Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

HOSPITALISASI

DIAN ROSMALINA
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hospitalisasi pada Anak

Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang

perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa

anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari

bayi (0-1 tahun), usia bermain/toodler (1-3 tahun), pra sekolah (3-6 tahun),

usia sekolah (6-11 tahun), hingga remaja (11-18 tahun). Rentang ini

berbeda antara anak satu dengan anak yang lain mengingat latar belakang

anak berbeda, pada anak terdapat rentang perubahan pertumbuhan dan

perkembangan (Hidayat, 2012). Pada proses hospitalisasi anak cenderung

mengalami kecemasan karena takut terhadap lingkungan rumah sakit

prosedur tindakan, perpisahan, keterbatasan privasi dan melakukan

rutinitas atau bahkan kematian (Najmah, 2014).

2.1.1 Pengertian Hospitalisasi

Hospitalisasi merupakan keadaan yang mengharuskan anak tinggal

di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan karena suatu alasan yang

berencana maupun kondisi darurat. Tinggal di rumah sakit dapat

menimbulkan stres bagi anak-anak, remaja, dan keluarga mereka (Mendri

dan Prayogi,2017). Anak yang dirawat di rumah sakit akan berpengaruh

pada kondisi fisik dan psikologinya, hal ini disebut dengan hospitalisasi

(Apriany 2013).

Universitas Binawan
Universitas Binawan
2.1.2 Reaksi terhadap Hospitalisasi

Peran perawat sebagai pemberi asuhan di rumah sakit memegang

peran yang sangat penting salah satunya pelayanan kesehatan baik berupa

tindakan keperawatan langsung maupun pendidikan kesehatan untuk anak.

Perawat harus memperhatikan kehidupan sosial, budaya anak yang dapat

menentukan pola kehidupan anak selanjutnya karena sangat menentukan

perkembangan anak dalam kehidupan yang akhirnya meningkatkan mutu

asuhan keperawatan secara komprehensif melalui aspek bio-psikososial-

spiritual yang ada dalam diri manusia (Irwandi, 2015).

Pada saat hospitalisasi anak akan mengalami stres yakni takut atau

cemas karena lingkungan yang asing bagi anak. Stres yang dialami anak

akan menimbulkan banyak reaksi misalnya terhadap penyakit atau

masalah diri anak pra sekolah seperti perpisahan, tidak mengenal

lingkungan, hilangnya kasih sayang, maka akan bereaksi yaitu hilangnya

kontrol, menyangkal, menarik diri, tingkah laku protes, ketakutan saat

petugas kesehatan akan melakukan perawatan pada anak. Keadaan ini

apabila dibiarkan akan dapat memberikan efek yang kurang baik bagi

pertumbuhan dan perkembangan di samping itu proses penyembuhan

penyakitnya (Adriana, 2011).

Reaksi yang timbul akibat hospitalisasi meliputi:

1. Reaksi anak

Secara umum, anak lebih rentan terhadap efek penyakit dan

hospitalisasi karena kondisi ini merupakan perubahan dari status kesehatan

dan rutinitas umum pada anak. Hospitalisasi menciptakan serangkaian

Universitas Binawan
peristiwa traumatik dan penuh kecemasan dalam iklim ketidakpastian bagi

anak dan keluarganya, baik itu merupakan prosedur elektif yang telah

direncanakan sebelumnya ataupun akan situasi darurat yang terjadi akibat

trauma. Selain efek fisiologis masalah kesehatan terdapat juga efek

psikologis penyakit dan hospitalisasi pada anak (Kyle & Carman, 2015),

yaitu sebagai berikut :

a. Ansietas dan kekuatan Bagi banyak anak memasuki rumah sakit

adalah seperti memasuki dunia asing, sehingga akibatnya

terhadap ansietas dan kekuatan. Ansietas seringkali berasal dari

cepatnya awalan penyakit dan cedera, terutama anak memiliki

pengalaman terbatas terkait dengan penyakit dan cidera.

b. Ansietas perpisahan Ansietas terhadap perpisahan merupakan

kecemasan utama anak di usia tertentu. Kondisi ini terjadi pada

usia sekitar 8 bulan dan berakhir pada usia 3 tahun (American

Academy of Pediatrics, 2010).

c. Kehilangan kontrol Ketika dihospitalisasi, anak mengalami

kehilangan kontrol secara signifikan.

2. Reaksi Orang tua

Hampir semua orang tua berespon terhadap penyakit dan

hospitalisasi anak dengan reaksi yang luar biasa. Pada awalnya orang

tua dapat bereaksi dengan tidak percaya, terutama jika penyakit

tersebut muncul tiba-tiba dan serius. Takut, cemas dan frustasi

merupakan perasaan yang banyak diungkapkan oleh orang tua. Takut

dan cemas dapat berkaitan dengan keseriusan penyakit dan jenis 19

Universitas Binawan
prosedur medis yang digunakan. Sering kali kecemasan yang paling

besar berkaitan dengan trauma dan nyeri yang terjadi pada anak

(Wong, 2009).

2.1.3 Tanda dan Gejala Respon Hospitalisasi

Menurut Cromaria (2015) tanda dan gejala hospitalisasi anak terdiri dari :
1. Fisik, yang ditandai dengan: peningkatan denyut nadi atau

HR,Peningkatan tekanan darah, kesulitan bernafas, sesak nafas, sakit

kepala, migran, kelelahan, sulit tidur, masalah pencernaan yaitu

diare,mual muntah, maag, radang usus besar, sakit perut, gelisah,

keluhansomatik, penyakit ringan, keluhan psikomatik, Frekuensi

buang airkecil, BB meningkat atau menurun atau lebih 4,5 kg.

2. Emosional, yang ditandai dengan gampang marah, reaksi berlebihan

terhadap situasi tertentu yang relative kecil, luapan kemarahan, cepat

marah, permusuhan, kurang minat, menarik diri, apatis, tidak

bisabangun di pagi hari, cenderung menangis, menyalahkan orang

lain,sikap mencurigakan, khawatir, depresi, sinis, sikap negatif,

menutupdiri dan ketidakpuasan.

3. Intelektual, yang ditandai dengan menolak pendapat orang lain,

dayahayal tinggi (khawatir akan penyakitnya), konsentrasi

menurunterutama pada pekerjaan yang rumit, penurunan kreatifitas,

berpikir lambat, reaksi lambat, sulit dalam pembelajaran, sikap yang

tidak peduli, malas.

Universitas Binawan
2.1.4 Respon Perilaku Hospitalisasi

Respon perilaku terhadap hospitalisasi menurut Saputra (2012) meliputi :

1. Tahap protes.

Pada tahap ini anak-anak bereaksi secara agresif terhadap perpisahan

dengan orangtua. Mereka menangis dan berteriak memanggil orangtua

mereka, menolak perhatian dari orang lain, dan kedukaan mereka tidak

dapat ditenangkan. Perilaku yang diobservasi seperti: menangis, berteriak,

mencari orangtua, memegang orangtua dengan erat, dan menghindari

kontak mata dengan orang lain.Selain itu pada anak usia pra sekolah

perilaku yang dapat diobservasi seperti: menyerang orang asing dengan

verbal, menyerang orang asing dengan fisik, mencoba kabur untuk

mencari orangtua, dan mencoba menahan orangtua untuk tetap tinggal.

Perilaku-perilaku tersebut dapat berlangsung dari beberapa jam sampai

beberapa hari. Protes seperti menangis, dapat berlangsung hanya berhenti

bila lelah dan pendekatan orang asing dapat mencetuskan peningkatan

stres.

2. Tahap putus asa.

Selama tahap ini tangisan berhenti dan muncul depresi. Anak tersebut

menjadi begitu aktif, tidak tertarik bermain atau terhadap makanan, dan

menarik diri dengan orang lain. Perilaku yang dapat diobservasi seperti:

tidak aktif, menarik diri dengan orang lain, depresi/sedih, tidak tertarik

dengan lingkungan,tidak komunikatif, mundur ke perilaku awal

(mengompol, mengisap ibu jari, menggunakan dot dan botol). Lamanya

Universitas Binawan
perilaku tersebut berlangsung secara bervariasi. Kondisi fisik anak dapat

semakin memburuk karena menolak untuk makan, minum, atau bergerak.

3. Tahap pelepasan.

Tahap ini disebut juga tahap penyangkalan. Anak akhirnya menyesuaikan

diri dengan lingkungan. Anak menjadi lebih tertarik dengan lingkungan

sekitar, bermain dengan orang lain, dan tampak membina hubungan baru

dengan orang lain. Perilaku yang dapat diobservasi seperti: menunjukkan

peningkatan minat terhadap lingkungan sekitar, berinteraksi dengan orang

asing atau pemberi asuhan yang dikenalnya, membentuk hubungan baru

namun dangkal, dan tampak bahagia. Pelepasan biasanya terjadi setelah

perpisahan yang terlalu lama dengan orangtua dan jarang terlihat pada

anak-anak yang menjalani hospitalisasi. Perilaku tersebut mewakili

penyesuaian terhadap kehilangan.

2.1.5 Dampak Hospitalisasi

Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis utama yang terjadi pada

anak. Ketika anak dirawat di rumah sakit, mereka akan mudah mengalami stres

akibat adanya perubahan dari segi status kesehatannya maupun lingkungannya

dalam kebiasaan mereka sehari- hari dan disebabkan juga karena anak memiliki

keterbatasan koping dalam mengatasi masalah yang bersifat menekan. Anak juga

akan mengalami gangguan emosional dan gangguan perkembangan saat menjalani

hospitalisasi (Utami, 2014).

Berikut ini adalah dampak hospitalisasi terhadap anak usia prasekolah

menurut Hidayat (2012) sebagai berikut :

1. Cemas disebabkan perpisahan.

Universitas Binawan
Sebagian besar kecemasan yang terjadi pada anak pertengahan sampai

anak periode prasekolah adalah cemas karena perpisahan. Hubungan anak

dengan ibu sangat dekat sehingga perpisahan dengan ibu akan

menimbulkan rasa kehilangan terhadap orang yang terdekat bagi diri anak.

Selain itu, lingkungan yang belum dikenal akan mengakibatkan perasaan

tidak aman dan rasa cemas.

2. Kehilangan control.

Anak yang mengalami hospitalisasi biasanya kehilangan kontrol. Hal ini

terihat jelas dalam perilaku anak dalam hal kemampuan motorik, bermain,

melakukan hubungan interpersonal, melakukan aktivitas hidup sehari-hari

activity daily living (ADL), dan komunikasi. Akibat sakit dan dirawat di

rumah sakit, anak akan kehilangan kebebasan pandangan ego dalam

mengembangkan otonominya. Ketergantungan merupakan karakteristik

anak dari peran terhadap sakit. Anak akan bereaksi terhadap

ketergantungan dengan cara negatif, anak akan menjadi cepat marah dan

agresif. Jika terjadi ketergantungan dalam jangka waktu lama (karena

penyakit kronis), maka anak akan kehilangan otonominya dan pada

akhirnya akan menarik diri dari hubungan interpersonal.

3. Luka pada tubuh dan rasa sakit (rasa nyeri). Konsep tentang citra tubuh,

khususnya pengertian body boundaries (perlindungan tubuh), pada kanak-

kanak sedikit sekali berkembang. Berdasarkan hasil pengamatan, bila

dilakukan pemeriksaan telinga, mulut atau suhu pada rektal akan membuat

anak sangat cemas. Reaksi anak terhadap tindakan yang tidak menyakitkan

sama seperti tindakan yang sangat menyakitkan. Anak akan bereaksi

Universitas Binawan
terhadap rasa nyeri dengan menangis, mengatupkan gigi, menggigit bibir,

menendang, memukul atau berlari keluar.

4. Dampak negatif dari hospitalisasi lainya pada usia anak prasekolah adalah

gangguan fisik, psikis, sosial dan adaptasi terhadap lingkungan.

Salah satu tindakan yang diharapkan adalah tenaga perawat dapat

membina hubungan baik dengan pasien yaitu dapat melalui teknik dan

sikap komunikasi serta berperilaku caring selama memberikan asuhan

keperawatan kepada pasien agar kebutuhan pasien dapat terpenuhi. Salah

satu cara mengatasi masalah tersebut yaitu dengan sikap caring. Perilaku

caring merupakan salah satu standar asuhan keperawatan yang wajib

dilaksanakan oleh seorang tenaga perawat (Darmawan & Ngurah, 2018).

Perilaku caring dalam keperawatan dipelajari dari berbagai macam

filosofi artinya bukan hanya perawat saja yang berperilaku caring tetapi

sebagai manusia kita juga bisa memperhatikan sesama. Perilaku caring

dari perawat dan pelayanan secara komprehensif serta holistik, membantu

memberikan kenyamanan dan ketenangan bagi pasien (Darmawan &

Ngurah, 2018).

Universitas Binawan
DAFTAR PUSTAKA

Afitasari, Sofyani, S., & Erna Mutiara. (2016). Perbandingan Gangguan Perilaku
Anak Penderita Penyakit Jantung Bawaan Dan Saudaranya Yang Sehat. Sari
Pediatri, 16(4).
Aulia, Tamara. 2011. Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan
Konsumen Jasa Petikemas pada PT. Pelabuhan Indonesia IV (persero)
Cabang Terminal Petikemas di Makassar. Skripsi: Universitas
Hasanuddin Makassar.
Apriany, D. (2013). Hubungan antara hospitalisasi anak dengan tingkat
kecemasan orangtua. The soedirman journal of nursing. Vol 8 no 2 Juli
2013.
Ariani, Novira, R. Y., & Yosoprawoto, M. (2014). Kualitas Hidup Anak Dengan
Penyakit Jantung. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 7(1).
Boyarchuk, O., Hariyan, T., & Kovalchuk, T. (2018). Clinical Features Of
Rheumatic Heart Disease In Children And Adults In Western Ukraine.
Bangladesh Journal Of Medical Science, 18(1), 87–93.
Https://Doi.Org/10.3329/Bjms.V18i1.39556
Carapeties, Brown, Maguire, Walsh, Noonan, & Hompson. (2014). The
Australian Guideline For Prevention, Diagnosis And Management Of Acute
Rheumatic Fever And Rheumatic Heart Disease. Edisi Ke-2. National Heart
Foundation Of Australia And The Cardiac Society Of Australia And New
Zealand. Menzies School Of Heart Research, 30-98.
Crump, C., Rivera, D., London, R., Landau, M., Erlendson, B., & Rodriguez, E.
(2013). Chronic Health Conditions And School Performance Among
Children And Youth. Annals Of Epidemiology, 23(4), 179–184.
Https://Doi.Org/10.1016/J.Annepidem.2013.01.001
Daryanto, & I. Setyobudi. (2014). Konsumen dan Pelayanan Prima. Yogyakarta:
Gava Media.
Darmawan, & Ngurah, K. (2018). Hubungan Perilaku Caring Perawat Terhadap
Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap Di Rsud Klungkung. Jurnal Dunia
Kesehatan, 5(1).
Darlington D., Strauss M.B, & Abreu P. (2011) Nurse caring behaviour as
perceived by paediatric patients, paediatric nurses, paediatric/caretakers
and physician. Diakses melalui
http/www.pndownloads/posters/2011/R2_Darlington pada 23 Februari
2016.
Dharma, K. K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan: Panduan
Melaksanakan dan Menerapkan Penelitian. Depok : CV Trans Info Media.

Djer MM, Madiyono B. Tatalaksana Penyakit Jantung Bawaan. Sari Pediatri.


2007;2(3):155–62. http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/2-3-5.pdf

Universitas Binawan
Duffy, J. M (2005): The impact of nurse caring on patient outcomes. In: D. Gaut
(Editor). The presence of caring in nursing. New York: National League
for Nursing 113–136.
Endarti, A. T. (2016). Kualitas Hidup Kesehatan : Konsep, Model Dan
Penggunaan. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 7(2).
Eiser C. Children with Cancer: The Quality of Life. New Jersey: Lawrence
Erlbaum Associates Publisher; 2004.
Evi Hasnita & Sherly Gusvianti. 2018. Meningkatkan Kooperatif Selama
Menjalani Perawatan Pada Anak Usia Prasekolah (3-5 tahun)
Melalui Terapi Bermain. Vol.1, No.1.
Gurusinaga, Rahmad. 2015. Hubungan Perilaku Caring Perawat dan Kepuasan
Pasien Rawat Inap RS Adam Malik Medan tahun 2015. Tesis: Universitas
Sumatera Utara.
Handoko, D. 2003. Manajemen Keperawatan Konseptual. Cetakan Ke-18.
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Hariyanto, D. (2016). Profil Penyakit Jantung Bawaan Di Instalasi Rawat Inap
Anak Rsup Dr.M.Djamil Padang Januari 2008 – Februari 2011. Sari
Pediatri, 14(3), 22.
Hasnul, M., Najirman, N., & Yanwirasti, Y. (2015). Karakteristik Pasien Penyakit
Jantung Rematik Yang Dirawat Inap Di Rsup Dr. M. Djamil Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas, 4(3). Https://Doi.Org/10.25077/Jka.V4i3.383
Hidayat, A. A. (2012). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Ed I: Jakarta,
Salemba
Hoffman, J. I. ., & Kaplan, S. (2002). The Incidence Of Congenital Heart Disease.
Journal Of The American College Of Cardiology, 39(12), 1890–1900.
Https://Doi.Org/10.1016/S0735-1097(02)01886-7
Irwandi. (2015). Korelasi Peran Perawat Dan Dukungan Keluarga Dengan
Tingkat Kecemasan Akibat Hospitalisasi Pada Anak Usia Pra Sekolah Di
Ruang Kenari Rs. Dr. Bratanata Jambi. Jurnal Akper Garuda Putih, 1(2).
Indrastuti, Yani. 2010. Analisis Hubungan Perilaku Caring dan Motivasi dengan
Kinerja Perawat Pelaksana Menerapkan Prinsip Etik Keperawatan
Dalam Asuhan Keperawatan Di RSUD Sragen 2010. Skripsi: Universitas
Indonesia.
Kasron. 2016. Buku ajaran keperawatan kardiovaskuler, Jakarta; CV. Trans Info
Media.
Kartika. (2017). Buku Ajar Dasar-dasar Riset Keperawatan dan Pengolahan data
Statistik. Jakarta : Trans Info Media.
Karsdorp, P. A., Everaerd, W., Kindt, M., & Mulder, B. J. M. (2013).
Psychological And Cognitive Functioning In Children And Adolescents With
Congenital Heart Disease: A Meta-Analysis. Journal Of Pediatric
Psychology, 32(5), 527–541. Https://Doi.Org/10.1093/Jpepsy/Jsl047
Kaur, et al. 2015, Impact of emotional intelligence and spiritual intelligence on
the caring behavior of nurses: a dimension - level exploratory study
among public hospitals in Malaysia. Diakses melalui web
https://www.researchgate.net/publication/272946942 pada 13 Mei 2016.

Universitas Binawan
Khoshnood B, Loane M, Garne E, et al. Recent Decrease in the Prevalence of
Congenital Heart Defects in Europe. J Pediatr. 2017;162(1):108–113.e2.
http://dx.doi.org/10.1016/j.jpeds.2012.06.035
Kyle, T & Carman, S. (2015). Buku Praktik Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC.
Kiling, I. Y., Novianti, B., & Kiling-Bunga. (2019). Pengukuran Dan Faktor
Kualitas Hidup Pada Orang Usia Lanjut. Journal Of Health And Behavioral
Science, 1(3).
Liu, Yingjuan, Chen Sen, et al. Global birth prevalence of congenital heart defects
1970-2017: updated systematic review and meta-analysis of 260 studies - PubMed
(nih.gov) pada April 2019
Muhammad, I. (2016). Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Bidang
Kesehatan Menggunakan Metode Ilmiah. Bandung : Cita Pustaka Media
Perintis.
Nursalam. 2009. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan, Jakarta: Selamba Medika.
Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan : Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Ed 3. Jakarta. Salemba Medika
Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Melani. (2013). Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Reumatik (Pjr) Yang
Dirawat Inap Di Rsup H. Adam Malik Medan Tahun 2004-2008. In
Universitas Sumatera Utara.
Mitchell, S. C., Korones, S. B., & Berendes, H. W. (1971). Congenital Heart
Disease In 56,109 Births Incidence And Natural History. Circulation, 43(3),
323–332. Https://Doi.Org/10.1161/01.Cir.43.3.323
Perry, A.G. & Poter. 2009. Fundamentals of Nursing : Fundamental
Keperawatan (edisi 7). Terjemahan. Jakarta: Salemba Medika.
Prompahakul, C., Nilmanat, K., & Kongsuwan, W. 2011. Nurses caring behavior
for dying patients in southern Thailand. Nurse Media Jounal of Nursing,
1(2), 147-158.
Sitompul, J. A. (2019). Pentingnya Hubungan Interpersonal Dengan Perawat
Demi Keselamatan Pasien. Osf.
Https://Doi.Org/Https://Doi.Org/10.31227/Osf.Io/2xvjq
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Alfabeta.
Tempo.
Sobirin, Achmad. 2002. Gambaran Perilaku Caring Perawat di RSUD Unit
Swadana Kabupaten Subang. Skripsi: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia.
Supranto. (2011). Pengukuran Tingkat kepuasan Pelanggan. Jakarta: Rineka Cipta
Triwibowo. (2013). Manajemen Pelayanan Keperawatan Di Rumah Sakit. Trans
Info Media.
Utomo, P. (2020). Berbahayakah Operasi Penyakit Jantung Bawaan Pada Anak?
National Cardiovascular Center Harapan Kita.
https://pjnhk.go.id/artikel/berbahayakah-operasi-penyakit-jantung-bawaan-
pada-anak

Universitas Binawan
Utami, Yuli. (2020). Dampak Hospitalisasi Terhadap Perkembangan Anak.
Jakarta. Volume 2 Nomor 2 Mei-Juli 2014
Watson, J. Human Caring Science. Jones & Bartlett Publishers; 2011.
WHO. 2016. Congenital fact sheet. Dapat dilihat pada https://www.who.int/news-
room/fact-sheets/detail/congenital-anomalies ( diakses pada 1 Desember 2020 )
Wong, D.L., Hockenberry, M., Eaton, Wilson, D., Winkelstein., & Schwartz, P.
Buku Ajar: Keperawatan Pediatrik Edisi 6. (Alih Bahasa: Hartono. A.,
Kurnianingsih, S., & Setiawan). Jakarta: EGC. 2009.

Universitas Binawan

Anda mungkin juga menyukai