THYPOID
Disusun Oleh :
NPM : 2011515056
DEMAM THYPOID
A. DEFINISI
Merupakan salah satu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan oleh
salmonella thpi. Penyakit ini ditandai oleh panass berkepanjangan, ditopang dengan
bakterimia tanpa keterlibatan struktur endothelia atau endokardial dan invansi bakteri
sekaligus multipikasi kedalam sel fagosit monocular dari hati, limfa, kelenjar limfe
usus dan peyer’s patch dan dapat menular pada orang lain melalui makanan atau air
yang terkontaminasi. (Nanda NIC-NOC, 2016)
Thypoid abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada
pencernaan, dan gangguan kesadaran. (Nursalam, 2013)
Thypoid abdominalis adalah penyakit infeksi akut usus halus yangdisebabkan oleh
kuman Salmonella Thypi (yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala
demam yang lebih dari 7 hari, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran
(Arief,M.2009).
B. ETIOLOGI
Salmonella thypi sama dengan Salmonela yang lain adalah bakteri Gram negative,
mempunyai flagella, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, fakultatif anaerob.
Mempunyai antigen somatic (O) yang terdiri dari oligosakarida, flagelar antigen (H)
yang terdiri dari protein dan envelope antigen (K) yang terdiri dari polosakarida.
Mempunyai makromolekuler lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapis luar
dari dinding sel dan dinamakan endotoksin. Salmonella thypi juga dapat memperoleh
plasmid factor-R yang berkaitan dengan resistensi terhadap multiple antibiotic.
(Nanda NIC-NOC, 2016)
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Gejala pada anak : Inkubasi anatara 5-40 hari dengan rata-rata 10-14 hari.
3. Demam turun pada minggu ke empat, kecuali demam tidak tertangani akan
menyebabkan shock, Stupor dan koma.
4. Ruam muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan selam 2-3 hari
9. epistaksis
10. lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepi dan ujung merah serta tremor)
14. dapat timbul dengan gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi muda sebagai
penyakit demam akut dengan disertai syok dan hipotermia. (Nanda NIC-NOC, 2016)
inflamasi pada
hati dan limfa empedu
Merangsang melepas
Nyeri tekan-nyeri akut splenomegali zat epirogen oleh
leukosit
Ketidakefektivan
termoregulasi
Ketidak seimbangan
Perdarahan masif Nyeri nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Komplikasi
perforasi dan
perdarahan usus
E. KOMPLIKASI
1. Pendarahan usus. Bila sedikit,hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan
tinja dengan benzidin. Jika perdarahan banyak, maka terjadi melena yang
dapat disertai nyeriperut dengan tanda-tanda renjatan.
2. Perforasi usus. Timbul biasanya pada minggu ketiga /setelahnya dan terjadi
pada bagian distal ileum.
3. Peritonitis. Biasanya menyertai perforasi,tetapi dapat terjadi tanpa perforasi
usus. Ditemukan gejala abdomenakut, yaitu nyeri perut hebat, dinding
abdomen tegang, dan nyeri tekan
4. Komplikasi diluar usus. Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis,
yaitu meningitis,kolesistisis, ensefalopati, dan lain-lain (Susilaningrum,
Nursalam, & Utami, 2013).
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
G. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Identitas klien
Meliputi nama,, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status
perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosa medik.
2) Keluhan utama
Keluhan utama demam tifoid adalah panas atau demam yang tidak turun-turun, nyeri
perut, pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta penurunan kesadaran.
Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella typhi ke dalam tubuh.
7) Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38– 410 C, muka
kemerahan.
b. Tingkat kesadaran
Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).
c. Sistem respirasi
Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan gambaran
seperti bronchitis.
d. Sistem kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin rendah.
e. Sistem integumen
Kulit kering, turgor kullit menurun, muka tampak pucat, rambut agak kusam
f. Sistem gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas), mual,
muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak,
peristaltik usus meningkat.
g. Sistem muskuloskeletal
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
h. Sistem abdomen
Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak serta
nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung serta pada
auskultasi peristaltik usus meningkat.
Tujuan :
a. hidration
b. adherence behavior
c. immune status
d. risk control
e. risk detektion
Kriteria hasil :
NOC
a. keseimbangan antara produksi panas, panas yang diterima, dan kehilangan panas
b. seimbang antara produksi panas, panas yang diterima, dan kehilangan panas
selama 28 hari pertama kehidupan
c. temperature stabil; 36,5-37
d. tidak ada kejang
e. tidak ada perubahan warna kulit
f. glukosa darah stabil
g. pengendalian resiko hipertermia
h. pengendalian resiko proses menular
i. pengendalian resiko paparan sinar matahari
intervensi
NIC
Defenisi : Pengalaman sensori dan emosional yang muncul akibat kerusakan jaringan yang
aktual atau potensial.
Tujuan :
a. Pain level
b. Pain control
c. Comfort level
Kriteria hasil :
Intervensi :
1. Pain management
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat, mual muntah
Tujuan :
a. Nutritional status
c. Intake
d. Weight control
Kriteri hasil :
a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
Intervensi :
1. Nutrition Management
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
2. Nutrition Monitoring
intraseluler.
Tujuan :
a. Fluid balance
b. Hydration
Criteria hasil :
a. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine
b. normal, HT normal
c. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
d. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membrane
mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
Intervensi :
1. Fluid Management
2. Hypovolemia Management
Defenisi : penurunan pada frekwensi normal defekasi yang disertai oleh kesulitan atau
pengeluaran tidak lengkap feses/atau pengeluaran feses yang kering, keras, dan banyak.
Tujuan :
a. Bowel elimination
b. Hydration
Criteria hasil :
Intervensi :
Arief Mansjoer (2010), Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4, Jakarta : Media Aesculapius.
Nanda, Nic, Noc. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan Diagnosa
Jogjakarta : Medication Jogja
Nursalam, Susilaningrum, R., and Utami, S. 2005.Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak
(untuk perawat dan bidan). Jakarta: Salemba Medika