KELOMPOK 1 :
Afri Aldo (1814201175)
Anggun Desima S.S (1814201179)
Azura Aulia Tama ( 1814201139)
Melati Safitri (1814201216)
Nurhasanah ( 1814201117)
Nisa sukra janna ( 1814201124)
Natasya Gustia (1814201220)
Lucy utary (1814201209)
Lili safriani (1814201144)
Sakdiah Nasution (1814201140)
DOSEN PENGAMPUH :
Yesi Hasneli. S.Kp,MSN
7
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
MCA merupakan pembuluh darah otak yang paling besar dan memperdarahi area
korteks yang cukup luas, basal ganglia, dan anterior kapsula interna. Karena
merupakan pembuluh darah besar maka infark yang terjadi dapat cukup luas
sehingga menyebabkan beragam gejala neurologis. Stroke MCA menyebabkan
gangguan bahasa, kelemahan pada sisi kontralateral dari kelainan di otak, defisit
sensorik dan gangguan penglihatan.
Beberapa penderita yang mengalami stroke MCA dapat memerlukan terapi
pengencer darah, sementara yang lainnya membutuhkan penanganan yang hati-hati
serta observasi yang ketat.
Jika hanya cabang kecil MCA yang mengalami sumbatan, maka menyebabkan area
yang tidak luas sehingga umumnya tidak menimbulkan gejala yang berat. Sehingga
pada kasus stroke berat ringannya outcome kedepannya akan sangat tergantung
pada luasnya area infark.Arteri serebral tengah membawa oksigen dan nutrisi ke
bagian otak
Arteri serebral tengah (juga dikenal sebagai MCA) adalah pembuluh darah utama
yang membawa oksigen dan nutrisi ke lobus frontal, parietal dan temporal , di
antara area penting lainnya di otak. Di dasar otak, arteri karotid dan vertebrobasilar
membentuk lingkaran komunikasi arteri yang dikenal sebagai Lingkaran Willis.
Dari lingkaran ini, arteri lain - arteri serebral anterior (ACA), arteri serebral media,
arteri serebral posterior (PCA) - muncul dan berjalan ke seluruh bagian otak.
B. RUMUSAN MASALAH
- Pengertian MCA
- Pemulihan Dari Middle Cerebral Artery
- Tanda dan gejala
- Manifestasi klinis
C. TUJUAN
Tujuan dari makalah ini yaitu mahasiswa dapat mengetahui apa itu MCA.
8
BAB II
PEMBAHASAN
Middle cerebral artery (MCA) syndrome merupakan defisit neurologis yang terjadi mendadak
yang mengakibatkan kematian jaringan otak atau infark pada area yang diperdarahi oleh
MCA. Dengan kata lain terjadi stroke akibat sumbatan pada MCA.
MCA merupakan pembuluh darah otak yang paling besar dan memperdarahi area korteks yang
cukup luas, basal ganglia, dan anterior kapsula interna. Karena merupakan pembuluh darah
besar maka infark yang terjadi dapat cukup luas sehingga menyebabkan beragam gejala
neurologis. Stroke MCA menyebabkan gangguan bahasa, kelemahan pada sisi kontralateral
dari kelainan di otak, defisit sensorik dan gangguan penglihatan.
Beberapa penderita yang mengalami stroke MCA dapat memerlukan terapi pengencer darah,
sementara yang lainnya membutuhkan penanganan yang hati-hati serta observasi yang ketat.
Jika hanya cabang kecil MCA yang mengalami sumbatan, maka menyebabkan area yang tidak
luas sehingga umumnya tidak menimbulkan gejala yang berat. Sehingga pada kasus stroke
berat ringannya outcome kedepannya akan sangat tergantung pada luasnya area infark.Arteri
serebral tengah membawa oksigen dan nutrisi ke bagian otak
Arteri serebral tengah (juga dikenal sebagai MCA) adalah pembuluh darah utama yang
membawa oksigen dan nutrisi ke lobus frontal, parietal dan temporal , di antara area penting
lainnya di otak.
Di dasar otak, arteri karotid dan vertebrobasilar membentuk lingkaran komunikasi arteri yang
dikenal sebagai Lingkaran Willis. Dari lingkaran ini, arteri lain - arteri serebral anterior
(ACA), arteri serebral media, arteri serebral posterior (PCA) - muncul dan berjalan ke seluruh
bagian otak.
Arteri serebral tengah adalah salah satu stroke pembuluh besar yang paling dikenal luas.
Stroke adalah kerusakan otak yang terjadi sebagai akibat dari gangguan suplai darah ke
sebagian otak. Ini terjadi karena penyumbatan pembuluh darah atau pendarahan pembuluh
darah di otak. Stroke biasanya diberi label baik oleh bagian otak yang cedera atau oleh
pembuluh darah yang tersumbat.
9
Stroke yang mempengaruhi arteri serebral media di satu sisi tubuh dapat menyebabkan
kelemahan ( hemiplegia ) dan mati rasa di wajah, dan / atau lengan dan / atau kaki di sisi tubuh
yang berlawanan dengan stroke.
Struktur yang disediakan oleh MCA termasuk area Broca, area pidato ekspresif; Area
Wernicke, area bicara reseptif; korteks motorik, yang mengontrol gerakan kepala kanan,
leher,batang dan lengan; dan korteks sensorik, yang mengontrol sensasi dari kepala kanan,
leher, tubuh, dan lengan.
Arteri serebri media (MCA) adalah cabang terbesar arteri karotis internal
Setelah keluar dari arteri karotis interna (ICA) diatas prosesus klinoideus anterior, pembuluh
darah ini berjalan dilateral di fisura Sylvii (sulkus lateralis).Trunkus utama arteri serebri media
membentuk banyak cabang perforantes ke ganglia basalia dan ke krus anterior dan genu
kapsula interna, serta ke kapsula eksterna dan klaustrum.Arteri serebri media terbagi menjadi
cabang-cabang kortikal utama di dalam sisterna insularis.Cabang-cabang ini memperdarahi
area lobus frontalis, parietalis, dan temporalis yang luas (Baehr, 2005).
Area kortikal yang disuplai oleh arteri serebri media meliputi, korteks motorik dan sensorik
primer (kecuali bagian parasagital dan medial), area Broca dan Wernicke, korteks auditorik
10
primer, dan korteks gustatorik primer.Arteri serebri media memiliki hubungan anastomosis
kortikal dengan arteri serebri anterior dan arteri serebri posterior. (Baehr, 2005)
Karena stroke arteri serebral tengah biasanya merupakan stroke besar, pemulihan dan
rehabilitasi jangka panjang bisa memakan waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
Namun, bahkan stroke yang sangat serius dapat menghasilkan pemulihan yang baik .
Setiap orang yang menderita stroke arteri serebral tengah memiliki waktu pemulihan yang
berbeda dan kebutuhan untuk perawatan jangka panjang. Beberapa orang akan terus
meningkatkan minggu, bulan atau tahun setelah stroke dalam hal bergerak, berpikir dan
berbicara.
Setelah stroke, beberapa orang akan kesulitan menemukan kata atau mampu berbicara lebih
dari satu kata atau frasa pada satu waktu. Atau, mereka mungkin tidak dapat berbicara sama
sekali, yang disebut aphasia . Diperlukan waktu hingga dua tahun untuk sepenuhnya
memulihkan pidato dan tidak semua orang akan pulih sepenuhnya.
Tergantung pada lokasi dan tingkat keparahan oklusi, tanda dan gejala dapat bervariasi dalam
populasi yang terkena sindrom MCA. Penyumbatan yang lebih distal cenderung menghasilkan
defisit yang lebih ringan karena percabangan arteri yang lebih luas dan respons iskemik yang
lebih sedikit. Sebaliknya, oklusi paling proksimal mengakibatkan efek luas yang dapat
menyebabkan edema serebral yang signifikan , peningkatan tekanan intrakranial , kehilangan
kesadaran dan bahkan bisa berakibat fatal. Dalam keadaan seperti itu, manitol (diuretik
osmotik) atau salin hipertonik diberikan untuk menarik cairan keluar dari serebrum edematous
untuk meminimalkan cedera sekunder. Saline hipertonik lebih baik daripada manitol, karena
manitol sebagai diuretik akan menurunkan tekanan arteri rata-rata dan karena perfusi serebral
adalah tekanan arteri rata-rata dikurangi tekanan intrakranial, manitol juga akan menyebabkan
penurunan perfusi serebral.
Hemiparesis kontralateral dan kehilangan hemisensori pada wajah, ekstremitas atas dan bawah
adalah presentasi paling umum dari sindrom MCA. Fungsi ekstremitas bawah lebih aman
daripada fungsi regio faciobrachial. Mayoritas korteks motorik dan somatosensori primer
11
disuplai oleh MCA dan homunculus kortikal dapat, oleh karena itu, digunakan untuk
melokalisasi defek dengan lebih tepat. Lesi arteri serebri media sebagian besar mengenai
hemisfer dominan yaitu hemisfer serebri kiri.
Menurut Tarwoto (2013), manifestasi klinis stroke tergantung dari sisi atau bagian
mana yang terkena, rata-rata serangan, ukuran lesi dan adanya sirkulasi kolateral.
bagian frontal, kerusakan ini bersifat kontralateral artinya jika terjadi kerusakan
pada hemisfer kanan maka kelumpuhan otot pada sebelah kiri. Pasien juga akan
kehilangan kontrol otot vulenter dan sensorik sehingga pasien tidak dapat
12
Gangguan sen sibilitas terjadi karena kerusakan system saraf otonom dan
a. Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau koma), terjadi akibat
termasuk dalam membaca, menulis dan memahami bahasa. Afasia terjadi jika
terdapat kerusakan pada area pusat bicara primer yang berada pada hemisfer kiri
dan biasanya terjadi pada stroke dengan gangguan pada arteri middle sebelah kiri.
1. Afasia motorik
Afasia motorik atau ekspresif terjadi jika area pada area Broca, yang
terletak pada lobus frontal otak. Pada afasia jenis ini pasien dapat
2. Sensorik
Afasia sensorik terjadi karena kerusakan pada area Wernicke, yang terletak
3. Afasia global
13
Merupakan kesulitan bicara terutama dalam artikulasi sehingga ucapannya
nervus cranial sehingga terjadi kelemahan dari otot bibir, lidah dan laring. Pasien
gangguan lapang pandang pada salah satu sisi. Hal ini terjadi karena kerusakan
pada lobus temporal atau parietal yang dapat menghambat serat saraf optik
e. Disfagia
Disfagia atau kesulitan menelan terjadi karena kerusakan nervus cranial IX.
Selama menelan bolus didorong oleh lidah dan glottis menutup kemudian
f. Inkontinensia.
Inkontinensia baik bowel maupun badder sering terjadi karena terganggunya saraf
a. Pemeriksaan Laboratorium
Darah yang diperiksa antara lain jumlah sel darah merah, sel darah putih,
14
Tes ini terdiri dari tiga pemeriksaan, yaitu prothombin time, partial
trombosit. Keempat tes ini gunanya untuk mengukur seberapa cepat darah si
Cek darah ini untuk melihat kandungan gula darah, kolesterol, asam urat, dan
lain-lain. Andai kata kadar gula darah atau kolesterol berlebih, bisa menjadi
pertanda pasien sudah menderita diabetes atau jantung. Kedua penyakit ini
1. Angiografi serebri
MRI mampu mendeteksi berbagai kelainan otak dan pembuluh darah otak
yang sangat kecil yang tak mungkin dijangkau CT-Scan. Juga dapat menetukan
daerah-daerah mana saja yang rusak oleh stroke iskemik. 3.USG Doppler
karotis).
Sinar-X diserap secara berbeda-beda oleh beberapa bagian tubuh. Dari situ
jaringan otak.
15
5. Cerebral Angiography
kontras ke dalam pembuluh darah arteri dileher maupun lipat paha. Cairan
2.1.7.Penatalaksanaan
a.Keperawatan
1.Fase akut
Pasien yang koma dalam pada saat masuk ruamah sakit dipertimbangkan
hasil yang lebih dapat diharapkan. Fase akut biasanya berakhir 48 sampai
berkurang.
16
d. Jantung diperiksa untuk abnormalitas dalam ukuran dan irama serta
b.Medis
edema serebral, yang mencapai tingkat maksimum 3 sampai 5 hari setelah infark
embolisasi.
2.1.8 komplikasi
Komplikasi stroke meliputi hipoksia serebral, penurunan aliran darah serebral, dan
oksigenisasi jaringan.
b.Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah. Curah jantung, dan
perubahan pada aliran darah serebral dan potensi meluasnya area cedera.
c. Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium
atau dapat berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan
aliran darah ke otak dan selanjutnya menurunkan aliran darah serebral. Disritmia
17
dapat mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan pengehentika trombus
lokal. Selain itu, disritmia dapat menyebebkan embolus serebral dan harus
diperbaiki.
2.1.8Pengkajian
pengkajian adalah terkumpulnya data, sehingga proses ini sangat penting dalam
terkumpulnya data, sehingga proses ini sangat penting dalam akurasi data yang
a. Riwayat kesehatan
Beberapa hal yang harus dikaji dalam riwayat kesehatan pada gangguan sistem
persarafan diantaranya adalah data umum pasien, keluhan utama pasien, riwayat
1. Data demografi meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat rumah.
18
6. Riwayat pengobatan : obat-obatan yang pernah diberikan (nama,
penggunaan, dosis, berapa lama), keadaan setelah pengobatan, alergi obat dan
c.Keluhan utama
2. Infeksi akut : kejadian, tanda dan gejala kejang, tempat infeksi, sumber
sebelumnya.
19
5. Adakah gangguan kardiovaskuler : hipertensi, aneurisma, disritmia,
e. Riwayat keluarga
Epilepsi dan kejang, Nyeri kepala, Retardasi mental, Stroke, Gangguan psikiatri,
muskular distropi.
f. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang lengkap meliputi : tanda vital, status mental, pemeriksaan
kepala, leher dan punggung, saraf kranial, saraf sensorik, saraf motorik, refleks
g. Tanda vital
Sebelum melakukan tindakan yang lain, yang harus diperhatikan adalah tanda vital,
karena sangat berhubungan dengan fungsi kehidupan dan tanda-tanda lain yang
berkaitan dengan masalah yang terjadi. Misalnya, pada pasien dengan spinal cord
injury akan ditemukan masalah klasik hipotensi, bradikardia, dan hiportemia karena
hilangnya fungsi saraf simpatis. Tidak adekuatnya perfusi organ vital dapat di
akibatkan oleh tekanan darah yang tidak adekuat. Perubahan tanda vital dapat pula
intrakranial. Demikian juga dengan respirasi rate juga terganggu jika terjadi
h. Status mental
20
Tabel 2.1 Tingkat Kesadaran : GCS
Respon Membuka Mata Nilai
Spontan 4
Terhadap bicara 3
Terhadap nyeri 2
Tidak ada respon 1
Respon Verbal Nilai
Terorientasi 5
Percakapan membingungkan 4
Penggunaan kata-kata yang tidak sesuai 3
Suara menggumam 2
Tidak ada respon 1
Saraf motorik.
Saraf motorik.
22
5. N. Trigeminus. Menggerakan rahang kesemua sisi,
Saraf motorik.
7. N. Fasialis. Senyum, bersiul, mengangkat
alis
Saraf motorik.
Saraf sensorik.
23
Saraf motoric. bahu dan lakukan tahanan sambil
1.Refleks Bisep
2) Lengan rileks, posisi antara fleksi dan ekstensi dan sedikit pronasi,
2. Refleks Trisep
4) Stimulus: ketukan pada tendon otot triceps brachii, posisi lengan fleksi
3. Refleks Patella
24
1) Pasien duduk santai dengan tungkai menjuntai
tepat.
lain.
femoris.
4. Refleks Babinski lakukan goresan pada telapak kaki dari arah tumit kea rah
jari melalui sisi lateral. Orang normal akan memberikan respon fleksi jari-jari
dan penarikan tungkai. Pada lesi UMN maka akan timbul respon jempol kaki
5. Refleks Achilles
kontraksi m.gastroenemius.
6. Refleks Kornea
Dengan cara menyentuhkan kapas pada limbus, hasil positif bila mengedip
N IV & X).
7. Refleks Faring
25
Faring digores dengan spatel, reaksi positif bila ada reaksi muntahanm (N IX
& X).
kerusakan neurovaskuler
26
2.1.9. Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
27
dan gigi secara mandiri misalnya deodorant, sikat gigi, sabun mandi,
dengan atau tanpa alat bantu sampo, lotin, dan produk aroma terapi )
5. Mampu mempertahankan 6. Menyediakan lingkungan yang terapeutik dengan
mobilitas yang diperlukan untuk memastikan hangat, santai,
kekamar mandi dan menyediakan pengalaman pribadi, dan personal
perlengkapan mandi 7. Memfasilitasi pasien menyikat gigi pasien
6. Membersihkan dan mengeringkan 8. Mementau pembersihan kuku, menurut
tubuh kemampuan perawatan diri pasien
7. Mengungkapkan secara verbal 9. Memantau intekgritas kulit pasien
kepuasan tentang kebersihan 10. Menjaga kebersihan ritual
tubuh dan hygiene oral
11. Memfasilitasi pemeliharaan rutin yang biasa pasien
tidur, isyarat sebelum tidur/ alat peraga , dan
benda-benda asing ( misalnya, untuk anakanak,
cerita selimut/ maianan, goyang, dot, atau favorit,
untuk orang dewasa, sebuah buku untuk membaca
atau bantal dari rumah
28
2 Gangguan 1. Joint movemen:active Exercisetherapy:ambulation
mobilitas fisik 2. Mobility level 1. Monitoring vital sign sebelum
3. Self care:ADLs 4.Transfer /sesudahlatihan dan lihat respon pasien saat
performance Criteria hasil: latihan
2. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana
1. Klien meningkat dalam ambulasi sesuai dengan kebutuhan
aktifitas fisik 3. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat
2. Mengerti tujuan dari berjalan dan cegah terhadap cidera
peningkatan mobilitas 4. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang
3. Memferbalisasikan perasaan dalam teknik ambulasi
meningkatkan kekuatan dan 5. Kaji kemampuan pasien tentang ambulasi
kemampuan 6. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhanADLs
berpindah secara mandiri sesuai kemampuan
4. Memperagakan pengunaan 7. Damping dan bantu pasien saat mobilisasi
29
3 Kerusakan 1.Tissue integrity:skin and mucous Pressure management
integritas kulit membranes 2.Hemodyalisis akses 1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang
Criteria hasil: longgar
2. Hindari kerutan pada tempat tidur
1. Integritas kulit yang baik bisa
3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
dipertahankan (sensasi,
elastisitas, temperature, 4. Mobilisasi pasien setiap dua jam sekali
hidrasi, pigmentasi) 5. Monitor kulit akan adanya kemerahan
2. Tidak ada luka/lesi pada 6. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
kulit 7. Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
3. Perfusi jaringan baik Insision site care
4. Menunjukan pemahaman
dalam proses perbaikan kulit 1. Bersihkan, pantau dan tingkatkan proses
dan mencegah terjadinya penyembuhan luka yang ditutupi
cidera berulang, 2. Monitor kesembuhan area insisi
5. Mampu melindungi kulit dan 3. Monitor tanda dan gejala infeksi pada area
mempertahankan kelembaban insisi
kulit dan 4. Membersihkan area luka
perawatan alami 5. Ganti perban
30
menyimpang dari rentang normal 2. Berikan nutrisi enteral, sesuai kebutuhan
2.Asupan makanan tidak menyimpang 3. Berikan nutrisi enteral
dari rentang
4. Hentikan pemberian makanan melalui selang
normal
makan begitu pasien mampu mentoleransi asupan
Setelah dilakukan tindakan (makanan) melalui oral
keperawatan diharapkan 5. Berikan nutrisi yang dibutuhkan sesuai batas diet
Status nutrisi : Asupan nutrisi yang dianjurkan
dapat ditingkatkan dengan Pemberian Nutrisi Total Parenteral (TPN)
kriteria hasil :
1. Pastikan isersi intravena cukup paten untuk
1. Asupan kalori sebagian besar pemberian nutrisi intravena
adekuat 2. Pertahankan kecepatan aliran yang konstan
2. Asupan protein sebagian besar 3. Monitor kebocoran, infeksi dan komplikasi metabolik
adekuat 4. Monitor masukan dan output cairan
3. Asupan lemak sebagian besar Monitor kadar albumin, protein total, elektrolit,
adekuat profil lipid, glukosa darah dan kimia darah
4. Asupan karbohidrat sebagian
besar adekuat
Asupan vitamin sebagian besar
adekuat
31
2.1.10. Implementasi
tahap ini perawat siap untuk melakukan intervensi yang telah dicatat dalam rencana
keperawatan klien. Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan efektif
kemudian bila perawatan telah dilaksanakan, memantau dan mencatat respon klien
berikutnya.
2.1.11. Evaluasi
dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan
(Rohmah&Walid,2012).
56
BAB III
TINJAUAN KASUS
4.1.Pengkajian
4.1.1.Identitas Klien
Pendidikan : sd
Nama : Ny. Y
Umur : 65 th
Pekerjaan : IRT
4.1.2.Alasan Masuk
Pasien saat masuk UGD RSUD Ahmad Mochtar pada tanggal 30 juni 2018
Pasien mengeluh pusing, nyeri kepala , lemah angota gerak sebelah kiri ± 3
33
4.1.3.Riwayat Kesehatan
lemah sejak seminggu yang lalu, keluarga mengatakan bicara klien pelo,
gerak lemah sebelah kiri dan bicara klien kurang jelas dari hasil
kateter, urine output : 250cc, dan keluarga klien mengatakan klien sudah
enam hari tidak BAB, klien terpasang oksigen dengan nasal kanul 2 liter,
Keluarga pasien saat ditanya pasien tidak ada mengalami penyakit yang
sama dan tidak ada mengalam penyakit kronis seperti jantung , dm, paru-
pasien dan tidak ada mengalami penyakit keronis seperti jantung , dm,
paru-paru.
genogram
34
: Pasien : laki laki
: tinggal serumah
: perempuan
: meninggal
composmentis
GCS : E : 4 M : 5 V :5 (14)
Tanda Vital
Suhu : 37˚C Pernafasan : 24 x/i
: 130/ 90
Nadi : 70 x/i TD mmHg
a. Kepala
1. Rambut
Rambut pasien tampak hitam beruban, lebat, teraba kasar, tidak ada
2. Mata
3. Telinga
35
Bentuk dan posisi simetris kiri dan kanan, integritas kulit bagus, warna
sama dengan kulit lain, tidak ada tanda- tanda infeksi, dan tidak ada
alat bantu dengar Tidak ada nyeri tekan tidak ada gamguan.
4. Hidung
Simetris kiri dan kanan, tidak ada polip, tidak ada seckret, tidak
Mukosa bibir kering, tidak terdapat sariawan, gigi sudah tidak ada
palsu, tidak ada perdarahan, mulut berbau, lidah klien agak pencong
b. Leher
Vena jugularis tidak teraba , tidak ada nyeritekan , ituskordis teraba tidak
c. Thorak
1. Paru-paru
P : redup
d. Abdomen
f. Ekstremitas
Atas :
sebelah kanan.
Bawah :
Kekuatan Otot
5555 0000
5555 0000
37
g. Genetalia
h. Integument
i. Persyarafan
1.Pemeriksaan reflek
a. Reflek fisiologis
a). reflek patella : klien tidak diperiksa karena mengalami ganguan
keseimbangan
b). reflek tricop ; adanya respon ekstensi pada lengan bawah klien
namaun tangan seelh kairi mengalami kelemahanpasa saat
ekstensi
d). reflek Achilles : adanya respon pada punggung kak klie saat di beri
ransangan pada mata kaki klien
b. reflek patologi
b). reflek hofman : ada ransangan ibu jari dan telunjuk saat di
38
berikan rasangan pada kuku-kuku jari tangan
4.1.5.Data Biologis
Makan
Jumlah
Minuman kesukaan 8 gelas 80-120 cc
Pantangan kopi Tidak ada Tidak ada
Tidak ada
Eliminasi
BAB
Frekuensi
Tidak ada
Warna 2x/h
selama masuk
Bau Kuning rs
Konsistensi Khas
Kesulitan BAK Lembek
Tidak ada
Frekuensi
4-5x/h
Terpasang kateter
Kuning jernih
39
Warna Khas Uruin output
Bau Cair 250 cc
Konsistensi Tidak ada Kuning
Kesulitan jernih
Khas
Cair
Istirahat dan Tidur
Tidak ada
Malam hari
Waktu Tidur
dan
8 jam
Lamatidur Tidak ada Siang malam
Hal yang mempermudah tidur Tidak ada 4 jam
Kesulitan tidur Tidak ada
Personal Hygiene 2x/h Ya
2x/h
Mandi
2x/h 1x/h
Cuci Rambut
Bila panjang Tidak ada
Gosok gigi
1x/h
Potong kuku
Bila panjang
4.1.6.Riwayat Alergi
Keluarga mengataka tidak ada riwayat alergi obat makan maupun minum.
4.1.7.Data Psykologis
a. Pola komunikasi
40
4.1.8.Data Sosial
a. Keyakinan
Pasien saat di tanya beragama islam ,keluarga pasien mengatakan pada saat
sehat rajin beribadah dan sering mendengar pengajian
b. Ketaatan beribadah keluarga pasien mengatakan pada saat sehat rajin
beribadah dan sering mendengar pengajian, dan sekarang pada saat sakit
pasien tidak isa sholat kerena pasien mengalami kelumpuhan sebelah kiri,
keluarga sering mengajurkan pasien untuk berdoa dan membaca ayat-ayat
pendek.
c. Keyakinan untuk sembuh
Pasien sangat yakin akan kesembuhan nya, keluarga mengatakan pasien
selalu berdoa untuk kesembuhan nya.
4.1.10. Data Fokus
Data subjektif
Data objektif
Pasien tampak meringis
41
Pasien tampak gelisah
Pasien tampak memegang perut
Pasien tampak batuk
Pasien tampak lamah bagian tubuh sebelah kiri
Aktivitas Pasien tampak dibantu keluarga
Pasien tampak berbaring diatas tempat tidur
Pasien tampak sulit mengerakan badan
Pasien tampak tampak terpasang infuse di tangan sebelah
kanan
Pasien tampak terpasang O2 (L) dengan nasal kanul
Pasien tampak terpasang NGT
Pasien tampak terpasang kateter
Pasien tampak lesu
Pasien tampak mememgang perut
Tingkat kesadaran pasien E ; 4 M ; 6 V ; 5
Kekuatan otot pasien 5555 0000
5555 0000
42
Pasien diberi mkan melalui ngt
Pasien tidak bisa menelan
Pasien mengalami ganguan di nervus glosovagufarigeus
Pasien mengalami ganguan di nervus vatibulotoklearis
43
2 DS : Hambatan Ganguan
neourofaskulur
mobilitas fisik
Keluarga Pasien mengatakan
pasien bergerak masih di bantu
Keluarga Pasien mengatakan
susah mengubah posisi
DO :
55 0
55 00
0
55 0
55 00
0
Pasien tampak memengangi
kepala
Pasien tampak gelisah
Pasien tampak meringis
Pasien tampak mengalami
keterbatasan sendi
Pasien tampak berbaring diatas
tempat tidur
44
3 DS : Deficit Kelemahan
Aktivitas klien
perawatan
dibantu oleh keluarga
diri
DO :
45
4 DS : Hambatan Penurunan
komonikasi verbal
oksigen darah
ke otak
Keluarga Pasien mengatakan paien
sulit bicara / pelo
Keluarga mengatakan pasien bicara
kurang jelas
DO :
Pasien tampak bicara pelo
Pasien bicara kurang jelas
Gcs 14 E ;4 M;5 V:5
Pasien tampak mengalami
kerusakan nervus vagus
Keluarga mengatakan pasien tidak
bisa menelan
Pasien tampak terpasang NGT
Pasien terpasang oksigen (2 liter)
5 DS : Ketidak Ketidak
seimbangan mampuan
- pasien makan melalui ngt nutrisi mencerna
makanan
- keluarga mengatakan pasien tidak bisa
menenlan
DO :
46
- pasien mengalami ganguan
di nervus glosofagusvarigeus
4.2.Diagnosa Keperawatan
47
4.3.Intervensi Keperawatan
48
kognitif yang ditandai dengan : kesemutan)
a. Berkomunikasi dengan jelas 9. Mo
sesaui kemampuan 10. Mo
b. Menunjukan perhatian, 11. Hin
konsentras dan orientasi meningkatk
c. Menunjukan fungsi Pengeceka
sensorimotori cranial yang utuh : tingkat
kesadaran yang membaik, tidak ada
12. Mo
gerakangerakan involunter. tekananan
13. Be
14. Be
15. Ma
16. Atu
7. Da
dan bantu p
8. Be
49
memerluka
9. Aja
dan berika
10. Be
- Coping Bicara
Kriteria Hasil :
50
- Komunikasi : penerimaan permintaan
meningkatkan rasa
- Lisan, tulisan, dan non verbal
- Berikan ba
Meningkat
- Dengarkan
Gerakan terkoordinasi: mampu kunjungan keluarg
mengkoordinasi dalam menggunakan stimulus komunika
isyarat - Mampu mengontrol respon
ketakutan dan kecemasan terhadap
ketidakmampuan berbicara - Mampu
mengkominikasikan kebutuhan
dengan lingkungan
sosial.
51
Defisit perawatan diri : NOC : NIC :
mandi
- Activity intolerance Memandikan
mulut klien
Kriteria Hasil :
- Lakukan pe
52
secara mandiri pada klien
pengaturan posisi
- Berikan ba
IADL
5. peresepan
6.pemberian makn
7. pemberian nutri
53
NO HARI No. DX JAM IMPLEMENTASI EVAL
TANGGAL
- Pasien bic
- ttv : TD 12
80x/m P:21 s
- GCS: E:4
54
- Beri oksig
- Reaksi bab
A: Masalah belum
P : intervensi dila
1.Berikan te
untuk klien
2. Mo
vital klien
darah, nadi, d
3. Be
intravena
- Pasien
kanaktivitas
- Anjurkan
posisi 2jam sek
latihan ROM -
120/90 mmhg N
80x/m P:21 s: 3
-
55
A : masalh belum t
P : intervensi dila
- memonito
sebelm/sesudah
respon klien saat
- mengKaji
klien
dalam mobilisasi
- Ajarkan
merubah posis
bantuan jika dipe
56
6. Kolaborasi dengan fisioterapi dalam A: masalh belum t
terapi wicara
P: intervensi dilan
- Dorong
berkomunikasi se
untuk mengulang
- Berikan sen
untuk meningka
klien
- Dengarkan
perhatian
- Anjurkan k
secara teratur
stimulus komunik
57
kepada Tn.K - Pasien tidak
4. Melakukan pencegahan O:
resiko jatuh pada Tn.K
5. MemBerikan pengaturan - pasien tamp
posisi Tn.K tempat tidur
- Berikan pos
- Melakukan
masalah belum
P: intervensi dilanju
- memberikan
dan kulit kepal
- memberikan
kesehatan mulu
- Lakukan p
jatuh pada klie
- Berikan pen
Pasien mengalami
Glosofaringeal
58
TTV : Td : 120/90 P :
BB : 54
P: intervensi dilanju
1. mem
2. peng
disarankan
3. statu
makan dan m
TANGGAL
59
1 JUMAT 08 Ketidakefe 09.00 8. Memonitor status neurologi S: 09.00
juni 2018 ktifan perfusi Tn.K dengan cara mengukur GCS.
9. Memberikan terapi oksigen - klien mengatakan kepala
jaringan untuk Tn.K
perifer - Pasien mentakansusah men
10. 2 liter dengan nasal
kanul - Pasien berbicara pelo
10.00
11. Memposisikan kepala - Pasien mengatakan bagia
pasien untunk digerakan
mengoptimalkan aliran oksigen
posisi terlentang
O:
12. Meletakan kepala dan
leher Tn.K dalam posisi netral, - Pasien tamapak susah berge
hindari fleksi pinggang yang yang
berlebihan posisi 15-30º - Pasientampak memegang e
12.30 13. Memonitor respon
babinski Tn.K - Pasien bicara pelo
60
2
09.00
10.30
10.45
S: 09.00
sebelah kiri
61
- Pasien tidak melaku kanaktivitas
- Anjurkan pasien mengubah posisi 2jam sekali - Lakuakan latihan ROM - ttv
: TD 120/90 mmhg N:
80x/m P:21 s: 37ºc
-
Hambatan komunika
si verbal
09.00
62
5. Menganjurkan kunjungan keluarga secara teratur untuk memberi stimulus
komunikasi.
6. Kolaborasi dengan fisioterapi dalam terapi bicara
S:
63
4 JUMAT 08 juni Defisit 08.00 1. MemBerikan S: 08.00
2018 perawata n perawatan rambut dan
diri : kulit kepala Tn.K - keluarga pasien mengatakan aktivitas dibant oleh
2. MemBerikan keluarga
mandi
pemeliharaan kesehatan
mulut Tn.K - Pasien tidak bisa mandi sendiri
3. Melakukan perawatan
mandi Tn.K - Pasien tidak bisa makan sendiri O:
64
5 JUMAT 08 Ketidak 08.30 5. Memonitor tanda vital seperti TD nadi S:
juni 2018 seibangan Pernapasan suhu
6. Melakukan terapi menelan dan mlihat ada - p
nutrisi b/d
reflek muntah nya K
ketidak mengata
7. Memonitor nutrisi pada Tn.K
mampuan menenla
mencerna 8. Memberi makan lewat NGT dengan spuit O: pasien
mkanan
50cc dan diberimakanan sebanyak 100 cc Pasien m
Pasien
nervus G
TTV : Td
37
BB : 54
A: masal
P: inte
perawat
65
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
66
DAFTAR PUSTAKA
Baehr, M., Frotscher, M. 2005. Duus’ Topical Diagnosis in Neurology. 4th ed.
Thieme: New York. pp 350-53
Pusat Stroke Internet. Sindrom stroke: Arteri serebral tengah - divisi superior.
[Internet]. [diperbarui Juli 1999; dikutip 13 Mei 2011]. Diperoleh dari
http://www.strokecenter.org/prof/syndromes/syndromePage5.htm
Pusat Stroke Internet. Sindrom stroke: Arteri serebral tengah - divisi inferior.
[Internet]. [diperbarui Juli 1999; dikutip 13 Mei 2011]. Diperoleh dari
http://www.strokecenter.org/prof/syndromes/syndromePage6.htm
67