I. Konsep Dasar
A. Definisi
a. Mobilisasi
1. Mobilitas adalah pergerakan yang memberikan kebebasan dan kemandirian
bagi seseorang (Ansari, 2011).
2. Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan keegiatan
dengan bebas (Kosier, 1989 cit Ida 2009)
3. Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas,
mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat.
Mobilisasi diperlukan untuk meninngkatkan kesehatan, memperlambat
proses
penyakit
khususnya
penyakit
degeneratif
dan
untuk
b. Immobilisasi
1. Imobilitas didefinisikan secara luas sebagai tingkat aktivitas yang
kurang darimobilitas optimal (Ansari, 2011).
2. Imobilisasi adalah suatu keadaan dimana penderita harus istirahat di
tempat tidur,tidak bergerak secara aktif akibat berbagai penyakit
atau gangguan pada alat/organ tubuh yang bersifat fisik atau mental.
Dapat juga diartikan sebagai suatu keadaan tidak bergerak / tirah
baring yang terus menerus selama 5 hari atau lebih akibat
perubahan fungsi fisiologis (Bimoariotejo, 2009).
3. Immobility (imobilisasi) adalah keadaan tidak bergerak/ tirah baring
(bed rest) selama 3 hari atau lebih (Adi, 2005). Suatu keadaan
keterbatasan kemampuan pergerakan fisik secara mandiri yang
dialami seseorang (Pusva, 2009).
4. Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak
saja kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga
mengalami penurunan aktifitas dari kebiasaan normalnya (Mubarak,
2008).
5. Gangguan mobilitas fisik (immobilisasi) didefinisikan oleh North
American Nursing Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu
kedaaan dimana individu yangmengalami atau beresiko mengalami
keterbatsan gerakan fisik. Individu yang mengalami atau beresiko
mengalami keterbatasan gerakan fisik antara lain : lansia, individu
dengan penyakit yang mengalami penurunan kesadaran lebih dari 3
hari atau lebih, individu yang kehilangan fungsi anatomic akibat
perubahan fisiologik (kehilangan fungsi motorik,klien dengan
stroke, klien penggunaa kursi roda), penggunaan alat eksternal
(seperti gipsatau traksi), dan pembatasan gerakan volunteer (Potter,
2005).
6. Imobilisasi
merupakan
ketidakmampuan
seseorang
untuk
pada
jaringan
kulit,
menurunkan
sirkulasi
dan
Tujuan Mobilisasi
Memenuhi kebutuhan dasar manusia
Mencegah terjadinya trauma
Mempertahankan tingkat kesehatan
Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari - hari
Mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh
C. Batasan karakteristik
1. Ketidakmampuan untuk bergerak dengan tujuan di dalam lingkungan,
2.
3.
4.
5.
dan medis
6. Gangguan koordinasi
D. Jenis Mobilitas dan Immobilitas
a. Jenis Mobilitas :
1) Mobilitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara
penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan
menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi
saraf motorik volunteer dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area
tubuh seseorang.
2) Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
dengan batasan jelas dan tidak mam.pu bergerak secara bebas karena
dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sesnsorik pada area
tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang
dengan pemasangan traksi. Pada pasien paraplegi dapat mengalami
mobilitas sebagian pada ekstremitas bawah karena kehilangan kontrol
motorik dan sensorik. Mobilitas sebagian ini dibagi menjadi dua jenis,
yaitu:
a) Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh trauma reversibel pada system musculoskeletal,
contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan tulang.
terjadinya
dalam
penyakitnya,
melakukan
sehingga
dapat
interaksi
sosial
mempengaruhi
karena
perannya
keadaan
dalam
kehidupan sosial.
E. Etiologi
a. Penyebab
Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan
otot, ketidakseimbangan, dan masalah psikologis. Osteoartritis merupakan
penyebab utama kekakuan pada usia lanjut. Gangguan fungsi kognitif
berat seperti pada demensia dan gangguan fungsi mental seperti pada
depresi juga menyebabkan imobilisasi. Kekhawatiran keluarga yang
1)
2)
3)
4)
5)
2007).
Penyebab secara umum:
Kelainan postur
Gangguan perkembangan otot
Kerusakan system saraf pusat
Trauma lanngsung pada system mukuloskeletal dan neuromuscular
Kekakuan otot
Kondisi-kondisi yang menyebabkan immobilisasi antara
lain:
(Restrick, 2005)
1) Fall
2) Fracture
3) Stroke
4) Postoperative bed rest
5) Dementia and Depression
6) Instability
7) Hipnotic medicine
8) Impairment of vision
9) Polipharmacy
10) Fear of fall
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi
1) Gaya Hidup
Mobilitas seseorang dipengaruhi oleh latar belakang budaya,nilai-nilaii
yang dianut, serta lingkungan tempat ia tinggal (masyarakat)
2) Ketidakmampuan
Kelemahan fisik dan mental akan menghalangi seseorang untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari, secara umum ketidakmampuan
dibagai menjadi dua yaitu:
a. Ketidakmampuan primer yaitu disebabkan oleh penyakit atau
trauma. Misalnya paralis akibat gangguan atau cedera pada medula
spinalis
b. Ketidakmampuan sekunder yaitu terjadi akibat dampak dari
ketidakmampuan primer. Misalnya kelemahan otot, penyakit
penyakit tertentu dan kondisi cedera akan berpengaruh terhadap
mobilitas
3) Tingkat energi
Energi dibutuhkan untuk banyak hal, salah satunya mobilisasi. Dalam
hal ini cadangan energi yang dimiliki masing-masing individu
bervariasi..
4) Usia
Artritis
muskuloskeletal
Osteoporosis
Fraktur (terutama panggul dan femur)
Problem kaki (bunion, kalus)
Gangguan neurologis
Penyakit
kardiovaskular
Penyakit paru
Faktoe sensorik
Penyebab lingkungan
G. Patofisiologi
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem
otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal
mengatur gerakan tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan
relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi
otot: isotonik dan isometrik. Pada kontraksi isotonik, peningkatan tekanan
otot menyebabkan otot memendek. Kontraksi isometrik menyebabkan
peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau
gerakan aktif dari otot, misalnya, menganjurkan klien untuk latihan
kuadrisep. Gerakan volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan
isometrik. Meskipun kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot
memendek, namun pemakaian energi meningkat. Perawat harus mengenal
adanya peningkatan energi (peningkatan kecepatan pernafasan, fluktuasi
irama jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik. Hal ini menjadi
kontra indikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit
obstruksi paru kronik). Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian
dan suasana hati seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan
perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot
tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari otot yang berlawanan, sinergis,
dan otot yang melawan gravitasi. Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan
otot yang seimbang.
Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi
yang bergantian melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi
fungsional tubuh dan mendukung kembalinya aliran darah ke jantung.
Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang.
Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang:
panjang, pendek, pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal
berfungsi dalam pergerakan, melindungi organ vital, membantu mengatur
keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan sel darah merah.
Sendi adalah hubungan di antara tulang, diklasifikasikan menjadi:
1) Sendi sinostotik mengikat tulang dengan tulang mendukung kekuatan
dan stabilitas. Tidak ada pergerakan pada tipe sendi ini. Contoh:
sakrum, pada sendi vertebra.
ketika berdiri atau berjalan. Saat berdiri, ada penekanan pada telapak
kaki secara terus menerus. Proprioseptor memonitor tekanan,
melanjutkan informasi ini sampai memutuskan untuk mengubah posisi.
maksimum
Penurunan fungsi ventrikel kiri
Penurunan volume sekuncup
Perlambatan fungsi usus
Pengurangan miksi
Gangguan tidur
HASIL
1. Intoleransi ortostatik
2. Peningkatan denyut
jantung,
sinkop
3. Penurunan kapasitas kebugaran
4. Konstipasi
5. Penurunan evakuasi kandung
kemih
6. Bermimpi
pada
siang
hari,
halusinasi
b.
ORGAN / SISTEM
Muskuloskeletal
Kardiopulmonal
pembuluh darah
Integumen
Metabolik
endokrin
vitamin/mineral
I. Komplikasi
a. Perubahan Metabolik
Secara umum imobilitas dapat mengganggu metabolisme secara normal,
mengingat
imobilitas
dapat
menyebabkan
turunnya
kecepatan
anoreksia
sekunder
akibat
mobilisasi.
Immobilisasi
jarinagn.
Kehilangan
masa
otottertutama
pada
karena
immobilisasi
menyebabkan
kerja
ginjal
yang
menyebabkan hiperkalsemia.
3) Gangguan nutrisi (hipoalbuminemia) Imobilisasi akan mempengaruhi
system metabolik dan endokrin yang akibatnya akan terjadi perubahan
terhadap metabolisme zat gizi. Salah satu yang terjadi adalah perubahan
metabolisme protein. Kadar plasma kortisol lebih tinggi pada usia lanjut
yang
imobilisasi
sehingga
menyebabkan
metabolisme
menjadi
meningkatkan
ekskresinitrogen
urin
sehingga
terjadi
hipoproteinemia.
4) Gangguan gastrointestinal terjadi akibta penurunan motilitas usus.
Konstipasi sebagai gejala umum , diare karena feces yang cair melewati
bagian tejpit dan menyebabkan masalah serius berupa obstruksi usus
akan mengakibatkan
persediaan
protein menurun
dan
cairan
tubuh.
Berkurangnya
perpindahan
cairan
dari
TINGKAT
KATEGORI
AKTIVITAS/ MOBILITAS
0
1
2
lain
Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain,
dan peralatan
Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan
atau berpartisipasi dalam perawatan
b) Rentang gerak (range of motion-ROM)
GERAK SENDI
DERAJAT
RENTANG
Bahu
NORMAL
Adduksi: gerakan lengan ke lateral dari 180
posisi samping ke atas kepala, telapak
tangan menghadap ke posisi yang
Siku
paling jauh.
Fleksi: angkat lengan bawah ke arah 150
kelingking
telapak
tangan
menghadap ke atas.
Tangan dan Fleksi: buat kepalan tangan
90
Ekstensi: luruskan jari
90
jari
Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan ke 30
KARAKTERISTIK
KEKUATAN NORMAL
0
1
(%)
0
10
Paralisis sempurna
Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat
25
3
4
50
75
dengan topangan
Gerakan yang normal melawan gravitasi
Gerakan penuh yang normal melawan
100
d) Katz Index
AKTIVITAS
KEMANDIRIAN
KETERGANTUNGAN
(1 poin)
(0 poin)
ataupun perintah,
didampingi
(1 poin)
Sanggup
pendampingan
satu
bagian
tuguh,
tubuh
(punggung,
genital,
ekstermitas lumpuh)
BERPAKAIAN
(1 poin)
(0 poin)
Berpakaian
lengkap Membutuhkan
mandiri.
Bisa
membutuhkan
TOILETING
jadi dalam
berpakaian,
bantuan dipakaikan
bantuan
atau
baju
secara
keseluruhan
(0 poin)
bantuan
(1 poin)
telepon
(0 poin)
POSISI
bantuan
dalam
Alat
berpindah
posisi
diterima
KONTINENSIA (1 poin)
atau
air besar
(1 poin)
Mampu
total
bowel
dan
bladder
(0 poin)
memasukkan Membutuhkan
bantuan
atau
memerlukan
NO
1
FUNGSI
Mengendalikan
SKOR KETERANGAN
0
Tak terkendali/ tak teratur (perlu
rangsang pembuangan
tinja
pencahar).
1
Mengendalikan
2
0
Terkendali teratur.
Tak terkendali atau pakai kateter
rangsang berkemih
Membersihkan
2
diri 0
Mandiri
Butuh pertolongan orang lain
(seka
sisir 1
Mandiri
muka,
masuk
Perlu
dan
keluar 1
pada
beberapa
(melepaskan, memakai
celana, membersihkan,
menyiram)
Makan
Berubah
sikap
berbaring ke duduk
pertolongan
Berpindah/ berjalan
Memakai baju
2
0
Mandiri
Tidak mampu
2
dari 0
Mandiri
Tidak mampu
duduk
Mandiri
Tidak mampu
3
0
Mandiri
Tergantung orang lain
2
0
Mandiri.
Tidak mampu
Butuh pertolongan
10
Mandi
2
0
Mandiri
Tergantung orang lain
Mandiri
Total Skor
Skor BAI :
20
: Mandiri
12 - 19 : Ketergantungan ringan
9 - 11 : Ketergantungan sedang
5-8
: Ketergantungan berat
0-4
: Ketergantungan total
b. Pemeriksaan Penunjang
a) Sinar X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan
perubahan hubungan tulang.
b) CT scan (Computed Tomography) menunjukkan rincian bidang
tertentu tulang yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor jaringan
lunak
atau
cidera
ligament
atau
tendon.
Digunakan
untuk
K. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi
1) Penatalaksana Umum
a) Kerjasama tim medis interdisiplin dengan partisipasi pasien, keluarga,
dan pramuwerdha.
b) Edukasi pada pasien dan keluarga mengenai bahaya tirah baring lama,
pentingnya latihan bertahap dan ambulasi dini, serta mencegah
ketergantungan pasien dengan melakukan aktivitas kehidupan seharihari sendiri, semampu pasien.
c) Dilakukan pengkajian geriatri paripurna, perumusan target fungsional,
dan pembuatan rencana terapi yang mencakup pula perkiraan waktu
yang diperlukan untuk mencapai target terapi.
d) Temu dan kenali tatalaksana infeksi, malnutrisi, anemia, gangguan
cairan dan elektrolit yang mungkin terjadi pada kasus imobilisasi, serta
penyakit/ kondisi penyetara lainnya.
e) Evaluasi seluruh obat-obatan yang dikonsumsi; obat-obatan yang dapat
menyebabkan kelemahan atau kelelahan harus diturunkan dosisnya
atau dihentkan bila memungkinkan.
f) Berikan nutrisi yang adekuat, asupan cairan dan makanan yang
mengandung serat, serta suplementasi vitamin dan mineral.
g) Program latihan dan remobilisasi dimulai ketika kestabilan kondisi
medis terjadi meliputi latihan mobilitas di tempat tidur, latihan gerak
sendi (pasif, aktif, dan aktif dengan bantuan), latihan penguat otot-otot
toilet.
Tatalaksana Khusus
Tatalaksana faktor risiko imobilisasi
Tatalaksana komplikasi akibat imobilisasi.
Pada keadaan-keadaan khusus, konsultasikan kondisi medik kepada dokter
berbagi
perasaan
dengan
pasien,
membantu
pasien
untuk
Dasar
Asuhan
Keperawatan
Transportasi
A. Pengkajian Keperawatan
1. Aspek biologis
a) Usia.
Gangguan
Mobilisasi
dan
dilakukan
untuk
imobilitas
pada
system
dan denyut
B.
a.
b.
c.
d.
NO
DIANGOSA
TUJUAN (NOC)
DX
KEPERAWATAN
INTERVENSI (NIC)
DAN
1
KOLABORASI
Gangguan
mobilitas
Setelah
fisik asuhan
berhubungan
dengan Kerusakan
menunjukkan:
sensori persepsi.
bantu
Membutuhkan
Membutuhkan
Dalam hal :
Penampilan
tubuh yang benar
Pergerakan
klien
melakukan
latihan
dan otot
Melakukan
perpindahan/
ambulasi
miring
kanan-kiri,
kursi roda
pada
klien/
perhatikan
postur
keluarga untuk
tubuh
yg
benar
Nyeri
akut Setelah
berhubungan
Asuhan
selama . x 24 jam:
v Pain Level,
v Pain control,
Observasi
v Comfort level
ketidaknyamanan
Kriteria Hasil :
reaksi
nonverbal
menggunakan
mencari bantuan)
Melaporkan
menemukan dukungan
manajemen nyeri
Tingkatkan istirahat
Mampu
dan
nyeri)
nyeri
Menyatakan
rasa
berhubungan
Asuhan
denganKelemahan
selama . x 24 jam :
umum
Klien
perawatan , pengobatan
mengidentifikasi
aktifitas
dan
yang
aktifitas.
situasi Evaluasi motivasi dan keinginan klien
kecemasan
yang
berkonstribusi
intoleransi aktifitas.
Klien
Monitor
respon
kardiorespirasi
ter
pucat.
berpartisipasi
aktifitas
fisik
disertai
TD,
N,
RR
perubahan ECG
Klien
pemahaman kebutuhan
tentang
kebutuhan digendong
makanan,
untuk
oksigen,
dan
alat
dapat
atau
cairan,
mencegah
kenyaman
tangisan
toleransi
terhadap
aktifitas.
Terapi Aktivitas
Klien
berpartisipasi
dalam ditoleransi.
Defisit
diri
perawatan Setelah
berhubungan asuhan
dengan Kerusakan
selama... x24 jm
neurovaskuler
Klien mampu :
perineal, anus
Melakukan
mandiri
makan-minum,
ambulasi
Mempertahankan
kebersihan
melepaskan
sendiri
Kaji
kemampuan
klien
untuk
mak
membersihkan
kuku, Dampingi
berdandan
dan
dorong
keluarga
Mengosongkan
kandung
bowel
kemih
lingkungan
yang
aman(te
pada
klien
dan
keluarga
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta : Salemba
Medika.
Perry & Potter. 2006. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses dan
praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Tarwoto & Wartonah, 2003. Kebutuhan dasar manusia & proses keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku saku diagnosa keperawatan dengan intervensi
NIC dan kriteria hasil NOC. Jakarta : EGC.
Kushariyadi. 2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika