Oleh:
JONI TRILIWIJAYA
(PO.62.20.1.15.128)
JURUSAN KEPERAWATAN
2017
A. KONSEP DASAR DIABETES TIPE 2
1. Pengertian
Diabetes Mellitus Tipe II adalah keadaan dimana kadar glukosa tinggi, kadar
insulin tinggi atau normal namun kualitasnya kurang baik, sehingga gagal membawa
glukosa masuk dalam sel, akibatnya terjadi gangguan transport glukosa yang
dijadikan sebagai bahan bakar metabolisme energi. (FKUI, 2011).
Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus
(DM).Diabetic foot adalah infeksi, ulserasi, dan atau destruksi jaringan ikat dalam
yang berhubungan dengan neuropati dan penyakit vaskuler perifer pada tungkai
bawah. Tiga faktor penyebab utama masalah diabetic foot adalah neuropati, buruknya
sirkulasi dan menurunnya resistensi terhadap infeksi (Maryunani, 2013)
2. Patofisiologi
A. Patogenesis diabetik foot
Angiopati diabetes disebabkan oleh beberapa faktor yaitu genetik, metabolik dan
faktor risiko yang lain. Kadar glukosa yang tinggi (hiperglikemia) ternyata
mempunyai dampak negatif yang luas bukan hanya terhadap metabolisme
karbohidrat, tetapi juga terhadap metabolisme protein dan lemak yang dapat
menimbulkan pengapuran dan penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis),
akibatnya terjadi gaangguan peredaran pembuluh darah besar dan kecil., yang
mengakibatkan sirkulasi darah yang kurang baik, pemberian makanan dan
oksigenasi kurang dan mudah terjadi penyumbatan aliran darah terutama derah
kaki.
Neuropati diabetik dapat menyebabkan insensitivitas atau hilangnya kemampuan
untuk merasakan nyeri, panas, dan dingin. Diabetes yang menderita neuropati
dapat berkembang menjadi luka, parut, lepuh, atau luka karena tekanan yang tidak
disadari akibat adanya insensitivitas. Apabila cedera kecil ini tidak ditangani,
maka akibatnya dapat terjadi komplikasi dan menyebabkan ulserasi dan bahkan
amputasi.
Berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. Secara umum penderita diabetes
lebih rentan terhadap infeksi. Hal ini dikarenakan kemampuan sel darah putih
‘memakan’ dan membunuh kuman berkurang pada kondisi kadar gula darah
(KGD) diatas 200 mg%. Karena kekurangan suplai oksigen, bakteri-bakteri yang
akan tumbuh subur terutama bakteri anaerob. Hal ini karena plasma darah
penderita diabetes yang tidak terkontrol baik mempunyai kekentalan (viskositas)
yang tinggi. Sehingga aliran darah menjadi melambat. Akibatnya, nutrisi dan
oksigen jaringan tidak cukup. Ini menyebabkan luka sukar sembuh dan kuman
anaerob berkembang biak.
B. Proses terjadinya luka diabetes melitus
Luka diabetes melitus terjadi karena kurangnya kontrol diabetes melitus selama
bertahun-tahun yang sering memicu terjadinya kerusakan syaraf atau masalah
sirkulasi yang serius yang dapat menimbulkan efek pembentukan luka diabetes
melitus (Maryunani, 2013).
Ada 2 tipe penyebab ulkus kaki diabetes secara umum yaitu:
a. Neuropati
Neuropati diabetik merupakan kelainan urat syaraf akibat diabetes melitus
karena kadar gula dalam darah yang tinggi yang bisa merusak urat syaraf
penderita dan menyebabkan hilang atau menurunnya rasa nyeri pada kaki,
sehingga apabila penderita mengalami trauma kadang- kadang tidak terasa.
Gejala- gejala neuropati meliputi kesemutan, rasa panas, rasa tebal di telapak
kaki, kram, badan sakit semua terutama malam hari ( Maryunani,2013).
b. Angiopathy
Angiopathy diabetik adalah penyempitan pembuluh darah pada penderita
diabetes. Apabila sumbatan terjadi di pembuluh darah sedang/ besar pada
tungkai, maka tungkai akan mudah mengalami gangren diabetik, yaitu luka pada
kaki yang merah kehitaman atau berbau busuk. Angiopathy menyebabkan
asupan nutrisi, oksigen serta antibiotik terganggu sehingga menyebabkan kulit
sulit sembuh. (Maryunani, 2013).
Infeksi dapat dibagi menjadi tiga yaitu superfisial dan lokal, selulitis dan
osteomyelitis. Infeksi akut pada penderita yang belum mendapatkan antibiotik
biasanya monomikrobial sedangkan pasien dengan ulkus kronis, gangrene dan
osteomyelitis bersifat polimikrobial. Kuman yang paling sering dijumpai pada infeksi
ringan adalah Staphylococcus Aereus dan streptococcal serta isolation of Methycillin-
resstant Staphyalococcus aereus (MRSA). Jika penderita sudah mendapat antibiotik
sebelumnya atau pada ulkus kronis, biasanya dijumpai juga bakteri batang gram
negatif (Enterobactericeae, enterococcus, dan pseudomonas aeruginosa).
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta.
Dewan Pegurus Pusat PPNI
Corwin, EJ. 2010. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC