Anda di halaman 1dari 86

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN GANGGUAN

KOGNITIF DENGAN MASALAH KEPERAWATAN DEFISIT


PERAWATAN DIRI
(studi Kasus Di UPT PSTW Jombang)

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :
MIFTAKHUL MUALIFIN
NIM: 2016.49.048

AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA KEDIRI

TAHUN 2019

i
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN GANGGUAN
KOGNITIF DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI
DI UPT PSTW JOMBANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Ahli Madya


Keperawatan di Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri

Disusun Oleh:
MIFTAKHUL MUALIFIN
NIM : 2016.49.048

AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA KEDIRI


TAHUN 2019

ii
iii
iv
v
MOTTO

“Tidak akan ada kesuksesaan tanpa adanya semangat, kerja keras dan do’a”

“Ilmu pengetahuan adalah teman diwaktu sendirian, teman diwaktu yang sunyi,

petunjuk jalan bagi agama, dan sebagai pendorong katabahan disaat kita dalam

kesusahan.”

“Jadilah seperti karang dilautan yang dihantam oleh ombak laut yang tidak akan

goyah, kerjakanlah hal yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain, karena

hidup hanya sekali,. Ingat hanya Allah SWT .kapanpun dan dimanapun kita

berada hanya kepada Allah lah kita meminta dan memohon.”

vi
ABSTRAK

Mualifin, Miftakhul. 2019. Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Gangguan


Kognitif Dengan Masalah Keperawatan Defisit Perawatan Diri
(Penelitian Deskriptif di PSTW Jombang). Studi Kasus, Akademi
Keperawatan Dharma Husada Kediri.

Masalah kesehatan mental pada lansia yaitu salah satunya adalah fungsi
kognitif, fungsi kognitif itu sendiri merupakan suatu proses mental untuk
mengenai ataupun mengetahui sesuatu yang melibatkan persepsi. Individu
dengan gangguan kognitif ringan mampu menjalani aktifitasnya dalam kegiatan
sehari-hari tetapi sedikit mengalami kesulitan, dalam hal ini, individu tidak bisa
lagi menyediakan kebutuhan hidup mereka sendiri dan mereka akan jatuh pada
ketergantungan dengan lingkungan sekitarnya . Tujuan studi kasus ini untuk
mengetahui asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan kognitif dengan
masalah keperawatan defisit perawatan diri.

Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif atau observasional


deskriptif dengan pendekatan studi kasus pada lansia dengan gangguan kognitif
di PSTW JOMBANG tanggal 06-11 Mei 2019 dengan 2 pasien. Teknik
pengambilan data yaitu dengan wawancara, observasi. Analisa data dilakukan
secara deskriptif menggunakan prinsip-prinsip manajemen asuhan keperawatan.

Dari hasil studi kasus yang dilakukan pada Asuhan Keperawatan Lansia
Dengan Gangguan Kognitif Dengan Masalah Keperawatan Defisit Perawatan
Diri.

Tindakan yang dilakukan adalah melakukan pengkajian, membantu klien


untuk mandi dan menyiapkan alat mandi serta memberikan penjelasan mengenai
kebersihan diri terutama mandi.

Kata Kunci : Fungsi Kognitif, Asuhan Keperawatan Lansia

vii
ABSTRACT

Mualifin, Miftakhul. 2019. Elderly Nursing Care With Cognitive Disorders With
Nursing Problems Self-Care Deficit (Descriptive Research in Jombang
PSTW). Case Study, Dharma Husada Kediri Nursing Academy.

Mental health problems in the elderly, one of which is cognitive function,


cognitive function itself is a mental process to know or know something that
involves perception. Individuals with mild cognitive impairment are able to carry
out their activities in daily activities but have little difficulty, in this case,
individuals can no longer provide for their own needs and they will fall into
dependence on the surrounding environment. The purpose of this case study is to
find out nursing care in elderly with cognitive impairment with nursing care
deficits.

This research method used descriptive or observational descriptive method


with a case study approach on elderly with cognitive impairment in PSTW
JOMBANG from May 6 to 11, 2019 with 2 patients. Data collection techniques,
namely by interview, observation. Data analysis was carried out descriptively
using the principles of nursing care management.

From the results of case studies conducted on Nursing Care for Elderly
People With Cognitive Disorders with Nursing Problems Self-Care Deficit.

The action taken is to conduct a study, help the client to take a bath and
prepare a bathing tool and provide an explanation of personal hygiene especially
bathing.

Keywords: Cognitive Function, Elderly Nursing Care

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat TUHAN Y.M.E atas rahmat dan

hidayahNya, sehingga Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan

Lansia Dengan Gangguan Kognitif Dengan Masalah Keperawatan Defisit

Perawatan Diri” dapat diselesaikan.

Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Ahli

Madya Keperawatan pada Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri.

Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih, kepada :

1. Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur yang telah memberi ijin kepada saya untuk

mengambil study kasus Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Bapak Henny Kristanto, S.Kp. M.Kes selaku Direktur Akademi Keperawatan

Dharma Husada Kediri yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk

mengikuti dan menyelesaikan pendidikan.

3. Kepada pimpinan UPT PSTW Jombang yang telah memberikan ijin kepada

saya untuk mengambil study kasus Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Bapak Ns. Sucipto, S.Kep. M.Kes. selaku Dosen Pembimbing I yang dengan

penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan ilmu, bimbingan, dan arahan

dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Ibu Fajar R. S.Kep.,Ns,M.Kep.,SpKep.,J selaku pembimbing II yang dengan

penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan ilmu, bimbingan, dan arahan

dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

ix
6. Bapak, ibu Dosen beserta Staf Pengajar pendidikan Akademi Keperawatan

Dharma Husada Kediri yang telah memberikan bimbingan selama penulis

menempuh pendidikan.

7. Klien lansia di UPT PSTW Jombang yang telah bersedia menjadi responden.

8. Orang Tua yang telah memberi semangat dan memberikan dukungan baik

secara materi, moral, dan spiritual demi selesainya penulisan Karya Tulis

Ilmiah ini.

9. Teman-temanku Mahasiswa Akper Dharma Husada Kediri satu Angkatan serta

semua pihak yang ikut berperan aktif membantu menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini

masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun

sangat penulis harapkan demi sempurnanya Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat

bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Kediri, 18 Juni 2019

Penulis

DAFTAR ISI

x
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN..........................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN.........................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................iv
MOTTO............................................................................................................vi
ABSTRAK........................................................................................................vii
ABSTRACT.....................................................................................................viii
KATA PENGANTAR......................................................................................ix
DAFTAR ISI....................................................................................................xi
DAFTAR TABEL............................................................................................xiv
DAFTAR SINGKATAN..................................................................................xv
DAFATAR LAMPIRAN..................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................3
C. Tujuan...................................................................................................4
1.Tujuan Umum....................................................................................4
2.Tujuan Khusus...................................................................................4
D. Manfaat.................................................................................................4
1.Manfaat Teoritis.................................................................................4
2.Manfaat Praktis..................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................6


A. Konsep Teori Lansia.............................................................................6
1.Definisi Lansia...................................................................................6
2.Klasifikasi Lansia..............................................................................6
3.Penggolongan Atau Batasan Umur Lansia........................................7
4.Teori Mengenai Proses Menua..........................................................8
5.Tugas Perkemabangan Lansia...........................................................9
6.Permasalahan Pada Usia Lanjut.........................................................10

xi
B. Konsep Gangguan Kognitif..................................................................14
1.Definisi Gangguan kognitif...............................................................14
2.Etiologi gangguan kognitif................................................................15
C. Konsep Defisit Perawatan Diri.............................................................16
1.Definisi Defisit Perawatan Diri.........................................................16
2.Tujuan Defisit Perawatan Diri...........................................................17
3.Fakttor-Faktor Yang Mempengaruhi Defisit Perawatan Diri............17
4.Macam-Macam Defisit Perawatan Diri.............................................20
5.Dampak Defisit Perawatan Diri.........................................................25
6.Cara Pengukuran ADL Pada Lansia..................................................25
7.Manifestasi Klinis Defisit Perawatan Diri.........................................27
8.Tujuan Perawatan Personal Hygiene.................................................28
D. Konsep Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri..........................28
1.Pengkajian..........................................................................................28
2.Diagnosa Keperawatan......................................................................30
3.Rencana Keperawatan.......................................................................32
4.Implementasi Keperawatan...............................................................33
5.Evaluasi Keperawatan.......................................................................33

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..............................32


A. Hasil......................................................................................................32
B. Perbedaan Data.....................................................................................32

BAB IV PEMBAHASAN KASUS.................................................................43


A. Pembahasan..........................................................................................43
1.Pengkajian..........................................................................................43
2.Diagnosa Kperawatan........................................................................44
3.Perencanaan.......................................................................................45
4.Pelaksanaan........................................................................................46
5.Evaluasi..............................................................................................47

BAB V PENTUP.............................................................................................49

xii
A. Kesimpulan...........................................................................................49
B. Saran.....................................................................................................50
1.Bagi Responden.................................................................................50
2.Bagi Lahan Penelitian........................................................................50
3.Bagi Institusi Pendidikan...................................................................50

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................51

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Daftar Rencana Tindakan Keperawatan...........................................30

Tabel 3.1 Identitas Klien...................................................................................32

Tabel 3.2 Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia...............................................32

Tabel 3.3 Faktor-Faktor Resiko Pada Lansia....................................................35

Tabel 3.4 Fungsi Negative Pada Lansia............................................................36

Tabel 3.5 Analisa Data......................................................................................37

Tabel 3.6 Daftar Masalah Keperawatan............................................................38

Tabel 3.7 Rencana Asuhan keperawatan..........................................................38

Tabel 3.8 Tindakan Keperawatan.....................................................................39

Tabel 3.9 Catatan Perkembangan......................................................................41

DAFTAR SINGKATAN

xiv
RI : Republik Indonesia

WHO : World Health Organization

IQ : Intelligence Quotient

ADL : Activities of Daily Living

SSP : Sistem Saraf Pusat

MMSE : Mini Mental Status Exam

SOP : Standar Operasional Prosedur

S : Subjective

O : Objective

A : Assesment

P : Plan

DAFTAR LAMPIRAN

xv
Lampiran 1 : Jadwal Penyusunan Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 2 : SOP Defisit Perawatan Diri : Mandi

Lampiran 3 : Surat Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 4 : Lembar Persetujuan Klien

Lampiran 5 : Informasi Penelitian

Lampiran 6 : Lembar Bimbingan Penyusunan KTI

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menua adalah suatu proses menurunnya kemampuan jaringan

sehingga tidak dapat mempertahankan kesehatan tubuh dari infeksi maupun

kerusakan yang di deritanya. Permasalahan yang berkaitan dengan lanjut

usia secara individu baik secara fisik, biologi, mental maupun sosial

ekonomi. Masalah kesehatan mental pada lansia yaitu salah satunya adalah

fungsi kognitif, fungsi kognitif itu sendiri merupakan suatu proses mental

untuk mengenai ataupun mengetahui sesuatu yang melibatkan persepsi.

Fungsi ini meliputi orientasi terhadap waktu, tempat, orang, atensi

(kemampuan memusatkan perhatian) memori, bahasa, psikomotor dan

fungsi eksekutif (perencanaan, perorganisasian, dan pelaksanaan). Individu

dengan gangguan kognitif ringan mampu menjalani aktifitasnya dalam

kegiatan sehari-hari tetapi sedikit mengalami kesulitan, dalam hal ini,

individu tidak bisa lagi menyediakan kebutuhan hidup mereka sendiri dan

mereka akan jatuh pada ketergantungan dengan lingkungan sekitarnya

(Nugroho, 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Zein (2011) di seluruh Provinsi

Jawa di Indonesia hasil penelitian menunjukkan bahwa 53,34% responden

pemenuhan kebersihan diri cukup, dan 33,33% responden pemenuhan

kebersihan diri baik. Berdasarkan penelitian pada lansia di UPTD

Puskesmas Asih Binjai oleh Lubis (2014) sebanyak 30% lansia menderita

1
2
2

penyakit kulit akibat dari kurangnya personal hygiene dan penelitian

Soejono (2011) pernah dilaporkan bahwa kejadian infeksi saluran kemih di

RSCM pada lansia sebanyak 35,6%. Menurut data tentang cakupan

pelayanan kesehatan lanjut usia di Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang

2014 mencapai 247.928 lansia. Data di Wilayah Puskesmas Jelakombo

didapatkan 3.357 lansia dan yang mengalami masalah sehubungan dengan

kurangnya personal hygiene sebesar 670 orang (19,95%) terdiri dari

dermatitis 261 orang, konjungtivitas 82 orang, infeksi telinga 29 orang,

masalah gigi 162 orang dan ISK 136 orang. Berdasarkan studi pendahuluan

yang dilakukan di Posyandu Lansia Desa Kepanjen Kecamatan Jombang

Kabupaten Jombang jumlah lansia adalah 224 terdiri dari 143 perempuan

dan 81 laki-laki. Dari hasil studi pendahuluan pada 10 responden didapatkan

bahwa keadaan kebersihan diri lansia baik sebanyak 4 (40%) orang dan

kebersihan diri yang kurang sebanyak 6 (60%) orang (Tinuk Istiarti, 2017).

Para lansia akan mengalami gangguan kemampuan fisik seperti

tidak bisa mencapai kamar mandi atau gangguan psikis seperti demensia

yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk mengurus dirinya sendiri

(Zainudin, 2002). Penurunan kognitif dengan gejala sindroma demensia,

akan berimplikasi pada pemenuhan kebutuhan dasar sehari-hari lansia yang

bersangkutan. Lansia dengan demensia sering lupa makan dan minum, serta

kebutuhan dasar lain seperti mandi, gosok gigi, BAB dan BAK. Jika lansia

tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan personal hygiene dengan baik,

maka akan berdampak buruk bagi kesehatannya (Steven 2012). Dan dampak
3

yang sering timbul pada masalah defisit perawatan diri menurut Wartonah

(2015) yaitu dampak fisik akan terjadi gangguan kesehatan yang diderita

seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan lansia dengan baik,

gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit,

gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan

gangguan fisik pada kuku.

Solusi yang bisa dilakukan untuk menjaga kebersihan diri para lansia

yaitu dengan cara mengidentifikasi kebutuhan kebersihan diri dan

memberikan bantuan sesuai kebutuhan dengan perawatan rambut, kuku,

kulit. Serta memberikan motivasi pada lansia agar lansia yang kurang

memiliki kemauan dalam melakukan kebersihan diri menjadi berkenan

melakukan kebersihan diri dengan cara mengajak lansia untuk aktif dalam

merawat dirinya yang meliputi kebersihan badan seperti mandi, mencuci

rambut, menggosok gigi bagi lansia yang memiliki gigi (Tarwonto dan

Wartonah, 2010). Perawat membantu para lansia namun juga harus

mengajarkan kepada lansia untuk tetap mandiri agar tidak bergantung pada

orang lain.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalahnya yaitu

“Bagaimana Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Gangguan Kognitif

Dengan Masalah Keperawatan Defisit Perawatan Diri”.


4

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Secara umum penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk

Mengetahui Asuhan Keperawatan lansia dengan gangguan kognitif

dengan masalah keperawatan Defisit Perawatan Diri.

2. Tujuan Khusus

Mahasiswa mampu :

a) Melakukan pengkajian lansia dengan gangguan kognitif dengan

masalah keperawatan defisit perawatan diri.

b) Menetapkan masalah lansia dengan gangguan kognitif dengan

masalah keperawatan defisit perawatan diri.

c) Menetapkan rencana lansia dengan gangguan kognitif dengan

masalah keperawatan defisit perawatan diri.

d) Melaksanakan tindakana asuhan keperawtan lansia dengan gangguan

kognitif dengan masalah keperawatan defisit perawatan diri.

e) Mengevaluasi efektifitas asuhan keperawatan lansia dengan

gangguan kognitif dengan masalah keperawatan defisit perawatan

diri.

D. Manfaat Penulis

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis

untuk perkembangan ilmu keperawatan, yaitu sebagai salah satu sumber

informasi. Serta menambah pengetahuan tentang lansia dengan gangguan

kognitif dengan masalah keperawatan defisit perawatan diri.


5

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil studi kasus ini dapat memberikan masukan tentang

penambahan literatur-literatur pada asuhan keperawatan lansia

dengan gangguan kognitif dengan masalah keperawatan defisit

perawatan diri.

b. Bagi Lahan

Dapat membantu meningkatkan asuhan keperawatan pada lansia

dengan gangguan kognitif dengan masalah keperawatan defisit

perawatan diri.

c. Bagi Pasien

Memberikan pengetahuan tentang pentingnya merawat diri pada

klien dengan masalah defisit perawatan diri.

d. Bagi Pembaca

Menambah pengetahuan dan wawasan terkait dengan masalah asuhan

keperawatan lansia dengan gangguan keperawatan dengan masalah

keperawatan defisit perawatan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori Lansia

1. Definisi Lansia

Menurut Undang-Undang RI No. 3 tahun 1986 tentang

kesejahteraan lanjut usia pada BAB 1 pasal 1 ayat 2 yang berbunyi

lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas

(Nugroho, 2000). Lanjut usia adalah suatu kejadian yang pasti akan

dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya

tidak bisa dihindari oleh siapapun. Menurut Undang-Undang RI

No.23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 19 ayat 1 bahwa manusia

lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami

perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Oleh karena itu

kesehatan manusia lanjut usia perlu mendapatkan perhatian dengan

tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup

secara produktif sesuai dengan kemampuannya sehingga dapat ikut

serta berperan aktif dalam pembangunan.

(Nugroho, 2000).

2. Klasifikasi Lansia

Klasifikasi lansia dapat dibagi menjadi 5 bagian yaitu :

a. Pralansia (prasenilisis)

6
7

Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun

b. Lansia

Seseoaran yang berusia 60 tahun atau lebih

c. Lansia resiko tinggi

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih / seseorang yang

berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan

d. Lansia potensial

Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau

kegiatan yang dapat menghasilkan barang / jasa

e. Lansia tidak potensial

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya

bergantung pada bantuan orang lain.

(Maryam, 2010)

3. Penggolongan atau Batasan Umur Lansia

Dibawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan

umur, antara lain :

a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lanjut usia

meliputi:

1) Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45 sampai

59 tahun

2) Lanjut usia (elderly) antara 60 dan 74 tahun

3) Lanjut usia tua (old) antara 75 dan 90 tahun

4) Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun


8

b. Menurut Undang-Undang Nomor 4 tahun 1965 pasal 1 bahwa

seseorang dapat dinyatakan sebagai orang jompo dan lanjut usia

setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak

mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri utuk

keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang

lain.

(Nugroho, 2000).

4. Teori Mengenai Proses Menua

Teori proses menua secara umum menurut Lilik Ma’rifatul (2011)

dapat dibedakan menjadi dua yaitu teori biologi dan teori penuaan

psikososial, yaitu :

a. Teori Biologi

1) Teori seluler.

2) Sintesis protein (kolagen dan elastis).

3) Keracunan oksigen.

4) Sistem imun.

5) Teori menua akibat metabolisme.

b. Teori Psikososial proses penuaan

1) Teori disengagment

Teori disengagment (teori pemutusan hubungan),

menggambarkan proses penarikan diri oleh lansia dari peran

masyarakat dan tanggung jawabnya. Proses penarikan diri ini

dapat diprediksi, sistematis, tidak dapat dihindari, dan penting

untuk fungsi yang tepat dari masyarakat yang sedang tumbuh.


9

Lansia dikatakan bahagia apabila kontak sosial berkurang dan

tanggung jawab telah diambil oleh generasi lebih muda.

(Stanley & Beare, 2006 dalam Putri, 2013).

2) Teori aktivitas

Teori ini menegaskan bahwa kelanjutan aktivitas dewasa

tengah penting untuk keberhasilan penuaan. Menurut Lemon

et al (1972) dalam (Marta, 2012) orang tua yang aktif secara

sosial lebih cendrung menyesuaikan diri terhadap penuaan

dengan baik.

3) Teori kepribadian berlanjut

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada usia

lanjut. Indentity pada lansia yang sudah mantap memudahkan

dalam memelihara hubungan dengan masyarakat, melibatkan

diri dengan masalah di masyarakat, keluarga dan hubungan

interpersonal.

(Azizah,2011).

5. Tugas perkembangan Lansia

Hurlock (1999) mengatakan bahwa sebagian besar tugas

perkembangan lansia lebih banyak berkaitan dengan kehidupan

pribadi seseorang daripada kehidupan orang lain. Adapun tugas

perkembangan lansia :

a. Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan

kesehatan
10

b. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya

penghasilan keluarga

c. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup

d. Membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusia

e. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan

f. Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes.

6. Permasalahan Pada Usia Lanjut

A. Penurunan Fungsi

1) Kehilangan dalam bidang sosial ekonomi

Kehilangan keluarga atau teman karib, kedudukan sosial,

uang, pekerjaan (pensiun), atau mungkin rumah tinggal, semua

ini dapat menimbulkan reaksi yang merugikan. Perasaan aman

dalam hal sosial dan ekonomi serta pengaruhnya terhadap

semangat hidup, rupanya lebih kuat dari pada keadaan badani

dalam melawan depresi.

(Maramis, 2009)

2) Seks pada usia lanjut

Orang usia lanjut dapat saja mempunyai kehidupan seks yang

aktif sampai umur 80-an. Libido dan nafsu seksual penting

juga pada usia lanjut, tetapi sering hal ini mengakibatkan rasa

malu dan bingung pada mereka sendiri dan anak-anak mereka

yang menganggap seks pada usia 19

lanjut sebagai tabu atau tidak wajar. Orang yang pada masa

muda mempunyai kehidupan seksual yang sehat dan aktif,


11

pada usia lanjut masih juga demikian, biarpun sudah

berkurang, jika saat muda sudah lemah, pada usia lanjut akan

habis sama sekali (Maramis, 2009). Memang terdapat

beberapa perubahan khusus mengenai seks. Pada wanita

karena proses penuaan, maka pola vasokongesti pada buah

dada, klitoris dan vagina lebih terbatas. Aktivitas sekretoris

dan elastisitas vagina juga berkurang. Pada pria untuk

mencapai ereksi diperlukan waktu lebih lama. Ereksi mungkin

tidak akan dicapai penuh, tetapi cukup untuk melakukan

koitus. Kekuatan saat ejakulasi juga berkurang. Pada kedua

seks, semua fase eksitasi menjadi lebih panjang, akan tetapi

meskipun demikian, pengalaman subjektif mengenai orgasme

dan kenikmatan tetap ada dan dapat membantu relasi dengan

pasangan.

(Maramis, 2009).

3) Perubahan Kognitif

a) Memory (Daya ingat, Ingatan)

Daya ingat adalah kemampuan untuk menerima,

mencamkan, menyimpan dan menghadirkan kembali

rangsangan/ peristiwa yang pernah dialami seseorang, pada

lanjut usia, daya ingat (memory) merupakan salah satu

fungsi kognitif yang seringkali paling awal mengalami

penurunan. Ingatan jangka panjang (Long term memory)

kurang mengalami perubahan, sedangkan ingatan jangka


12

pendek (Short term memory) atau seketika 0-10 menit

memburuk. Lansia akan mengalami kesulitan dalam

mengungkapkan kembali cerita atau kejadian yang tidak

begitu menarik perhatiannya dan informasi baru seperti TV

dan film. Keadaan ini sering menimbulkan salah paham

dalam keluarga. Oleh sebab itu dalam pelayanan terhadap

lanjut usia, sangat perlu dibuatkan tanda-tanda atau rambu-

rambu baik berupa tulisan, atau gambar untuk membantu

daya ingat mereka. Misalnya dengan tulisan JUM’AT,

TANGGAL 27 NOVEMBER 2018 dan sebagainya,

ditempatkan pada tempat yang strategis yang mudah

dibaca/dilihat.

b) IQ

Lansia tidak mengalami perubahan dengan informasi

matematika (analitis, linier, sekuensial) dan perkataan

verbal. Tetapi persepsi dan daya mebayangkan (fantasi)

menurun. Walapun mengalami kontroversi, tes intelegensia

kurang memperlihatkan adanya penurunan kecerdasan

pada lansia. Hal ini terutama dalam bidang vokabular

(kosakata), ketrampilan praktis dan pengetahuan umum.

Fungsi intelektual yang stabil ini disebut sebagai

crystallized intelligent. Sedangkan fungsi intelektual yang

mengalami kemunduran adalah fluid intelligent seperti

mengingat daftar, memori bentuk geometri, kecepatan


13

menentukan kata, menyelesaikan masalah, kecepatan

berespon dan perhatian yang cepat teralih.

(Nugroho, 2010)

c) Kemampuan Belajar

Menurut Darmojo & Martono (2005), lanjut usia yang

sehat dan tidak mengalami dimensia masih memiliki

kemampuan belajar yang baik, bahkan dinegara industri

maju didirikan University of the Third Age. Hal ini sesuai

dengan prinsip belajar seumur hidup, bahwa manusia itu

memiliki kemampuan untuk belajar sejak dilahirkan

sampai akhir hayat. Implikasi praktis dalam pelayanan

kesehatan jiwa lanjut usia baik yang bersifat promotif-

preventif, kuratif dan rehabilitatif adalah untuk

memberikan kegiatan yang berhubungan dengan proses

belajar yang sudah disesuaikan dengan kondisi masing-

masing lanjut usia yang dilayani.

d) Kemampuan Pemahaman

Kemampuan pemahaman atau menangkap pengertian pada

lansia mengalami penurunan. Hal ini di pengaruhi oleh

konsentrasi dan fungsi pendengarannya lansia yang

mengalami penurunan. Dalam pelayanan terhadap lanjut

usia agar tidak timbul salah paham sebaiknya dalam

berkomunikasi dilakukan kontak mata (saling

memandang). Dengan kontak mata, mereka akan dapat


14

membaca bibir lawan bicaranya, sehingga penurunan

pendengarannya dapat di atasi dan dapat lebih mudah

memahami maksud orang lain. Sikap yang hangat dalam

berkomunikasi akan menimbulkan rasa aman dan diterima,

sehingga mereka akan lebih tenang, lebih senang dan

merasa dihormati.

e) Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan termasuk dalam proses pemecahan

masalah. Pengambilan keputusan pada umumnya

berdasarkan data yang terkumpul, kemudian dianalisa,

dipertimbangkan dan dipilih alternatif yang dinilai positif

(menguntungkan), kemudian baru diambil suatu keputusan.

Pengambilan keputusan pada lanjut usia sering lambat atau

seolah-olah terjadi penundaan. Oleh sebab itu, mereka

membutuhkan petugas atau pendamping yang dengan sabar

sering mengingatkan mereka. Keputusan yang diambil

tanpa.

B. Konsep Gangguan Kognitif

1. Definisi Gangguan Kognitif

Kognitif adalah kemampuan berpikir dan memberikan

rasional, termasuk proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi

dan memperhatikan.

(Stuart&Sundeen,2008).
15

Gangguan kognitif merupakan respon maladaptif yang ditandai

oleh daya ingat terganggu, disorientasi, inkoheren dan sukar

berfikir logis. Gangguan kognitif erat kaitannya dengan fungsi

otak, karena kemampuan pasien untuk berpikir akan dipengaruhi

oleh keadaan otak.

2. Etiologi Gangguan Kognitif

1) Faktor Predisposisi

Gangguan kognitif umumnya disebabkan oleh gangguan

fungsi susunan saraf pusat (SSP). SSP memerlukan nutrisi

untuk berfungsi, setiap gangguan pengiriman nutrisi

mengakibatkan gangguan fungsi SSP. Faktor yang dapat

menyebabkan adalah penyakit infeksi sistematik, gangguan

peredaran darah, keracunan zat (Beck, Rawlins dan William,

1984, hal 871). Banyak faktor lain yang menurut beberapa ahli

dapat menimbulkan gangguan kognitif, seperti kekurangan

viamin, malnutrisi, gangguan jiwa fungsional.

2) Faktor Presipitasi

Setiap kejadian diotak dapat berakibat gangguan kognitif.

Hipoksia dapat berupa anemia hipoksia, Hitoksik Hipoksia,

atau Iskemik Hipoksia. Semua keadaan ini mengakibatkan

distribusi nutrisi ke otak berkurang. Gangguan metabolisme

sering menganggu fungsi mental, hipotiroidisme, hipoglikemia.

Racun, virus dan virus menyerang otak mengakibatkan

gangguan fungsi otak, misalnya sifilis. Perubahan struktur otak


16

akibat trauma atau tumor juga mengubah fungsi otak. Stimulus

yang kurang atau berlebihan dapat mengganggu fungsi kognitif.

C. Konsep Defisit Perawatan Diri

1. Definisi Defisit Perawatan Diri/Personal Hygiene

Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk

melakukan aktivitas perawatan diri (mandi, berhias, makan,

toileting). Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk

memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk

kesejahteraan fisik dan psikis. Kurang perawatan diri adalah

kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan

kebersihan untuk dirinya

(Potter & Perry, 2005).

Defisit perawatan diri menggambarkan suatu keadaan

seseorang yang mengalami hambatan kemampuan untuk mandi,

berganti pakaian, makan dan eliminasi. Jika seseorang tidak dapat

melakukan semua perawatan diri, situasi ini digambarkan sebagai

Defisit Perawatan Diri total. Defisit perawatan diri sering kali

disebabkan oleh Intoleransi aktivitas, Hambatan mobilitas fisik,

Nyeri, Ansietas, atau Gangguan kognitif.

(Judith M. Wilkinson, Nancy R. Ahem)


17

Sindrom Defisit Perawatan Diri adalah keadaan ketika

individu mengalami suatu kerusakan fungsi motorik atau fungsi

kognitif, yang menyebabkan penurunan kemampuan untuk

melakukan masing-masing dari kelima aktifitas perawatan diri.

(Carpenito-Monyet, Lynda Juall. 2006)

2. Tujuan Defisit Perawatan Diri

Adapun tujuan menurut (Tarwoto, 2004) yaitu :

a. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang.

b. Memelihara kebersihan diri seseorang.

c. Memperbaiki personal hygiene yang kurang.

d. Pencegahan penyakit.

e. Meningkatkan percaya diri seseorang.

f. Menciptakan keindahan.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Defisit Perawatan Diri

Menurut Tarwoto (2004), sikap seseorang melakukan

personal hygiene dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain :

a. Citra tubuh

Merupakan konsep subjektif seseorang tentang

penampilan fisiknya. Personal hygiene yang baik akan

mempengaruhi terhadap peningkatan citra tubuh individu.

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi

kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik

sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya.


18

b. Praktik sosial

Kebiasaan keluarga, jumlah orang di rumah dan

ketersediaan air panas atau air mengalir hanya merupakan

beberapa faktor yang mempengaruhi perawatan personal

hygiene. Praktik personal hygiene pada lansia dapat berubah

dikarenakan situasi kehidupan, misalnya jika mereka tinggal

dipanti jompo mereka tidak dapat mempunyai privasi dalam

lingkungannya yang baru. Privasi tersebut akan mereka

dapatkan dalam rumah mereka sendiri, karena mereka tidak

mempunyai kemampuan fisik untuk melakukan personal

hygiene sendiri.

c. Status sosioekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti

sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo dan alat mandi yang

semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

d. Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena

pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan.

Seseorang harus termotivasi untuk memelihara perawatan diri.

Sering kali pembelajaran tentang oenyakit atau kondisi yang

mendorong individu untuk meningkatkan personal hygiene.

Misalnya pada pasien penderita Diabetes Melitus selalu

menjaga kebersihan kakinya.


19

e. Budaya

Kepercayaan kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi

personal hygiene. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda

mengikuti praktik perawatan diri yang berbeda. Disebagian

masayarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh

dimandikan. Menurut Coleman,1973 dalam Muhith (2003)

bahwa gendr merupakan sebuah atribut psikologis yang

membentuk sebuah kontinum dari sangat maskulin sampai

sangat feminim. Seorang laki-laki mungkin memiliki

karakteristik-karakteristik feminim tertentu sama seperti

halnya perempuan memiliki sifat-sfat maskulin. Cara berpikir

gender semacam ini jauh kebih canggih dibandingkan dengan

pembagian dua arah yang memandang semua laki-laki

maskulin dan semua perempuan feminim, namun

kelemahannya bahwa cara berpikir ini mengasumsikan bahwa

semua orang yang tinggi maskulinitasnya pastilah juga rendah

feminitasnya. Seorang yang memiliki dua sifat maskulin dan

feminim semacam ini disebut “bersifat androgini”. Model

gender semacam ini menghasilkan ruang psikologis yang lebih

kompleks yang orang dapat memetakan identitas gender orang

lain.

f. Kebiasaan seseorang
20

Setiap individu mempunyai pilihan untuk mandi, bercukur

dan melakukan perawatan rambut. Ada kebiasaan orang yang

menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti

penggunaan shampo dll.

g. Kondisi fisik

Pada keadaan sakit, tentu kemampuan untuk merawat diri

berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

4. Macam-Macam Defisit Perawatan Diri

Menurut Potter dan Perry (2006) macam-macam personal

hygiene adalah :

a. Perawatan Kulit

Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi pelindung,

sekresi, ekskresi, pengatur temperatur, dan sensasi. Kulit

memiliki tiga laisan utama yaitu epidemis, dermis dan

subkutan. Epidermis (lapisan luar) disusun beberapa lapisan

tipis dari sel yang mengalami tahapan berbeda dari maturasi,

melindungi jaringan yang berada di bawahnya terhadap

kehilangan cairan dan cedera mekanis maupun kimia serta

mencegah masuknya mikroorganisme yang memproduksi

penyakit. Dermis, merupakan lapisan kulit yang lebih tebal

yang terdiri dari ikatan kolagen dan serabut elastik untuk

mendukung epidermis, serabut saraf, pembuluh darah, kelenjar

keringat, kelenjar sebasea, dan folikel rambut bagian yang

melalui lapisan dermal. Kelenjar sebasea mengeluarkan sebum,


21

minyak, cairan odor, kedalam folikel rambut. Sebum

meminyaki kulit dan rambut untuk menjaga agar tetap lemas

dan liat. Lapisan subkutan terdiri dari pembuluh darah, saraf,

limfe, dan jaringan penyambung halus yang terisi dengan sel-

sel lemak. Jaringan lemak berfungsi sebagai insulator panas

bagi tubuh. Kulit berfungsi sebagai pertukaran oksigen, nutrisi

dan cairan dengan oembuluh darah yang berada di bawahnya,

mensintesa sel baru dan mengeliminasi sel mati, sel yang tidak

berfungsi. Sirkulasi yang adekuat penting untuk memelihara

kehidupan sel. Kulit sering kali merefleksikan perubahan pada

kondisi fisik dengan perubahan pada warna, ketebalan, tekstur,

turgor, tenperatur. Selama kulit masih utuh dan sehat, fungsi

fisiologisnya masih optimal.

b. Mandi

Pada lansia, mandi biasanya dilakukan dua kali sehari atau

lebih sesuai dengan air dingin atau air hangat. Diusahakan agar

satu kali mandi tidak dibawah pancuran atau konsensional,

tetapi merendam diri di bak mandi yang akan memberi

kenikmatan, relaksasi dan menambah tenaga serta kebugaran

tubuh. Penting juga membersihkan alat kelamin dan kulit

antara dubur dan alat kelamin (perineum). Gosokan dimulai

dari sisi alat kelamin ke arah dubur. Bagi wanita, puting

payudara jangan lupa dibersihkan dan kemudian dikeringkan.

Setelah selesai mandi keringkan badan, termasuk rongga


22

telinga, lipatan-lipatan kulit dan celah-celah jari kaki utnuk

menghindarkan timbulnya infeksi jamur, juga pada semua

lipatan-lipatan kulit lainnya

(Setiabudhi, 2002).

c. Perawatan mulut

Golongan lansia sering mengalami tanggalnya gigi. Salah

satu sebab adalah karena proses penuaan dan penyebab lain

yang lebih sering adalah kurang baiknya perawatan gigi dan

mulut. Osteoporosis dan periodontitis pada lansia

menyebabkan akar gigi agak longgar dan dicelah-celah ini

sering tersangkut sisa makanan. Inilah penyebab terjadinya

peradangan. Karies timbul antara lain akibat fermentasi sisa

makanan yang menempel pada gigi oleh kuman yang lambat

laun mengakibatkan lubang pada enamel gigi dan bila tidak

ditambal akan menyebabkan radang dan kematian syaraf gigi

karena infeksi. Setelah konsumsi makanan dan minuman yang

bersifat asam, gigi perlu dibersihkan yaitu kumur-kumur

dengan air. Maka penting untuk menggosok gigi sekurang-

kurangnya dua kali sehari dan sangatlah dianjurkan untuk

berkumur-kumur atau menggosok gigi setiap kali selepas

makan.

(Setiabudhi, 2002).

d. Perawatan mata, hidung dan telinga


23

Secara normal tidak ada perawatan khusus yang diperlukan

untuk membersihkan mata, hidung dan telinga selama individu

mandi. Secara normal tidak ada perawatan khusus yang

diperlukan unyuk mata karena secara terus-menerus

dibersihkan oleh air mata, kelopak mata dan bulu mata

mencegah masuknya partikel asing kedalam mata. Normalnya

telinga tidak terlalu memerlukan pembersihan. Namun, telinga

yang serumen terlalu banyak telinganya perlu dibersihkan baik

mandiri atau dibantu oleh keluarga. Hygiene telinga

mempunyai implikasi untuk ketajaman pendengaran. Bila

benda asing berkumpul pada kanal telinga luar, maka akan

mengganggu konduksi temperatur dan kelembapan udara yang

dihirup, serta mencegah masuknya partikel asing ke dalam

sistem pernapasan.

e. Perawatan rambut

Menyikat, menyisir dan bershampo adalah cara-cara dasar

higienis perawatan rambut, distribusi pola rambut dapat

menjadi inkubator status kesehatan umum, perubahan

hormonal, stress emosional maupun fisik, penuaan, infeksi dan

penyakit tertentu untuk obat-obatan dapat mempengaruhi

karakteristik rambut. Kerontokan rambut sering terjadi ada

lansia. Jumlah rambut rata-rata adalah lebih 100.000 helai.

80% bersifat aktif tumbuh dan sisanya 20% berada dalam

stadium tidak aktif. Rambut membutuhkan perawatan yang


24

baik dan teratur, terutama pada wanita. Agar rambut tidak

mengalami kerontokan yang lebih parah, sebaiknya dicuci

dengan shampo yang mengandung anti ketombe yang cocok.

Cucir rambut sebaiknya dlikakukan tiap 2 atau 3 hari dan

minimal sekali seminggu.

(Setiabudhi, 2002).

f. Perawatan kaki dan kuku

Pada lansia, proses penuaan memberi perubahan pada

kuku yaitu pertumbuhan kuku menjadi lebih lambat,

permukaan tidak mengkilat tetapi menjadi bergaris dan mudah

pecah akrena agak keropos. Warnanya bisa berubah menajdi

kuning atau opaque. Kuku bisa menjadi lembek terutama kuku

kaki akan menjadi lebih tebal dan kaku serta sering ujung kuku

kiri dan kanan menusuk masuk ke jaringan disekitarnya (ungus

incarnates). Pengguntingan dilakukan setelah kuku direndam

dalam air hangat selama 5-10 menit karena pemanasan

membuat kuku menjadi lembek dan mudah digunting.

(Setiabudhi, 2002)

g. Perawatan genetalia

Perawatan genetalia merupakan bagian dari mandi lengkap.

Seseorang yang paling butuh perawatan genetalia yang teliti

adalah yang beresiko tersebar memperoleh infeksi. Seseorang

yang tidak mampu melakukan perawatan diri dapat dibantu

keluarga untuk melakukan personal hygiene.


25

5. Dampak Defisit Perawatan Diri

Dampak yang akan timbul jika kurangnya personal hygiene adalah:

a. Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena

tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik.

Gangguan fisik yang sering terjadi adalah munculnya kutu

pada rambut, gangguan integritas kulit, gangguan membran

mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan

fisik pada kuku.

b. Dampak psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene

adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai,

kebuuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi

sosial.

(Tarwoto, 2004)

6. Cara Pengukuran ADL Pada Lansia

Menurut Maryam (2008) dengan menggunkan indeks

kemandirian Katz untuk AKS yang berdasarkan pada evaluasi

fungsi mandiri dan bergantung dari klien dalam hal makan,

kontinen (BAB/BAK), berpindah ke kamar mandi dan berpakaian.

Dapat diberi penilaian dalam melakukan aktifitas sehari-hari

sebagai berikut :
26

a. Mandi

1) Mandiri : bantuan hanya pada satu bagian tubuh (seperti

punggung atau ektermitas yang tidak mampu) atau

mandiri sendiri sepenuhnya

2) Bergantung : bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh,

bantuan masuk dan keluar dari bak mandi, serta tidak

mandi sendiri.

b. Berpakaian

1) Mandiri : mengambil baju dari lemari, memakai pakaian,

melepaskan pakaian, mengancing / mengikat pakaian

2) Bergantung : tidak dapat memakai baju sendiri atau hanya

sebagian

c. Ke kamar kecil

1) Mandiri : masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian

membersihkan genetalia sendiri

2) Bergantung : menerima bantuan untuk masuk ke kamar

kecil dan menggunakan pispot

d. Berpindah

1) Mandiri : berpindah dari tempat tidur, bangkit dari kursi

sendiri

2) Bergantung : bantuan dalam naik atau turun dari tempat

tidur atau kursi, tidak melakukan sesuatu atau

perpindahan

e. Kontinen
27

1) Mandiri : BAB dan BAK seluruhnya dikontrol sendiri

2) Bergantung : inkontinensia persial atau total,

menggunakan kateter dan pispot, pembalut atau pempers

f. Makan

1) Mandiri : mengambil makana dari piring dan makan

sendiri

2) Bergantung : bantuan dalam hal mengambil makanan dari

piring dan menyuapinya, tidak makan sama sekali.

7. Manifestasi Klinis Defisit Perawatan Diri

Menurut DepKes (2000), manifestasi klien dengan defisit

perawatan diri adalah :

a. Fisik

1) Badan bau, pakaian kotor.

2) Rambut dan kulit kotor.

3) Kuku panjang dan kotor.

4) Gigi kotor disertai mulut bau.

5) Penampilan tidak rapi.

b. Psikologi

1) Malas, tidak ada inisiatif.

2) Menarik diri, isolasi diri.

3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.

c. Sosial

1) Interaksi kurang.

2) Kegiatan kurang.
28

3) Tidak mampu berperilaku sesuai normal.

4) Cara makan tidak teratur.

5) BAB dan BAK disemabarang tempat.

8. Tujuan Perawatan Personal Hygiene

Menurut Tarwoto & Wartonah (2006: 79), tujuan perawatan

personal hygiene adalah meningkatkan derajat kesehatan

seseorang, memelihara kebersihan diri seseorang, pencegahan

penyakit, memperbaiki personal hygiene yang kurang,

meningkatkan percaya diri seseorang, menciptakan keindahan.

D. Konsep Asuhan Keperawatan dengan masalah Defisit

Perawatan Diri

Asuhan Keperawatan Lansia dengan Masalah Keperawatan

Defisit Perawatan Diri, Defisit perawatan diri menggambarkan

suatu keadaan seseorang yang mengalami hambatan kemampuan

untuk melakukan aktifitas perawatan diri, seperti mandi, berganti

pakaian, makan dan eliminasi.

(Judith M. Wilkinson, Nancy R. Ahem).

Catatan Asuhan Keperawata Meliputi :

1. Pengkajian

a. Identitas Klien

Meliputi Nama, Jenis Kelamin, Umur, Alamat Lengkap,

Penanggung Jawab

b. Alasan masuk

c. Riwayat Kesehatan Dahulu dan Sekarang


29

Kaji ulang riwayat klien dan pemeriksaan fisik untuk

adanya tanda dan gejala karakteristik yang berkaitan

dengan gangguan tertentu yang didiagnosis.

d. Pola persepsi dan manajemen kesehatan

e. Pola nutrisi- metabolik

f. Pola eliminasi

g. Pola aktivitas dan latihan

h. Pola kognitif dan persepsi

i. Pola persepsi-konsep diri

j. Pola tidur dan istirahat

k. Pola peran-hubungan

l. Pola toleransi stress-koping

m. Pola nilai-kepercayaan

n. Riwayat keperawatan :

1) Faktor yang mempengaruhi personal hygiene

2) Pola kebersihan tubuh

3) Kebiasaan personal hygiene (mandi, oral care,

perawatam kuku dan kaki, perawatan rambut, mata,

hidung dan telinga)

o. Pemeriksaan fisik :

1) Rambut: keadaan kesuburan rambut, keadaan rambut

yang mudah rontok, keadaan rambut yang kusam,

keadaan tekstur.
30

2) Kepala: adanya botak atau alopesia, ketombe, berkutu,

kebersihan.

3) Mata: periksa kebersihan mata, mata gatal atau merah.

4) Hidung: lihat kebersihan hidung, membran mukosa.

5) Mulut: lihat keadaan mukosa mulut, kelembabanya,

kebersihannya.

6) Gigi: lihat adakah karang gigi, adakah karies,

kelengkapan gigi.

7) Telinga: lihat adakah kotoran, adakah lesi, adakah infeksi.

8) Kulit: lihat kebersihan, keadaan kulit, adakah lesi,

pertumbuhan bulu.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan adalah suatu pernyataan yang

menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko

perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat

secara akuntabilitas dapat mengidentifiaksi dan memberikan

intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan,

menurunkan, membatasi, mencegah, dan mengubah.

(Carpenito, 2000).

Menurut buku SDKI, diagnosa keperawatan umum untuk

klien dengan masalah personal hygiene adalah defisit perawatan

diri yaitu :

a. Defisit perawatan diri : mandi


31

Definisi Operasional : Tidak mampu melakukan atau

menyelesaikan aktivitas perawatan diri

b. Penyebab

1) Gangguan muskuloskeletal

2) Gangguan neuromuskuler

3) Kelemahan

4) Gangguan psikologis dan/atau psikotik

5) Penurunan motivasi/minat

c. Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

1) Menolak melakukan perawatan diri

Objektif

1) Tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ke

toilet.

2) Minat melakukan perawatan diri kurang

d. Kondisi klinis terkait

1) Stroke

2) Cedera medula spinalis

3) Depresi

4) Arthritis reumathoid

5) Retardasi mental

6) Delirium

7) Demensia

8) Fungsi penilaian terganggu


32

e. Batasan Karakteristik ketidakmampuan untuk mandi:

1) Mengakses kamar mandi

2) Mengeringkan badan

3) Mengambil perlengkapan mandi

4) Membersihkan tubuh (atau anggota tubuh)

(Judith M. Wilkinson, Nancy R. Ahem)

3. Rencana Keperawatan

Rencana asuhan keperawatan untuk klien dengan gangguan

personal hygiene harus meliputi beberapa pertimbangan yaitu hal-hal

yang disukai klien, kesehatan klien serta keterbatasan yang dimilikinya.

Selain itu perawat perlu memepertimbangkan waktu yang tepat untuk

memberikan asuhan keperawatan serta fasilitas dan tenaga yang

tersedia.

Berikut ini adalah salah satu rencana keperawatan :

Diagnosa yang dapat diangkat :

a. Defisit perawatan diri : mandi b/d gangguan fungsi kognitif ditandai

dengan badan kotor dan bau.


33

Tabel 2.1

No Dx Tujuan dan Intervensi


Kriteria
Hasil
Tujuan : 1) Identifikasi usia
Setelah dilakukan tindakan dan budaya dalam
keperawatan 1x24 jam membantu kebersihan diri
diharapkan kebersihan diri 2) Identifikasi jenis
terpenuhi dan klien merasa bantuan yang dibutuhkan
nyaman dengan kriteria 3) Monitor kebersihan
hasil : tubuh (mis. Rambut, mulut,
1) Kulit klien kulit, kuku)
tidak kotor 4) Sediakan peralatan
2) Tidak ada mandi (mis. Sabun, sikat
bau badan gigi, shampo, pelembab
3) Kuku klien kulit)
tidak panjang dan 5) Pertahankan
kotor kebersihan diri
4) Rambut 6) Berikan bantuan
klien tampak bersih sesuai tingkat kemandirian
dan rapi Berikan HE tentang defisit
perawatan diri mandi.

4. Implementasi Keperawatan

a. Mengidentifikasi usia dan budaya dalam membantu kebersihan diri.

b. Mengidentifikasi jenis bantuan yang dibutuhkan.

c. Memonitor kebersihan tubuh

d. Menyediakan peralatan mandi.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah tindakan intelektual untuk melengkapi

proses keperawatan yang menandakan kebersihan dari diagnosis

keperawatan, rencan intervensi, dan implementasinya. Tahap evaluasi

memungkinkan perawat untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi selama

tahap pengkajian, analisis, perencanaan, dan implementasi intervensi

(Nursalam, 2008). Mengevaluasi kemampuan dan kemauan pasien dalam

melakukan perawatan diri.


BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Memuat keseluruhan hasil yang telah dilaksanakan dan selanjutnya

dibuat pembahasan sesuai dengan kaidah.

A. Hasil

Pada Sub Bab ini membahas tentang asuhan keperawatan dari hasil studi

kasus yang telah dilakukan mulai tanggal 06 - 10 Mei 2019 di UPT PSTW

Jombang didapatkan hasil studi kasus Asuhan Keperawatan Lansia Dengan

Gangguan Kognitif Dengan Masalah Keperawatan Defisit perawatan Diri.

1. Pengkajian

Tabel 3.1 Identitas Klien

No Identitas Klien 1 Klien 2


Nama Ny. L Ny S
Umur 80 tahun 79 tahun
Agama Islam Islam
Alamat Asal Jombang Nganjuk
Tanggal datang
Lama tinggal dipanti
Penanggungjawab
Alamat
Telp

Perbedaan data

Berdasarkan tabel 3.1 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan antara kasus

1 dan kasus 2, perbedaan tersebut terletak pada usia klien .

34
33

Tabel 3.2 perubahan yang terjadi pada Lansia

No PERUBAHAN PADA KASUS 1 KASUS 2


LANSIA
Perubahan Fisiologis 1) Kualitas 1) Kualitas
a. Siste dalam batas normal dalam batas normal
m 2) Hidung: 2) Hidung:
Pernafasan simetris, tidak ada simetris, tidak ada
luka disekitar hidung, luka disekitar hidung,
tidak ada pernafasan tidak ada pernafasan
cuping hidung cuping hidung
3) Suara nafas 3) Suara nafas
normal vesikuler normal vesikuler
4) Tidak batuk 4) Tidak batuk
5) Tidak ada 5) Tidak ada
sputum sputum
6) Tidak ada 6) Tidak ada
suara nafas tambahan suara nafas tambahan
b. Siste 1) Konjungtiva 1) Konjungtiva
m tidak anemis tidak anemis
Kardiovaskul 2) Sklera tidak 2) Sklera tidak
er ikterik ikterik
3) Tidak ada 3) Tidak ada
pembesaran jantung pembesaran jantung
dan vena jugularis dan vena jugularis
4) Tidak ada 4) Tidak ada
nyeri tekan nyeri tekan
5) Bunyi 5) Bunyi jantung
jantung dalam batas dalam batas normal
normal. 6) Tidak ada
6) Tidak ada edema pada kaki
edama pada kaki
c. Siste 1) Kesadaran 1) Kesadaran
m persyarafan Composmentis Composmentis
2) GCS 4,5,6 2) GCS 4,5,6
3) Keadaan 3) Keadaan
mental stabil mental stabil
d. Siste 1) Kebiasaan 1) Kebiasaan
m BAK 4x/hari BAK 4x/hari
Perkemihan 2) Warna urine 2) Warna urine
tidak terkaji tidak terkaji
3) Bau khas 3) Bau khas
urine urine
e. Siste 1) Jenis 1) Jenis makanan
m Pencernaan makanan yang yang dikonsumsi
dikonsumsi adalah adalah nasi
nasi 2) Jumlah porsi
2) Jumlah porsi setiap makan 5 sendok
setiap makan 6 3) Frekuensi 3x
sendok 4) Tidak ada gigi
3) Frekuensi 3x palsu
4) Tidak ada 5) Gigi ompong
34

gigi palsu bagian bawah


5) Gigi ompong 6) BAB 1x/hari
sebagian besar
6) BAB 1x/hari
f. Siste 1) Klien 1) Kekutan otot
m mengatakan kakinya 4
Muskuloskele sering linu 5
tal
5
5
2) Kekuatan otot
5 5 2) Kelemahan
pada tangan kiri
5 5
3) Tidaka ada
kelemahan pada
ekstremitas
g. Peng 1) Klien tidak 1) Klien tidak
kajian mau mandi jika tidak mau mandi jika tidak
Fungsional ada yang menyuruh ada yang menyuruh
mandi atau tidak ada mandi atau tidak ada
yang membantunya yang membantunya
mandi mandi
2) Badan klien 2) Badan klien
kotor kotor
3) Rambut 3) Rambut kumel
kumel dan acak- dan acak-acakan
acakan 4) Mulut dan
4) Mulut dan gigi bau
gigi bau 5) Pakaian klien
5) Pakaian klien kotor
kotor 6) Kuku klien
6) Kuku klien tampak panjang dan
tampak panjang dan kotor
kotor
2 Potensi Pertumbuhan
Psikososial dan
Spiritual
a. Psiko
sosial Klien Klien
1) Perse menerima menerima
psi keadaan dan keadaan dan
kondisinya kondisinya
saat ini. saat ini
2) Intera
ksi Interaksi Interaksi klien
klien dengan dengan
teman lingkungan
sekamarnya baik dan
3) Kons baik. interaksi
ep diri dengan
temannya
35

Klien kurang baik.


menganggap
dirinya sudah Klien
4) Emos mulai tua, dan menganggap
i klien masih dirinya sudah
mampu tua tetapi klien
menyebutkan masih mampu
5) Adapt namanya. menyebutkan
asi namanya.
Klien tidak
mudah emosiKlien tidak mudah emosi dan
dan mampu mampu mengontrolnya.
mengontrolny
a Klien mampu berdaptasi dengan
lingkungannya dan teman-
Klien mampu temannya.
beradaptasi
dengan
lingkunganny
a dan teman-
temannya.
b. Spirit
ual Klien beragama islam selama Klien beragama islam selama
1) Aktiv dipanti klien tidak dipanti klien tidak
itas ibadah menjalankan ibadahnya. menjalankan ibadahnya.

Klien tidak mempunyai mukena. Klien mengalami keterbatasan


2) Hamb gerak.
atan
Perbedaan Data :

Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa ada perbedaan antara kasus 1

dan kasus 2 perbedaannya terletak pada sistem muskulusskeletalnya dimana

klien 1 tidak mengalami kelemahan pada ekstremitasnya, sedangkan klien 2

terdapat kelemahan pada ekstremitasnya terutama kelemahan terdapat pada

tangan kirinya.

Tabel 3.3 Faktor-Faktor resiko pada lansia

No FAKTOR RESIKO KASUS 1 KASUS 2


Kondisi
1. patologis
a. KeKlien mengatakan pusing Klien mengatakan tidak ada
luhan keluhan
utama
Klien mengatakan tidak Klien mengatakan tidak
mempunyai riwayat mempunyai riwayat
b. Ri penyakit penyakit
36

wayat
penyakit
2. Stressor
a. StrKlien mengatakan menerima Klien mengatakan menerima
essor keadaannya saat ini keadaannya saat ini
Fisiologis
Klien mengatakan tidak ada Klien mengatakan tidak ada
masalah dengan kondisinya masalah dengan
b. Str kondisinya
essor
Psikologis
3. Lingkungan
a. Da 1) Penataan 1) Penataan
lam rumah perabotnya rapi perabotnya rapi
2) Lantai 2) Lantai
rumah bersih, tidak rumah bersih,
licin, rata tidak licin, rata
3) Pencahaya 3) Pencahaya
annya baik annya
4) Ventilasi Baik
baik 4) Ventilasi
5) Tidak ada baik
b. Ka tangga 5) Tidak ada
mar tangga

1) Penataan 1) Penataan
perabot rapi perabot rapi
2) Lantai 2) Lantai
kamar bersih, tidak kamar bersih,
licin tidak licin
3) Pencahaya 3) Pencahaya
an terang an terang
4) Ventilasi 4) Ventilasi
baik baik
5) Jenis 5) Jenis
perabot : perabot :
Tempat tidur, 1 bantal, 1 Tempat tidur, 1 bantal
lemari. 6) Jarak
c. Ka 6) Jarak kamar dengan
mar mandi kamar dengan kamar mandi 4
kamar mandi 3 meter
meter 7) Ada
7) Ada pegangan didalam
pegangan didalam kamar mandi
kamar mandi
d. Lu 1) Lantai
ar rumah bersih
2) Pencahaya
1) Lantai an baik
bersih 3) Jenis
2) Pencahaya closet duduk
an baik 4) Jenis bak
37

3) Jenis mandi keramik


closet duduk
4) Jenis bak 1) Halaman
mandi keramik rumah ada
2) Permukaa
1) Halaman n lantai datar
rumah ada
2) Permukaan
lantai sedikit
menanjak
4. Kebiasaan lansia
a. Ho
Klien mengatakan tidak Klien mengatakan tidak
bi/ mempunyai hobi atau mempunyai hobi atau
kegemaran kegemaran kegemaran

Klien tidak mempunyai Klien tidak mempunyai


b. Ke kebiasaan positif kebiasaan positif
biasaan
positif Klien mengatakan tidak Klien mengatakan tidak
mempunyai kebiasaan mempunyai kebiasaan
c. Ke negatif negatif
biasaan
Negatif

5. Pengetahuan Klien mengatakan tidak Klien mengatakan tidak


mengetahui tentang mengetahui tentang
kesehatannya kesehatannya
6. Riwayat Pengobatan Klien saat ini tidak sedang Klien saat ini tidak sedang
dan Efek Samping mengonsumsi obat mengonsumsi obat
Perbedaan Data :

Pada tabel 3.3 perbedaan terletak pada keluhan utamanya yaitu klien 1

mengatakan pusing, sedangkan klien 2 tidak mempunyai keluhan utama.

Tabel 3.4 Fungsi negative pada lansia

No Fungsi Negatif Kasus 1 Kasus 2


1. Kemampuan ADL ADL klien berdasarkan indeksADL klien berdasarkan
KATZ adalah dengan skor indeks KATZ adalah
C yaitu kemandirian dalam dengan skor C yaitu
semua hal, kecuali mandi kemandirian dalam semua
dan satu fungsi tambahan hal, kecuali mandi dan
satu fungsi tambahan
2. Aspek Kognitif Skor : 07 Skor : 06
Klien mengalami gangguan Klien mengalami gangguan
kognitif berat kognitif berat.
3. Resiko jatuh Klien memiliki resiko jatuh Klien memiliki resiko jatuh
karena ketidakseimbangan karena
tubuhnya. ketidakseimbangan
tubuhnya
38

4. Pemenuhan kebutuhan Skor : 07 Skor : 10


tidur Baik karena klien tidak Kurang karena klien sering
mempunyai masalah pada terbangun di malam hari
tidurnya.
5. Kecemasan Skor : 05 Skor : 05
Level minimal dari kecemasanLevel minimal dari
kecemasan
6. Status Nutrisi Skor :04 Skor : 02
Resiko nutrisi kurang dari Nutrisi baik tidak ada tanda-
kebutuhan tubuh tanda klien mengalami
masalah nutrisi
7. Hasil Pemeriksaan Tidak dilakukan pemeriksaan Tidak dilakukan pemeriksaan
Diagnostik diagnostik pada klien 1 diagnostik pada klien 2
Perbedaan Data :

Pada ADL berdasarkan indeks KATZ, pada kasus 1 didapatkan skor C

karena kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi tambahan.

Sedangkan pada kasus 2 sama didapatkan skor C karena kemandirian dalam

semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi tambahan.

Pada kasus 1 dan kasus 2 ditemukan adanya gangguan kognitif berat pada

klien. Pada kasus 1 skor : 07 baik karena klien tidak memiliki masalah pada

tidurnya, pada kasus 2 didapatkan skor : 10 kurang karena klien sering

terbangun pada malam hari. Pada kasus 1 skor 04 Resiko nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh, pada kasus 2 skor 02 nutrisi baik tidak ada tanda-tanda klien

mengalami masalah nutrisi.

2. Diagnosa Keperawatan

Tabel 3.5 Analisa Data

No Analisa Data Penyebab Masalah


1. Kasus 1 : Terjadi penurunan Defisit Perawatan Diri :
Ds : fungsi kognitif mandi
Klien mengatakan tidak mau mandi (Daya Ingat)

Do :
1) Badan klien
nampak kotor Demensi pada lansia
2) Pakaian klien
39

nampak kotor
3) Rambut klien
terlihat kumel dan acak-Defisit Perawatan Diri
acakan
4) Mulut dan gigi
bau
5) Kuku klien
tampak panjang dan
kotor
2. Kasus 2 : Terjadi penurunan Defisit Perawatan Diri :
Ds : fungsi kognitif Mandi
Klien mengatakan tidak mau mandi (Daya Ingat)
Do :
1) Badan klien
nampak kotor
2) Pakaian klien
nampak kotor Demensi pada lansia
3) Rambut klien
terlihat kumel dan acak
acakan
4) Mulut dan gigi Defisit Perawatan Diri
klien bau
5) Kuku klien
tampak panjang dan
kotor
Perbedaan data :

Diantara kasus 1 dan kasus 2 tidak ada perbedaan, masalah keperawatan

keduanya sama yaitu defisit perawatan diri : Mandi

Tabel 3.6 Daftar Masalah keperawatan

No Tanggal muncul Diagnosa Keperawatan/ Masalah Tanggal teratasi Ttd


masalah
1. Kasus 1 06 Mei 2019 Defisit Perawatan Diri Mandi
2. Kasus 2 06 Mei 2019 Defisit Perawatan Diri Mandi

Tabel 3.7 Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan/kriteria hasil Intervensi


Keperawatan

1. Kasus 1 : Tujuan : 1) Identifika


Defisit Perawatan Setelah dilakukan tindakan si usia dan
Diri Mandi keperawatan 1x24 jam budaya dalam
diharapkan kebersihan membantu
diri terpenuhi dan klien kebersihan diri
merasa nyaman dengan 2) Identifika
kriteria hasil : si jenis bantuan
40

7) Kulit yang dibutuhkan


klien tidak kotor 3) Monitor
8) Tidak kebersihan tubuh
ada bau badan (mis. Rambut,
9) Kuku mulut, kulit,
klien tidak kuku)
panjang dan 4) Sediakan
kotor peralatan mandi
10) Rambut (mis. Sabun, sikat
klien tampak gigi, shampo,
bersih dan rapi pelembab kulit)
5) Pertahank
an kebersihan diri
6) Berikan
bantuan sesuai
tingkat
kemandirian
7) Berikan
HE tentang defisit
perawatan diri
mandi.

2. Kasus 2 : Setelah dilakukan tindakan 1) Identifika


Defisit Perawatan keperawatan 1x24 jam si usia dan
Diri Mandi diharapkan kebersihan budaya dalam
diri terpenuhi dan klien membantu
merasa nyaman dengan kebersihan diri
kriteria hasil : 2) Identifika
1) Kulit si jenis bantuan
klien tidak kotor yang dibutuhkan
2) Tidak 3) Monitor
ada bau badan kebersihan tubuh
3) Kuku (mis. Rambut,
klien tidak mulut, kulit,
panjang dan kuku)
kotor 4) Sediakan
4) Rambut peralatan mandi
klien tampak (mis. Sabun, sikat
bersih dan rapi gigi, shampo,
pelembab kulit)
5) Pertahank
an kebersihan diri
6) Berikan
bantuan sesuai
tingkat
kemandirian
7) Berikan
HE tentang defisit
perawatan diri

Perbedaan Data
41

Pada tabel 3.7 tidak ditemukan perbedaan antara kasus 1 dan 2 karena

pada klien 1 dan 2 yang diharapkan sama seperti membantu klien mandi.

Tabel 3.8 Tindakan Keperawatan

No Jam 07 Mei 2019 08 Mei 2019 09 Mei 2019


1. Kasus 1 1) Menan 1) Menany 1) Menan
07.00 yakan usia akan usia klien yakan usia
klien 2) Kolabor klien
2) Kolab asi dengan 2) Kolab
orasi dengan pihak panti orasi dengan
pihak panti untuk pihak panti
untuk membantu klien untuk
membantu memenuhi membantu
klien mandi klien
memenuhi a) Memba memenuhi
mandi ntu klien gosok mandi
a) Memb gigi a) Memb
antu klien b) Memba antu klien
gosok gigi ntu klien gosok gigi
b) Memb keramas b) Memb
antu klien c) Memba antu klien
keramas ntu klien keramas
c) Memb membersihkan c) Memb
antu klien anggota tubuh antu klien
membersihkan menggunakan membersihkan
anggota tubuh sabun anggota tubuh
menggunakan d) Memba menggunakan
sabun ntu klien sabun
d) Memb mengeringkan d) Memb
antu klien badan antu klien
mengeringkan menggunakan mengeringkan
badan handuk badan
menggunakan 3) Member menggunakan
handuk ikan HE tentang handuk
3) Memb defisit 3) Memb
erikan HE perawatan diri erikan HE
tentang defisit pada lansia tentang defisit
perawatan diri 4) Menyed perawatan diri
pada lansia iakan peralatan pada lansia
4) Menye mandi (mis. 4) Menye
diakan Sabun, sikat diakan
peralatan gigi, shampo, peralatan
mandi (mis. pelembab kulit) mandi (mis.
Sabun, sikat 5) Memper Sabun, sikat
gigi, shampo, tahankan gigi, shampo,
pelembab kebersihan diri pelembab
kulit) 6) Member kulit)
5) Memp ikan bantuan 5) Memp
ertahankan sesuai tingkat ertahankan
kebersihan diri kemandirian kebersihan diri
42

6) Memb 7) Memoni 6) Memb


erikan bantuan tor kebersihan erikan bantuan
sesuai tingkat tubuh sesuai tingkat
kemandirian kemandirian
7) Memo 7) Memo
nitor nitor
kebersihan kebersihan
tubuh tubuh

2. Kasus 2 1) Menan 1) Menany 1) Menan


07.00 yakan usia akan usia klien yakan usia
klien 2) Kolabor klien
2) Kolab asi dengan 2) Kolab
orasi dengan pihak panti orasi dengan
pihak panti untuk pihak panti
untuk membantu klien untuk
membantu memenuhi membantu
klien mandi klien
memenuhi a) Memba memenuhi
mandi ntu klien gosok mandi
a) Memb gigi a) Memb
antu klien b) Memba antu klien
gosok gigi ntu klien gosok gigi
b) Memb keramas b) Memb
antu klien c) Memba antu klien
keramas ntu klien keramas
c) Memb membersihkan c) Memb
antu klien anggota tubuh antu klien
membersihkan menggunakan membersihkan
anggota tubuh sabun anggota tubuh
menggunakan d) Memba menggunakan
sabun ntu klien sabun
d) Memb mengeringkan d) Memb
antu klien badan antu klien
mengeringkan menggunakan mengeringkan
badan handuk badan
menggunakan 3) Member menggunakan
handuk ikan HE tentang handuk
3) Memb defisit 3) Memb
erikan HE perawatan diri erikan HE
tentang defisit pada lansia tentang defisit
perawatan diri 4) Menyed perawatan diri
pada lansia iakan peralatan pada lansia
4) Menye mandi (mis. 4) Menye
diakan Sabun, shampo, diakan
peralatan pelembab kulit) peralatan
mandi (mis. 5) Memper mandi (mis.
Sabun, tahankan Sabun,
shampo, kebersihan diri shampo,
pelembab 6) Member pelembab
kulit) ikan bantuan kulit)
5) Memp sesuai tingkat 5) Memp
43

ertahankan kemandirian ertahankan


kebersihan diri 7) Memoni kebersihan diri
6) Memb tor kebersihan 6) Memb
erikan bantuan tubuh erikan bantuan
sesuai tingkat sesuai tingkat
kemandirian kemandirian
7) Memo 7) Memo
nitor nitor
kebersihan kebersihan
tubuh tubuh

Perbedaan data :

Dari data diatas klien I dan klien II sama-sama mendapatkan Intervensi

yang sama.

Tabel 3.9 Catatan Perkembangan

No Jam 07 Mei 2019 08 Mei 2019 09 Mei 2019


1. Kasus 1 S: S: S:
Klien menjawab “iya” Klien menjawab “iya” Klien menjawab “iya”
saat ditanya “apakah saat ditanya “apakah saat ditanya “apakah
mbah merasa lebih mbah merasa lebih mbah merasa lebih
nyaman setelah nyaman setelah nyaman setelah
mandi ?” mandi ?” mandi ?”
O: O: O:
Mandi Mandi Mandi
a) Bada a) Bada a) Badan
n bersih dan n bersih dan bersih dan
harum harum harum
b) Kuku b) Gigi b) Gigi
klien bersih dan mulut dan mulut
c) Gigi bersih bersih
dan mulut c) Kuku c) Ramb
bersih klien bersih ut bersih dan
d) Ramb d) Ramb harum
ut bersih dan ut bersih dan d) Kuku
harum harum klien bersih
A: A: A:
Masal Masal Masal
ah ah ah
teratas teratas teratas
i i i
P: P: P:
Interv Interv Interv
ensi ensi ensi
di di di
pertah pertah pertah
44

ankan ankan ankan


. dan dan
menje menje
laskan laskan
pentin pentin
gnya gnya
menja menja
ga ga
kebers kebers
ihan ihan.
2. Kasus 2 S: S: S:
Klien menjawab “iya” Klien menjawab “iya” Klien menjawab “iya”
saat ditanya “apakah saat ditanya “apakah saat ditanya “apakah
mbah merasa lebih mbah merasa lebih mbah merasa lebih
nyaman setelah nyaman setelah nyaman setelah
mandi ?” mandi ?” mandi ?”
O: O: O:
Mandi Mandi Mandi
a) Bada a) a) Badan
n bersih dan Badan bersih bersih dan
harum dan harum harum
b) Kuku b) Gigi b) Gigi
klien bersih dan mulut dan mulut
c) Gigi bersih bersih
dan mulut c) Kuku c) Ramb
bersih klien bersih ut bersih dan
d) Ramb d) Ramb harum
ut bersih dan ut bersih dan d) Kuku
harum harum klien bersih
A: A:
Masal Masal A:
ah ah Masal
teratas teratas ah
i i teratas
P: P: i
Interv Interv P:
ensi ensi Interv
di di ensi
pertah pertah di
ankan ankan pertah
dan ankan
menje dan
laskan menje
pentin laskan
gnya pentin
menja gnya
ga menja
kebers ga
45

ihan. kebers
ihan.
Perbedaan data :

Pada klien I dan klien II selama 3 hari mengalami perkembangan yang

baik. Klien menerima bantuan dari pemberi asuhan, tindakan yang dilakukan

diikuti klie dengan baik, klien mengikuti instruksi yang dianjurkan oleh

petugas/perawat.
BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

A. Pembahasan

Bab ini akan membahas mengenai kesenjangan-kesenjangan antara

tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus serta opini penulis terhadap kasus

asuhan keperawatan lansia dengan gangguan kognitif dengan masalah

keperawatan defisit perawatan diri di UPT PSTW Jombang. Pada

prinsipnya literatur merupakan pengalaman dari satu pengalaman yang

nyata dan telah dilakukan penelitian serta diuji kebenarannya. Namun

demikian tidak menutup kemungkinan masih ditemukan perbedaan antara

teori dengan kenyataan yang ada dalam asuhan keperawatan gerontik

tersebut. Hal ini disebabkan karena setiap individu memiliki keunikan dan

respon yang berbeda terhadap masalah yang dihadapi. Karena itulah,

penulis perlu membahas kesenjangan maupun kesesuaian antara tinjauan

kasus dengan karya tulis ini. Untuk lebih jelasnya akan membahas masalah

ini yang akan disesuaikan dengan langkah-langkah dalam profesi

keperawatan.

1. Pengkajian

Pada tinjauan kasus 1 dan kasus II, kedua klien mengalami

masalah Defisit Perawatan Diri, kasus 1 skala tingkat kemandirian dalam

kehidupan sehari-hari (Indeks KATZ): dengan skor C yaitu kemandirian

dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi tambahan. Sedangkan

pada klien kasus II skala tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari

43
44

(Indeks KATZ): dengan skor C yaitu kemandirian dalam semua hal,

kecuali mandi dan satu fungsi tambahan.

Anamnesis adalah cara pemeriksaan yang dilakukan dengan

wawancara, baik langsung kepada klien maupun teman sekamar klien di

panti. Dilkukan juga pengamatan dengan melihat langsung keadaan

umum klien saat pengkajian serta dan melalui pengamatan observasi,

peeriksaan fisik kepada klien dan pengambilan data sekunder meliputi

dokumen dan wawancara petugas panti.

Jadi dari pengkajian pada klien I dan klien II didapatkan bahwa

tinjauan kasus dan tinjauan pustaka memiliki kesenjangan yaitu kedua

klien sebenarnya mampu untuk melakukan mandi namun kedua klien

tidak mau melakukan jika tidak ada yang membantunya. Hal tersebut

karena kedua klien ini mengalami gangguan kognitif yang menyebabkan

kedua klien ini mengalami demensia dan ketunadayaan untuk mengingat

suatu hal.

2. Diagnosa

Pada kasus I dan kasus II yang ditandai dengan pengkajian

didapatkan data klien I mengatakan klien tidak mau mandi. Sedangkan

kasus II mengatakan tidak mau mandi juga. Pada kasus Ny L dan Ny S

penulis mengambil masalah keperawatan Defisit Perawatan Diri. Dimana

didapatkan data yaitu badan bau pesing, baju kotor, rambut terlihat kumel

dan acak-acakan, kuku panjang dan kotor, mulut dan gigi bau .

Menurut Nanda, (2015-2017) batasan karakteristik dari Defisit

Perawatan Diri mandi yaitu, ketidakmampuan mengakses kamar mandi,


45

ketidakmampuan menjangkau sumber air, ketidakmampuan

mengeringkan tubuh, ketidakmampuan mengambil perlengkapan mandi,

ketidakmampuan membasuh tubuh

Jadi antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka pada dasarnya tidak

jauh berbeda, hal ini dapat dilihat dari keluhan yang diungkapkan klien

saat pengkajian tidak jauh berbeda dengan batasan karakteristik yang ada

pada tinjauan pustaka. Hal ini dapat dibuktikan saat pengkajian yaitu klien

tidak mau mandi dan saat ditanya klien menjawab sudah mandi walapun

sebenarnya klien belum mandi, karena klien 1 dan II memiliki masalah

pada kognitifnya.

3. Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan dapat diartikan sebagai suatu dokumen

tulisan tangan dalam menyelesaikan masalah, tujuan, dan intervensi

keperawatan yang meliputi pengembangan strategi desain untuk

mencegah, mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang telah

diidentifikasi pada diagnosis keperawatan dimana tahap ini dimulai

setelah menentukan diagnosis keperawatan dan menyimpulkan rencana

dokumentasi (Nursalam, 2008).

Setelah menentukan diagnose keperawatan selanjutnya penulis

menyusun perencanaan yang meliputi prioritas masalah, perumusan

tujuan, penentuan kriteria hasil, dan rencana tindakan dalam memberikan

tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah klien

berdasarkan tujuan teoritis yang sesuai dengan kondisi yang dialami

klien.
46

Rencana tindakan/intervensi keperawatan menurut tinjauan pustaka

meliputi :

Tujuan/kriteria Evaluasi : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24

jam diharapkan kebersihan diri terpenuhi dan klien merasa nyaman,

dengan kriteria hasil: kulit klien tidak kotor, tidak ada bau badan, kuku

klien tidak panjang dan kotor, rambut klien tampak bersih dan rapi.

Pada tinjauan kasus dilakukan intervensi yang sama karena antara kasus I

dan II mengalami masalah yang sama, semua perencanaan yang telah

disusun penulis bertujuan untuk membantu klien memenuhi serta disusun

oleh penulis bertujuan untuk memenuhi kebutuhan kebersihan diri klien

serta membuat klien merasa lebih nyaman.

4. Tindakan Keperawatan

Pada kasus I dan kasus II klien mendapatkan implementasi yang

sama selama 3 hari, untuk tindakan yang pertama yaitu mengkaji untuk

mengetahui Skoring gangguan kognitif yang kemudian mengidentifikasi

serta mengobservasi tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari

klien dengan menggunakan sebuah skala Indeks KATZ untuk mengetahui

tingkat kemandiriannya. Setelah melakukan pengkajian, penulis

melakukan implementasi selama tiga hari.

Tindakan pada hari pertama klien I dan klien II kurang mengerti

saat implementasi berlangsung namun klien merasa lebih nyaman dan

wajahnya lebih rileks setelah tindakan pada hari pertama selasai. Lalu

pada hari kedua klien mulai memahami dalam melakukan kebutuhan


47

ADL, tindakan keperawatan tetap dijalankan dan klien diberi penjelasan

mengenai kebersihannya.

Implementasi keperawatan merupakan pelaksanaan dari rencana

intervensi untuk mencapai tujuan yang spesifik dimulai setelah rencana

intervensi disusun dan ditujukan pada klien untuk membantu klien

mencapai tujuan yang diharapkan dimana tujuan implementasi adalah

klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup

peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan

memfasilitasi klien. Selama tahap implementasi, perawat terus

melakukan pengumpulan data dan memilih asuhan keperawatan yang

paling sesuai dengan kebutuhan klien (Nursalam, 2008).

Saat pemberian asuhan keperawatan penulis tidak mengalami

masalah, karena klien memahami dan mengerti saat dilakukan tindakan

oleh penulis.

5. Evaluasi

Perkembangan kondisi klien I pada hari pertama klien menerima

bantuan atau perawatan dari penulis dan pihak panti, klien merasakan

lebih nyaman dan rileks setelah implementasi dilakukan secara

keseluruhan. Pada hari kedua dan ketiga klien memahami dalam

melakukan implementasi yang di berikan penulis, klien merasa lebih

nyaman.

Perkembangan kondisi klien II pada hari pertama klien menerima

bantuan atau perawatan dari penulis dan pihak panti, klien merasakan

lebih nyaman dan rileks setelah dilakukan implementasi secara


48

keseluruhan. Pada hari kedua dan ketiga klien memahami dalam

melakukan implementasi yang di berikan penulis, klien merasa lebih

nyaman.

Evaluasi keperawatan merupakan tindakan intelektual untuk

melengkapi proses keperawatan yang menandakan keberhasilan dari

diagnosis keperawatan, rencana intervensi, dan implementasinya. Tahap

evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor “kealpaan” yang

terjadi selama tahap pengkajian, analisi, perencanaan, dan implementasi

intervensi (Nursalam, 2008).

Dengan keadaan tersebut untuk penanganan masalah Defisit

Perawatan Diri lebih lanjut kerjasama dengan pihak panti untuk tetap

menjaga kebutuhan Dasar Lansia (seperti contohnya mandi). Pada

evaluasi hari pertama sampai hari ke tiga masalah sudah teratasi dan klien

merasa nyaman setelah dilakukan tindakan keperawatan. Selain itu klien

diberikan juga penjelasan mengenai kebersihan dirinya guna untuk

menambah pengetahuan lansia maupun petugas panti.


BAB V

PENUTUP

Berdasarkan pada masalah dan tujuan yang telah dirumuskan maka penulis

dapat mengambil kesimpulan dan saran yang mungkin dapat digunakan

sebagai pertimbangan untuk memperbaiki mutu pelayanan keperawatan.

A. Kesimpulan

1. Pengkajian

Pada pengkajian didapatkan data-data teori dan kasus tidak jauh

berbeda dari batasan karakteristik Defisit Perawatan Diri: Mandi

Mengeringkan badan, Mengambil perlengkapan mandi, Membersihkan

tubuh.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada tinjauan teori dan

tinjauan kasus pada klien I dan klien II sama-sama memiliki diagnosa

yang sama yaitu Defisit Perawatan Diri.

3. Rencana Keperawatan

Rencana Keperawatan yang diberikan kepada klien I dan klien II

sama yaitu untuk memenuhi kebutuhan kebersihan diri dan membuat

klien merasa nyaman.

49
50

4. Tindakan Keperawatan

Tindakan Keperawatan pada kedua kasus mengacu pada rencana

tindakan yang telah disusun. Ke ikut sertaan klien dalam memberikan

asuhan keperawatan kepada klien sangat berpengaruh dalam

tercapainya tujuan.

5. Evaluasi

Untuk Catatan Perkembangan klien I dan II pada hari ketiga

didapatkan bahwa semua tujuan telah tercapai sesuai dengan

Tujuan/Kriteria Hasil.

B. Saran

1. Bagi Responden

Hendaknya supaya menjaga kebersihan dirinya dengan cara

meningkatkan kebersihan dirinya terutama untuk mandi, supaya klien

tetap sehat dan terhindar dari berbagai macam penyakit.

2. Bagi Lahan Penelitian

Hendaknya bagi lahan diharapkan untuk menambah tenaga

kesehatan khususnya perawat yang salah satu tugas pokok fungsinya

adalah untuk memberikan asuhan keperawatan pada lansia.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hendaknya institusi pendidikan menyediakan buku-buku referensi

dan literatur khususnya untuk Keperawatan Gerontik yang terakreditasi.


52

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia Edisi 1. Yogyakarta :

Graha Ilmu

Judith M. Wilkinson, Nancy R. Ahern. (2011). Buku saku diagnose keperawatan :

diagnose NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC. Edisi 9. Jakarta:

EGC

Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal) Volume 5 Nomor 2, April 2017

Maryam, S. 2010. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba

Medika

Notoatmojo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka

Cipta

Nugroho. 2008. Hubungan Dukungan Sosial dengan Tingkat Sosial pada Lansia.

Fakultas Ilmu Kesehatan Muhamadiyah Surakarta, Indonesia

Nugroho, Wahjudi.1999. Keperawatan Gerontik. Edisi2. Buku Kedokteran.

Jakarta: EGC

Potter & Perry, A. G. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses

dan Praktik Edisi 4 Volume 2 Jakarta : EGC

Setia Budhi. 2002. Pengantar Perilaku Manusia untuk Keperawatan. Jakarta :

EGC

Stanley,Mickey.2006.Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi2. Jakarta:EGC

Tarwoto & Wartonah. 2004. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan

Edisi 4. Jakarta : EGC


Lampiran 1

JADWAL KEGIATAN PENYUSUNAN

PROPOSAL

TANGGAL KETERANGA

N
16 November 2018 Sosialisasi
19 November 2018 Bimbingan

S/D 23 November Penyusunan

2018 Proposal Oleh

Pembimbing 1
26-30 November Verifikasi

2018 proposal
3-7 Desember 2019 Etik
13-24 Mei 2019 Pengambilan

Kasus
27-31 Mei 2019 Proses

Bimbingan

Penyusunan

Laporan
11-18 Juni 2019 Uji Sidang KTI
19 Juni 2019 Revisi Hasil Uji

Sidang
20 Juni 2019 Pengumpulan

KTI Siap Jilid


Lampiran 2

SOP Defisit Perawatan Diri

Mandi

A. Persiapan Alat

1. Pakaian bersih 1 stel

2. Baskom mandi 2 buah

3. Air panas dan dingin

4. Waslap 2 buah

5. Perlak dan handuk kecil 1 buah

6. Handuk besar 2 buah

7. Selimut mandi/kain penutup

8. Celemek plastik

9. Tempat tertutup untuk pakaian kotor

10. Sabun mandi

11. Sarung tangan bersih

12. Botol cebok

B. Tahap Pra Interaksi

1. Melakukan verifikasi progam pengobatan klien.


2. Mencuci tangan.

3. Menempatkan alat didekat pasien dengan benar.

C. Tahap Orientasi

1. Memberikan salam sebagai pendekatan teraupeutik

2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien/keluarga

3. Menanyakan kesiapan klien sebelum tindakan dilakukan

D. Tahap Kerja

1. Menjaga privacy

2. Mencuci tangan

3. Mengganti slimut klien dengan selimt mandi

4. Melepas pakaian atas klien

Membasuh Muka

5. Membentangkan perlak kecil dan handuk kecil di bawah kepala

6. Menawarkan pasien menggunakan sabun atau tidak

7. Membersihkan muka, telinga dengan waslap lembab lalu di keringkan

8. Menggulung perlak dan handuk

Membasuh Lengan

9. Menurunkan selimut mandi kebagian perut klien

10. Memasang handuk besar diatas dada klien secara melintang dan kedua

tangan klien diletakkan diatas handuk

11. Membasahi tangan klien dengan waslap air bersih, disabun, kemudian

dibilas dengan air hangat (lakukan mulai dari ekstremitas terjauh klien)

Membasuh dada dan perut


12. Melepaskan pakaian bawah klien dan menurunkan selimut hingga

perut bagian bawah, kedua tangan diletakkan diatas bagian kepala,

membentangkan handuk pada sisi klien

13. Membasuh ketiak dan dada serta perut dengan waslap basah, disabun,

kemudian dibilas dengan air hangat dan dikeringkan, kemudian

menutup dengan handuk

Membasuh Punggung

14. Memiringkan pasien kearah perawat

15. Membentangkan handuk di belakang punggung hingga bokong

16. Membasahi punggung hingga bokong dengan waslap, disabun,

kemudian dibilas dengan air hangat dan dikeringkan

17. Memberi bedak pada punggung

18. Mengembalikan ke posisi terlentang, kemudian membantu pasien

mengenakan pakaian

Membasuh kaki

19. Mengeluarkan kaki pasien dari selimut mandi dengan benar

20. Membentangkan handuk dibawah kaki tersebut, menekuk lutut

21. Membasahi kaki mulai dari pergelangan sampai pangkal paha,

disabun, dibilas dengan air bersih, kemudian dikeringkan.

22. Melakukan tindakan yang sama untuk kaki yang lain

Membasuh daerah lipat paha dengan genital

23. Membentangkan handuk dibawah bokong, kemudian selimut mandi

bagian bawah dibuka


24. Membasahi daerah lipat paha dan genital dengan air, disabun,dibilas,

kemudian dikeringkan

25. Mengangkat handuk, membantu mengenakan pakaian bawah klien

26. Merapikan klien ganti selimut mandi dengan selimut tidur

E. Tahap terminasi

1. Mengevaluasi hasil tindakan

2. Berpamitan dengan pasien

3. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula

4. Mencuci tangan

5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai