Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN HERNIA

A. Definisi
1. Hernia adalah keluarnya isi tubuh (biasanya abdomen) melalui defek atau
bagian terlemah dari diding rongga yang bersangkutan.
2. Hernia inguinal adalah menonjolnya isi suatu rongga yang melalui annulus
inguinalis yang terletak disebelah lateral vaso epigastrika inferior
menyusururi kanal inguinal dabkeluar ke rongga perut melalui annulus
inguinalis eksternus.
3. Hernia inguinal adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari
tempatnya yang normal melalui sebuah detek konginital. Hernia ingunalis
adalah kondisi postrusi (penonjolan) organ intestinal masuk kerongga
melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari cincin
inguinalis. Materi yang masuk lebih sering adalah usus halus, tetapi bisa juga
merupakan suatu jaringan lemak/omentum.
4. Hippocrates menggunakan istilah yunani hernios untuk suatu tonjolan untuk
menggambarkan hernia. Ebers papiru, sekitarv 1550 SM mendeskripsikan
penggunaan istilah truss. Celsius kemudian menggunakan istilah
transillumination untuk membedakan hernia dari hidrokel dan menganjurkan
tekanan bertahap (taxis) dalam pengelolaan hernia inkarserata atau
irreducible hernia.
5. Sebanyak 10% dari populasi mengembangkan beberapa jenis hernia selama
hidup. Sebanyak 50% adalah untuk hernia ingunialis tidak langsung, dimana
pria : wanita memiliki rasio 7:1, sementara 25% adalah untuk hernia
ingunialis langsung. Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur.
Hal ini berhubungan dengan berbagai aktivitas yang memungkan
peningkatan tekanan intraabdomen dan berkurngnya kekuatan jaringan
penunjang.
6. Hernia inguinalis merupakan kasus bedah terbanyak setelah appendisitis.
Sampai saat ini masih merupakan tantangan dalampeningkatan status

1|Page
kesehatan masyarakat karena besarnya biaya yang dperlukan dalam
penanganannya dan hilangnya tenaga kerja akibat lambatnya pemulihan
dan angka rekurensi. Besarnya biaya yang diperlukan untuk
penangananhernia dapat pula menimbulkan masalah sosioekonomi.
7. Hernia inguinalis lateralis adalah suatu penonjolan dinding perut yang terjadi
di daerah inguinal disebelah lateral pembuluh epigastrika inferior.Pada
hernia inguinalis lateralis keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di
lipat paha yang timbul pada waktu mengejan, batuk, atau mengangkat beban
berat dan menghilang waktu istirahat baring. Sekitar 80- 90% dari h ernia
inguinalis lateralis . Ditemukan pada laki -laki dan 10% pada perempuan.
Lebih dari 750.000 pasien yang menjalani operasi per tahun di Amerika
Serikat. Insidens hernia inguinalis lateralis yang mengalami inkarserata atau
strangulata bervariasi 5 - 15% pada seluruh dunia. Hernia inguinalis
inkarserata dan strangulata merupakan kasus akut abdomen yang harus
segera ditangani oleh karena dapat memengaruhi morbiditas (19- 30%) dan
juga mortalitas (1,4-13,4%).

8. Hernia inguinalis merupakan kasus bedah terbanyak setelah


appendisitis. Biaya yang besar diperlukan dalam penanganannya dan juga
menyebabkan hilangnya tenaga kerja akibat lambatnya pemulihan dan angka
rekurensi. Tahun 2004 di Indonesia, hernia inguinalis menempati urutan ke-8
dengan jumlah 18.145 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
karakteristik penderita hernia inguinalis yang dirawat inap. Jenis penelitian
ini adalah penelitian deskriptif menggunakan data sekunder rekam medik
tahun 2012. Subjek yang diteliti yaitu penderita hernia inguinalis yang
dirawat inap dengan besar sampel 80 orang. Metode pengambilan
sampel yang digunakan adalah purposive sampling.
9. Hernia merupakan prostrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen,
isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskola-

2|Page
aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas hernia bawaan atau congenital
dan hernia dapatan atau akuisita.
10. Hernia merupakan prostrusi yang abnormal dari organ, jaringan, atau bagian
dari organ melalui suatu stuktruk yang normalnya berisi organ tersebut.
Hernia seringnya terjadi pada rongga abdomen ketika suatu bagian dari usus
mengalami protrusi akibat kelemahan oto-otot abdomen kongenital.

B. Etiologi

Region lumbalis merupakan bagian yang tersering mengalami HNP.


Kandungan air diskus berkurang seiring bertambahnya usia. Selain itu serat-
serat menjadi lebih kasar dan mengalami hialinisasi, yang ikut berperan
menimbulkan perubahan yang mmenyebabkan herniasi kemungkinan paling
besar terjadi di daerah kolumna vertebralis tempat terjadinya transisi dari
segmen yang lebih banyak bergerak ke yang kuirang bergerak(hubungan
lumbosakral dan servikotoralis).

Hernia terjadi jika ada gangguan inegritas dari otot-otot dinding dan disertai
dengan peningkatan tekanan intra-abdomen, kelemahan otot kongenital
merupakan salah satu faktor resiko dan juga faktor0faktor lain yang
meningktkan tekanan intra-abdomen. Kelemahan otot tidak dapat di cegah,
tetapi ada latihan yang dapat di lakukan untuk memperkuat otot yang lemah.
Oleh karena obesitas merupakan salah satu penyebab tekanan intra-abdomen,
maka kontrol berat-badan dapat membantu mengurangi resiko. Hindari
mengangkat benda berat dan mengejan, yang mana dapat meningkatkan
tekanan intra-abdomen. Diagnosa dini sangat penting untuk mencegah
inkraserasi dan strangulasi dari jaringan yang mengalami herniasi.

3|Page
Hal yang mengakibatkan hernia adalah:

a. Kelemahan abdomen
Lemahnya dinding abdomen bias disebabkan karena cacat bawaan atau
keadaan yang didapat sesudah lahir dan usia dapat mempengaruhi
kelemahan dinding abdomen (semakin bertambah usia dinding abdomen
semakin melemah).
b. Peningkatan tekanan intra abdomen
Mengangkat beda berat, baatuk kronis, kehamilan, kegemukan, dan gerak
badan yang berlebih.
c. Bawaan sejak lahir
Pada usia kehamilan 8 bulan terjadi penurunan testis melalui kanalis
inguinal menarik peritoneus dan disebut plekus vaginalis, peritoneal
hernia karena canalis inguinal akan tetap menutup pada usia 2 tahun.
d. Kebiasaan mengangkat benda yang berat (heavy lifting)
Karena mengkat benda yang berat dapat melemahkan otot sehingga dapat
terjadi hernia
e. Kegemukan (marked obesity)\
Di karenakan berat badan yang berlebihan efek yang di alami adalah
melemahnya otot. Beban yang begitu berat membuat otot kesulitan untuk
menahan organ, sehingga ini yang menyebabkan melemahnya otot secara
perlahan
f. Batuk
Karena batuk yang parah akan menyebabkan penekanan pada dinding
perut
g. Terlalu mengejan saat buang air kecil/besar
Karena kontraksi usus yang berlebihan
h. keturunan
Riwayat keluarga ada yag menderita penyakit hernia

4|Page
C. Manifestasi klinis
a. HNP Lumbal

- Nyeri pinggang bawah yang intermiten(dalam periode beberapa


minggu sampai beberapa tahu)
- Nyeri menjalar sesuai dengan distribusi saraf skhiatik
- Sifat nyeri biasanya menghebat karena faktor-faktor pencetus seperti
gerakan pinggang, batuk, mengedan, berdiri atau duduk untuk jangka
waktu yang lama
- Nyeri berkurang bila istirahat berbaring
- Sering mengeluh kesemutan atau bahkan kekuatan otot menurun
sesuai dengan distribusi persarafan yang terlibat.
- Pada pemeriksaan fisik terdapat tanda-tanda spasme otot paravertebra
lumbal dan terbatasnya grakan pimggung
- Tes laseque(mengangkat tungkai lurus ke atas) dan tes kompresi
poplitea umumnya akan positif
- Deficit neurologis: penurunan atau hilangnya reflek akhiles dan lutut,
penurunanya sensasi raba ayau tusuk pada distribusi dermatom,
penurunan atau hilangnyan kekuatan motorik kelompok otot-otot
tertentu.
b. HNP Servikal
- Umunya terjadi pada usia 3 dan 4
- Lokasi diarea parasentral unilateral karena pada area tersebut annulus
fibrosus adalah yang terlemah serta ligamennya tipis.
- Pada c6 akan menimbilkan prestesia serta baal pada daerah ditribusi
persarafan juga dapat kelemahan otot biseos dan penurunan fereflex
bisebs,.
- Pada c6-c7 menyebabkan iritadi radiks.
- Berupa benjolan keluar masuk atau keras dan yang tersering tampak
benjolan di lipat paha

5|Page
- Adanya rasa nyeri pada aderah benjolan bila isinya terjepit di sertai
perasaan mual
- Terdapat gejala mual muntah atau distensi bila telah ada komplikasi
- Bila terjadi hernia ingunialis stragulas perasaan sakit akan bertambah
hebat serta kulit di atasnya menjadi merah dan panas
- Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing
sehingga menimbulkan gejala sakit kencing(disuria) di sertai
hematuria(kencing darah) di samping benjolan di bawah sela paha
- Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut di
sertai sesak nafas
- Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah
besar tamayong, 2000)
c. Hernia reponible:
- Pasien merasa tidak enak ditempat penonjolan
- Ada penonjolan disalah satu tempat abdomen misalnya inguinal,
femoralis dan lain-lain. Benjilan timbul saat mengejan BAB,
mengangkat beban berat ataupun saat aktivitas berat dan hilang pada
saatwaktu istirahat baring.
- Kadang-kadang perut kebung
- Apabila terjadi perlengketan pada kantung hernia dan sis hernia maka
tidak dapat di masukkan lagi (ireponibel).
d. Hernia inkarserata:
- Adanya gambaran obstruksi usus dimana pasien mengalami obstipasi,
muntah, tidak flatus, prut kembung dan dehidrasi.
- Terjadi gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa.
- Bila lelah terjadi strangulasi. Pasien mengalami hebat di daerah hernia,
dimana nyeri menetap karena rangsangan peritoneum. Pada
pemeriksaan local di temukan benjolan yang tidak dapat dimasukan
lagi diserta nyeri tekan dan tergantung keadaan isi hernia.

6|Page
- Deapat di jumpai tanda peritonitis atau terjadi abses local, keadaan ini
merupakan keadaan gawat darurat dan memerlukan pertolongan
segera.

D. Klasifikasi.
a. Berdasarkan terjadinya dibagi menjadi:
1. Hernia congenital/bawaan
Patogenesa pada jenis hernia inguinalis lateralis (indirek): kanalis
inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal. Penurunan testis
tersebut akan menarik peritoneum ke daerah skrotum sehingga terjadi
penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus
vaginalisperitonel.
2. Hernia akuisita
Yaitu hernia yang timbul karena berbagai factor pemicu.
b. Berdasarkan sifatnya hernia terbagi menjadi:
1. Hernia reponible yaitu bila isi hernia dapat di masukkan kembali. Usus
keluar bila terjadi berdiri atau mengedan dan masuk bila berbaring
atau di dorong masuk. Tidak terdapat keluhan atau gejala obstruktif.
2. Hernia ireponible yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat di
kembalikan kedalam rongga. Hal ini disebabkan perlengketan isi usus
pada peritoneum kantong hernia. Tidak ada keluhan nyeri atau tanda
sumbatan usus.
c. Berdasarkan isinya hernia di bagi menjadi:
1. Hernia adipose, yaitu hernia yang isinya jaringan lemak.
2. Standing hernia, yaitu hernia yang isinya kembali sebagian diding
kantong hernia.
3. Hernia litter, hernia inkaserata/ strangulasi yang sebagian diding
ususnya terjepit dalam cicin hernia.
d. Berdasarkan macam hernia:

7|Page
1. Inguinalis indirect
Batang usus melewati cicin abdomen dan mengikuti saluran sperma
masuk kedalam kanalis inguinalis. Hernia ini lebih sering terjadi pada
laki-laki dibandingkan perempuan karena adanya karena adanya ruang
yang tercipta untuk memungkinkan testis untuk mengalami penurunan.

Sumber : https://dokterkecil.wordpress.com/2008/11/03/hernia/

2. Inguinalis direct
Usus turun melalui dinding abdomen pada daerah di mana terjadi
kelemahan otot, tidak melalui suatu kanal, seperti yang terjadi pada
hernia inguinal indirek dan femoral. Tipe hernia ini lebih sering terjadi
pada usia tua.

8|Page
Sumber:http://www.devadharshernia.com/index.php/hernia/hernia-
2/direct-inguinal-hernia

3. Femoralis
Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoralis dan lebih sering pada
peremuan dari pada laki-laki. Hernia ini bermula dari sumbatan lemak
pada kanalis femoralis yang membesar dan kemudian mulai menarik
peritoneum, dan kemudian kandung kemih ke dalam kantong hernia.

Sumber: http://obathernia.tasikstore.com/

4. Umibilikal
Hernia umbilical pada orang dewasa lebih sering pada perempuan da
terjad karena peningkatan tekanan abdomen. Biasa terjadi pada klien
obese dan perempuan multipara.

9|Page
Sumber:
https://www.google.co.id/search?q=hernia+umbilikal&tbm
5. Insicional
Terjadi pada lokasi insisi bedah sebelumnya yang belum mengalami
penyembuhan dengan baik karena permasalahan pascaoperasi, seperti
infeksi, nutrisi yang tidak baik, ditensi ekstrem, atau obesitas.

Sumber: http://californiaherniaspecialists.com/types-of-hernias

E. Fatofisiologi

Kanalis ingunialis adalah kanal yang normal pada fetus bulan kedepan
kehamilan terjadi. Densdensus testiculorum melalui kanalis tersebut.
Penurunan testis tersebut akan menarik peritoneum yang disebut juga dengan
prosesusviginalis peritoneal.

Bila bayi lahir umunya prosesus ini telah mengalami obiterasi sehingga isi
perut tidak melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum
menutup karena tetis turn lebih dulu dari yang kanan, maka kanals inguinalis
kanan lebih sering terbuka.

Pada orang tua kanal 1 hari akan menutup, namun karena daerah itu
merupakan lobus minosy resistance meningkat benda berat, mengejan saat
defekasi dan mengejan pada saat miksi, menjadi akibat hipertroni prostal.

10 | P a g e
Hernia juga bias terjadi karena hasil dari adanya ditek (lubang, bias terjadi
karena kelainan kongenital. Biasanya hernia bersifat kongenital dan di
sebabkan oleh kegagalan penurunan prosesusvaginalis (kantong hernia).
Hernia ini juga terjadi karena kelemahan otot pada dinding abdomen dan
adanya peningkatan tekanan intra abdomen disebabkan oleh kehamilan kerja
keras mengejan pada waktu BAB dan miksi, batuk menahun. Hernia bias
terjadi jika terdapat defek tersebut dan adanya tekanan intra abdominal.

Gangguan pada otot-otot dinding tersebut dapat bersifat kongenital


yaitu karena jaringan yang melemah atau jarak yng lebar pada ligmen,
inguinal atau dapat di sebabkan oleg trauma. Tekanan intra-abdomen
meningkat pada kehamilan, obesitas, angkat berat, batuk, dan cedera
traumatik dari tekanan tumpul. Jika dua faktor tersebut terjaddi bersamaan
dengan adanya kelemahan jaringan, hernia dapat terjadi. Peningkatan tekanan
tanpa ada kelemahan otot, selain di dapatlan sejak lahir, juga dapat terjadi
karena proses penuaan. Seiring pertambahan usia, jaringan otot terinfiltrasi
dan tergantikan oleh adiposa dan jaringan ikat.

Jika kantong hernia dapat di kembalikan ke rongga abdomen dengan


manipulasi, maka hernia itu di sebut dapat di reduksi atau reponibel. Istilah
tidak xapat di reduksi atau non-reponibel dan dapat i redukasi atau di
masukkan kembali dengan menipulasi tangan.

11 | P a g e
F. Pathway

Faktor pencetus: aktivitas berat, bayi premature, kelemahan


dinding abdominal, intrabdominal tinggi, adanmya tekanan. Hernia Hernia
inguinalis

Hernia umbilikalis Hernia para umbilikalis Hernia inguinalis


kongenital

Kantung hernia melewati Kantung hernia memasuki


Masuknya omentum dinding abdomen celah inguinal
organ intestinal ke
kantong umbilikalis
Prostusi hilang timbul Dinding posterior canalis
ingual yang lemah
Gangguan supial darah
Ketidak nyamanan
ke intestinal
obdominal Benjolan pada region
inguinal
Nekrosis intestinal Intervensi bedah
relative/konservatif Diatas ligamentum inguinal
mengecil bila berbaring

pembedahan

Insisi bedah Asupan gizi kurang mual

e Peristaltik usus Nafsu makan menurun


Resti perdarahan resti menurun
infeksi Intake emakanan
inadekuat
Terputusnya
trte jaringan
syaraf
Ketidakseimbangan
nutrisi dari kebutuhan
nyeri tubuh

Hernia insisional Kantung hernia memasuki celah bekas insisi

Heatus hernia Kantong hernia memasuki rongga torak

12 | P a g e
sumber: nur arif,amin huda dan hardhi kusuma. 2016. Asuhan
keperawatan praktis berdasarkan penerapan diagnosa nanda nic
noc dalam berbagai kasus. Jogjakarta: mediaction

G. Komplikasi
a. Ileus,gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi
usus akiut yang segera membutuhkan pertolongan dokter.
b. Terjadi peningkatan antara isi hebura dengan dinding kartona hernia,
sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali.
c. Terjadipenekanan terhadap cincin hernia, akibat makin
bertambah/banyaknya usus yang masuk
d. Bila inkaserata dibiarkan makan akan timbul edema sehingga terjadi
penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis (kapita selekta
kedokteran).
e. Hematoma (luka atau pada skrotum)
kumpulan darah tidak normal di luar pembuluh darah. Kumpulan
darah ini bisa berukuran setitik kecil, tapi bisa juga berukuran besar
dan menyebabkan pembengkakan.
f. Retensi Urine Akut
suatu keadaan dimana pasien tidak dapat kencing total yang disertai
dengan rasa tidak enak di abdomen dengan buli yang teraba atau dapat
diperkusi berisi urine lebih dari 150 ml.
g. Infeksi Pada Luka
h. Nyeri Kronis
i. Nyeri dan Pembengkakan Testis yang Menyebabkan Atrofi Testis
(pengecilan testis).

13 | P a g e
H. Pencegahan
Pencegahan hernia, diantaranya:
1. Menjaga kesehatan dan stamina tubuh
2. memperbanyak makan serat dari buah dan sayur
3. menghindari konstipasi dan mengedan terus menerus
4. jangan mengangkat barang atau beban terlalu berat
5. Hindari mengejan saat buang air besar.
6. Tahan organ yang turun (menonjol) dengan sabuk penekan (pembalut)
perut yang kedudukan dan ukurannya tepat.

I. Penatalaksanaan
1. Secara konservatif (non operatif)
Terapi konservatif pada hernia reponibel dilakukan tekanan secara
terus menerus pada benjolan seperti dengan bantal pasir, pasien tidur pada
posisi supine antitrendernbung atau memakai korset.
Terapai pembedahan dapat dilakukan herniotomi dan herniografi
(menjahit kantong hernia). Tindakkan pembedahan lebih efektif pada
hernia reponibel karena dikawatirkan terjadi komplikasi. Kondisi usus
harus diperhatikan pada hernia inkarserata atau strangulata, bila terjadi
nekrosis harus direseksi. Metode pembedahan antara lain:
a. Perbaikan bassinir kantung indirect dibuka diperiksa dan
diligasi. Bagian dasar inguinalis diperkuat dengan menjahit
fasciatransversalis pada ligamentum inguinalis di belakang
funikulus.
b. Ligasi tinggi kantong hernia. Merupakan tindakan pada hernia
inguinalis pada bayi dan anak.
c. Perbaikan shoudice: fascia transversal dibagi secara
longitudinal dan kedua lembaran diimbrikasi pada ligamentum
inguinal. Perbaikan diperkuat dengan menjahit musculus

14 | P a g e
obliges internus dan conjoined tendon pada opneurosisi
obligustrenus, untuk hernia direk dan indirek.
d. Pada inkontabilitas, maka diusahakan agar isi hernia
dimasukam kembali, pada penderita istirahat berbaring dan
dipuaskan atau mendapat diit halus. Herniatomi(memotong
hernia), herniorapi(menjahit kantong hernia) tetapi disritmik
adalah pembedahan, kantung hernia tidak pevil di eksisi tetapi
cukup dikembalikan ke dalam rongga perut(kapita selekta
kedokteran).
a. Reposisi hernia
Tindakan memasukkan kembali isi hernia ketempatnya semula secara
hati-hati dengan tindakan yang lembut tetapi pasti. Tindakan ini hanya
dapat dilakukan pada hernia reponibilis dengan menggunakan kedua
tangan. Tangan yang satu melebarkan leher hernia sedangkan tangan
yang lain memasukkan isi hernia melalui leher hernia tadi. Tindakan
ini terkadang dilakukan pada hernia irreponibilis apabila pasien takut
operasi, yaitu dengan cara: bagian hernia dikompres dingin, penderita
diberi penenang valium 10mg agar tertidur, pasien diposisikan
trendelenberg. Jika posisi tidak berhasil jangan di paksa, segera
lakukan operasi.
b. Suntikan
Setelah reposisi berhasil lakukan suntikan zat yang bersifat sklerotik
untuk memperkecil pintu hernia.
c. Sabuk hernia
Digunakan pada pasien yang menolak operasi dan pintu hernia relatif
kecil. Penggunaan sabuk hernia (alat penyangga) dapat di pakai
sebagai pengelolaan sementara, misalnya pemakaian korset.
d. Umumnya tindakan operatif merupakan satu-satunya yang rasional.

2. Secara operatif

15 | P a g e
a. Hernioplasti
Memindahkan fasia pada dinding perut yang lemah, hernioplasti sering
dilakukan pada anak – anak,

Sumber: https://herrysetyayudha.wordpress.com/2011/11/08/jenis-
jenis-hernia-dan-penanganannya-hernia-and-treatment/

b. Herniographi
Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia di masukkan, kantong
diikat, dan dilakukan bainy plasty atau teknik yang lain untuk
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Ini sering dilakukan
pada orang dewasa

16 | P a g e
Sumber: http://www.surgeryencyclopedia.com/Fi-La/Inguinal-Hernia-
Repair.html

c. Herniotomi
Seluruh hernia dipotong dan diangkat lalu dibuang. Ini dilakukan pada
klien dengan hernia yang sudah nekrosis.

Sunber:http://dokumen.tips/documents/laporan-kasus-hernia-
55844c715fead.html

17 | P a g e
J. PENGKAJIAN
I. Identitas/Biodata
a. Identitas Pasien
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Agama :
Pendidikan :
Alamat :
Status :
Kewarganegaraan :
Diagnosa Medis :
Tanggal Operasi :

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Agama :
Alamat :
Status :
Kewarganegaraan :
Hubungan dengan pasien :

18 | P a g e
II. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien mengatakan di lipat paha sebelah kanan ada benjolan dan
terasa nyeri.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengatakan terdapat benjolan di lipat paha kanan kurang
lebih 5 bulan yang lalu dan teras nyeri kaki kanan 1 minggu yang
lalu.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah mempunyai penyakit
yang serius dan belum pernah menjalani operasi.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit
menular. Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit
yang sama dengan pasien.
e. Genogram

III. Pola fungsi kesehatan menurut Gordon


a. Persepsi terhadap kesehatan – manajemen kesehatan
Sebelum sakit : Pasien mengatakan dalam kesehariannya merokok
dalam sehari kurang lebih 5 batang, pasien tidak alergi terhadap
jenis obat-obatan dan makanan ataupun minuman. Pasien
memeriksakan ke Puskesmas terdekat jika salah satu anggota
keluarganya ada yang sakit.
Selama sakit : Pasien tidak merokok.
b. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit : Pasien mengatakan dalam kesehariannya ia mampu
melaksanakan perawatan diri sehari-hari (ADLs) seperti mandi,

19 | P a g e
berpakaian, makan dan minum, eliminasi, mobilisasi, pindah,
dengan mandiri tanpa bantuan orang lain.
Selama sakit : Dalam melaksanakan aktivitas atau perawatan diri
(ADLs) pasien tidak ada masalah (mampu sendiri).
c. Pola istirahat – tidur
Sebelum sakit : Pasien tidur setiap hari dengan frekuensi 8 jam
setiap harinya, tidak mengalami gangguan tidur seperti insomnia,
terkadang tidur siang.
Selama sakit : Pola tidur dan istirahat selama sakit tidak ada
masalah.
d. Pola nutrisi – metabolic
Sebelum sakit : Pasien makan 3 x sehari dengan menu makanan
nasi, lauk pauk, sayur, dan buah. Minum 6-8 gelas per hari. Tidak
alergi terhadap jenis makanan atau minuman tertentu.
Selama sakit : Nafsu makan pasien tidak ada masalah
e. Pola eliminasi
Sebelum sakit : Pasien BAB 2 x sehari, dengan konsistensi lunak
dan warna kuning, BAK dengan frekuensi 4 – 5 x sehari warna
jernih.
Selama sakit : BAB dan BAK lancer, tidak mengalami masalah.
f. Pola kognitif – perceptual
Sebelum sakit : Pasien mengatakan dalam kesehariannya pasien
mudah bergaul dengan masyarakat sekitar dengan menggunakan
bahasa jawa, tidak mengalami gangguan pendengaran maupun
penglihatan.
Selama sakit : Selama proses anamnesis pasien dapat menjawab
pertanyaan dengan baik dengan bahasa indonesia, konjungtiva
tidak anemis, mukosa bibir kering, tidak ikterik, , pasien dapat
mengidentifikasikan bau dengan baik.

20 | P a g e
g. Pola konsep diri
Sebelum sakit : Pasien berperan sebagai kepala rumah tangga dan
menjalankan perannya dengan baik.
Selama sakit : Selama menjalani rawat inap pasien tidak dapat
menjalankan tugas dan perannya dengan maksimal.
h. Pola koping
Sebelum sakit : Pasien berperan sebagai kepala rumah tangga dan
menjalankan perannya dengan baik
Selama sakit : Pasien mengatakan bahwa ia dapat menerima
kenyataan ini, pasien sedikit cemas dan gelisah serta tidak nyaman
karena harus tinggal di Rumah Sakit.
i. Pola seksual – reproduksi
Sebelum sakit : Pasien berjenis kelamin laki-laki.
Selama sakit : Selama sakit frekuensi berhubungan seksual
berkurang.
j. Pola peran berhubungan
Sebelum sakit : Pasien berperan dalam keluarganya sebagai kepala
rumah tangga yang baik.
Selama sakit : Pasien terpaksa tidak dapat menjalankan perannya
dikarenakan sedang sakit.
k. Pola nilai dan kepercayaan
Sebelum sakit : Pasien beragama Kristen dan pergi ke gereja setiap
hari minggu.
Selama sakit : Pasien dan keluarganya menganut agama kristen
dan menganggap bahwa penyakitnya merupakan cobaan dari
Tuhan. Intensitas ke gereja untuk beribadah berkurang

21 | P a g e
IV. Pemeriksaan fisik (head to toe)
a. Pemeriksaan head to toe
1. Kepala
Inspeksi : bentuk kepala simetris, rambut hitam, lurus, bersih
a. Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
b. Telinga : Simetris, bersih, serumen tidak ada, pendengaran
baik.
c. Hidung : Simetris, penciuman baik
d. Mulut : Bibir kering, lidah agak kotor,
Palpasi : Tidak terdapat benjolan disekitar daerah kepala

2. Leher
Inspeksi : tidak ada Pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
keterbatasan gerak, integritas kulit baik
Palpasi : Tidak terdapat benjolan disekitar daerah leher.

3. Toraks/Dada
Inspeksi : Simetris, retraksi tidak ada dinding dada, tidak ada
penggunaan alat bantu pernafasan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : Vesikuler
Perkusi : Sonor.

4. Abdomen
Inspeksi : tidak ada pembesaran abdomen, tidak ada luka/bekas
luka.
Auskultasi : bising usus normal
Perkusi : Tympani

22 | P a g e
Palpasi : Tidak ada pembesaran organ-organ intra abdomen,
tidak ada nyeri tekan.

5. Ekstremitas atas/bawah
Atas : Simetris, kuku merah jambu, pendek, bersih, idak
terdapat keterbatasan gerak
Bawah : Simetris, kuku merah jambu, pendek, bersih, terdapat
keterbatasan gerak, terdapat penurunan reflek akiles dan
lutut,sensasi raba menurun, terdapat penurunan kekuatan motoric
atau otot-otot tertentu.

6. Genitalia
Genitala normal, Retensi urine menurun (disuria), terdapat
hematuria.

V. Data fokus
Data Subyektif : Pasien mengatakan nyeri pada lipat paha sebelah
kanan dan terdapat benjolan, pasien mengatakan sangat gugup dan
selalu menanyakan bagaimana rasanya dioperasi sakit atau tidak?
Data Obyektif :
Kesadaran :
Keadaan Umum :
Ekstremitas atas teraba dingin
Ekspresi wajah tegang dan gelisah, sering bangun dan tidur lagi.
Tanda-tanda Vital :
TD = 120/80 mmhg
S = 37o C
N = 85 x/menit
RR = 18 x/menit

23 | P a g e
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN (sumber: jitowiyono, 2012)
DIAGNOSA NOC NIC
a. Nyeri akut b/d agen 1. mengenali factor 1. lakukan pengkajian nyei
injuri (biologi,kimia penyebab secara komperhensif termasuk
fisik,psikologi). 2. mengenali lamanya lokasi, kaakteistik, durasi,
onset sakit frekuensi, kualitas dan factor
3.menggunakan metode presipitasi
pencegahan non 2. observasi eaksi non verbal
analgesic untuk dan ketidak nyamanan
mengatasi nyeri 3. gunakan tehnik komunikasi
4. menggunakan teapeutik untuk mengetahui
analgesic sesuai pengalaman nyeri pasien
kebutuhan 4. kaji kultur yang
5. mencari bantuan mempengarrui respon nyeri
tenaga kesehatan 5 evaluasi pengalamn nyeri
6. melaporkan gejalan masa lampau
kepada petugas 6. bantu pasien dan keluarga
kesehatan untuk menemukan dukungan
7. menggunakan sumber 7. control lingkungan yang
sumber yang tersedia dapat mempengarui nyeri seperti
8. mengenali gejala suhu ruangan, pencahayaan dan
gejala nyeri kebisingan
9. mencatat pengalaman 8. kurangi factor presipitasi
tentang nyeri nyeri
sebelumnya 9. pilih dan lakukan penanganan
10. melaporkan nyei nyeri (irmakologi,non
yang sudah tekontrol farmakologi, dan interpersonal)
10. kaji tipe dan sumber nyeri

24 | P a g e
Keterangan penilaian untuk menentukan interverensi
NOC : 11. ajarrkan tentang teknik non
1. Tidak dilkukan sama farmakologi
sekali 12 berikan analgeltikuntuk
2. jaang dilakukan mengurangi nyeri
3. kadang dilakukan
4. sering dilakukan
5. selalu di lakukan

b. deficit volume cairan Indicator : 1. Monitor berat badan setiap


b/d kehilangan volume 1. Tekanan darah dalam hari
cairan secara aktif batas normal 2. Pertahanan intake dan output
2. rata rata tekana arteri yang akurat
dalam batas normal 3. monitor status hidrasi
3. Tekana vena central (membrane mukosa ) yang
dalam batas normal adekuat
4. tekanan paru paru 4. monitor status nutrisi
dalam batas normal 5. monitor intake dan output
5. nadi perifer teraba
6. tifak ada hipertensi
ortostatik
7. keseimbangan intake
dan output selama 24
jam
8. tidak ada suara nafas
tahanan
9. berat badan stabil
10.tidak ada mata

25 | P a g e
cekung
11. tidak ada
kebingungan
12. tidak ada haus
berlebihan
13. kelembapan kulit
dalam batas normal
14. eletrolit serum
dalam batas normal
15. nilai hematocrit
dalam batas normal
16. BJ urin dalam batas
normal

Keterangan NOC :
1. tidak dilakukan sama
sekali
2. jarang di lakukan
3. kadang di lakukan
4. Sering di lakukan
5. selalu di lakukan

Resiko infeksi b/d Indicator : 1. observasi dan laporan tanda,


trauma, kerusakan 1. mengetahui resiko gejala infeksi seperti
jaringan. 2. Memonitor factor kemerahan, panas, nyeri, tumor,
resiko lingkungan dan adanya fungsional
3. memonitor factor 2. kaji tempeatur klien tiap 4
resiko dai tingkah laku jam
4. mengembangkan 3. catat dan laporkan nilai

26 | P a g e
factor resiko secara laboratorium
efektif (leukosit,protein,serum,albumin)
5. memodifikasi gaya 4. kaji warna kulit, kelembaban
hidup untuk mengurangi tesktur, turgor
resiko menggunakan 5. gunakan strategi untuk
dukungan personal mencegah infeksi noskkomial
untuk mengontro resiko 6. tingkatkan intake cairan
6. berpatisipasi dalam 7. istirahat yang adekuat
screening untuk 8. cuci tangan sebelum dan
mengidektifikasi resiko sesudah tindakan keperawatan
7. memonitor perubahan 9. gunakan standart precaution
status kesehatan. dan gunakan sarung tangan
selama kontak dengan darah,
Keterangan NOC : memban mukosa yang tidak
1. Tidak dilakukan sama utuh
sekali 10. ikuti tranmisi pencegahan
2. jaang dilakukan dasar untuk udara dan kontak
3. kadang dilakukan kontak tranmited
4. sering dilakukan microorganisme
5. tifak dilakukan 11. ganti IV line sesuai dengan
Atran yang belaku
12. pastikan peawatan aseptic
pada IV line
13. pastikan teknik peawatan
lluka secara tepat
14. dorong pasien untuk istiahat
15. berikan antibiotak sesuai
instrruktur
16. ajarkan pasien dan keluarga

27 | P a g e
tentang tanda tanda gejala
infeksi dan kalau terjadi untuk
melapor kepada peawat

L. INTERVENSI
a. Nyeri akut b/d agen injuri (biologi,kimia fisik,psikologi).
1. Kaji adanya keluhan nyeri, catat lokasi lamanya serangan, faktor
pencetus atau yang memperberat
Rasional: Membantu menentukan pilihan intervensi dan memberikan
dasar untuk perbandingan dan evaluasi terhadap terapi
2. Pertahankan tirah baring selama fase akut letakkan pasien pada posisi
semi fowler dengan tulang spinal, pinggang dan lutut dalam keadaan
fleksi, posisi terlentang dengan atau tanpa meninggikan kepala 10-30
derajat pada posisi lateral
Rasional: Tirah baring dalam posisi yang nyaman memungkinkan
pasien untuk menurunkan spasme otot menurunkan penekanan pada
bagian tubuh tertentu dan memfasilitasi terjadinya reduksi dari
tonjolan discus.
3. Batasi aktivitas selama fase akut sesuai dengan kebutuhan
Rasional: Menurunkan gaya gravitasi dan gerak yang dapat
menghilangkan spasme otot dan menurunkan edema dan tekanan pada
struktur sekitar discus intervertebralis.
4. Instruksikan pada pasien untuk melakukan teknik relaksasi atau
visualisasi
Rasional: Memfokuskan perhatian klien membantu menurunkan
tegangan otot dan meningkatkan proses penyembuhan.
5. Kolaborasi dalam pemberian terapi
Rasional: Intervensi cepat dan mempercepat proses penyembuhan.

28 | P a g e
b. Defisit volume cairan b/d kehilangan volume cairan secaran aktif.
1. Pantau tanda-tanda vital dengan sering, perhatikan peningkatan nadi,
perubahan TD postural, takipnea, dan ketakutan. Periksa balutan dan
luka dengan sering selama 24 jam terhadap tanda-tanda darah merah
terang atau bengkak insisi berlebihan
Rasional: Tanda-tanda awal hemorasi usus dan/ atau pembentukan
hematoma yang dapat menyebabkan syok hipovotemik
2. Palpasi nadi perifer. Evaluasi pengisian kapiler, turgor kulit, dan status
membrane mukosa.
Rasional: Memberikan informasi tentang volume sirkulasi umum dan
tingkat dehidrasi
3. Perhatikan adanya edema
Rasional: Edema dapat terjadi karena pemindahan cairan berkenaan
dengan penurunan kadar albumen serum/protein.
4. Pantau masukan dan haluaran (mencakup semua sumber : misal
emesis, selang, diare),perhatikan haluaran urine
Rasional: Indikator langsung dari hidrasi/perjusi organ dan fungsi.
Memberikan pedoman untuk penggantian cairan
5. Tinjau ulang penyebab pembedahan dan kemungkinan efek samping
pada keseimbangan cairan.
Rasional: Demam rendah umum terjadi selama 24 – 48 jam pertama
dan dapat menambah kehilangan cairan
6. Berikan cairan, darah, albumin, elektrolit sesuai indikasi.
Rasional: Mempertahankan volume sirkulasi dan keseimbangan
elektrolit.

a. Resiko Infeksi b/d trauma, kerusakan jaringan.


1. Pantau tnda-tanda vital, perhatikan peningkatan suhu.
Rasional: Suhu malam hari memuncak yang kembali ke normal pada
pagi hari adalah karakteristik infeksi.

29 | P a g e
2. Observasi penyatuan luka, karakter drainase, adanya inflamasi
Rasional: Perkembangan infeksi dapat memperlambat pemulihan
3. Observasi terhadap tanda/gejala peritonitas, misal : demam,
peningkatan nyeri, distensi abdomen
Rasional: Meskipun persiapan usus dilakukan sebelum pembedahan
elektif, peritonitas dapat terjadi bila susu terganggu. Misal : ruptur pra
operasi, kebocoran anastromosis (pasca operasi) atau bila pembedahan
adalah darurat/akibat dari luka kecelakaan
4. Pertahankan perawatan luka aseptik, pertahankan balutan kering
Rasional: Melindungi pasien dari kontaminasi silang selama
penggantian balutan. Balutan basah sebagai sumbu retrogad, menyerap
kontaminasi eksternal.

M. IMPLEMENTASI
a. Nyeri akut berdasarkan dengan agen injuri (biologi,kimia
fisik,psikologi).
1. Melaporkan nyeri hilang dan terkontrol.
2. mengungkapkan metode yang memberi penghilangan.
3. mendemonstrasikan penggunaan intervensi terapeutik.
4. Menginstruksikan pada pasien untuk melakukan teknik relaksasi atau
visualisasi
5. Berkolaborasi dalam pemberian terapi

b. Defisit volume cairan b/d kehilangan volume cairan secaran aktif.


1. Memantau tanda-tanda vital sesering mungkin
2. Melakukan palpasi nadi perifer
3. Memantau atau memerhatikan adanya edema
4. Memantau masukan dan keluaran cairan yang di konsumsi
5. Meninjau ulang penyebab pembedahan dan kemungkinan efek
samping pada keseimbangan cairan

30 | P a g e
6. Memberikan cairan, darah, albumin, cairan elektrolit sesuai indikasi
dan kebutuhan

c. Resiko Infeksi b/d trauma, kerusakan jaringan.


1. Memantau tanda-tanda vital
2. Mengobservasi penyatuan luka, karakter drainase, dan adanya
inflamasi
3. Mengobservasi tanda dan gejala peritonitis
4. Mempertahankan perawatan luka aseptic, dan mempertahankan
balutan kering

N. EVALUASI
Klien menunjukkan:
1. Tanda vital yang stabil
2. Masukan dan keluaran seimbang
3. Elektolit dalam batas normal
4. Hidrasi adekuat seperti yang di tunjukkan dengan turgor kulit yang
normal
5. Melaporkan penurunan inensitas nyeri
6. Menunjukkan intensitas luka yang kering
7. Ikut serta dalam perencanaan pengobatan
Hal yang harus di tanyakan:

a. Tanda dan gejala yang dirasakan oleh pasien


b. Apakah pasien mengalami nyeri pada daerah perut bagian bawah ?
c. Kapan rasa nyeri timbul?
d. Apakah pernah ada riwayat sakit ini sebelumnya?
e. Apakah pernah melakukan pembedahan sebelumnya?
f. Faktor pekerjaan seperti apa yang sering dilakukan misalkan bekerja
terlalu berat, sering mengejan.

31 | P a g e
Pemeriksaan fisik:

Tanda yang diketahui selama pemeriksaan fisik mencakup:

a. Nyeri tekan abdomen


b. Adanya luka insisi
c. Perubahan warna
d. Turgor kulit dan tidak ada gangguan
e. Lamanya waktu dimana gejala saat ini hilang dan metode yang
digunakan oleh pasien untuk mengatasi gejala, serta efeknya juga
diidentifikasi. (brunner & suddarth, 2002).

Menurut Doengoes, data pengkajian yang diperoleh:


a. Aktivitas

Gejala: Riwayat perkerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk


yang terlalu lama.

Tanda : Atrosi otot pada bagian tubuh yang terkena gangguan dalam
benjolan.

b. Eliminasi
Gejala: konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi.
e. Intergitas ego
Gejala: Ketakutan akan timbulnya parlitik, ansietas, masalah pekerja
finasial keluarga.
Tanda: Cemas, depresi, minghindar dari keluarga.
f. Neurosensori
Gejala: Kesemutan, ketakutan, kelemahan
Tanda: Kelemahan otot, nyeri tekan/spasme otot para vertebalis
g. Nyeri
Gejala: nyeri seperti tertusuk pisau

32 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai