Anda di halaman 1dari 27

TUGAS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KASUS ABORTUS

OLEH KELOMPOK 3:
1. DUWI ELLANURAINI (201749014)
2. EKA PUTRI APRILIA (201749016)
3. ERLIKA NOVI ARDIANTI (201749018)

AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA KEDIRI


TAHUN AKADEMIK 2019/2020
Jl. Penanggungan No. 41 A
Telp/fax. (0354) 772628
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis telah dapat menyelesaikan makalah ini dalam rangka
melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat.
Pada makalah ini penulis akan membahas mengenai ‘’Konsep Asuhan
Keperawatan Pada Kasus Abortus’’ yang penulis susun dari berbagai sumber dan
penulis rangkum dalam makalah ini.
Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu baik berupa ide-ide maupun yang terlibat langsung dalam pembuatan
makalah ini. Penulis juga berharap agar makalah ini bisa bermanfaat bagi semua
untuk dijadikan penunjang dalam mata keperawatan Anak.
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, apabila ada kesalahan atau
kekurangan penulis mohon maaf. Kritik dan saran masih sangat terbuka supaya
makalah ini dapat diperbaiki dan menjadi lebih baik lagi untuk berikutnya.
Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih

Kediri, 24 maret 2019

Penyusun kelompok 3

ii
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C Tujuan ..................................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 2
A. Definisi .................................................................................................................... 2
B. Epidemologi ............................................................................................................ 2
C. Klasifikasi ................................................................................................................. 3
D. Etiologi .................................................................................................................... 8
E. Patofisiologi .......................................................................................................... 11
F. Pemeriksaan ginekologi : ...................................................................................... 11
G. Komplikasi ............................................................................................................ 12
H. Pemeriksaan penunjang......................................................................................... 12
I. Penatalaksanaan Abortus ..................................................................................... 12
BAB III KONSEP ASUAHAN KEPERAWATAN ......................................................... 14
A. Pengkajian ............................................................................................................. 14
B. Analisa Data .......................................................................................................... 16
C. Diagnosa Keperawatan ......................................................................................... 17
BAB IV PENUTUP ...................................................................................................... 23
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 23
B. Saran ..................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dewasa ini, terdapat beberapa macam kelainan dalam kehamilan, dan yang
paling sering terjadi adalah abortus. Abortus adalah keluarnya janin sebelum
mencapai viabilitas, dimana masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan
beratnya kurang dari 500gr (liewollyn, 2002). Terdapat beberapa macam abortus,
yaitu abortus spontan, abortus buatan, dan abortus terapeutik. Abortus spontan
terjadi karena kualitas sel telur dan sel sperma yang kurang baik untuk
berkembang menjadi sebuah janin. Abortus buatan merupakan pengakhiran
kehamilan dengan disengaja sebelum usia kandungan 28 minggu. Pengguguran
kandungan buatan karena indikasi medik disebut abortus terapeutik
(Prawirohardjo, 2002).
Abortus terjadi pada usia kehamilan kurang dari 8 minggu, janin
dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara
mendalam. Pada kehamilan 8–14 minggu villi koriales menembus desidua secara
mendalam, plasenta tidak dilepaskan sempurna sehingga banyak perdarahan.
(Prawirohardjo, 2002).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana definisi abortus?
2. Bagaimana Epidemiologi Dari Abortus?
3. Apa saja Klasifikasi Abortus?
4. Apa saja Etiologi abortus?
5. Bagaimana konsep asuhan keperawatan kegawadaruratan pada abortus?
C. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat menjelaskan definisi abortus
2. Mahasiswa dapat menjelaskan Epidemiologi Dari Abortus
3. Mahasiswa dapat menjelaskan Klasifikasi Abortus
4. Mahasiswa dapat menjelaskan Etiologi abortus
5. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep asuhan keperawatan
kegawadaruratan pada abortus

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Abortus adalah pengeluaran atau ekstraksi janin atau embrio yang
berbobot 500 gram atau kurang, dari ibunya yang kira – kira berumur 20 sampai
22 minggu kehamilan (Moore, 2001).
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana
masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr
(Liewollyn, 2002).
B. Epidemiologi
Frekuensi Abortus sukar ditentukan karena Abortus buatan banyak tidak
dilaporkan, kecuali apabila terjadi komplikasi. Abortus spontan kadang-kadang
hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga pertolongan medik tidak
diperlukan dan kejadian ini dianggap sebagai terlambat haid. Diperkirakan
frekuensi Abortus spontan berkisar 10-15%. Frekuensi ini dapat mencapai angka
50% bila diperhitungkan wanita yang hamil sangat dini, terlambat haid beberapa
hari, sehingga seorang wanita tidak mengetahui kehamilannya. Di Indonesia,
diperkirakan ada 5 juta kehamilan per-tahun, dengan demikian setiap tahun
500.000-750.000 abortus spontan.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) diperkirakan 4,2 juta Abortus
dilakukan setiap tahun di Asia Tenggara, dengan perincian :
1. 1,3 juta dilakukan di Vietnam dan Singapura
2. antara 750.000 sampai 1,5 juta di Indonesia
3. antara 155.000 sampai 750.000 di Filipina
4. antara 300.000 sampai 900.000 di Thailand
Di perkotaan Abortus dilakukan 24-57% oleh dokter,16-28% oleh bidan/
perawat, 19-25% oleh dukun dan 18-24% dilakukan sendiri. Sedangkan di
pedesaan Abortus dilakukan 13-26% oleh dokter, 18-26% oleh bidan/perawat, 31-
47% oleh dukun dan 17-22% dilakukan sendiri.
Cara Abortus yang dilakukan oleh dokter dan bidan/perawat adalah
berturut-turut: kuret isap (91%), dilatasi dan kuretase (30%) sertas prostaglandin /

2
suntikan (4%). Abortus yang dilakukan sendiri atau dukun memakai obat/hormon
(8%), jamu/obat tradisional (33%), alat lain (17%) dan pemijatan (79%).
Data dan lapangan menunjukkan bahwa ternyata sekitar 70-80% wanita
yang meminta tindakan aborsi legal ternyata dalam status menikah, karena tidak
menginginkan kehamilannya. Sisanya antara lain dan kalangan remaja puteri,
yang walaupun lebih sedikit namun menunjukkan kecenderungan meningkat,
terutama di kota besar atau di daerah tertentu seperti di Sulawesi Utara dan Bali.
Bila ditinjaulebih lanjut, penyebab kehamilan yang tidak diinginkan antara lain
meliputi kegagalan KB, alasan ekonomi, kehamilan di luar nikah atau kehamilan
akibat perkosaan dan insest.
Abortus terkomplikasi berkontribusi terhadap kematian ibu sekitar 15%.
Data tersebut seringkali tersembunyi di balik data kematian ibu akibat perdarahan
atau sepsis. Data lapangan menunjukkan bahwa sekitar 60-70% kematian ibu
disebabkan oleh perdarahan, dan sekitar 60% kematian akibat perdarahan tersebut,
atau sekitar 35-40% dan seluruh kematian ibu, disebabkan oleh perdarahan
postpartum. Sekitar15-20% kematian ibu disebabkan oleh sepsis. Manajemen
aktif kala III dalam persalinan normal dikatakan dapat mencegah sekitar 50%
perdarahan postpartum,atau sekitar 17-20% kematian ibu. Dengan demikian,
paket intervensi berupa pelayanan paska keguguran dan pertolongan persalinan
yang bersih dengan manajemen aktif kala III dapat berkontribusi dalam mencegah
kematian ibu sampai sekitar 50%.
C. Klasifikasi Abortus :
1. Abortus spontanea
Abortus spontanea adalah abortus yang terjadi tanpa tindakan atau terjadi
dengan sendirinya. Aborsi ini sebagian besar terjadi pada gestasi bulan kedua dan
ketiga. Abortus spontan terdiri dari beberapa jenis yaitu:
a. Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus,
dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Gejala-gejala abortus imminens antara lalin :

3
1) perdarahan pervagina pada paruh pertama kehamilan. Perdarahan biasanya
terjadi beberapa jam sampai beberapa hari. Kadang-kadang terjadi
perdarahan ringan selama beberapa minggu.
2) nyeri kram perut. Nyeri di anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri dapat
berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di
panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah
suprapubis.
Untuk pemeriksaan penunjang abortus imminen digunakan
Sonografi vagina, pemeriksaan kuantitatif serial kadar gonadotropin
korionik (HCG) serum, dan kadar progesteron serum, yang diperiksa
tersendiri atau dalam berbagai kombinasi, untuk memastikan apakah
terdapat janin hidup intrauterus. Selain itu, juga digunakan tekhnik
pencitraan colour and pulsed Doppler flow per vaginam dalam
mengidentifikasi gestasi intrauterus hidup.
Jika konseptus meninggal, uterus harus dikosongkan. Semua
jaringan yang keluar harus diperiksa untuk menentukan apakah abortusnya
telah lengkap. Kecuali apabila janin dan plasenta dapat didentifikasi secara
pasti, mungkin diperlukan kuretase. Ultrasonografi abdomen atau probe
vagina dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan ini. Apabila
di dalam rongga uterus terdapat jaringan dalam jumlah signifikan, maka
dianjurkan dilakukan kuretase. Penanganan abortus imminens meliputi :
1) Istirahat baring.
Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena
cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan
berkurangnya rangsang mekanik.
2) Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai zat
progestasional sintetik peroral atau secara intramuskular. Walaupun
bukti efektivitasnya tidak diketahui secara pasti.
3) Pemeriksaan ultrasonografi

b. Abortus Insipiens

4
Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri
yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
Gejala-gejala abortus insipiens adalah:
1) rasa mules lebih sering dan kuat
2) perdarahan lebih banyak dari abortus imminens.
3) Nyeri karena kontraksi rahim kuat yang dapat menyebabkan
pembukaan.
Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau
dengan cunam ovum, disusul dengan kerokan. Penanganan Abortus
Insipiens meliputi :
1. Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus
dengan aspirasi vakum manual.
Jika evaluasi tidak dapat dilakukan, maka segera lakukan :
a) Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah
15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat
diulang sesudah 4 jam bila perlu).
b) Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari
uterus.
2. Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
a) Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa
hasil konsepsi.
b) Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan
intravena (garam fisiologik atau larutan ringer laktat dengan
kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu ekspulsi hasil
konsepsi.
c) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
c. Abortus Inkompletus
Abortus Inkompletus merupakan pengeluaran sebagian hasil
konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa
tertinggal dalam uterus. Apabila plasenta (seluruhnya atau sebagian)
tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang

5
merupakan tanda utama abortus inkompletus. Pada abortus yang lebih
lanjut, perdarahan kadang-kadang sedemikian masif sehingga
menyebabkan hipovolemia berat. Gejala-gejala yang terpenting adalah:
1) Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan, perdarahan
berlangsung terus.
2) Servux sering tetap terbuka karena masih ada benda di dalam
rahim yang dianggap corpus allienum, maka uterus akan berusaha
mengeluarkannya dengan kontraksi. Tetapi setelah dibiarkan
lama, cervix akan menutup.
Penanganan abortus inkomplit :
1) Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang 16
minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan
cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar
melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg
intramuskuler atau misoprostol 400 mcg per oral.
2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia
kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan :
a. Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang
terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya
dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
b. Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin
0,2 mg intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau
misoprostol 400 mcg peroral (dapat diulang setelah 4 jam bila
perlu).
3) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
a. Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena
(garam fisiologik atau ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes
permenit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
b. Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4
jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)
c. Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.

6
d. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah
penanganan.
e. Abortus kompletus
Pada jenis abortus ini, semua hasil konsepsi sudah
dikeluarkan. Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit,
ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil.
Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat
diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar
dengan lengkap.
Klien dengan abortus kompletus tidak memerlukan
pengobatan khusus, hanya apabila penderita anemia perlu
diberikan tablet sulfas ferrosus 600 mg perhari atau jika
anemia berat maka perlu diberikan transfusi darah.
2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)
Abortus provokatus adalah peristiwa menghentikan kehamilan sebelum
janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum dapat
hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28 minggu, atau
berat badan bayi belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah
1000 gram dapat terus hidup.
a. Missed abortion
Kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang telah mati
itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed abortion
tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone progesterone. Pemakaian
Hormone progesterone pada abortus imminens mungkin juga dapat
menyebabkan missed abortion.
Gejala missed abortion adalah :
1) Tanda-tanda abortus imminens yang kemudian menghilang secara
spontan atau setelah pengobatan.
2) Gejala subyektif kehamilan menghilang,
3) Mamma agak mengendor lagi,
4) Uterus tidak membesar lagi malah mengecil,
5) Tes kehamilan menjadi negatif

7
6) Gejala-gejala lain yang penting tidak ada, hanya amenorhoe berlangsung
terus.
Dengan ultrasonografi dapat ditentukan segera apakah janin sudah mati dan
besamya sesuai dengan usia kehamilan. Perlu diketahui pula bahwa missed
abortion kadang-kadang disertai oleh gangguan pembekuan darah karena
hipofibrinogenemia, sehingga pemeriksaan ke arah ini perlu dilakukan. Tindakan
pengeluaran janin, tergantung dari berbagai faktor, seperti apakah kadar
fibrinogen dalam darah sudah mulai turun. Hipofibrinogenemia dapat terjadi
apabila janin yang mati lebih dari 1 bulan tidak dikeluarkan. Selain itu faktor
mental penderita perlu diperhatikan karena tidak jarang wanita yang bersangkutan
merasa gelisah, mengetahui ia mengandung janin yang telah mati, dan ingin
supaya janin secepatnya dikeluarkan.
Sekarang kecenderungan untuk menyelesaikan missed abortus dengan
oxitocin dan antibiotic. Setelah kematian janin dapat dipastikan

b. Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih
berturut turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi
kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu.

D. Etiologi
Sebab-sebab abortus tersebut antara lain:
1. Etiologi dari keadaan patologis
Abortus spontan terjadi dengan sendiri atau yang disebut dengan
keguguran.Prosentase abortus ini 20% dari semuajenis abortus. Sebab-
sebab abortus spontan yaitu :
a. Faktor Janin
Perkembangan zigot abnormal. Kondisi ini menyebabkan kelainan
pertumbuhan yang sedemikian rupa sehingga janin tidak mungkin hidup
terus. Abortus spontan yang disebabkan oleh karena kelainan dari ovum
berkurang kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari satu bulan,
artinya makin muda kehamilan saat terjadinya abortus makin besar

8
kemungkinan disebabkan oleh kelainan ovum. Beberapa sebab abortus
adalah :
1) Kelainan kromosom
Pada umumnya kelainan kromosom yang terbanyak mempengaruhi
terjadinya aborsi adalah Trisomi dan Monosomi X. Trisomi autosom
terjadi pada abortus trisemester pertama yang disebabkan oleh
nondisjuntion atau inversi kromosom. Sedangkan pada monosomi X (45,
X) merupakan kelainan kromosom tersering dan memungkinkan lahirnya
bayi perempuan hidup (sindrom Turner).
2) Mutasi atau faktor poligenik
Dari kelainan janin ini dapat dibedakan dua jenis aborsi, yaitu
aborsi aneuploid dan aborsi euploid. Aborsi aneuploid terjadi karena
adanya kelainan kromosom baik kelainan struktural kromosom atau pun
komposisi kromosom. Sedangkan pada abortus euploid, pada
umumnyanya tidak diketahuai penyebabnya. Namun faktor pendukung
aborsi mungkin disebabkan oleh : kelainan genetik, faktor ibu, dan
beberapa faktor ayah serta kondisi lingkungan. (Williams,2006)
b. Faktort ibu
Berbagai penyakit ibu dapat menimbulkan abortus misalnya :
1) Infeksi yang terdiri dari :
a) Infeksi akut
 Virus, misalnya cacar, rubella, dan hepatitis.
 Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
 Parasit, misalnya malaria.
b) 2 Infeksi kronis
 Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
 Tuberkulosis paru aktif.
2) Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
3) Penyakit kronis, misalnya :
a) hipertensi  jarang menyebabkan abortus di bawah 80 minggu,
b) nephritis

9
c) diabetes  angka abortus dan malformasi congenital meningkat pada
wanita dengan diabetes. Resiko ini berkaitan dengan derajat control
metabolic pada trisemester pertama.
d) anemia berat
e) penyakit jantung
f) toxemia gravidarum yang berat dapat menyebabkan gangguan sirkulasi
pada plasenta
4) Trauma, misalnya laparatomi atau kecelakaan dapat menimbulkan abortus
5) Kelainan alat kandungan hipolansia, tumor uterus, serviks yang pendek,
retro flexio utero incarcereta, kelainan endometriala, selama ini dapat
menimbulkan abortus.
6) Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga
menyebabkan hiperemia dan abortus
7) Uterus terlalu cepat meregang (kehamilan ganda,mola)
c. Pemakainan obat dan faktor lingkungan
1) Tembakau
merokok dapat meningkatkan resiko abortus euploid. Wanita yang
merokok lebih dari 14 batang per hari memiliki resiko 2 kali lipat
dobandingkan wanita yang tidak merokok.
2) Alkohol
abortus spontan dapat terjadi akibat sering mengkonsumsi alkohol
selama 8 minggu pertama kehamilan.
3) Kafein
konsumsi kopi dalam jumlah lebih daari empat cangkir per hari
tampak sedikit meningkatkan abortus spontan
4) Radiasi
5) Kontrasepsi
alat kontrasepsi dalam rahim berkaitan dengan peningkatan insiden
abortus septik setelah kegagalan kontasepsi.
6) Toxin lingkungan
pada sebagian besar kasus, tidak banyak informasi yang
menunjukkan bahan tertentu di lingkungan sebagai penyebab. Namun

10
terdapat buktibahwa arsen, timbal, formaldehida, benzena dan etilen
oksida dapat menyebabkan abortus (barlow, 1982)
d. Faktor Imunologis
1) Autoimun
2) Alloimun
e. Faktor ayah
Translokasi kromosom pada sperma dapat mnyebabkan
abortus.(william,2006)
2. Etiologi non-patologis misalnya : aborsi karena permintaan wanita yang
bersangkutan

E. Patofisiologi
Patofisiologi abortus dimulai dari perdarahan pada desidua yang
menyebabkan necrose dari jaringan sekitarnya. Selanjutnya sebagian / seluruh
janin akan terlepas dari dinding rahim. Keadaan ini merupakan benda asing bagi
rahim, sehingga merangsang kontraksi rahim untuk terjadi eksplusi seringkali
fatus tak tampak dan ini disebut “Bligrted Ovum”.
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan
nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap
benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan
benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus
desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada
kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta
tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan
lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil
konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil
yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup,
mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.

F. Pemeriksaan ginekologi :
1. Inspeksi Vulva

11
Perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau
busuk dari vulva.
2. Inspekulo
Perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada
atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau
busuk dari ostium.
3. Colok vagina
Porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam
cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri
saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak
menonjol dan tidak nyeri.

G. Komplikasi
1. Perdarahan (haemorrogrie)
2. Perforasi
3. Infeksi dan tetanus
4. Payah ginjal akut
5. Syok, yang disebabkan oleh syok hemoreagrie (perdarahan yang banyak) dan
syok septik atau endoseptik (infeksi berat atau septis)
6. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan
pembekuan darah

H. Pemeriksaan penunjang
1. Tes Kehamilan
Positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus
2. Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion

I. Penatalaksanaan Abortus
Teknik aborsi dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
1. Teknik bedah
a. Kuretose / dilatasi
Kurotase ( kerokan ) adalah cara menimbulkan hasil konsepsi memakai
alat kuretase (sendok kerokan) sebelum melakukan kuratase, penolong harus
melakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus, keadaan serviks.

12
Mengan isi uterus dengan mengerok isinya disebut kuretase tajam sedangang
mengosongkan uterus dengan vakum disebut kuretase isap .
b. Aspirasi haid
Aspirasi rongga endometrium menggunakan sebuah kanula karman 5 atau
6 mm fleksibel dan tabung suntik, dalam 1 sampai 3 minggu setelah keterlambatan
haid disebut juga induksi haid, haid instan dan mini abortus.
c. Laporotomi
Pada beberapa kasus, histerotomi atau histerektomi abdomen untuk
abortus lebih disukai daripada kuretase atau induksi medis. Apabila ada penyakit
yang cukup significanpada uterus, histerektomi mungkin merupakan terpa ideal.
2. Teknik medis
a. Oksitosin
b. Prostaglandin
c. Urea hiperosomik
d. Larutan hiperostomik intraamnion.

13
BAB III
KONSEP ASUAHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, usia, alamat, agama ,bahasa, status perkawinan, pendidikan,
pekerjaan, golongan darah, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosa medis. Ibu
hamil pada usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun rentang terjadi
aborsi pada kandungannya. Pendidikan dan pekerjaan yang semakin berat akan
meningkatkan resiko aborsi.
2. Keluhan utama
Dalam kasus abortus masalah yang banyak dikeluhkan pasien pada umumnya
adalah rasa nyeri pada bagian abdomen. Tingkat nyeri yang dirasakan dapat
menunjukkan jenis aborsi yang terjadi.
3. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan yang dimonitor adalah riwayat kesehatan sekarang, riwayat
kesehatan dahulu(faktor pendukung terjadinya aborsi misalnya mioma uteri) dan
keluarga(faktor genetik), riwayat pembedahan ( seksio sesaria atau tidak), riwayat
penyakit yang pernah dialami(misal : hipertensi, DM, typhoid, dll), riwayat
kesehatan reproduksi, riwayat seksual, riwayat pemakaian obat(misalnya : obat
jantung), pola aktivitas sehari – hari.
4. Pemeriksaan fisik
a. B1 (Breath)
 RR= 18 x/menit
 Tidak ada suara nafas tambahan
 Tidak menggunakan alat bantu pernafasan
b. B2 (Blood)
 Tekanan darah : 60/40 mmHg
 Nadi : 50x/menit
 Suhu : 39o C
 Hb : 5 gr/Dl
 Leukosit : 15.000
 Akral dingin
 CRT > 2 detik

14
c. B3 (Brain)
 Stupor, tidak mengalami gangguan tidur
d. B4 (Bladder) : -
e. B5 (Bowel)
 Nyeri di daerah perut
 Penurunan nafsu makan
 Frekuensi BAB 1 x/hari, berbau khas, konsistensi padat
f. B6 (Bone)
 Turgor kulit baik
 Pergerakan dalam batas normal
g. Psikologis
 Ansietas
h. Sosial
Hubungan dengan suami dan keluarga : baik

15
B. Analisis Data

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM

1 S :- Perdarahan Resiko syok


O: hemorrhagic
 Suhu pasien biasanya ≥ 39o,
hipovolemik
hb 5 gr/dl
 Pasien biasanya
mengeluarkan banyak darah syok

 Biasanya darah yang keluar +


1 liter

2 S: Gangguan aktivitas
Perdarahan
 Biasanya pasien merasa lemas
O:
 Biasanya nadi lemah (50 Anemia

x/menit) dan pasien terlihat


pucat
Kelemahan

Gangguan aktivitas

3 S: Gangguan rasa
Keguguran janin
 Biasanya pasien mengeluh nyaman : nyeri
nyeri di perut dan pasien
merintih kesakitan Rangsangan pada uterus
O:
P = Aborsi Prostaglandin
Q = Severe pain
R = Abdomen
Dilatasi serviks
S = (skala ± 8)

16
T = Current

Nyeri

4 S:- Resiko Tinggi infeksi


Keguguran janin
O:
 Leukosit klien biasanya
15.000, Lepasnya buah kehamilan
 Suhu 39oC dari implantasinya

Terputusnya pembuluh
darah ibu

Perdarahan

Resiko terjadi infeksi

5 S: Cemas
Keguguran janin
 px biasanya mengatakan
ketakutan tidak bisa memberi
keturunan Terganggunya psikologis
O: ibu
 px akan terlihat gelisah dan
akralnya dingin Kecemasan

C. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko syok hemorrhagic b.d perdarahan
2. Gangguan aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi
3. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d kerusakan jaringan intrauteri
4. Resiko tinggi infeksi b.d perdarahan, kondisi vulva lembab
5. Cemas b.d kurang pengetahuan

17
D. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
1 Resiko syok Tidak terjadi devisit Mandiri :
hemorrhagic b.d volume cairan,
1. Cek Airway, Breathing, and
1. Sebagai pertolongan pertama pada
Perdarahan seimbang antara Circulation keadaan syok
intake dan output
2. Penderita dibaringkan dalam posisi
2. Mencegah gangguan perfusi serebral dan
baik jumlah maupun trendelenburg, yaitu posisi telentang untuk auto transfusi
kualitas biasa dengan kaki sedikit tinggi 30
derajat
3. Monitor kondisi TTV tiap 2 jam 3. Pengeluaran cairan pervaginal sebagai
akibat abortus memiliki karekteristik
bervariasi
4. Monitor input dan output cairan 4. Jumlah cairan ditentukan dari jumlah
kebutuhan harian ditambah dengan
jumlah cairan yang hilang pervaginal
Kolaborasi :
1. Berikan sejumlah cairan pengganti
1. Tranfusi mungkin diperlukan pada
harian(NaCl 0.9%, RL, Dekstran), kondisi perdarahan massif
plasma dan transfusi darah

18
2. Evaluasi status hemodinamika
2. Penilaian dapat dilakukan secara harian
2. Setelah kebebasan jalan nafas melalui pemeriksaan fisik
terjamin untuk meningkatkan
3. Untuk mencegah atau menanggulangi
oksigenasi dapat diberi oksigen asidosis
100% kira- kira 5 liter pm melalui
jalan nafas dan bila perlu penderita
diberi cairan bikarbonat natricus
2 Gangguan Aktivitas b.d Klien dapat Mandiri :
kelemahan, penurunan melakukan aktivitas
1. pantau tingkat kemampuan klien
1. Mungkin klien tidak mengalami
sirkulasi tanpa adanya untuk beraktivitas perubahan berarti, tetapi perdarahan
komplikasi masif perlu diwaspadai untuk menccegah
kondisi klien lebih buruk.
2. Aktivitas merangsang peningkatan
2. Monitor pengaruh aktivitas terhadap vaskularisasi dan pulsasi organ
kondisi uterus/kandungan reproduksi
3. Bantu klien untuk memenuhi
3. Mengistiratkan klilen secara optimal
kebutuhan aktivitas sehari-hari
4. Bantu klien untuk melakukan
4. Mengoptimalkan kondisi klien, pada
tindakan sesuai dengan kemampuan / abortus imminens, istirahat mutlak sangat
kondisi klien diperlukan
5. Evaluasi perkembangan kemampuan
5. Menilai kondisi umum klien

19
klien melakukan aktivitas
3 Gangguan rasa nyaman Klien dapat Mandiri :
: Nyeri b.d Kerusakan beradaptasi dengan
1. Monitor kondisi nyeri yang dialami 1. Pengukuran nilai ambang nyeri dapat
jaringan intrauteri nyeri yang dialami klien dilakukan dengan skala maupun deskripsi

Edukasi: 2. Meningkatkan koping klien dalam


2. Terangkan nyeri yang diderita klien melakukan guidance mengatasi nyeri
dan penyebabnya

Kolaborasi : 3. Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat


3. Kolaborasi pemberian analgetika dilakukan dengan pemberian analgetika
oral maupun sistemik dalam spectrum
luas/spesifik
4 Resiko tinggi Infeksi Tidak terjadi infeksi Mandiri :
b.d perdarahan, kondisi selama perawatan
1. Monitor kondisi keluaran atau
1. Perubahan yang terjadi pada dishart
vulva lembab perdarahan dischart yang keluar; jumlah, warna, dimonitor setiap saat dischart keluar.
dan bau Adanya warna yang lebih gelap disertai
bau tidak enak mungkin merupakan tanda
infeksi
2. Inkubasi kuman pada area genital yang
2. Lakukan perawatan vulva relatif cepat dapat menyebabkan infeksi

20
1. Infeksi dapat timbul akibat kurangnya
Edukasi: kebersihan genital
1. Terangkan pada klien pentingnya
perawatan vulva selama masa
2. Berbagai manivestasi klinik dapat
perdarahan menjadi tanda nonspesifik infeksi;
2. Terangkan pada klien cara demam dan peningkatan rasa nyeri
mengidentifikasi tanda infeksi mungkin merupakan gejala infeksi
3. Pengertian pada keluarga sangat penting
artinya untuk kebaikan ibu; senggama
dalam kondisi perdarahan dapat
3. Anjurkan pada suami untuk tidak memperburuk kondisi system reproduksi
melakukan hubungan senggama ibu dan sekaligus meningkatkan resiko
selama masa perdarahan infeksi pada pasanganyang lebih luar

1. Berbagai kuman dapat teridentifikasi


melalui dischart

Kolaborasi:
1. Lakukan pemeriksaan biakan pada
dischart
5 Cemas b.d kurang Tidak terjadi Mandiri :
pengetahuan kecemasan, 1. Monitor tingkat pengetahuan/
1. Ketidaktahuan dapat menjadi dasar

21
pengetahuan klien persepsi klien dan keluarga terhadap peningkatan rasa cemas
dan keluarga penyakit.
terhadap penyakit
2. Monitor derajat kecemasan yang
2. Kecemasan yang tinggi dapat
meningkat dialami klien. menyebabkan penurunan penialaian
objektif klien tentang penyakit.
3. Kelibatan klien secara aktif dalam
3. Bantu klien mengidentifikasi tindakan keperawatan merupakan support
penyebab kecemasan yang mungkin berguna bagi klien dan
meningkatkan kesadaran diri klien.
4. Peningkatan nilai objektif terhadap
masalah berkontibusi menurunkan
4. Asistensi klien menentukan tujuan kecemasan.
perawatan bersama.
1. Konseling bagi klien sangat diperlukan
Edukasi : bagi klien untuk meningkatkan
1. Terangkan hal-hal seputar aborsi pengetahuan dan membangun support
yang perlu diketahui oleh klien dan system keluarga; untuk mengurangi
keluarga kecemasan klien dan keluarga

22
BAB IV

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Abortus adalah pengeluaran atau ekstraksi janin atau embrio yang
berbobot 500 gram atau kurang, dari ibunya yang kira – kira berumur 20
sampai 22 minggu kehamilan (Moore, 2001). Abortus adalah keluarnya
janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi belum mencapai
usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Liewollyn, 2002).
B. SARAN
Semoga makalah ini dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan
dan sasarannya. Untuk segala kekurangan dalam makalah ini maka kami
selalu membuka diri untuk menerima kritik dan saran semua pihak ini
demi perbaikan dan penyempurnaan dalam pembuatan makanan kami
kedepannya

23
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran.
Jakarta : EGC
Hamilton, C. M. 1995. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC: Jakarta.
Mansjoer, A. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius : Jakarta.
Marylin E. D. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3, Penerbit Buku Kedoketran. Jakarta
: EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. ILMU KEBIDANAN. Tridasa Printer : Jakarta
Smeltzer & Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed.8 Volume 2. Jakarta
; EGC.
Normahendi, W.A. 2007. Abortus. http://fkuii.org/tiki
download_wiki_attachment.php?attId=964&page=Wulan%20Asih%20Normahen
dri. 23 September 2009 pada pukul 14.27
-------.2009. Asuhan Keperawatan pada Pasien Abortus.
http://mediadankomputer.co.cc//?p=424 23 September 2009 pada pukul 14.30

24

Anda mungkin juga menyukai