Anda di halaman 1dari 16

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Kata juling saat ini sering di gunakan dalam pengertian suatu cabang ilmu penyakit mata yang mempelajari kelainan penglihatan binocular yang disebabkan okeh tidak adanya satu atau lebih persaratan tersebut nama lain yang tepat untuk juling adalah visual sensor motor anomales. Telah disebutkan bahwa untuk mendapatkan penglihatan binocular yang normal diperlukan tajam penglihatan atau kemampuan mambedakan bentuk benda, warna dan intensitas cahaya normal yang cukup dan harus seimbang pada masing-masing mata. Dalam ilmu kedokteran khususnya mata, istilah JULING disebut juga STRABISMUS/SQUINT/CROSSED-EYE. JULING adalah keadaan dimana kedua mata tidak straight atau tidak terlihat lurus/posisi yang tidak sama pada kedua sumbu/as mata. Orang tua sering mengekspresikan atau mengatakan sebagai mata anak kami tidak fokus. (http://www.anakku.net/forum/mata-julingstrabismus) Strabismus terjadi pada kira-kira 2% anak-anak usia di bawah 3 tahun dan sekitar 3% remaja dan dewasa muda. Kondisi ini mengenai pria dan wanita dalam perbandingan yang sama. Strabismus mempunyai pola keturunan, sebagai contoh, jika salah satu atau kedua orangtuanya strabismus, sangat memungkinkan anaknya akan strabismus juga. Namun, beberapa kasus terjadi tanpa adanya riwayat strabismus dalam keluarga. Anak-anak disarankan untuk dilakukan pemeriksaan mata saat usia 3-4 tahun. Bila terdapat riwayat keluarga strabismus, pemeriksaan mata disarankan dilakukan saat usia 12-18 bulan

1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Apakah yang dimaksud dengan Strabismus? 2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien Strabismus 1.3 TUJUAN 1. Menghasilkan deskripsi Strabismus 2. Meghasilkan rincian asuhan keperawatan pada pasien Strabismus 1.4 MANFAAT 1. Memberikan informasi mengenai Strabismus 2. Memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang menyebabkan Strabismus 3. Memberikan informasi mengenai cara pengobatan Strabismus

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 DESKRIPSI STRABISMUS 2.1.1 Definisi Strabismus adalah suatu keadaan dimana kedudukan kedua bola mata tidak ke satu arah. (Sidarta Ilyas, 2001) Strabismus adalah suatu kelainan posisi bola mata dan bisa terjadi pada arah atau jarak penglihatan tertentu saja. (Tamin Radjamin, dkk. 1984) Strabismus (mata juling) adalah suatu kondisi dimana kedua mata tidak tertuju pada satu obyek yang menjadi pusat perhatian secara bersamaan. Keadaan ini bisa menetap (selalu tampak) atau dapat pula hilang timbul yang muncul dalam keadaan tertentu saja seperti saat sakit atau stress. Mata yang tampak juling dapat terlihat lurus dan yang tadinya tampak lurus dapat terlihat juling. (http://www.klikdokter.com Apabila terdapat satu atau lebih otot penggerak bola mata yang tidak dapat mengimbangi gerak otot lainnya, maka terjadilah gangguan kesembangan gerak antara kedua mata, sehingga sumbu penglihatan menyilang pada tempat diluar letak benda yang menjadi perhatiannya disebut juling(Crossed Eyes). Strabismus adalah kondisi dimana kedua mata tidak tertuju pada satu obyek yang menjadi pusat perhatian. Satu mata bisa terfokus pada satu obyek sedangkan mata yang lain dapat bergulir ke dalam, ke luar, ke atas, atau ke bawah. Keadaan ini bisa menetap (selalu tampak) atau dapat pula hilang timbul. Mata yang tampak juling dapat terlihat lurus dan yang tadinya tampak lurus dapat terlihat juling.Juling dapat mengenai pria dan wanita. Juling dapat diturunkan pada keturunannya. Namun walau tidak ada riwayat keluarga juling, hal ini dapat saja terjadi 2.1.2 Etiologi 1. Kelainan refraks. a.Hipermetropi: Penyebab utama mata juling pada anak kecil adalah hipermetripia yang biasanya berawal ketika anak mulai suka melihat gambar atau benda kecil. b. Miopia: Strabismus yang disebabkan oleh myopia lebih jarang terjadi 2. Paralisis salah satu mata a. Kelumpuhan musculus rektus medialis : menyebabkan strabisimus divergen gangguan gerak kearah nasal. Keadaan ini bertambah bila mata digerakkan kearah nasal. b. Kelumpuhan musculus rektus superior: Terdapat keterbatasan gerak keatas (Hipertropia, diplopia campuran, diplopia vertical dan crossed diplopia ) kelainan ini bertambah pada gerakan mata keatas.

c. Kelumpuhan musculus rektus inferior: Terdapat keterbatasan gerak mata kebawah, hipertropia, diplopia campuran, yang bertambah hebat bila mata digerakkan kebawah. d. Kelumpuhan musculus obligus superior: Terdapat keterbatasan gerak kearah bawah terutama kearah nasal inferior e. Kelumpuhan musculus obligus inferior: Terdapat keterbatasan gerak kearah atas terutama kearah nasal, strabisnus vertical, diplopia campuran .kelainan ini bertambah bila mata digerakkan kearah temporal atas. 3. Visus yang buruk pada salah satu mata: Visus yang buruk pada salah satu mata biasanya akan normal pada mata lainnya sehingga kedua mata gagal bekerjasama dan akibatnya timbul deviasi gerakan bola mata. Faktor predisposisi a) Trauma didaerah kepal b) Diabetes miletus juvenile fulmina c) Meningitis d) Tumor otak e) Inveksi virus 2.1.3 Klasifikasi 1. Berdasarkan Status Fusi a. Heteroforia Adalah: Keadaan dimana mata mempunyai kecendrungan untuk berdeviasi ke salah satu arah, yang dapat diatasi dengan penglihatan binokuler tunggal Deviasix Laten , hanya dapat dilihat bila mata sebelah nya ditutup. b. HeterotropiaAdalah: Kelainan deviasi dimana tidak mungkin untuk melakukan penglihatan Binokuler Tunggal. Fiksasi terjadi dengan satu mata dan tidak berubah dengan dua mata pada waktu yang sama. Hetertropia dapat disebabkan oleh kelainan: 1. Hederiter 2. Anatomik, kelainan otot mata luar, kelainan rongga orbita 3. Kelainan refraksi 4. Kelainan pernafasan, sensori motorik, keadaan yang menggagalkan fusi 5. Kombinasi dan faktor-faktor di atas 2. Berdasarkan arah deviasi a. Horizontal 1) Esodeviasi 2) Exodeviasi b. Vertikal 1) Hiperdeviasi 2) Hipodeviasi c.Torsi 1) Insiklo Deviasi

2) Exyclo deviasi

3. Berdasarkan variasi sudut deviasi pada gerakan bola mata a. Strabismus non paralitik Besarnya sudut deviasi sama besar pada setiap gerakan bola mata. Sudut deviasinya adalah sama tidak tergantung pada arah pandangan (direction of gaze). Deviasi ini terjadi akibat penglihatanya yang buruk.Semua penglihatan yang buruk bisa berakibat terjadinya deviasi.Ex retinoblastoma. Dibedakan atas 2, strabisimus non paralitik non akomodatif. Deviasinya sama kesemua arah dan tidak dipengaruhi oleh akomodasi karena penyebabnya tidak ada hubunganya dengan kelainan refraksi/kelumpuhan otot. Disebabkan oleh 1) Insersi yang salah oleh otot-otot yang bekerja horizontal 2) Gangguan keseimbangan gerak bola mata 3) Kekurangan daya fusi b. Strabismus paralitik Sudut deviasi tidak sama pada semua arah disebabkan hilangnya satu atau lebih otot mata.Juling juga bisa disebabkan oleh palsi saraf keenam yang disebabkan oleh tumor yang berakibat meningkatnya tekanan intrakranial.Pada kasus ini juling adalah aparalitik dan sudut deviasinya berubah-ubah tergantung pada arah pandangan.Pada penderit miestenia gravis gejala pertamanya dalah juling diplopia. 4. Berdasarkan usia terjadinya a. Kongenital terjadi pada usia < 6 bulan b. Acquired terjadi pada usia .> 6 bulan 2.1.4 Tanda dan Gejala a). Tanda dan gejala utama strabisimus yaitu mata mempunyai kecendrungan untuk berdeviasi kesalah satu arah dimana arah tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan jenis strabisimusnya. Contoh : 1. Horizontal a. Esideviasi : bila salah satu mata berfiksasi pada objek sedangkan mata yang lain berdeviasi ke nasal b. Eksodeviasi : Deviasi mata ke tempora 2.Vertical a. Hiperdeviasi : bila salah satu mata berdeviasi ke superior b. Hipodeviasi : bila salah satu mata berdeviasi ke inferior. 3. Torsi a. Insiklo deviasi : salah satu mata memutari sumbu sagital ke nasal

b. Excydo deviasi : salah satu mata memutari sumbu sagital ke temporal b). Noncomitant strabismus / strabismus paralitik Tanda-tanda: a. Gerak mata terbatas pada daerah dimana otot yang lumpuh bekerja b. Deviasi, kalau mata digerkkan kearah lapangan dimana otot lumpuh bekerja, mata yang sehat akan menjurus kearah ini dengan baik, sedangkan mata yang sakit tertinggal c. Diplopia d. Okular torticallis e. Proyeksi yang salah f. Vertigo, mual-mual F. Anatomi dan fisiologi a.Anatomi Gerakan Mata dikontrol oleh enam otot ekstrim okular yaitu : 1. Empat Otot rektus a. Muskulus Rektus medius, kontraksinya akan menghasilkan aduksi atau menggulirnya bola mata kearah nasal dan otot ini dipersyarafi oleh saraf ke III {Okulomotor} b. Muskulus Rektus lateral, kontaksinya akan menghasilkan abduksi atau menggulirnya bola mata kearah temporal & otot ini dipersyarafi oleh saraf ke IV {Abdusen} c. Muskulus Rektus superior,kontraksinya akan menghasilkan Elevasi, Aduksi & Intorsi bola mata dan otot ini dipersyarafi ke III d. Muskulus rektus Inferior, kontraksinya akan menghasilkan depresi pada abduksi, ekstorsi dan pada abduksi, dan abduksi 23 pada depresi otot ini dipersyarafi ke III 2. Dua Otot Obligus a. Muskulus Obligus superior,kontraksinnya akan menghasilakn depresi intorsi bila berabduksi 39 ,depresi sat abdusi 51 dan bila sedang depresi akan berabduksi .otot ini dipersyarafi saraf ke IV (troklear) b. Muskulus Obligus inferior ,dngn aksi primernya ekstorsi dlm abduksi sekunder oblik inferior adlah elevasi dlm abduksi.otot ini dipersyarafi saraf ke III 3. Fasia

Otot rektus dan oblik diselubungi fasia.didekat titik intersi otototot ini, Fasia melanjutkan diri menjadi kapsul Tenon yg terdapat diantara sklera & konjungtiva, fasia yg menyatu dengan struktur tulang orbita berfungsi sebagai ligamen pengontrol otot-otot ekstraokuler dan membatasi rotasi bola mata.

b. Fisiologi 1). Aspek motorik Fungsi otot-otot mata Otot Rektus Laterlis (RL) Rektus medialis (RM) Rektus superior (RS) Rektus inferior (RI) Kerja Primer Abduksi Aduksi Elevasi Depresi Kerja Sekunder Tidak ada Tidak ada Aduksi, intorsi Aduksi, ekstorsi Depresi, abduksi Levasi, abduksi

Obliquus superior Intorsi (OS) Obliquus inferior (OI) Ekstorsi

Setiap otot dari keenam ekstraokular berperan dalam mengatur posisi mata dalam tiga sumbu rotasi. Kerja primer suatu otot adalah efek utama yang ditimbulkannya pada rotasi mata. Efek yang lebih kecil disebut kerja sekunder atau tersier. Kerja sertiap otot tergantung pda orientasi mata di dalam orbita dan pengaruh dari jaringan ikat orbita, yang mengatur arah kerja ekstraokular dengan menjadi origo fungsional otototot tersebut(hipotesis katrol aktif) Otot rektus medialis dan lateralis masing-masing menyebabkan aduksi dan abduksi mata, dengan efek ringan pada elevasi atau torsi. Otot rektus vertikalis dan obliquus memiliki fungsi vertical maupun torsional. Secara umum otototot rektus vertikalis merupakan elevator dan depresor utama mata, dan otot obliquus, terutama berperan dalam gerakan torsional. Efek vertical otot rektus superior dan inferior lebih besar saat mata berada

dalam kadaan abduksi. Efek vertical lebih besar saaat mata dalam keadaan normal 1. Bidang kerja Posisi mata ditentukan oat keduanya boleh keseimbangan yang dicapai oleh tarikan dalam ke enam otot ekstraokuler. Mata berada dalam posisi memandang primer saat keduanya men badan tegmandang lurus ke depan dengan posisi kepala dan badan tegak. Untuk mengerakkan mata ke arah pandangan lain,otot agonis menarik mata kearah tersebut dan otot antagonis berelaksasi. Bidang kerja suatu otot adalah arah pandangan yang dihasilkan saat otot itu mengeluarkan daya kontraksinya yang terkuat sebagai suatu agonis, mis, otot rektus lateralis mengalami kontraksi terkuat saat melakukan abduksi mata.

2. Otot- otot sinergistik& antagonistic(hokum Sherrington). Otot-otot sinergistik adalah otot-otot yang memiliki bidang kerja yang sama. Dengan demikian, untuk pandangan dengan arah vertical, otot rektus superior dan obliquus inferior bersinergistik mengerakan mata ke atas. Otot-otot sinergistik untuk suatu fungsi mungkin antagonistic untuk fungsi lain. Misalnya, otot rektus superior dan obliquus inferior bekerja sebagai antagonis pada gerak torsi, rektus superior menyebabkan intorsi dan obliquus inferior ekstorsi. Otot-otot ekstraokular, seperti otot rangka, memprlihatkan persarafan otot-otot antagonis yang timbale balik(hokum shrrington). Dengan demikian, pada dekstorversi(menatap kanan), ototnrektuss lateralis medialis kanan dan lateralis kiri mengalami inhibisi sementara otot rektus lateralis kanan dan medialis kiri terstimulasi. 3. Otot- otot pasangan searah (hukum hering) Agar gerakan kedua mata berada dalam arah yang sama, otototot antagonis yang berkaitn harus menerimapersarafan yang setara(hokum hering). Pasangan otot antagonis dengan kerja primr yang sama disebut pasangan searah(yoke pair).otot rektus lateralia kanan dan medialis kiri adalah pasangan searaj untuk menatap ke kanan. Otot rektus inferior kanan dan obliquus kiri adalah pasangan searah untuk menatap ke kanan bawah. Otot- otot pasangan searah dalam posisi pandangan utama.

Mata ke atas dan kanan Mata ke atas dan kiri Mata ke kanan Mata ke kiri Mata ke bawah dan kanan Mata ke bawah dan kiri 4. Perkembangan gerakan binocular

RSKa RSKi RLKa dan RMKi RLKi dan RMKa RIKa dan OSKi RIKi dan OSKa

System neuromuscular pada bayi maih belum matang sehingga tidak jarang kesejajaran mata belum stabil pada bulan-bulan pertama kehiupannya. Esodeviasi sementara adalah penyimpangan yang paling sering djiumpai dan mungkin berkaitan dengan imaturasi system akomodasi konvergensi. Membaiknya ketajaman penglihatan secara bertahap disrtai pematangan okulomotor memungkinkan penjajaran mata yang lebih stabil pada usia 2-3 bulan. Setiap kelainan penjajaran setelah usia ini harus diperiksa oleh oftalmolog.

2). Aspek sensori Penglihatan binocular Di setiap mata, segala yang tercitra di fovea terlihat secara subjektif sebagi tepat di depan. Dengan demikisn, apabila dua object yang tidak serupa dicitrakan pada dua fovea, kedua objek tersebut akan terlihat tumpang tindih, tetapi ketidakserupaan tersebut akan menghambat fusi untuk membentuk suatu kesan tunggal. Karena berbedanya titik nyaman(vontage point) di dalam ruang setiap mata, bayangan di setiap mata sebenarnya sedikit berbeda dengan bayagan mata disebelahnya. Fusi sensorik dan stereopsis merupakan dua proses fisiologik berbda yang berperan dalam penglihatan binocular. 2. 1. 5 Patofisiologi(terlampir) 2.1.6 Pemeriksaan penunjang Mata harus diperiksa segera setelah Anda bahkan menduga bahwa mereka mungkin persimpangan atau mengembara, tidak peduli seberapa kecil misalignment itu mungkin. . Tidak ada anak yang terlalu muda untuk dilihat dan perawatan dini dapat mencegah kemudian sakit hati. .
9

