Disusun Oleh ;
Dian Rosmalina (012142069)
A. Definisi
1. Pengertian Mobilitas
bergerak secara mudah, bebas dan teratur untuk mencapai suatu tujuan,
dengan bantuan orang lain dan hanya dengan bantuan alat (Widuri,
2010).
2010)
Imobilitas atau gangguan mobilitas adalah keterbatasan fisik tubuh atau satu
atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah (Nurarif .A.H. dan Kusuma.
H, 2015).
Gangguan mobilitas fisik (immobilisasi) didefinisikan oleh North American
gerakan fisik antara lain : lansia, individu dengan penyakit yang mengalami
penurunan kesadaran lebih dari 3 hari atau lebih, individu yang kehilangan
(seperti gips atau traksi), dan pembatasan gerakan volunter, atau gangguan
3. Jenis Mobilitas
penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan
volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh
gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Mobilitas sebagian
dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh
4. Jenis Imobilitas
mengurangi tekanan.
keterbatasan daya pikir, seperti pada pasien yang mengalami kerusakan otak
diri. Sebagai contoh, keadaan stres berat dapat disebabkan karena bedah
c. Kekakuan sendi
d. Kontraktur
e. Gangguan muskuloskletal
f. Gangguan neuromuskular
1) Subjektif
2) Objektif
1) Subjektif
2) Objektif
a) Sendi kaku
b) Gerakan tidak terkoordinasi
c) Gerak terbatas
perubahan kulit, perubahan eliminasi (buang air besar dan kecil), dan
a. Perubahan Metabolisme
dalam tubuh. Hal tersebut dapat dijumpai pada menurunnya basal metabolism
urine dan pengingkatan nitrogen. Hal tersebut dapat ditemukan pada pasien
yang mengalami imobilitas pada hari kelima dan keenam. Beberapa dampak
tingkat sel menurun, di mana sel tidak lagi menerima glukosa, asam amino,
lemak, dan oksigen dalam jumlah yang cukup untuk melaksanakan aktivitas
metabolisme.
keluhan, seperti perut kembung, mual, dan nyeri lambung yang dapat
Penurunan ekspansi paru dapat terjadi karena tekanan yang meningkat oleh
permukaan paru.
f. Perubahan Kardiovaskular
kemampuan saraf otonom. Pada posisi yang tetap dan lama, refleks
darah terkumpul pada vena bagian bawah sehingga aliran darah ke sistem
Terjadinya trombus juga disebabkan oleh vena statsi yang merupakan hasil
1) Gangguan Muskular
dapat menyebabkan atropi pada otot. Sebagai contoh, otot betis seseorang
yang telah
dirawat lebih dari enam minggu ukurannya akan lebih kecil selain
2) Gangguan Skeletal
kondisi yang abnormal dengan kriteria adanya fleksi dan fiksasi yang
akibat tekanan kulit yang kuat dan sirkulasi yang menurun ke jaringan.
i. Perubahan Eliminasi
j. Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas, antara lain lain timbulnya rasa
beraktifitas.
jaringan.
9. Komplikasi
Pada stroke non hemoragik dengan gangguan mobilitas fisik jika tidak
a. Pembekuan darah
cairan, pembengkaan selain itu juga menyebabkan embolisme paru yaitu sebuah
Bagian yang biasa mengalami memar adalah pinggul, pantat, sendi kaki
dan tumit bila memar ini tidak dirawat akan menjadi infeksi.
c. Pneumonia
Pasien stroke non hemoragik tidak bisa batuk dan menelan dengan
menimbulkan pneumonia.
a) Disritmia
c) Kontraktur
d) Gagal nafas
disebabkan oleh kerusakan pada beberapa sistem saraf pusat meregulasi gerakan
mobilisasi. Iskemia akibat stroke dapat merusak serebelum atau strip motoric
kerusakan strip motorik. Misalnya seseorang dengan hemoragi serebral sisi kanan
disertai nekrosis telah merusak strip motorik kanan yang menyebabkan
aktif ataupun pasif. Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan
Latihan ROM pasif adalah latihan ROM yang di lakukan pasien dengan
bantuan perawat pada setiap-setiap gerakan. Indikasi latihan pasif adalah pasien
semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu
melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien
tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total. Latihan ROM
melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi
normal. Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan
cara menggunakan otot-ototnya secara aktif . Sendi yang digerakkan pada ROM
aktif adalah sendi di seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki oleh klien
1 2 3
Leher
Gerakan Penjelasan Rentang
Ibu
Jari
Fleksi Menggerakkan ibu jari menyilang Rentang 90°
permukaan telapak tangan.
Ekstensi Menggerakkan ibu jari lurus Rentang 90°
menjauh dari tangan.
Abduksi Menjauhkan ibu jari kedepan Rentang 30°
tangan.
Adduksi Menggerakkan ibu jari ke depan Rentang 30°
tangan.
Oposisi Menyentuh ibu jari ke setiap jari –
jari tangan pada tangan yang sama.
Pangg
ul
Ekstensi Menggerakkan kembali kesamping Rentang 90-120°
tungkai yang lain.
Hiperekstens Menggerakkan tungkai kebelakang Rentang 30-50°
i
tubuh.
Abduksi Menggerakkan tungkai kesamping Rentang 30-50°
tubuh.
Adduksi Menggerakkan tungkai kembali Rentang 30-50°
keposisi media dan melebihi
jika mungkin.
1 2 3
Rotasi dalam Memutar kaki dan tungkai kearah Rentang 90°
tungkai lain.
Rotasi luar Memutar kaki dan tungkai Rentang 90°
menjauhi
tungkai lain.
Sirkumduksi Menggerakkan tungkai melingkar. -
Lut
ut
Fleksi Merakkan tumit kearah belakang Rentang 120-
130°
paha.
Ekstensi Mengembalikan tungkai kelantai. Rentang 120-
130°
Mata Kaki
Dorsi fleksi Menggerakkan kaki sehingga jari – Rentang 20-30°
jari kaki menekuk keatas.
Plantar Menggerakkan kaki sehingga jari – Rentang 45-50°
fleksi
jari kaki menekuk ke bawah.
Inversi Memutar telapak kaki kesamping Rentang 10°
dalam.
Eversi Memutar telapak kaki kesamping Rentang 10°
luar
Jari – Jari Kaki
Fleksi Menekukkan jari- jari ke bawah. Rentang 30-60°
Ekstensi Meluruskan jari – jari kaki. Rentang 30-60°
Sumber : Potter & Perry, Fundamental Keperawatan, 2006
B. Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik dengan Gangguan
Mobilitas Fisik
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah bagian dari setiap aktifitas yang dilakukan oleh perawat
yang ada. Yaitu tahapan di mana seorang perawat harus menggali informasi
secara terus menerus dari pasien maupun anggota keluarga yang dibina (Murwani,
Setyowati, & Riwidikdo, 2008). Menurut Bakri (2016) dalam proses pengkajian
disesuikan dengan kondisi pasien dan sosial budayanya. Selain itu, diperlukan
metode yang tepat bagi perawat untuk mendapatkan data pengkajian yang akurat
a. Pengumpulan data
kesehatan klien. Proses ini harus sistematis dan kontinu untuk mencegah
pemeriksaan.
1) Observasi
2) Wawancara
3) Pemeriksaan
merupakan suatu proses inspeksi tubuh dan sistem tubuh untuk menentukan ada
atau rontgen. Pemeriksaan fiik terdiri dari empat prosedur yang digunakan yaitu
inspeksi, palpasi dan auskultasi pemeriksaan fisik dalat dilakukan secara head to
diinginkan. Terdapat dua tipe data pada saat pengkajian yaitu data subjektif dan
data objektif. Data subjektif adalah data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu
pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak dapat
ditentukan oleh perawat secara independen, tetapi melalui suatu interaksi atau
persepsi pasien, perasaan, dan ide tentang status kesehatannya. Informasi yang
kesehatan lainnya juga dapat sebagai data subjektif jika didasarkan pada pendapat
Sedangkan data objetif adalah data yang diobservasi dan diukur. Informasi
tersebut biasanya diperoleh melalui “sense”: 2S (sight atau pengelihatan dan smell
atau penciuman) dan HT (hearing atau pendengaran dan touch atau taste ) selama
meliputi:
1) Anamnesis
utama yang dilaksanakan perawat karena 80% diagnosis masalah pasien dapat
memperoleh data subjektif dari pasien mengenai awitan masalhnya dan bagimana
penangan yang sudah dilakukan. Persepsi dan harapan pasien sehubungan dengan
2010).
a) Informasi Biografi
Informasi biografi meliputi tanggal lahir, alamat, jenis kelamin, usia, status
pekerjaan, status perkawinan, nama anggota keluarga terdekat atau orang terdekat
lainnya, agama, dan sumber asuransi kesehatan. Usia pasien dapat menunjukkan
tahap perkembangan baik pasien secara fisik maupun psikologis. Jenis kelamin
dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap
b) Keluhan Utama
Pengkajian anamnesis keluhan utama didapat dengan menanyakan tentang
Muttaqin, 2010).
semuanya dituliskan pada riwayat penyakit sekarang. Pada umunya, beberapa hal
yang harus diungkapkan pada setiap gejala adalah lama timbulnya (surasi), lokasi
sebelumnya. Menurut (Arif Muttaqin, 2010) hal-hal yang perlu dikaji meliputi:
Ada beberapa obat yang diminum oleh pasien pada masa lalu yang masih
relevan, seperti pemakaian obat kortikosteroid. Catat adanya efek samping yang
terjadi di masa lalu. Selain itu juga harus menanyakan alergi obat dan reaksi alergi
Apabila ada anggota keluarga yang meninggal, maka penyebab kematian juga
ditanyakan. Hal ini ditanyakan karena banyak penyakit menurun dalam keluarga.
kesehatan.
rencana kehidupan pasien adalah penting terutama untuk penyakit kronis, di mana
pasien harus mengetahui bantuan sosial apa yang tersedia dan apakah pasien dapat
mecapai rumah).
seorang pasien. Setiap pola merupakan suatu rangkaian perilaku yang membantu
Potter, 1996).
a) Persepsi-kesehatan-pola manajemen-kesehatan
suplai gizi, meliputi pola konsumsi makanan dan cairan, keadaan kulit, rambut,
kuku, dan membrane mukosa, suhu tubuh, tinggi dan berat badan.
c) Pola eliminasi
rekreasi, termasuk aktivitas kehidupan sehari-hari, tipe dan kualitas olahraga, dan
sirkulasi).
dan penghidu).
g) Pola persepsi-diri-konsep-diri
terhadap peran utama dan tanggung jawab dalam situasi kehidupan saat ini.
2) Pemeriksaan fisik
dimulai dari kepala ke ujung kaki atau head to toe dapat lebih mudah dilakukan
pada kondisi klinik. Pada pemeriksaan fisik diperlukan empat modalitas dasar
pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengkaji tingkat kesehatan umum
seseorang dan pengukuran tanda-tanda vital (tekanan darah, suhu, respirasi, nadi)
pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja DPP PPNI, 2016).
hemoragik:
hipoglosus.
c. Nyeri akut
penurunan mobilitas.
facial/oral
H, 2015).
3. Intervensi Keperawatan
dan pengetahuan, yang perawat lakukan untuk meningkatkan hasil pada pasien
1 2 3 4
N Diagno Tuju Interve
o. sa an nsi
1 Gangguan NOC NIC
menelan 1. Pencegahan aspirasi Aspiration precaution
Batasan 2. Status menelan : 1. Memantau tingakat
karakteristi tindakan pribadi kesadaran, refleks
k: untuk mencegah batuk, refleks
1. Gangguan pengeluaran muntah, dan
fase cairan dan partikel kemampuan
esofagus padat ke dalam menelan
2. Abnormalit paru 2. Monitor status paru
as pada 3. Status menelan : menjaga atau
fase fase esofagus: mempertahankan
esofagus penyaluran jalan
pada cairan atau partikel nafas
pemeriksaa
n
menelan
1 2 3 4
3. Pernafasan padat dari faring 3. Posisi tegak 90
bau asam ke lambung derajat atau sejauh
4. Bruksisme 4. Status menelan: mungkin
5. Nyeri fase oral : 4. Jauhan manset
epigastrik, persiapan, trakea meningkat
nyeri ulu penahanan, dan 5. Menyuapkan
hati pergerakan cairan makanan dalam
6. Menol atau partikel padat jumlah kecil
ak ke arah posterior 6. Hindari makan,
makan mulut. jika residu tinggi
7. Hematemesis 5. Status menelan : tempat
8. Hipereksten fase faring: “pewarna” dalam
si kepala penyaluran cairan tabung pengisi
(misalnya atau partikel padat NG
membukuk dari mulut ke 7. Penawaran makanan
pada saat esofagus atau caiaran yang
atau setelah Kriteria Hasil: dapat dibentuk
makan) 1. Dapat menjadi bolus
9. Bangun mempertahankan sebelum menelan
malam makanan dalam 8. Potong
karena mulut makanan
mimpi buruk 2. Kemampuan menjadi
10.Batuk menelan adekuat potongan-
malam hari 3. Pengirim bolus potongan kecil
11.Terlihat ke hipofaring
bukti selaras dengan
kesulitan refleks menelan
menelan 4. Kemampuan
(misalnya untuk
statis mengosongkan
makanan rongga mulut
pada rongga 5. Mampu
mulut, mengontrol mual
batuk/tersed muntah
ak) 6. Imobilisasi
Faktor yang konsekuen
berhubunga si :
n: fisiologis
1. Akalsia
1 2 3 4
2. Defek
anatomi
didapat
3. Parali
sis
serebr
al
4. Gangguan
saraf kranial
5. Keterlambat
an
perkembang
an
6. Abnormali
tas
orofaring
7. Prematuritas
8. Trauma,
cedera
kepala
traumat
ik
2 Ketidakseimba NOC NIC
ng an Nutrisi 1. Nutritional Nutrition Management
kurang dari status : food and 1. Kaji adanya
kebutuhan fluid alergi makanan
tubuh 2. Intake 2. Kolaborasi dengan
Batasan 3. Nutritional ahli gizi untuk
karakteristi status: nutrient menentukan jumlah
k: intake kalor dan nutrisi
1. Ketida 4. Weight control yang dibutuhkan
k Kriteria hasil: pasien
mampu 1. Adanya 3. Anjurkan pasien
an peningkatan berat untuk meningkatkan
memak intake Fe
badan
an 4. Anjurkan pasien
2. Berat badan ideal
makan untuk meningkatkan
sesuai dengan
an protein dan vitamin
tinggi badan
2. Tonus C
3. Mampu
otot 5. Berikan substansi gula
mengidentifika
menuru 6. Yakinkan diet yang
si kebutuhan
n dimakan
nutrisi
3. Mengelu mengandung
4. Tidak adan tanda-
h tingg serat untuk
ganggua
n sensasi
rasa
4. Kelemahan
otot
1 2 3 4
pengunyah tanda malnutrisi mencegah konstipasi
5. 5. Menunjukkan 7. Berikan makanan
Kelemah peningkatan yang terpilih ( yang
an otot fungsi pengecap sudah
untuk dari menelan dikonsultasikan
menelan 6. Tidak terjadi dengan ahli gizi)
Faktor- penurunan berat 8. Ajarkan pasien
faktor yang badan yang bagaimana membuat
berhubung berarti catatan makanan
an harian
1. Faktor 9. Monitor jumlah
biologis nutrisi dan
2. Faktor kandungan kalori
ekonomi 10.Berikan
3. Ketidakma informasi
mp uan tentang
untuk kebutuhan
mengabsor nutrisi
bsi nutrien 11.Kaji kemampuan
4. Ketida pasien untuk
k mendapatkan nutrisi
mampu yang dibutuhkan
an Nutrition Monitoring
untuk 1. BB pasien dalam
mencer batas normal
na 2. Monitor adanya
makan penurunan berat
an badan
5. Ketida 3. Monitor tipe dan
k jumlah aktivitas yang
mampu biasa dilakukan
an 4. Monitor interaksi
menela anak atau orang tua
n selama makan
makan 5. Monitor
an lingkungan
6. Faktor selama makan
psikologis 6. Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak
1 2 3 4
selama jam makan
7. Monitor kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor mual
dan muntah
10. Monitor kadar
albumin, total
protein,Hb dan kadar
Ht
11. Monitor
pertumbungan dan
perkembangan
12. Monitor pucat,
kemerahan dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
13. Monitor kalori
dan intae nutrisi
14. Catat adanya
edema, hiperemik,
hipertonik papila
lidah dan cavitas
oral.
15. Catat jika lidah
berwarna
magenta,
scarlet.
3 Nyeri akut NOC NIC
Batasan 1. Pain level Pain Management
karakterist
2. Pain control 1. Lakukan pengkajian
ik
3. Comfort level nyeri secara
1. Perubahan
Kriteria hasil: komperhensif
selera
1. Mampu mengontrol termasuk
makan
lokasi, karakteristik,
2. Perubahan
1 2 3 4
tekanan darah nyeri (tahu durasi,
3. Perubah penyebab nyeri, frekuensi,
an mampu kualitas dan
frekuen menggunakan faktor
si tehnik presipitasi
jantung nonfarmakologi 2. Observasi
4. Perubah untuk mengurangi reaksi
an nyeri, mencari nonverbal dari
frekuens bantuan) ketidaknyaman
i 2. Melaporkan an
pernafas bahwa nyeri 3. Gunakan tenik
an berkurang komunikasi
5. Lapor dengan terapeutik untuk
an manajemen mengetahui
isyara nyeri pengalaman nyeri
t 3. Mampu pasien
6. Diaforesis mengenali nyeri ( 4. Kaji kultur yang
7. Perilaku skala, intensitas, mempengaruhi
distraksi frekuensi dan respon
(misalnya tanda nyeri) 5. Evaluasi
berjalan 4. Menyatakan rasa pengalaman nyeri
mondar- nyaman setelah masa lampau
mandi nyeri berkurang 6. Evaluasi bersama
mencari pasien dan tim
orang lain kesehatan lain tentang
dan atau ketidakefektifan
aktivitas kontrol nyeri asa
lain, lampau
aktivitas 7. Bantu pasien dan
yang keluarga untuk
berulang mencari dan
8. Mengekspr menemukan
esi kan
perilaku dukungan
9. Masker 8. Kontrol
wajah
lingkungan yang
10.Sikap
dapat
melindun
mempengaruhi
gi area
nyeri seperti suhu
nyeri
ruangan,
11.Fokus
pencahayaan dan
menyempit
kebisingan
12.Indikasi
9. Kurangi faktor
nyeri yang
dapat
diamati
1 2 3 4
13. Perubaha presipitasi nyeri
nn posisi 10. Pilih dan
untuk lakukan
menghind penanganan
ari nyeri nyeri
14. Sikap (farmakologi,
tubuh non
melindun farmakologi
gi dan
15. Dilatasi pupil interpersonal)
16. Melapork 11. Kaji tipe dan sumber
an nyeri nyeri untuk
secara menentukan
verbal intervensi
17. Ganggu 12. Ajarkan tentang
an tidur teknik non
Faktor farmakologi
yang 13. Berikan analgetik
berhubung untuk mengurangi
an nyeri
1. Agen cedera 14. Evaluasi
(misalnya keefektifan
biologis, kontrol nyeri
kimia, fisik, 15. Tingkatkan istirahat
psikologis) 16. Kolaborasikan
dengan dokter jika
ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
4. Gangguan NOC: NIC :
mobilitas 1. Joint Exercise
fisik Movement : therapy :
Batasan Active ambulation
Karakteristi 2. Mobility level 1. Monitoring vital sign
k: 3. Self care : ADLs sebelum atau
1.Kesulitan 4. Transfer sesudah latihan dan
membolak performance lihat respon pasien
balik posisi Kreteria Hasil : saat latihan
2. Perubahan 1. Klien meningkat 2. Konsultasikan dengan
cara berjalan dalam aktivitas terapi fisik tentang
3. Keterbatasan fisik rencana ambulasi
kemampuan 2. Mengerti tujuan dari sesuai
peningkatan mobilitas dengan kebutuhan
1 2 3 4
melakukan 3. Membervalisasika 3. Bantu klien untuk
keterampilan n perasaan dalam menggunakan
motorik halus peningkatan tongkat saat berjalan
4. Keterbatas kekuatan dan dan cegah terhadap
an kemmapuan cedera
kemampua berpindah 4. Ajarkan pasien atau
n 4.Memperagaka tenaga kesehatan lain
melakukan n penggunaan tentang teknik
keterampia akat ambulasi.
n motorik 5.Bantu untuk 5. Kaji kemampuan
kasar mobilisasi pasien dalam
5. Keterbatas mobilisasi
an rentang 6. Latihan pasien
pergeraka dalam pemenuhan
n sendi kebutuhan adls
Faktor yang secara mandiri
berhubung sesuai kemampuan
an 7. Dampingi dan bantu
1. Penurun pasien saat
an mobilisasi dan
kendali bantu penuhi
otot kebutuhan adls
2. Gangguan 8. Berikan alat bantu
neuromosku jika klien
lar memerlukan
3. Penurunan 9. Ajarkan pasien
kekuatan bagaimana merubah
otot posisi dan berikan
4. Kurang bantuan jika
pengetahuan diperlukan
tentang
aktivitas fisik
5. Keenggan
an
memulai
pergerakan
5. Defisit Noc : Nic :
perawatan diri 1. Sefl care status Self care
2. Self care : dressing assistance :
3. Activity tolerance dressing /
grooming
1. Pantau tingkat kekuatan
1 2 3 4
4. Fatigue level dan toleransi aktivitas
Kriteria hasil: 2. Pantau peningkatan
1. Mampu melakukan dan penurunan
tugas fisik yang kemampuan untuk
paling mendasar berpakaian dan
dan aktivitas melakukan perawatan
perawatan diri rambut
secara mandiri 3. Pertimbangkan usia
dengan atau tanpa pasien ketika
alat bantu mempromosikan
2. Mampu aktivitas perawatan
menganakan diri
pakaian dengan 4. Sediakan pakaian
atau tanpa alat pasien pada tempat
bantu yang mudah di
3. Mampu jangkau
mempertahankan 5. Dukung
kebersihan pribadi kemandirian dalam
dan penampilan berpakaian,
yang rapih secara berhias, bantu
mandiri dengan pasien jika
atau tanpa alat diperlukan
bantu 6. Perawatan diri
4. Perawatan diri eliminasi:
eliminasi: Membantu pasien
mampu ke toilet
melakukan 7. Menyediakan
aktivitas privasi selama
eliminasi eliminasi
5. Mampu duduk 8. Perawatan diri
dan turun dari makan: Memonitor
kloset pasien kemampuan
6. Membersihkan
diri setelah untuk menelan
eliminasi 9. Identifikasi diet
7. Perawatan diri yang diresepkan
makan
10. Mengatur nampan
: kemampuan
makanan dan meja
menyiapkan
makan
padat atau cairan
1 2 3 4
secara aman menarik
dari mulut ke 11.Ciptakan
lambung lingkungan yang
8. Mampu makan menyenangkan
secara mandiri selama waktu
9. Perawatan diri mandi makan
: mampu untuk 12.Pastikan posisi
membersihkan pasien yang tepat
tubuh secara untuk memfasilitas
mandiri dengan mengunyah dan
atau tanpa alat menelan
bantu 13.Memberikan
10.Mampu untuk bantuan fisik, sesuai
mempertahankan kebutuhan
kebersihan dan 14.Perawatan diri mandi
penampilan yang : Menyediakan
rapi secara mandiri artikel pribadi yang
dengan atau tanpa diinginkan ( sikat
alat bantu gigi, sabun, sampo,
11.Mampu untuk lotion, dan produk
merawat mulut dan aromaterapi)
gigi secara mandiri 15.Memfasilitasi
dengan atau tanpa mandi pasien
alat bantu 16.Memantau
12.Mampu integritas kulit
mempertahankan pasien
mobilitas yang 17.Menjaga
diperlukan untuk kebersihan ritual
kamar mandi dan
menyediakan
perlengkapan
mandi
13.Mengungkapk
an secara
verbal
kepuasan
tentang
kebersihan tubuh dan
1 2 3 4
hygine oral.
6. Resiko NOC NIC:
kerusakan 1. Tissue integrity : Pressure Management
intagritas kulit skin and muccous 1. Anjurkan pasien
2. Membranes untuk
3. Hemodyalis akses menggunakan
Kriteria hasil : pakaian longgar
1. Integritas kulit 2. Hindari kerutan
bisa dipertahankan pada tempat tidur
2. Perfusi jaringan baik 3. Jaga kebersihan
3. Mampu kulit agar tetap
melindungi kulit bersih dan kering
dan 4. Mobilisasi pasien
mempertahankan (ubah posisi pasien
kelembaban kulit setiap 2 jam sekali)
dan perawatan 5. Oleskan lotion atau
alami minyak/baby oil
pada daerah yang
tertekan
6. Monitor aktivitas dan
mobilisasi pasien.
7 Resiko Jatuh NOC NIC
Faktor 1. Trauma Risk For Fall prevention
resiko: 2. Injury risk for 1. Mengidentifikasi
Fisiologis Kriteria Hasil : defisit kognitif atau
1. Gangguan 1. Keseimbangan : fisik pasien yang
keseimbang kemampuan dapat meningkatkan
an untuk potensi jatuhdalam
2. Gangguan mempertahanka lingkungan tertentu
mobilitas n ekulibrium 2. Mengidentifikasi
fisik 2. Gerakan perilaku dan faktor
terkoordinasi yang mempengaruhi
kemampuan otot risiko
untuk bekerja sama jatuh
secara volunter
untuk
1 2 3 4
melakukan 3. Mengidentifikasi
gerakan yang karakteristik
bertujuan lingkungan yang
3. Perilaku dapat meningkatkan
pencegahan jatuh : potensi untuk jatuh
tindakan individu 4. Sarankan
atau pemberi perubhana dalam
asuhan untuk gaya berjalan
meminimalkan kepada pasien
faktor resiko yang 5. Mendorong
dapat memicu jatuh pasien untuk
dilingkungan menggunakan
individu tongkat atau alat
4. Kejadian jatuh : pembantu
tidak ada kejadian berjalan
jatuh 6. Kunci roda dari kursi
5. pengetahuan : roda, tempat tidur
keamanan atau brankar selama
pribadi. transfer pasien
6. Pelanggaran 7. Tempat artikel
perlindungan mudah dijangkau
tingkat dari pasien
kebingungan akut 8. Ajarkan pasien
7. Tingkat agitasi bagaimana jatuh
8. Komunitas untuk
pengendalian meminimalkan
risiko : kekerasan cedera
9. Komunitas
tingkat
kekerasan
10.Gerakan
terkoordin
asi
11. Kecenderungan
12. risiko pelarian
untuk kawin
13.Kejadian
terjun
Keparahan
cedera
fisik
1 2 3 4
4. Kerusakan NOC NIC
komunikasi 1. Komunikasi 1. Beri satu kalimat
verbal ekspresif simpel setiap
Batasan ( kesulitan bicara) bertemu, jika
karakterist ekspresi pesan diperlukan
ik verbal dan atau non
2. Konsultasikan
1. Tidak verbal yang
dengan dokter
dapat bermakna
kebutuhan terapi
bicara
2. Mampu wicara
2. Kesulitan memanajemen
3. Dorong pasien
mengekspre kemampuan
untuk
sik an fisik yang
berkomunikasi
pikiran dimiliki
secara perlahan
secara
3. Mampu dan untuk
verbal
mengkomunikasik mengulangi
3. Pelo an kebutuhan permintaan
dengan
4. Sulit bicara 4. Dengarkan
lingkungan sosial
dengan penuh
5. Bicara
perhatian
dengan
kesulitan 5. Beri anjuran
kepada pasien
Faktor yang
dan keluarga
berhubunga
tentang
n:
penggunaan alat
1. Perubaha
bantu bicara
n sistem
saraf 6. Berikan pujian
pusat positif, jika
diperlukan
2. Penurun
an 7. Anjurkan
sirkulasi kunjungan keluarga
ke otak secara teratur untuk
memberi stimulus
3. Hambat
komunikasi
an fisik
4. Pelemah
an
sistem
muskuloskele
t
1 2 3 4
al
tindakan, serta menilai data yang baru. Pada proses keperawatan, implementasi
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah fase kelima dan fase terakhir proses keperawatan. Evaluasi
adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari
pada interval tertentu (misalnya, satu kali seminggu untuk klien perawatan
Asmadi. 2008. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta ; Salemba
Medika
Kozier, dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta ; ECG
Potter and Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Jakarta ;
ECG