Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

E DENGAN CHOLELITIASIS
DI RUANG TERATAI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARDJO
PURWOKERTO

Disusun untuk memenuhi tugas Program Profesi Ners


Stase Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh:

Ridho Tristantiningsih
(I4B018066)

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
2019
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cholelitiasis saat ini menjadi masalah kesehatan masyarakat karena frekuensi
kejadiannya tinggi yang menyebabkan beban finansial maupun beban sosial bagi
masyarakat. Sudah merupakan masalah kesehatan yang penting di negara barat. Angka
kejadian lebih dari 20% populasi dan insiden meningkat dengan bertambahnya usia.
Cholelitiasis sangat banyak ditemukan pada populasi umum dan laporan menunjukkan
bahwa dari 11.840 yang dilakukan otopsi ditemukan 13,1% adalah pria dan 33,7% adalah
wanita yang menderita batu empedu. Di negara barat penderita cholelitiasis banyak
ditemukan pada usia 30 tahun, tetapi rata-rata usia tersering adalah 40–50 tahun dan
meningkat saat usia 60 tahun seiring bertambahnya usia, dari 20 juta orang di negara
barat 20% perempuan dan 8% laki-laki menderita cholelitiasis dengan usia lebih dari 40
tahun (Cahyono, 2014).

Sekitar 12% dari total penduduk dewasa di negara barat menderita


cholelitiasisjadi sekitar 20 juta jiwa yang menderita cholelitiasis, disetiap tahunnya
ditemukan pasien cholelitiasis sekitar 1 juta jiwa dan 500.000 jiwa menjalani operasi
pengangkatan batu empedu (cholesistektomi atau laparoscopy chole). Cholelitiasis
merupakan penyakit penting dinegara barat (Sudoyo,2006).

Cholelitiasis merupakan kondisi yang paling banyak ditemukan. Kondisi ini


menyebabkan 90% penyakit empedu, dan merupakan penyebab nomor lima perawatan di
rumah sakit pada usia muda. Choleltiaisis biasanya timbul pada orang dewasa, antara usia
20-50 tahun dan sekitar 20% dialami oleh pasien yang berumur diatas 40 tahun. Wanita
berusia muda memiliki resiko 2-6 kali lebih besar mengalami cholelitiasis. Cholelitiasis
mengalami peningkatan seiring meningkatnya usia seseorang. Sedangkan kejadian
cholelitiasis di negara Asia 3%-15% lebih rendah dibandingan negara barat. Di Indonesia,
cholelitiasis kurang mendapat perhatian karena sering sekali asimtomatik sehingga sulit
di deteksi atau sering terjadi kesalahan diagnosis. Penelitian di Indonesia pada Rumah
Sakit Columbia Asia Medan sepanjang tahun 2011 didapatkan 82 kasus cholelitiasis
(Ginting, 2012). Di Indonesia, cholelitiasis baru mendapat perhatian setelah di klinis,
sementara publikasi penelitian tentang cholelitiasis masih terbatas. Berdasarkan studi
kolesitografi oral didapatkan laporan angka insidensi cholelitiasis terjadi pada wanita
sebesar 76% dan pada laki-laki 36%dengan usia lebih dari 40 tahun. Sebagian besar
pasien dengan batu empedu tidak mempunyai keluhan. Risiko penyandang batu empedu
untuk mengalami gejala dan komplikasi relatif kecil. Walaupun demikian, sekali batu
empedu mulai menimbulkan serangan nyeri kolik yang spesifik makaresiko untuk
mengalami masalah dan penyulit akan terus meningkat (Cahyono,2014). Kurang lebih
50% penderita cholelitiasis tidak memiliki dan menunjukan keluhan, danhampir 30%
penderita cholelitiasis mengalami gejala nyeri dan 20% berkembang menjadi komplikasi
penyakit. Tetapi saat penderita cholelitiasis mengalami serangan nyeri colic yang spesifik
akan beresiko menimbulkan masalah dan penyakit (Sudoyo,2006).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ndraha (2014) didapatkan hasil sebanyak
87 pasien didiagnosis cholelitiasis dengan rentang usia 45,6. Prevalensi pada pasien
perempuan lebih banyak daripada laki-laki. (54,47) dengan usia rata-rata 40 tahun
(80,46%). Sejumlah 68,97 merupakan pasien di ruang rawat inap. Saat ini penderita
cholelitiasis di Indonesia cenderung meningkat karena perubahan gaya hidup seperti
orang-orang barat yang suka mengkonsumsi makanan cepat saji yang dapat
menyebabkan kegemukan karena timbunan lemak dan menjadikan pemicu terjadinya
cholelitiasis. Tetapi jumlah secara pasti berapa banyaknya penderita batu empedu belum
diketahui karena belum ada studi mengenai hal tersebut (Djumhana, 2010). Banyaknya
faktor yang mempengaruhi terjadinya cholelitiasis adalah faktor keluarga, tingginya
kadar estrogen, insulin, dankolesterol, penggunaan pil KB, infeksi, obesitas, gangguan
pencernaan, penyakit arteri koroner, kehamilan, tingginya kandung lemak dan rendah
serat, merokok, peminum alkohol, penurunan berat badan dalam waktu yang singkat,dan
kurang olahraga (Djumhana, 2010).

Berdasarkan beberapa banyaknya faktor yang dapat memicu atau menyebabkan


terjadinya cholelitiasis adalah gaya hidup masyarakat yang semakin meningkat terutama
masyarakat dengan ekonomi menengah keatas lebih suka mengkonsumsi makanan cepat
saji dengan tinggi kolesterol sehingga kolesterol darah berlebihan dan mengendap dalam
kandung empedu dan menjadi kantung empedu dan dengan kurangnya pengetahuan dan
kesadaran tentang akibat dari salah konsumsi makanan sangat berbahaya untuk
kesehatan mereka(Haryono,2012).

B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini yaitu untuk mengetahui memahami,
menjelaskan dan melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan cholelitiasis

BAB II ISI
I. Pengkajian
A. Identitas
Nama : Ny. E
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : 10-04-1972
Usia : 47 tahun
Pekerjaan : IRT
Pendikan terakhir : SMP
Tanggal masuk RS : 06/04/2019
Alamat : Maron RT 08/01 Garung, Wonosobo
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
No. RM : 02093868
Asuransi : BPJS
Diagnosa Medis : Cholelitiasis
Tanggal Pengkajian : 02/04/2019
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Nyeri pada area pembedahan perut kanan atas.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang ke IGD RSMS pada tanggal 06 April 2019 pukul 13.00 WIB dengan
keluhan nyeri perut dengan skala 6 pada perut bagian kanan atas. Pasien mengatakan
nyeri menjalar hingga punggung dan meningkat saat beraktivitas. Selain itu, pasien
juga mengeluh mual dan muntah yang dirasakan sejak bulan februari 2019. Hasil
pengkajian nyeri P: saat beraktivitas, Q: nyeri seperti diiris-iris, R: Abdomen kuadran
kanan atas, S: 6, T: Intermiten. Hasil pemeriksaan rontgen thorax pasien mengalami
pembengkakan pada hati dan akan dilakukan operasi.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya pernah dirawat di RSU Wonosobo selama 3 hari
dengan keluhan yang sama pada pertengahan bulan februari 2019. Pasien memiliki
riwayat kolesterol dan hipertensi, pasien rutin meminum obat antihipertensi yang
didapat dari Puskesmas Garung, Wonosobo sejak april 2018 .
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien yaitu almarhumah ibu pasien menderita Ca Mamae 26 tahun yang
lalu. Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang pernah menderita cholelitiasis,
hipertensi dan kolesterol tinggi.
C. Pola Kesehatan Fungsional
1. Persepsi kesehatan & pola manajemen kesehatan
Sebelum sakit : Pasien mengakatan menjaga kesehatannya dengan makan
makanan yang dimasak sendiri, pasien tidak menjalani diet
apapun, pasien jika sakit memeriksakan kesehatanya ke
fasyankes terdekat.
Setelah sakit : Pasien mengakatakan meminum obat antihipertensi yang
diberikan dokter di Puskesmas Garung untuk mengontrol
penyakit hipertensinya.

2. Pola Nutrisi-Metabolik
Sebelum sakit : Makan 1x sehari dengan komposisi nasi, sayur, lauk dan ,minum
air putih 5-6 gelas per hari.
Setelah sakit : Pasien makan makanan dari rumah sakit hanya 4-5 sendok dan
minum 4-5 gelas per hari. Pasien belum makan dan minum
setelah dilakukan operasi. Pasien terpasang infus RL 20 tpm.

3. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : BAB 1x sehari dengan konsistensi padat agak keras, BAK 3-5
kali per hari dengan warna kuning jernih.
Setelah sakit : Pasien mengatakan belum BAB sejak masuk rumah sakit, dalam
BAK pasien dibantu oleh keluarganya. Warna urine kekuningan

4. Pola Aktivitas Kegiatan


Sebelum sakit : Aktivitas klien sehari-hari adalah sebagai ibu rumah tangga yang
mengerjakan pekerjaan rumah. Pasien jarang berolah raga karena
sibuk dengan pekerjaannya.
Setelah sakit : Dalam beraktivitas pasien dibantu oleh keluarganya namun
hanya sebagian kegiatan saja yang dibantu, posisi pasien miring
dengan diganjal menggunakan bantal.

No Aktivitas Indikator Score


1 Makan 0 =tidak mampu 1
(Feeding) 1=Butuh bantuan memotong, mengoles mentega dll.
2=Mandiri
2 Mandi (Bathing) 0=Tergantung orang lain 0
1=Mandiri
3 Perawatan diri 0=Membutuhkan bantuan orang lain 1
(Grooming) 1=Mandiri dalam perawatan muka, rambut, gigi, dan
bercukur
4 Berpakaian 0=Tergantung orang lain 1
(Dressing) 1=Sebagian dibantu (misal mengancing baju)
2= Mandiri
5 Buang air kecil 0=Inkontinensia atau pakai kateter dan tidak terkontrol 2
(Bowel) 1=Kadang Inkontinensia (maks, 1x24 jam)
2=Kontinensia (teratur untuk lebih dari 7 hari)
6 Buang air besar 0=Inkontinensia (tidak teratur atau perlu enema) 2
(Bladder) 1=Kadang Inkontensia (sekali seminggu)
2=Kontinensia (teratur)
7 Penggunaan 0=Tergantung bantuan orang lain 1
toilet 1=Membutuhkan bantuan, tapi dapat melakukan
beberapa hal sendiri
2=Mandiri
8 Transfer 0=Tidak mampu 1
1=Butuh bantuan untuk bisa duduk (2 orang)
2=Bantuan kecil (1 orang)
3=Mandiri
9 Mobilitas 0=Immobile (tidak mampu) 1
1=Menggunakan kursi roda
2=Berjalan dengan bantuan satu orang
3=Mandiri (meskipun menggunakan alat
bantu seperti, tongkat)
10 Naik turun 0=Tidak mampu 1
tangga 1=Membutuhkan bantuan (alat bantu)
2=Mandiri
Jumlah 11
Instrumen Indek Barthel
Intepretasi hasil:
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan ringan
9-11 : Ketergantungan sedang
5-8 : Ketergantungan berat
0-4 : Ketergantungan total

5. Pola Istirahat-Tidur
Sebelum sakit : Pasien mengatakan istirahat tidur 6-8 jam sehari, jarang terbangun
dimalam hari.
Setelah sakit : Pasien susah untuk tidur pada malam hari, jika bisa tidur hanya 2
jam kemudian terbangun lagi.

6. Pola Persepsi-Kognitif
Sebelum sakit : Menurut keluarga jika sedang sehat pasien mampu melakukan
kegiatan rutinitas biasa tanpa bantuan orang lain, pasien tidak
menggunakan kacamata.
Setelah sakit : Pasien menjawab semua pertanyaan dengan jelas ketika kondisi
sedang baik, namun ketika nyeri timbul pasien terdiam menahan
nyerinya.

7. Pola Persepsi Diri-Konsep Diri


Sebelum sakit : Keluarga mengatakan, pasien adalah seorang ibu yang baik,
pasien berinteraksi sosial secara baik di keluarga dan
lingkungannya.
Setelah sakit : Pasien menanyakan kira-kira oerasi kapan dilakukan, nanti
dikamar operasi seperti apa, untuk sembuh memerlukan waktu
berapa hari, apakah bisa beraktivitas seperti sediakala, apa saja
yang harus dilakukan supaya tidak kambuh lagi.

8. Pola Peran Hubungan


Pasien mempunyai 4 anak yaitu 3 laki-laki dan 1 perempuan. Pasien mempunyai
hubungan yang baik dengan anggota keluarga yang lain. Pasien dibawa ke RSMS
merupakan keputusan dari pihak keluarganya.
9. Pola Seksual-Reproduksi
Pasien memiliki riwayat suntik. Pasien mengatakan selama KB suntik tidak
mendapatkan menstruasi, hanya kadang-kadang ngeflek saja. Namun setelah sakit
pasien mengalami haid. Hubungan suami istri dilakukan tiga kali dalam kurun waktu
setiap bulanya .
10. Pola Koping-Toleransi Stres
Pasien tipe orang yang tidak begitu tertutup dengan anak anak dan suaminya. Apabila
ada masalah sesekali pasien menceritakan kepada anak dan suaminya.
11. Pola Nilai-Kepercayaan
Sebelum sakit : Pasien beragama islam, sholat 5 waktu dirumah dan terkadang
dimushola/masjid.
Setelah sakit : Selama sakit pasien beribadah dengan berdoa dan bersholawat di
tempat tidur.

 Terapi Farmakologi
a. Ceftriaxone 2x1 gram
b. Ketorolac 3x30 mg
c. Ranitidin 2x1 gram
d. Tramadol 3x1 ampul

D. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Kesadaran compos mentis, GCS (E 4 V 5 M 6)
2. Tanda-tanda vital : TD: 130/90 mmHg, Nadi: 83x/menit, RR: 20 x/menit,
suhu: 36,6ºC.
3. Postur tubuh : Pasien memiliki tingi badan 165 cm dengan BB 70 kg
4. Kepala : Bentuk kepala nomal, kulit kepala bersih, rambut hitam
tebal, rambut agak lepek, tidak ada benjolan dikepala.
5. Mata : Bentuk simetris, konjungtiva tidak anemis dan tidak
ikterik, tidak nyeri tekan, tidak ada peradangan,
gerakan bola mata baik.
6. Hidung : Hidung bersih, bentuk simetris, tidak ada sekret dan
polip, tidak nyeri tekan, tidak ada massa, tidak ada
pernfasan cuping hidung.
7. Telinga : Telinga bersih, daun telinga simetris, tidak ada
serumen, tidak ada nyeri tekan, kartilago lentur.
8. Mulut : Mukosa kering, warna bibir merah jambu, gigi terdapat
sedikit caries gigi, bisa menelan,bicara pelan dan jelas.
9. Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis atau tiroid, tidak
ada pembengkakan trakea
10. Dada
Inspeksi : Dada simetris, tidak ada lesi, tidak ada retraksi dinding
dada, iktus kordis tidak terlihat, payudara simetris.
Palpasi : Tidak ada krepitasi, tidak nyeri tekan
Perkusi : Suara paru sonor, suara jantung pekak
Auskultasi : Bunyi napas vesikuler, bunyi jantung lub dub
11. Abdomen
Inspeksi : Tidak asites dan bentuk simetris, kembung, terdapat
luka bekas operasi pada bagian perut.
Auskultasi : Bising usus blm terdengar
Perkusi : Bunyi perut timphani
Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada daerah abdomen

12. Ekstremitas : Akral hangat, lengan kanan tampak terpasang infus RL


20 tpm, capilary refil <3 detik.

Kekuatan otot:
5 5
5 5
0=Tidak ada gerakan
1=Kontraksi otot minimal terasa tanpa menimbulkan gerak
2=Otot dapat bergerak bila gaya berat dihilangkan
3=Gerakan otot dapat melawan gravitasi tapi tidak bila melawan tahanan
pemeriksa
4=Gerakan otot dengan tahanan ringan dan dapat melawan gravitasi
5=Gerakan otot dengan tahanan maksimal

13. Genetelia : Terpasang diapers, bersih.

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Hasil Laboratorium
Tanggal : 06-04-2019
Parameter Hasil Satuan Nilai Normal Intepretasi
Hemoglobin 14,4 g/dL 11,7-15,5 Normal
Leukosit 6630 10^3/uL 3,6-11 Tinggi
Hematokrit 43 % 35-47 Normal
Eritrosit 5,1 10^6/uL 3,8-5,2 Normal
Trombosit 198 10^3/uL 150 – 440 Normal
MCH 28,2 pg 26-34 Normal
MCHC 33,6 g/dl 32-36 Normal
MCV 84,1 fl 80-100 Normal
Eusinofil 1,7 % 2-4 Rendah
Basofil 0,5 % 0-1 Normal
Netrofil Segmen 62,2 % 50-70 Normal
Limfosit 30,9 % 25-40 Normal
Monosit 4,4 % 2-8 Normal
Natrium 143 mmol/L 134-146 Normal
Kalium 4,0 mmol/L 3,4-4,5 Normal
Ureum 22,70 mg/dL 14,98-38,53 Normal
PT 10,7 detik 9,9-11,0 Normal
APTT 35,2 detik 26,4-37,5 Normal
SGOT 14 u/L 15-37 Rendah
SGPT 21 u/L 14-59 Normal
Bilirubin total 1,15 mg/dl 0,20-1,00 Tinggi
Klorida 109 mEq/L 96-108 Tinggi
II. Diagnosa Keperawatan
A. Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. Subyektif: Agen cedera Domain 12 : kenyamanan
- Pasien mengatakan nyeri pada bagian biologis Kelas 1 : kenyamanan fisik
luka post op Kode: 00132
Obyektif: Nyeri akut
- Pasien sesekali meringis menahan nyeri
- TD : 130/90 mmHg
- P : nyeri terjadi jika pasien melakukan
gerakan
- Q : nyeri seperti berdenyut
- R: di daerah abdomen bekas operasi
- S : skala 6
- T : nyeri hilang timbul
2. Subyektif : Kurang Domain 5: Persepsi/kognisi
- pasien menanyakan apakah sudah boleh Informasi Kelas 4: Kognisi
miring kanan kiri belum Kode: 00126
Obyektif: Defisiensi Pengetahuan
- Pasien tampak lemas, hanya berbaring
ditempat tidur
- Tidur diganjal bantal
- Pergerakan ditempat tidur dibantu
keluarga
- Pasien belum flatus

3. Subyektif: Stresor Domain 9: koping/toleransi


- Pasien menanyakan kapan akan stres
dilakukan operasi, bagaimana setelah Kelas 2: Respons Koping
dioperasi, apakah bisa sembuh Kode: 00146
Obyektif: Ansietas
- TD : 130/90
- Insomnia
- Tampak gelisah
- Perubahan pola tidur

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pasien Ny. E adalah:
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis.
2. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang
3. Ansietas berhubungan dengan stresor.
III. Rencana Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC Rasional
1. Domain 12 : Tujuan: Manajemen nyeri
kenyamanan Setelah dilakukan tindakan 1. Pengkajian nyeri secara komprehensif. 1. Untuk mengetahui nyeri pasien secara keseluruhan.
Kelas 1 : keperawatan selama 3x24 jam 2. Observasi adanya petunjuk nonverbal. 2. Untuk mengetahui respon tubuh terhadap nyeri.
diharapkan nyeri yang dialami dapat 3. Pastikan pasien meminum obat analgesik 3. Untuk menurunkan nyeri yang dialami pasien.
kenyamanan fisik
berkurang ditandai dengan yang diberikan. 4. Untuk memermudah pasien dalam menangani
Kode: 00132 Kontrol nyeri 4. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien nyerinya.
Nyeri akut Indikator A T mengenai nyeri. 5. Untuk mengetahui koping pasien terhadap
berhubungan Mengenali kapan nyeri 5. Tentukan akibat dari pengalaman nyeri pengalaman nyeri yang dialaminya.
dengan agen cedera 2 4 terhadap kualitas hidup pasien. 6. Untuk mengetahui cara menurunkan nyeri pasien
terjadi
biologis Menggambarkan faktor 6. Gali faktor-faktor yang dapat menurunkan secara efektif.
2 4 dan memerberat nyeri bersama dengan 7. Untuk menurunkan nyeri pasien secara individu
penyebab
Menggunakan tindakan pasien. maupun bersama.
2 4 7. Ajarkan metode farmakologi dan Untuk menambah pengetahuan pasien tentang nyeri
pencegahan
Menggunakan tindakan nonfarmakologi untuk menurunkan nyeri. agar dapat mengatasi nyerinya sendiri ketika sedang
pengurangan nyeri tanpa 8. Ajarkan pasien prinsip-prinsip manajemen tidak bersama orang lain.
2 4 nyeri.
dan menggunakan
analgesik
Melaporkan gejala yang
tidak terkontrol pada 2 4
profesional kesehatan
Keterangan:
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang-kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Secara konsisten menunjukkan

2. Domain 5: Tujuan:
Persepsi/kognisi Setelah dilakukan tindakan
Kelas 4: kognisi keperawatan selama 3x24 jam
defisiensi pengetahuan berkurang
Kode: 00126
ditandai dengan
Defisiensi Pengetahuan: Rejimen
pengetahuan penanganan
berhubungan Indikator A T
dengan kurang Proses penyakit tertentu 2 4
informasi Manfaat perawatan 2 4
Aktivitas fisik yang 2 4
dianjurkan
Keterangan:
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
3. Domain 9: Tujuan: Penurunan kecemasan
koping/toleransi stres Setelah dilakukan tindakan 1. Bina hubungan saling percaya 1. Pasien terbuka dengan perawat
Kelas 2: Respons keperawatan selama 3x24 jam 2. Gunakan pendekatan yang menenangkan 2. Mengurangi angka kecemasan
diharapkan ansietas yang dialami klien 3. Mengurangi kecemasan pasien terhadap penyakit
Koping
dapat berkurang ditandai dengan 3. Jelaskan semua proseur dan apa yang akan 4. Mennujukan empati kepada klien
Kode: 00146 Tingkat kecemasan dilaksanakan selama prosedur 5. Mengurangi tingkat ketegangan
Ansietas Indikator A T 4. Temani pasien dan libatkan keluarga untuk
berhubungan Tidak dapat beristirahat 2 4 keamanan dan rasa takut
dengan stresor Perasaan gelisah 2 4 5. Berikan inormasi tentang penyakit dan
Rasa cemas yang perawatanya pada keluarga klien
3 4 6. Dengarkan keluhan klien
disampaikan secara lisan
Peningkatan tekanan 7. Bantu klien mengenal situasi yang
3 4 menimbulkan kecemasan
darah
Gangguan tidur 2 4 8. Ajarkan dan anjurkan klien untuk relaksasi
Keterangan: 9. Kolaborasi pemberian obat untuk
1. Tidak pernah menunjukkan mengurangi kecemasan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang-kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Secara konsisten menunjukkan

IV. Implementasi
No Hari/Tgl Jam Dx Implementasi Respon Paraf
1. Senin, 08-04- 10.00 1 1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif. Subyektif:
2019 2. Mengobservasi adanya petunjuk nonverbal. - Pasien mengatakan sakit pada luka bekas operasi
3. Memastikan pasien meminum obat analgesik yang - Sakitnya seperti berdenyut
diberikan. Obyektif:
- TD : 130/90 mmHg
- P : nyeri terjadi jika pasien bergerak
- Q : nyeri sperti berdenyut
- R: di daerah perut bagian kanan
- S : skala 6
- T : nyeri hilang timbul
- Pasien meringis kesakitan
2. Senin, 08-04- 12.00 2 1. Menempatkan pasien diatas tempat tidur terapeutik Subyektif:
2019 2. Memberikan matras yang lembut - Pasien kooperatif
3. Menjelaskan pada pasien bahwa pasien akan - Pasien bertanya apakah boleh miring
dimiringkan Obyektif:
4. Mendorong pasien untuk terlibat dalam perubahan - Pasien mengikuti arahan petugas
posisi
5. Menempatkan pasien dalam posisi terapeutik yang
sudah dirancang
6. Memasukan posisi tidur yang diinginkan direncana
perawatan

3. Senin, 08-04- 14.00 3 1. Membina hubungan saling percaya Subjektif:


2019 2. Menggunakan pendekatan yang menenangkan - Pasien bertanya mengenai kondisinya sekarang
klien - Pasien bertanya apakah sudah boleh makan
3. Menjelaskan semua proseur dan apa yang akan Obyektif:
dilaksanakan selama prosedur - Wajah tampak tegang
- Pasien tampak gelisah
4. Selasa, 09-04- 09.30 1 1. Melakukan observasi adanya petunjuk nonverbal. Subyektif:
2019 2. Memastikan pasien meminum obat analgesik yang - Pasien mengatakan nyeri berdenyut.
diberikan. Obyektif:
3. Menggali pengetahuan dan kepercayaan pasien - GCS 15
mengenai nyeri. - TD : 130/90, Nadi: 84x/menit, RR: 20 x/menit, suhu: 36,6ºC.
4. Menentukan akibat dari pengalaman nyeri - Luka post op bagus
terhadap kualitas hidup pasien.
5. Mengajarkan metode nonfarmakologi untuk
menurunkan nyeri berupa tekhnik nafas dalam.
5. Selasa , 09-04- 11.00 2 1. Mendorong pasien untuk terlibat dalam perubahan Subyektif:
2019 posisi untuk miring ke kanan/kiri - Pasien mengatakan nyaman pada posisi miring kanan/kiri
2. Menempatkan pasien dalam posisi terapeutik yang dengan bantal penyangga pada bagian belakang tubuh.
sudah dirancang dengan mengganjal tubuh dengan Obyektif:
bantal - Pasien mulai mampu mengubah posisi tubuh dari posisi
3. Memasukan posisi tidur yang diinginkan direncana miring ke terlentang.
perawatan
- Pasien mampu melakukan gerakan secara mandiri .
4. Menyokong bagian tubuh yang terkena dampak
- Pasien belum flatus
6. Selasa , 09-04- 14.15 3 1. Menemani pasien dan melibatkan keluarga untuk Subyektif:
2019 keamanan dan rasa takut - Pasien mengerti apa yang dikatakan perawat
2. Memberikan inormasi tentang penyakit dan Obyektif:
perawatanya pada keluarga klien - Keluarga mendampingi pasien
3. Mendengarkan keluhan klien - Keluarga membantu pemenyhan kebutuhan pasien
4. Membantu klien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
5. Mengajarkan dan menganjurkan klien untuk
relaksasi

7. Rabu, 10-04- 09.30 1 1. Mengbservasi adanya petunjuk nonverbal. Subjektif:


2019 2. Memastikan pasien meminum obat analgesik yang - Ny. E mengatakan nyeri berkurang
diberikan. Obyektif:
3. Menggali faktor-faktor yang dapat menurunkan - Ny. E tampak lebih rileks
dan memerberat nyeri bersama dengan pasien.
4. Mengajarkan metode nonfarmakologi untuk
menurunkan nyeri berupa dzikir.

8. Rabu, 10-04- 12.30 3 1. Menemani pasien dan melibatkan keluarga untuk Subyektif:
2019 keamanan dan rasa takut - Pasien mengerti apa yang dikatakan perawat
2. Memberikan infrmasi tentang penyakit dan Obyektif:
perawatanya pada keluarga klien selama dirumah - Keluarga mendampingi pasien
3. Mendengarkan keluhan klien - Keluarga membantu pemenyhan kebutuhan pasien
4. Membantu klien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
5. Mengajarkan dan menganjurkan klien untuk
relaksasi berupa nafas dalam
V. Evaluasi
No. Waktu Diagnosa keperawatan Evaluasi (SOAP)
1. Selasa, 09-04- Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis Subjektif:
2019 pukul 1. Pasien mengatakan sakit pada luka bekas operasi
09.00 wib 2. Sakitnya seperti berdenyut
Obyektif:
3. TD : 130/90 mmHg
4. P : nyeri terjadi jika pasien bergerak
5. Q : nyeri sperti berdenyut
6. R: di daerah perut bagian kanan
7. S : skala 6
8. T : nyeri hilang timbul
9. Pasien meringis kesakitan
Asessmen:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah nyeri teratasi sebagian
dengan indikator:
Indikator Awal Akhir Tujuan
Mengenali kapan nyeri terjadi 2 3 4
Menggambarkan faktor penyebab 2 3 4
Menggunakan tindakan pencegahan 2 3 4
Menggunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa dan 3
2 4
menggunakan analgesik
Melaporkan gejala yang tidak terkontrol pada profesional 3
2 4
kesehatan

Planning:
1. Memastikan pasien meminum obat analgesik yang diberikan.
2. Menggali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri.
3. Menentukan akibat dari pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup pasien.
4. Mengajarkan metode nonfarmakologi untuk menurunkan nyeri berupa tekhnik nafas
dalam.
2. Selasa, 09-04- Hambatan mobilitas ditempat tidur berhubungan dengan Subjektif:
2019 pukul nyeri - Pasien bertanya apakah boleh miring
11.30 wib Obyektif:
- Klien mengikuti arahan petugas
- Klien mampu berpindah posisi tidur miring kanan/kiri.

Asessmen:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah hambatan mobilitas
ditempat tidur teratasi sebagian dengan indikator:
Indikator Awal Akhir Tujuan
Berpindah dari satu sisi kesisi lain sambil 3 4 5
berbaring
Bergerak dari depan kebelakang sambil 3 4 5
berbaring
Bergerak dari belakang kedepan sambil 3 4 5
berbaring

Planning:
- Mendorong pasien untuk terlibat dalam perubahan posisi untuk miring ke kanan/kiri
- Menempatkan pasien dalam posisi terapeutik yang sudah dirancang dengan
mengganjal tubuh dengan bantal
- Memasukan posisi tidur yang diinginkan direncana perawatan
- Menyokong bagian tubuh yang terkena dampak
3. Selasa, 09-04- Ansietas berhubungan dengan stresor Subjektif:
2019 pukul - Pasien bertanya mengenai kondisinya sekarang
14.30 wib - Pasien bertanya apakah sudah boleh makan
Obyektif:
- Wajah tampak tegang
- Pasien tampak gelisah
- TD: 130/80 mmHg, S: 36,4 C, N: 82x/menit
Asessmen:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah ansietas teratasi
sebagian dengan indikator:
Indikator Awal Akhir Tujuan
Tidak dapat beristirahat 2 4 4
Perasaan gelisah 2 3 4
Rasa cemas yang disampaikan secara lisan 3 3 4
Peningkatan tekanan darah 3 4 4
Gangguan tidur 2 4 4

Planning:
1. Menemani pasien dan melibatkan keluarga untuk keamanan dan rasa takut
2. Memberikan inormasi tentang penyakit dan perawatanya pada keluarga klien
3. Mendengarkan keluhan klien
4. Membantu klien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
5. Mengajarkan dan menganjurkan klien untuk relaksasi
4. Rabu, 10-04- Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis Subyektif:
2019 pukul - Pasien mengatakan nyeri berdenyut.
11.00 wib Obyektif:
- GCS 15
- TD : 130/90, Nadi: 84x/menit, RR: 20 x/menit, suhu: 36,6ºC.
- Luka post op bagus
Assesmen:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam masalah nyeri teratasi sebagian
dengan indikator:
Indikator Awal Akhir Tujuan
Mengenali kapan nyeri terjadi 2 4 4
Menggambarkan faktor penyebab 2 4 4
Menggunakan tindakan pencegahan 2 3 4
Menggunakan tindakan pengurangan nyeri
2 4 4
tanpa dan menggunakan analgesik
Melaporkan gejala yang tidak terkontrol
2 4 4
pada profesional kesehatan

Planning:
1. Mengbservasi adanya petunjuk nonverbal.
2. Memastikan pasien meminum obat analgesik yang diberikan.
3. Menggali faktor-faktor yang dapat menurunkan dan memerberat nyeri bersama
dengan pasien.
4. Mengajarkan metode nonfarmakologi untuk menurunkan nyeri berupa dzikir.
5. Rabu, 10-04- Hambatan mobilitas ditempat tidur berhubungan dengan Subjektif:
2019 pukul nyeri - Pasien mengatakan nyaman pada posisi miring kanan/kiri dengan bantal penyangga
12.30 wib pada bagian belakang tubuh.
Obyektif:
- Pasien mulai mampu mengubah posisi tubuh dari posisi miring ke terlentang.
- Pasien mampu melakukan gerakan secara mandiri .
- Pasien belum flatus
Asessmen:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam masalah hambatan
mobilitas ditempat tidur teratasi dengan indikator
Indikator Awal Akhir Tujuan
Berpindah dari satu sisi kesisi 4
3 5
lain sambil berbaring
Bergerak dari depan kebelakang 4
3 5
sambil berbaring
Bergerak dari belakang kedepan 4
3 5
sambil berbaring

Planning:
1. Memasukan posisi tidur yang diinginkan direncana perawatan
2. Menyokong bagian tubuh yang terkena dampak
6. Rabu, 10-04- Ansietas berhubungan dengan stresor Subjektif:
2019 pukul - Pasien mengerti apa yang dikatakan perawat
15.00 wib Obyektif:
- Keluarga mendampingi pasien
- Keluarga membantu pemenyhan kebutuhan pasien
Asessmen:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam masalah ansietas teratasi
sebagian dengan indikator
Indikator Awal Akhir Tujuan
Tidak dapat beristirahat 2 4 4
Perasaan gelisah 2 4 4
Rasa cemas yang disampaikan secara lisan 3 3 4
Peningkatan tekanan darah 3 4 4
Gangguan tidur 2 4 4

Planning:
1. Menemani pasien dan melibatkan keluarga untuk keamanan dan rasa takut
2. Memberikan infrmasi tentang penyakit dan perawatanya pada keluarga klien selama
dirumah
3. Mendengarkan keluhan klien
4. Membantu klien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
5. Mengajarkan dan menganjurkan klien untuk relaksasi berupa nafas dalam
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G, 2013, Nursing Intervention Classification (NIC), 6 ed, Missouri:


Elseiver Mousby
Herdman, T.H., Kamitsuru, S, 2018, NANDA International Nursing
Diagnoses:Definition & Classification, 2018-2020 11 ed. Oxford: Wiley
Blackwell.
Cahyono, Suharjo B. 2009. Batu Empedu. Yogyakarta: Kanisus

Hadi, Sujono. 2002. Gastroenterologi. Bandung: Alumni

http://bedahmataram.org/index.php?
option=com_content&view=article&id=104:kolelitiasis-ur&catid=43:regfrat-
urologi&Itemid=81. (Diakses 22 November 2012; 18.00).

Muttaqin, Arif dan Sari, Kumala. 2011. Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi


Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika

Sanjaya, Arif. “Patofisiologi Pembentukan Batu Empedu” (Online)


http://penyuluhan-kesehatan.blogspot.com/2011/12/patofisiologi-
pembentukan-batu-empedu.html (Diakses 23 November 201; 10.30)

Schwartz, Seymour I. 2000. Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai