Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN


DIABETES MELLITUS
DI RUANG CEMPAKA
RSUD Dr. H. SOEWONDO KENDAL

Dosen Pembimbing : Dafid Arifiyanto, M.Kep., Ns., Sp.Kep.MB

Disusun Oleh:

Nurul Febrian Bintari Putri


202102040032

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN
PEKALONGAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan kadar
gula darah melebihi kadar normal (hiperglikemia) (Hasdianah, 2018).
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit metabolik kronis yang ditandai
dengan peningkatan kadar glukosa darah (atau gula darah), yang dapat
menyebabkan kerusakan parah pada jantung, pembuluh darah, mata,
ginjal, dan saraf dengan seiring waktu (WHO, 2021). Diabetes mellitus
diklasifikasian menjadi 2 yaitu diabetes mellitus tipe 1 dan tipe 2.
Diabetes mellitus tipe 1 disebabkan karena rusaknya sel beta pancreas
sehingga pancreas tidak dapat memproduksi insulin (Novitasari, 2017).
Sedangkan diabetes mellitus tipe 2 adalah sekelompok penyakit
metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia akibat sekresi insulin
yang tidak normal, kerja insulin yang tidak normal, atau kombinasi
keduanya (PERKENI,2019).
Menurut kriteria konsensus Perkeni dan American Diabetes
Association (ADA) 2015, diabetes melitus ditegakkan bila kadar glukosa
darah puasa (GDP) ≥ 126 mg/dL, glukosa darah sewaktu (GDS) ≥ 200
mg/dL dengan gejala sering lapar, sering haus, sering buang air kecil dan
jumlah banyak, serta badan turun (Riskesdas, 2018). Prevalensi diabetes
mellitus di dunia menururt international Diabetes Federation tahun 2019
mencapai angka 463 juta dan akan meningkat 51% pada tahun 2030
hingga tahun 2045. Indonesia berada pada tingkat ke 7 dengan kejadian
kasus diabetes mellitus tertinggi dengan jumlah penderita sebesar (10,7
juta) setelah Cina (116,4 juta), India (77,0 juta), Amerika Serikat (31,0
juta), Pakistan (19,4 juta), Brazil (16,8 juta), Meksiko (12,8 juta)
(Infodatin, 2019). Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu wilayah
di Indonesia dengan prevalensi penderita Diabetes Miletus sebesar
20,57% (Dinkes Jateng, 2018).
Diabetes mellitus tipe 2 merupakan penyakit kronik tidak dapat
disembuhkan, tetapi bisa dicegah dan dikendalikan dengan menggunakan
5 pilar pengelolaan diabetes mellitus meliputi edukasi, pengaturan
makan, aktivitas fisik, pemeberian obat-obatan, dan monitoring gula
darah (Solekhah dan Sondang, 2020).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian penyakit diabetes mellitus
b. Untuk mengetahui etiologi penyakit diabetes mellitus
c. Untuk mengetahui patofisiologi dan pathways penyakit diabetes
mellitus
d. Untuk mengetahui gambaran klinik penyakit diabetes mellitus
e. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dan diagnostic
penyakit diabetes mellitus
f. Untuk mengetahui komplikasi penyakit diabetes mellitus
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan medic penyakit diabetes
mellitus
h. Untuk mengetahui asuhan keperawatan penyakit diabetes
mellitus
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian diabetes mellitus
Diabetes mellitus atau penyakit gula atau kencing manis adalah
penyakit yang ditandai kadar gula darah melebihi kadar normal
(hiperglikemia) (Hasdianah, 2018). Diabetes mellitus, lebih sederhana
disebut dengan diabetes, adalah suatu kondisi serius, dalam jangka
panjang atau kronis merupakan adanya peningkatan kadar glukosa dalam
darah seseorang karena tubuh yang tidak dapat memproduksi salah satu
atau cukup hormoninsulin, atau tidak bisa secara efektif menggunakan
insulin yang dihasilkannya (International Diabetes Federation, 2019).
B. Klasifikasi diabetes mellitus
Menurut International Diabetes Federation (2019) klasifikasi
diabetes mellitus dibagi menjadi 3, yaitu :
a. Diabetes Mellitus Tipe 1.
Diabetes tipe 1 disebabkanoleh reaksi autoimundimana
sistem kekebalan tubuhmenyerang sel beta penghasil insulin
daripankreas. Hal tersebut menyebabkan tubuh menghasilkan sangat
sedikitatau tidak sama sekali menghasilkan insulin. Diabetes mellitus
dapat terjadi pada semua usia, tetapi diabetes tipe 1paling sering
terjadi pada anak-anak dananak muda.Orang dengan diabetes tipe 1
membutuhkan suntikan insulin setiap hariuntuk mempertahankan
tingkat glukosa dikisaran normal. Tanpa insulin, mereka tidak bisa
bertahan. Namun, dengan melakukan suntikan insulin harian
sesuaipengobatan, pemantauan glukosa darah rutin, edukasi dan
dukungan, mereka bisa hidup sehatdan menunda atau mencegah
terjadinya komplikasiterkait dengan diabetes.
b. Diabetes Mellitus Tipe 2.
Pada diabetes tipe 2, hasilnya adalah hiperglikemia, keadaan
dimana sel-sel tubuh tidakmampu untuk meresponsepenuhnya
terhadap insulin, atau disebut juga resistensi insulin. Diabetes tipe 2
sering dialami oleh orang dewasa tua, seiring berjalannya waktu
diabetes tipe 2 ini terjadi pada anak-anak, remaja, dandewasamuda
karena meningkatnya kejadian obesitas, malas melakukan olahraga,
dan pola makan yang tidak baik.
c. Hiperglikemia pada kehamilan.
Diklasifikasikan sebagai diabetes gestasional (GDM) yaitu
ketika hiperglikemia yang pertama kali terjadi selama kehamilan dan
dapat terjadi kapan saja selama kehamilan (biasanya terjadi setelah
24 minggu). Diabetes gestasional berlaku untuk wanita hamil yang
sebelumnya pernah menderita diabetes atau mengalami
hiperglikemia yang pertama kali didiagnosis selama kehamilan dan
dalam keadaan tidak hamil. Diabetes gestasional juga dapat terjadi
kapan saja selama kehamilan, termasuk trimester pertama.
d. Diabetes tipe lain.
World Health Organization baru-baru ini menerbitkan
tentang klasifikasi diabetes mellitus yaitu tipe spesifik lainnya
termasuk diabetes monogenik yang dulu disebut diabetes sekunder.
Sesuai dengan namanya, diabetes monogenik dihasilkan dari satu
gen, tidak ada kontribusi dari banyak gen dan faktor lingkungan
seperti yang ada pada diabetes tipe 1 dan tipe 2.
C. Etiologi
1. Kelainan genetic
Ini terjadi karena DNA pada orang diabetes melitus akan ikut
diinformasikan pada gen berikutnya terkait dengan penurunan
produksi insulin.
2. Usia
Manusia pada umumnya mengalami penurunan fisiologis yang
secara draatis menurun dengan cepat pada usia setelah 40 tahun.
Penurunan ini yang akan beresiko pada penurunan fungsi endokrin.
3. Gaya hidup stress
Stress akan meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan
kebutuhan akan sumber energi yang berakibat pada kenaikan kerja
pancreas. Beban yang tinggi membuat pancreas mudah rusak hingga
berdampak pada penurunan insulin.
4. Pola makan yang salah
Malnutrisi dapat merusak pankreas, sedangkan obesitas
meningkatkan gangguan kerja atau resistensi insulin.
5. Obesitas
Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pankreas mengalami hipertropi
yang akan berpengaruh pada penurunan produksi insulin. Hipertropi
pankreas terjadi karena peningkatan beban untuk mencukupi energi
sel yang terlalu banyak.
6. Infeksi
Masuknya bakteri atau virus kedalam pancreas akan berakibat
rusaknya sel-sel pancreas (Riyadi 2013).
D. Manifestasi klinis diabetes mellitus
Ada tiga hal yang tidak bisa dipisahkan dari gejala klasik diabetes
mellitus yaitu :
a. Polyuria (banyak kencing).
Terjadi sebagai akibat kehilangan cairan berlebih yang
dihubungkan dengan deuresis osmotic. Gula bersifat menarik air
sehingga bagi penderitanya akan mengalami kencing banyak.
b. Polydipsia (banyak minum).
Karena banyak nya urin yang keluar maka mekanisme tubuh
yang lain melakukan penyeimbangan dengan cara memunculkan rasa
ingin minum yang banyak.
c. Polyphagia (banyak makan).
Penderita diabetes mellitus mengalami keseimbangan kalori
negative, sehingga timbul rasa lapar yang sangat besar.
Beberapa gejala lain yang ditimbulkan dari diabetes mellitus
yaitu :
a. Sering mengantuk
b. Gatal-gatal pada daerah kemaluan
c. Pandangan mata kabur
d. Berat bada berlebihan unutk diabetes tipe 2
e. Mati rasa atau rasa sakit pada bagian tubuh bagian bawah
f. Infeksi kulit, terasa disayat, gatal-gatal pada kaki
g. Penurunan berat badan secara drastic untuk diabetes mellitus
tipe 1
h. Cepat naik darah
i. Cepat lelah
j. Mual dan muntah
k. Terdapat gula pada air seni
l. Peningkatan kadar gula dalam darah (Novitasari, 2017).
E. Patifisiologi diabetes mellitus
Dalam patofisiologi diabetes mellitus tipe 2 terdapat beberapa
keadaan yang berperan yaitu :
1. Resistensi insulin.
2. Disfungsi sel B pancreas.
Diabetes melitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi
insulin, namun karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu
merespon insulin secara normal. Keadaan ini lazim disebut sebagai
resistensi insulin. Resistensi insulin banyak terjadi akibat dari obesitas
dan kurangnya aktivitas fisik serta penuaan. Pada penderita diabetes
melitus tipe 2 dapat juga terjadi produksi glukosa hepatik yang
berlebihan namun tidak terjadi pengrusakan sel-sel B langerhans secara
autoimun seperti diabetes mellitus tipe 1. Defisiensi fungsi insulin pada
penderita diabetes melitus tipe 2 hanya bersifat relatif dan tidak absolut.
Pada awal perkembangan diabetes melitus tipe 2, sel B menunjukan
gangguan pada sekresi insulin fase pertama, artinya sekresi insulin gagal
mengkompensasi resistensi insulin. Apabila tidak ditangani dengan baik,
pada perkembangan selanjutnya akan terjadi kerusakan sel-sel B
pankreas.
Kerusakan sel-sel B pankreas akan terjadi secara progresif
seringkali akan menyebabkan defisiensi insulin, sehingga akhirnya
penderita memerlukan insulin eksogen. Pada penderita diabetes melitus
tipe 2 memang umumnya ditemukan kedua faktor tersebut, yaitu
resistensi insulin dan defisiensi insulin (Restyana, 2015).
F. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi diabetes
mellitus yaitu :
a. TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral).
Hasil dari tes TTGO berupa :
1) Kadar gula darah sesudah puasa selama 8-10 jam lebih dari
126mg/dl.
2) Kadar gula darah 2 jam sesudah minum 75 gram glukosa lebih
dari 200 mg/dl.
b. IFG (Impaired Fasing Glucose).
Yaitu kadar gula puasa yang terganggu yakni gula darah setelah
puasa 8-10 jam antara 100 mg/dl sampai >126 ml/dl
c. IGT (Impaired Glucose Tolerance).
Yaitu toleransi glukosa terganggu yakni apabila TTGO, 2 jaqm
sesudah minum 75 gram glukosa, hasil gula darah berada antara 140
mg/dlm (Novitasari, 2017).
G. Komplikasi diabetes mellitus
Menurut Maghfuri (2016) komplikasi kronis yang bisa timbul
pada pasien diabetes mellitus yaitu :
a. Mata : retinopati diabetic, katarak.
b. Ginjal : glomeruloklerosis intrakapiler, infeksi.
c. Saraf : neuropati perifer, neuropati cranial, neuropati otonom.
d. Kulit : dermopati diabetic, nekrobiosis lipoidika diabetikorum,
kandidiasis, tukak kaki dan tungkai.
e. System kardiovaskuler : penyakit jantung dan gangrene pada kaki.
f. Infeksi tidak lazim : fasilitis dan miositis nekrotikans, meningitis
mucor, kolesistitis eemfisematosa, otitis eksterna maligna (Maghfuri,
2016).
H. Penatalaksanaan diabetes mellitus
Tujuan dari penatalaksanaan diabetes mellitus yaitu menormalkan
kembali aktivitas insulin dan kadar gula darah untuk mengurangi
komplikasi yang akan ditimbulkan akibat diabetes mellitus. Menurut
Damayanti (2016), penatalaksanaan diabetes mellitus terdiri dari 5
komponen, yaitu :
a. Manajemen Diet.
Penatalaksaan status gizi dimulai dari menilai kondisi pasien,
salah satunya menilai status gizi. Penilaian tersebut dengan cara
menghitung indeks masa tubuh (IMT) = BB (kg)/TB² dengan tujuan
untuk melihat apakah pasien diabetes mellitus tersebut mengalami
obesitas, normal, atau kurang gizi. Nilai normal IMT pada orang
dewasa yaitu antara 18-25.
Standar komposisi yang dianjurkan oleh konsensus Perkeni
(2006) yaitu :
1) Karbohidrat 45-65%
2) Protein 10-20%
3) Lemak 20-15%
4) Kolestrol <300mg/hari
5) Serat 25g/hari
6) Garam dan pemanis dapat digunakan secukupnya
b. Latihan Fisik (Olahraga).
Prinsip melakukan aktivitas fisik pada pasien DM yaitu sama
dengan prinsip latihan jasmani pada umumnya, yaitu mengikuti
prinsip sebagai berikut :
1) F (Frekuensi) = 3-5x/minggu secara teratur
2) I (Intensitas) = ringan dan sedang (60-70% Maximum Heart Rate)
3) D (Durasi) = 30-60 menit setiap melkukan aktivitas jasmani
4) J (Jenis latihan fisik) = aerobic (tujuan dari aerobic yaitu untuk
meningkstkan stamina seperti jalan kaki, jogging, berenang,
senam kelompok, dan bersepeda.
Khusus pada diabetisi yang menggunakan insulin, ada beberapa
petunjuk olahraga yang perlu diperhatikan :
1) Monitor kadar gula darah sebelum dan sesudah melakukan
olahraga
2) Hindari olahraga ketika kadar gula darah rendah, dengan cara
mengkonsumsi karbohidrat ekstra sebelum olahraga
3) Hindari melakukan olahraga berat selama reaksi puncak insulin
4) Hindari melakukan suntik insulin pada area yang digunakan untuk
olahraga aktif
5) Mengurangi dosis insulin ketika akan melakukan olahraga yang
melelahkan atau lama
6) Olahraga dapat menurunkan kadar gula darah selama beberapa
jam untuk dilakukan pemeriksaan kadar gula darah secara
periodic.
c. Monitoring kadar gula darah.
Pemantauan kadar gula darah secara mandiri (Self-
monitoring blood glucose) bertujuan untuk mendeteksi dan
mencegah terjadinya hiperglikemia atau hipoglikemia sehinga bisa
menurunkan resiko komplikasi diabetic jangka panjang. Tidak hanya
monitoring kadar gula darah saja, pasien diabetes juga harus
melakukan monitoring kadar glukosa urin, keton darah, dan keton
urin. Pengkajian tambahan seperti cek berat badan secara regular,
pemeriksaan fisik teratur, pendidikan tentang diet, kemampuan
monitoring diri, injeksi, pengetahuan umum tentang diabetes, dan
perubahan-perubahan dalam diabetes.
d. Terapi farmokologi.
Tujuan dari terapi farmakologi pada pasien DM yaitu untuk
menjaga kadar gula darah normal atau mendekati normal. Pada
pasien DM tipe 2 terapi insulin terkadang dilakukan secara jangka
panjang untuk mengendalikan kadar gula darah dalam batas normal,
jika dengan cara diet, olahraga, dan Obat Hipoglikemi Oral (OHO)
tidak dapat menjaga kadar gula darah dalam rentan normal.
Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 3 golongan :
1) Memicu produksi insulin : sulfonilurea dan golongan glinid
(meglitined, repaglinid, dan neteglinid)
2) Meningkatkan kerja insulin (sensitivitas terhadap insulin) :
biguanid, tiazolidinedion, dan rosiglitazine (Avandia)
3) Penghambat enzim alfa glukosidase :akarbose.
Indikasi penggunaan insulin pada DM tipe 2 yaitu :
1) Ketoasidosi, koma hiperosmolar dan asidosis laktat
2) Stress berat (infeksi sistemik, operasi berat)
3) Berat badan yang menurun dengan cepat
4) Kehamilan atau diabetes mellitus gestasional yang tidak
terkendali dengan perencanaan makanan
5) Tidak berhasil dikelola dengan OHO dosis maksimal atau ada
kontra indikasi dengan OHO.
e. Pendidikan kesehatan.
Pasien diabetes mellitus sangat memerlukan pendidikan
kesehatan karena penatalaksanaan diabetes mellitus memerlukan
perilaku penanganan khusus seumur hidup. Beberapa hal yang harus
dimengerti oleh pasien diabetes mellitus yaitu :
1) Nutrisi
2) Manfaat dan efek samping terapi
3) Latihan
4) Perkembangan penyakit
5) Strategi pencegahan
6) Teknik pengontrolan kadar gula darah
7) Penyesuaian terhadap terapi (Damayanti, 2016).
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat Keperawatan
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Lingkungan, kebisingan mempengaruhi rasa aman dan nyaman.
Lingkungan pasien mencakup semua faktor fisik dan psikososial yang
mempengaruhi atau berakibat terhadap kehidupan atau kelangsungan
hidup pasien. Keamanan yang ada dalam lingkungan ini akan mengurangi
insiden terjadinya penyakit dan cedera yang akan mempenngaruhi rasa
aman dan nyaman pasien.
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Trauma pada jaringan tubuh, misalnya ada luka bekas operasi/bedah
menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan dan iritasi secar langsung
pada reseptor sehingga mengganggu rasa nyaman pasien.
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat ini bisa dapat menyebabkan gangguan rasa aman dan nyaman,
karena dengan adanya riwayat penyakit maka klien akan beresiko terkena
penyakit sehingga menimbulka rasa tidak nyaman seperti nyeri.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala, Bentuk simetris, warna rambut hitam, persebaran rambut merata,
kebersihan cukup, benjolan tidak ada, nyeri tekantidak ada.
2) Wajah, Bentuk simetris, agak pucat, edema tidak ada, nyeri tidak ada.
3) Mata, Konjungtiva anemis, reflek pupil ishokor, benjolan tidak ada,nyeri
tekan tidak ada.
4) Hidung, Bentuk simetris, secret tidak ada
5) Telinga, Serumen tidak ada, bentuk simetris, nyeri tekan tidak ada.
6) Mulut dan Gigi, Bentuk simetris, mukosa mulut kering, kebersihan
cukup,lidah bersih, pembesaran tonsil tidak ada.
7) Leher, Pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, distensi vena jugularis tidak
ada
8) Thorak, Bentuk dada simetris, suara nafas wheezing dan krekel tidak ada,
retraksi otot dada tidak ada
9) Abdomen, Bentuk simetris, lesi tidak ada, peristaltic usus 8
x/menit,pembesaran hati tidak ada, nyeri lepas dan nyeri tekan tidak ada,
asites tidak ada.
10) Ekstermitas, Edema tidak ada, sianosis tidak ada, pergerakan terkoordinir
tetapi lemah.
2. Diagnose keperawatan yang mungkin muncul
a. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
b. Gangguan integritas kulit/jaringan
c. Resiko infeksi
d. Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
e. Resiko ketidakseimbangan cairan
f. Resiko cidera
3. Intervensi keperawatan
a. Kridakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan hiperglikemi
Tujuan : kadar glukosa darah menjadi stabil atau berada pada rentan
normal
Kriteria hasil SLKI :
1) Kesadaran meningkat
2) Kadar glukosa darah membaik
3) Pusing menurun
4) Lelah/lesu menurun
Intervensi SIKI :
1) Identifikasi penyebab hiperglikemi
2) Monitor kadar gula darah
3) Monitor tanda dan gejala hiperglikemi
4) Berikan asupan cairan oral
5) Konsultasi dengan medic jika tanda dan gejala hiperglikemi tetap
atau memburuk
6) Anjurkan monitoring kadar gula secara mandiri
7) Kolaborasi pemeberian insulin
8) Kolaborasi pemberian cairan
b. Gangguan integritas kulit/jaringan beruhungan dengan perubahan
sirkulasi, neuropati perifer ditandai dengan diabetes mellitus
Tujuan : integritas kulit membaik
Kriteria hasil SLKI :
1) Kerusakan jaringan menurun
2) Nekrosis menurun
Intervensi SIKI :
1) Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
2) Monitor karakteristik luka
3) Monitor tanda-tanda infeksi
4) Lakukan perawatan luka
5) Jelaskan tanda gejala infeksi
6) Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi protwin dan kalori
7) Kolaborasi prosedur debridement
8) Kolaborasi pemberian antibiotic
c. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis diabetes mellitus
Tujuan : tidak ada tanda dan gejala infeksi
Kriteri hasil SLKI :
1) Kerusakan jaringan menurun
2) Nekrosis menurun
Intervensi SIKI :
1) Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
2) Monitor karakteristik luka
3) Monitor tanda-tanda infeksi
4) Lakukan perawatan luka
5) Jelaskan tanda gejala infeksi
6) Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi protwin dan kalori
7) Kolaborasi prosedur debridement
8) Kolaborasi pemberian antibiotic
d. Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolism
protein dan lemak
Tujuan : Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.
Kriteria Hasil SLKI :
1) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan.
2) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan.
3) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.
4) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.
Intervensi SIKI :
1) Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.
2) Auskultasi bising usus, cacat adanya nyeri abdomen/perut
kembung, mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna,
pertahankan keadaan puasa sesuai dngan indikasi.
3) Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering.
4) Libatkan keluarga pasien pada pengawasan diet.
5) Observasi tanda–tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat
kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka
rangsang, cemas, sakit kepala.
6) Kolaborasi pemeriksaan gula darah.
7) Kolaborasi pemberian pengobatan insulin.
8) Kolaborasi dengan ahli diet untuk mengetahui diet yang tepat.
e. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan diuresis osmosis
Tujuan : Kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi.
Kriteria hasil SLKI :
1) Kekurangan volume cairan teratasi dibuktikan dengan
keseimbangan cairan.
2) Pasien menunjukan hidrasi yang adekuet dibuktikan oleh tanda
vital stabil, nadi perifer dapat diraba, tugor kulit dan pengisian
kapiler baik, haluan urine tepet secara individu dan kadar
elektrolit dalam batas normal.
Intervensi SIKI :
1) Pantau tanda–tanda vital, catat adanya perubahan tekanan darah.
2) Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul (pernafasan
yang berbau keton).
3) Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu
pernafasan.
4) Kaji tugor kulit dan membran mukosa.
5) Pantau input dan output cairan.
6) Catat hal–hal seperti mual, muntah, dan distensi lambung.
7) Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan
berat badan dan nadi tidak teratur.
8) Kolaborasi: Berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa
dextrosa, pantau pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Na, K).
f. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan
Tujuan : Pasien tidak mengalami cedera.
Kriteria Hasil SLKI :
1) Resiko cedera menurun, yang dibuktikan oleh keamanan personal
pengendalian resiko dan lingkungan rumah yang aman.
2) Pasien dapat memenuhi kebutuhanya tanpa mengalami cedera.
Intervesi SIKI :
1) Hindari lantai yang licin.
2) Gunakan bed yang rendah.
3) Orientasikan klien dengan ruangan.
4) Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari–hari.
5) Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi.
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, Santi. 2016. Diabetanisaes Mellitus & Penatalaksanaan Keperawatan.


Yogyakarta : Nuha Medika
H.R, Hasdianah. 2018. Mengenal Diabetes Mellitus Pada Orang Dewasa dan Anak-
anak dengan Solusi herbal. Yogyakarta : Nuha Medika.
International Diabetes Federation. 2019. IDF Diabetes Atlas Ninth edition 2019.
International Diabetes Federation.
Maghfuri, Ali. 2016. Buku Pintar Perawatan Luka Diabetes Mellitus. Jakarta : Salemba
Medika.
Novitasari, Retno. 2017. Diabetes Mellitus. Yogyakarta : Nuha Medika.
Restyana Noor Fatimah. 2015. Diabetes Melitus Tipe 2. Lampung :Jurnal Majority
Volume 4 Nomor 5
Riyadi, Sujono. 2013.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Eksokrin
dan Endokrin Pada Pankreas. Graha Ilmu : Yogyakarta.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : DPP
PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : DPP
PPNI

Anda mungkin juga menyukai