DISUSUN OLEH :
ANGELIA KUSUMAWATI
2020060144
Ada dua jenis mastitis yaitu, mastitis non infeksi dan mastitis infeksi. Mastitis
non infeksi yang biasanya disebabkan oleh stasis susu (susu diproduksi, tetapi tetap di
payudara). Ibu yang mengalami mastitis non infeksi biasanya merasakan payudara
terasa nyeri, bengkak dan ketidaknyaman (Chiu et al., 2013).
C. MANIFESTASI KLINIK
Manisfestasi klinis mastitis yang umum adalah area payudara yang terasasakit
dan keras. Ibu menyusui yang mengalami mastitis mengalami nyeri, bengkak sehingga
ibu merasa tidak nyaman akibat tersumbatnya saluran ASI pada payudara. Berdasarkan
jenisnya mastitis dibedakan menjadi dua, mastitis infeksi dan mastitis non-infeksi.
Gejala yang timbul dari mastiti infeksi biasanya ditandai adanya respon inflamasi dan
rusaknya jaringan puting puting menjadi pecah-pecah sehingga dengan mudah bakteri
untuk masuk, sedangkan tanda dan gejala mastitis non-infeksi payudara mengalami
pembengkakan yang upnormal payudara yang mengeras, terasa sakit apabila disentuh
dan terasa tegang dikarenakan kurangnya waktu menyusui untuk bayi. (Rysna, 2015).
D. PATOFISIOLOGI
Pada umumnya porte de entry menyebabkan puting menjadi luka dan lecet,
kemudian bakteri menjalar pada duktus-duktus yang berkembang biak sehingga terjadi
pus. Terjadinya mastitis diawali dengan peningkatan tekanan di dalam duktus (saluran
ASI) akibat stasis ASI. Bila ASI tidak segera dikeluarkan maka terjadi tegangan alveoli
yang berlebihan dan mengakibatkan sel epitel yang memproduksi ASI menjadi datar
dan tertekan, sehingga permeabilitas jaringan ikat meningkat. Beberapa komponen
(terutama protein kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI dan
selanjutnya ke jaringan sekitar sel sehingga memicu respons imun. Stasis ASI, adanya
respons inflamasi, dan kerusakan jaringan memudahkan terjadinya infeksi
(Novyaningtias, 2016).
Terdapat beberapa cara masuknya kuman yaitu melalui Duktus Laktiferus ke
lobus sekresi, melalui puting yang retak ke kelenjar limfe sekitar duktus (periduktal)
atau melalui penyebaran hematogen (pembuluh darah). Organisme yang paling sering
adalah Staphylococcus Aureus, Escherecia Coli dan Streptococcus. Kadang-kadang
ditemukan pula mastitis tuberkulosis yang menyebabkan bayi dapat menderita
tuberkulosa tonsil. Pada daerah endemis tuberkulosa kejadian mastitis tuberkulosis
mencapai 1% (IDAI, 2013).
E. PATHWAY
kuman/ bakteri
↓
merusak jaringan
↓
Imun menurun
↓
Proses Peradangan
↓
Reaksi Presensitifitas
↓
Kerusakan jaringan, kematian jaringan → perubahan ukuran mamae
↓ ↓
Infeksi gangguan
Gangguancitracitra
tubuh
↓ tubuh
Ansietas
Adanya Push
↓
Abses
Kurangnya
pengetahuan/ Pre Op Post op
informasi
( Novaningtyas, 2016 )
F. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medis
Antibiotik diberikan jika dalam 12-24 jam tidak ada perubahan atautidak ada
perubahan, antibiotik yamg diberikan berupa penicillin resistan-penisilinase . Jika
ibu alegi terhadap penisilinase dapat diberikan Eritromisin. Terapi yang paling
umum adalah adalah Dikloksasilin. Berikut antibiotik yang efektif terhadap infeksi
Staphylococcus aureus.
Tabel 1.1 Dosis antibiotic
Antibiotic Dosis
Eritromisin 250-500 mg setiap 6 jam
Flukloksasilin 250 mg setiap 6 jam
Dikloksasilin 125-250mg setiap 6 jam per oral
Amoksasilin (sic) 250-500mg setiap 8 jam
Sefaleksin 250-500mg setiap 6 jam
4. Pengkajian Fokus
a. Identitas
1.) Identitas Klien
Nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, umur, alamat, pendidikan,
pekerjaan, agama, suku, diagnose medis, tindakan medis, tanggal masuk,
tanggal operasi dantanggal pengkajian
2.) Identitas penanggung jawab
Nama, umur, jennies kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat,
hubungandengan klien dan sumber biaya.
b. Riwayat kesehatan
Dilakukan untuk menggali masalah keperawatan lainnya sesuai keluhan pasien.
1.) Keluhan utama
Klien post operasi apendiktomi biasanya mengeluh nyeri pada luka operasi
danketerbatasan aktivitas
2.) Riwayat kesehatan sekarang
Klien yang telah menjalani operasi pada umumnya mengeluh nyeri pada luka
operasi yang akan bertambah saat digerakkan atau ditekan dan umumnya
berkurang setelah diberi obat dan istirahat. Keluhan dikaji dengan
menggunakanPQRST
3.) Riwayat kesehatan dahulu
Berisi pengalaman penyakit sebelumnya, apakah memberi pengaruh pada
penyakit yang di derita sekarang serta apakah pernah mengalami pembedahan
sebelumnya.
4.) Riwayat kesehatan keluarga
Berisi pengalaman penyakit sebelumnya, apakah memberi pengaruh pada
penyakit yang di derita sekarang serta apakah pernah mengalami pembedahan
sebelumnya.
c. Pemeriksaan fisik
1.) Keadaan umum
Pemeriksaan tingkat kesadaran, tanda-tanda vital, yaitu tekanan darah, nadi,
RR,dan suhu.
2.) Pemeriksaan fisik head to toe
Pemeriksaan tubuh pasien secara keseluruhan dari kepala sampai kaki
5. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (D.0077)
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh (D.0083)
3. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0080)
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif (D.0142)
6. Perencanaan Keperawatan
Amalia, K. D., N.D. (2013) Isolasi, Identifiksi Dan Uji Sensitfitas Staphylococcus
Aureua Terhadap Amoksilin Dari Sempel Susu Kambing Peranakan
Ettawa (PE) Penderita Mastitis Di Wilayah Girimulyo, Kulonprogo,
Yogyakarta. Vol 31(2).
Anasari, T., & Sumarni. (2014). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Mastitis
Di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto, 4.