. Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Volume 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC;
2015.

Shep, Sheldon. 2014. Maya Clinic Hipertensi, Mengatasi tekanan darah tinggi.
Jakarta : PT Intisari Mediana.

Smeltzer, Suzanne, and Bare. (2001), Buku Saku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Edisi 8. Jakarta: EGC

Suprajitno. (2014). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakata: EGC.

World Health Organizition (WHO). World Health Day 2015 : calls intensified
efforts to prevents and control hypertension. 2015
SATUAN ACARA PENYULUHAN HIPERTENSI

Topik : HIPERTENSI

Sub topik : Hipertensi, Pencegahan Dan Penanggulangannya

Sasaran Tn “S” dan Keluarga

Tempat umah keluarga Tn “ ” Dusun 3 Desa Pangan Jaya

Hari/Tanggal : Jumat, 29 Juni 2018

Waktu : 30 menit

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

etelah mengikuti penyuluhan ini Tn “ ”. dan keluarga mampu memahami tentang

penyakit hipertensi dan cara pencegahan serta penanggulangannya dengan benar.

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah mengikuti penyuluhan ini Tn S dan Keluarga mampu :

1. Menjelaskan pengertian hipertensi dengan benar

2. Menjelaskan penyebab hipertensi dengan benar

3. Menyebutkan tanda & gejala awal hipertensi dengan benar

4. Menjelaskan tindakan yang dilakukan bila terkena hipertensi dengan

benar

5. Menjelaskan hal-hal yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya

penyakit hipertensi dengan benar

C. MATERI PENYULUHAN ( terlampir )

1. Pengertian hipertensi
2. Penyebab hipertensi

3. Tanda dan gejala hipertensi

4. Tindakan yang dilakukan bila ada keluarga yang terkena hipertensi

5. Pencegahan hipertensi

D. METODE

1. Ceramah

2. Tanya Jawab

E. MEDIA

1. Flip Chart

2. Leaflet hipertensi
F. KEGIATAN PENYULUHAN

No Waktu Langkah Kegiatan penyuluh Kegiatan peserta

1 2 menit Pembukaan  Mengucapkan salam  Menjawab salam

 Menyampaikan tujuan  Memperhatikan

2 15 menit Penyampaian  Menjelaskan pengertian hipertensi  Mendengarkan dan

 Menjelaskan penyebab hipertensi memperhatikan

 Menjelaskan tanda dan gejala hipertensi  Bertanya

 Menjelaskan tindakan dirumah bila terdapat anggota

keluarga terkena hipertensi

 Menjelaskan cara pencegahan dan penanggulangan

hipertensi

 Memberikan kesempatan bertanya

3 3 menit Penutup  Menyimpulkan bersama  Mendengarkan


 Memberikan umpan balik  Memperhatikan

 Membuat kesim pulan tentang materi yang telah  Menjawab pertanyaan dari

disampaikan penyuluh
G. KRITERIA EVALUASI

1. Evaluasi Struktur

a. Kesiapan materi

b. Kesiapan SAP \ Kesiapan media : chart dan Leaflet

Tn “ ” dan keluarga memperhatikan penyuluhan

2. Evaluasi Proses

a. Fase dimulai sesuai dengan waktu yang direncanakan.

b. Keluarga antusias terhadap materi penyuluhan

Keluarga mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara

benar

3. Evaluasi Hasil

Tn “ ” dan keluarga dapat

a. Menjelaskan pengertian hipertensi

b. Menyebutkan penyebab hipertensi

c. Menyebutkan 3 dari 5 tanda dan gejala hipertensi

d. Menjelaskan Tindakan bila terkena hipertensi

e. Menjelaskan cara pencegahan dan penanggulangan hipertensi

Anda mungkin juga menyukai