Pengobatan cepat dimulai, lebih baik anak Anda kesempatan untuk mencapai penglihatan normal dalam setiap mata dan persepsi kedalaman teropong yang baik. . Koreksi setelah usia 6 atau 7 adalah lebih sulit dan hasilnya kurang memuaskan. Sebuah pemeriksaan mata lengkap dan pembiasan (pengukuran visi dan cek untuk kacamata) melibatkan penggunaan obat tetes mata untuk melebarkan pupil dan melumpuhkan sementara mekanisme fokus. Gerakan mata, kualitas dan derajat stereopsis (3-D visi), dan kemampuan untuk mengenali penglihatan ganda semua akan diperiksa, tergantung pada usia dan kerjasama dari pasien. Penentuan penyebabnya mungkin melibatkan rujukan ke spesialis jenis lain. 1. Penentuan tajam penglihatan 2. Detekasi abnormalitas pergerakan mata 3. Deteksi dan pemeriksaan strabismus 4. Pemeriksaan stereopsis 5. Penentuan kelainan refraksi 6. Pemeriksaan telit mata termasuk melihat fundus dengan pupil terdilatasi

2. 1. 7 Penatalaksanaan Penatalaksanaan terhadap penderita dengan juling bertujuan untuk mangembalikan pengelihatan binokular yang normal, sehingga penatalaksanaan terhadap juling ditujukan pada pemenuhan persyarafan untuk mencapai pengelihatan binokular tersebut. Dengan kata lain secara bertahap memperbaiki visus kedua matanya, kemudian memperbaiki posisis kedua mata sehingga mencapai kedudukan ortovorios dan trakhir melatih penderita menyatukan keduua bayangan dari kedua matanya. Usaha memperbaiki visus dinilai pada umur sedini mungkin semenjar saat terlihat bahwa anak mempunyai keinginan memilih untuk mengunakan satu matanya, dengan cara menutup mata yang baik atau memberikan tetes mata atropine. Perbaikan kedudukan bola mata dilakukan dengan melemahkan otot yang bekerja terlalu kuat dan memperkuat otot yang lebih lemah. Perbaikan kedudukan bola mata dilakukan sebaiknya pada umur sekitar 4-

10

5 tahun agar juling yang masih belum terkoreksi oleh pembedahan masih bisa diperbaiki dengan pemberihan latihan-latihan menggunakan kedua matanya secara bersamaan. a. Oklusi:Mata yang sehat ditutup dan diharuskan melihat dengan mata yang ambliop.oklusi sebagian juga harus bisa dilakukan dengan membrane plastik, pita, lensa, atau mata ditutup dengan berbagai cara: a) Pleotic b) Obat-obatan c) Latihan dengan synoptophone b. Memanipulasi akomodasi a) Lensa plus / dengan miotik:Menurunkan beban akomodasi dan konvergensi yang menyertai b) Lensa minus dan tetes siklopegik:Merangsang akomodasi pada anak-anak c. Penutup Mata

2. 1. 8 Komplikasi Hungga usia 7 atau 8 tahun, otak biasanya mengembangkan berbagai respons terhadap penglihatan binocular yang abnormal repon ini mungkin tidak imbul bila onset strabismusnya stelah uia terebut. Kelainan-kelainan tersebut adalah diplopia, suoresi, anomaly korespodensi retina, dan fiksasi ekstentrik. 1.Diplopia Apabila terdapat strabismus, kedua fovea menerima bayangan yang berbeda. Objek yang telihat oleh satu fovea dicitrakan pada daerah retina perifer di mata yang lain. Bayangan fovea terlokalisasi tepat di depan, sedangkan bayangan retina periferdari objek yang sama di mata yang lain dilokalisasi di arah yang lain. Dengan demikian objek yang sama terlihat di dua
11

tempt(diplopia). Saat objek-objek yang dicitrakan di dua fovea terlihat pada arah yang dalam ruang, proses lokalisasi objek-objek yang terpisah secra spasial di tempat yang sama ini disebut kebingungan penglihatan. 2. Supresi Dalam kondisi penglihatan binocular pasien strabismus, bayangan yang terlihat di salah satu mata menjadi predominan dan yang terlihat di mata yang lain tidak di persepsikan. Supresi adalah adaptasi sensori yang paling sering timbul pada strabismus kanakkanank. Supresi bermanifestasi sebagai skotoma di mata yang berdeviasi hanya pada kondisi penglihatan binocular. Suatu skotoma adalah daerah penurunan penglihatn di dalam lapangan pandang, dikelilingi oleh oleh daerah penglihatan yang sedikit menurun atau normal.

3. Ambliopia Pengalaman visual abnormal berkepanjangan yang dialami oleh seorang anak usia karang dari 7tahun dapat menyebabkan ambliopia(penurunan ketajaman penglihatan tanpa adanya penyakit organiac pada satu mata yang dapat dideteksi)tiga klinik penyebab ambliopia adalah akibat deprivasi penglihatan(mis, katarak congenital atay hipoplasia nervus optikus), ambliopia akibat strabismus, dan ambliopia akibat kelainan refraksi yang tidak setara(anisometropia). Sering kali terdapat lebih dari satu etiologi. Walaupun semula diduga tidak dapat disembuhkan setelah usia 7tahun, sjumlah studi terbaru menunjukkan bahwa beberapa bentuk amliopia berhasil diterapi pada anak yang lebih besar. Pada strabismus, mata yang biasa digunakan untuk fiksasi mempunyai ketajaman penglihatn yang normal dan mata yang tidak dipakai sering mengalami penurunan penglihatan(ambliopia). Ambliopia sering ditemukan pada esotropia dan sering kali berat. Sebaliknya, ambliopia jarang pada eksotropia dan hanya ringan bila ada. Apabila fiksasi yang berubah-ubah secara spontan, ambliopia tidak terjadi. Supresi dan ambliopia adalah yang berlainan. Ambliopia ditemukan bila mata yang terkena dipriksa tersendiri. Supresi terjadi pada kondisi penglihatan binocular dan

12

merupakan suatu proses otak yang mengabaikan bagian bayangan tertentu yang diterima oleh mata yang berdeviasi sehingga pasien dapat menghindari diplopia. Defek lapangan pandang ini disbut skotoma fakultatif Karena tidak dapat dibuktikanadanya deficit lapangan sewaktu mata yang mengalami supresi diperiksa terpisah. 4. Anomalia korespodensi retina Anomalia korespodensi retina adalah adaptasi sensori yang timbul pada strabismus dalam kondisi penglihatan binocular. Heterotropia menimbulkan supresi pada mata yang tidak terfiksasi dan pergesran rbesar deviasi motorik dan mencegah perspsi diplopia. Fenomena binocular ini memungkinkan beberapa bentuk kerjasama binocular terjadi pada pasien asien strabismus, terapi stereopsis berkurang atau tidak ada.

13

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 PENGKAJIAN 1. Biodata. Tanggal wawancara, tanggal MRS, No. RMK. Nama, umur, jenis kelamin, suku / bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat, penanggung jawab. 2. Keluhan utama: penglihatannya ganda, sakit kepala, mata lelah

3. Riwayat penyakit sekarang: a. b. c. d. Apa yang menyebabkan terjadi strabismus Sejak kapan strabismus terjadi Kapan saat strabismus timbul(membaca,berjalan) Sudah berapa lama strabismus terjadi

4. Riwayat penyakit dahulu Apakah sebelumya pernah mengalami kelainan refraksi 5. Riwayat penyakit keluarga Strabismus dan ampliopia sering ditemukan dalam hubungan keluarga 6. Riwayat Psikososial-Spiritual - Psikologis : apakah klien menerima penyakit yang diderita ? - Sosial : bagaimana sekitarnya ? - Spiritual : apakah dan bagaimana klien mengerjakan ibadahnya saat sakit ? 3.2 PEMERIKSAAN FISIK 1. Kelopak Mata, harus terletak merata pada permukaan mata 2. Buku Mata, posisi dan distribusinya 3. Sistem lakrimal, struktur dan fungsi pembentukan dan drainase air mata. 4. Pemeriksaan Mata Anterior, sclera dan konjungtiva bulbaris diinspeksi secara bersama. interaksi klien terhadap lingkungan

14

5. Pemeriksaan Kornea, normalnya kornea tampak halus dengan pantulan cahaya seperti cermin, terang, simetris dan tunggal.

3.3 ANALISA DATA No Data 1 DS : Etiologi Strabismus Masalah keperawatan Gangguan sensori penglihatan

Klien sering mual dan pusing Klien mengeluh penglihatannya ganda DO : Menurunya ketajaman penglihatan (visus) Adanya diplopia Adanya deviasi pada mata 2 DS: -

Kehilangan persepsi jarak,ukuran, kedalaman

Gangguan persepsi sensori Strabismus Resiko cidera

Klien mengeluh penglihatanya kabur

Pandangan mata DO: Menurunya ketajaman kabur Kehilangan penglihatan (visus) Disoreasasi lingkungan Kehilangan persepsi jarak, ukuran, kedalaman

Disoreasasi lingkungan

Resiko cidera

3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan sensori penglihatan b/d lapang pandang yang menurun 2. Resiko cedera b/d lapang pandang yang menurun

15

16

Anda mungkin juga menyukai