Anda di halaman 1dari 26

INSTRUMEN PENELITIAN

Komponen utama dari sebuah penelitian adalah data. Tidak dapat dikatakan penelitian jika
tidak terdapat data. Data adalah catatan atas kumpulan fakta. Data yang dipakai dalam suatu
penelitian adalah data yang benar dan dapat dipercaya, karena jika data yang digunakan salah
akan menghasilkan informasi yang salah.
Dalam kaitannya dalam pengumpulan data, seorang peneliti haruslah membuat dan atau
memiliki instrumen penelitian yang berfungsi sebagai alat untuk mengumpulkan data. Tanpa
instrumen penelitian, peneliti dianggap gagal dalam penelitian ilmiah. Bagaimana bisa seorang
peneliti tanpa instrumen penelitian dapat memperoleh data yang akurat? Tentunya hal ini tidak
mungkin.
Penelitian sebagai suatu cara ilmiah dalam menyelesaikan masalah, akan selalu
berhubungan dengan instrumen pengumpulan data. Tanpa instrumen yang tepat, penelitian tidak
akan menghasilkan sesuatu yang diharapkan. Mengapa demikian? Karena penelitian
membutuhkan data empiris, dan data tersebut hanya mungkin diperoleh melalui instrumen dan
teknik pengumpulan data yang tepat. Dengan demikian instrumen penelitian dapat menentukan
kualitas penelitian itu sendiri. Oleh sebab itu, instrumen penelitian harus disusun dengan baik
sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian ilmiah.
Dalam sebuah penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan instrumen untuk
mengumpulkan data, sedangkan dalam penelitian kualitatif-naturalistik peneliti akan lebih
banyak menjadi instrumen, karena dalam penelitian kualitatif peneliti merupakan key instrumen.
Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Dengan
demikian jumlah instrumen yang akan digunakan untuk penelitian akan tergantung pada jumlah
variabel yang diteliti.

A. Pengertian Intrumen Penelitian


Instrumen itu merupakan alat yang digunakan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan
penelitian memiliki arti pemeriksaan, penyelidikan, kegiatan pengumpulan, pengolahan,
analisis dan penyajian data secara sistematis dan objektif. Dengan masing-masing
pengertian kata tersebut di atas maka instrumen penelitian adalah semua alat yang
digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau
mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara sistematis serta
objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis. Jadi
semua alat yang bisa mendukung suatu penelitian bisa disebut instrumen penelitian.
Menurut Suharsimi Arikunto (2000:134), instrumen pengumpulan data adalah alat
bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar
kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.
Ibnu Hadjar (1996:160) berpendapat bahwa instrumen merupakan alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel
secara objektif.
Instrumen pengumpul data menurut Sumadi Suryabrata (2008:52) adalah alat yang
digunakan untuk merekam-pada umumnya secara kuantitatif-keadaan dan aktivitas atribut-
atribut psikologis. Atibut-atribut psikologis itu secara teknis biasanya digolongkan menjadi
atribut kognitif dan atribut non kognitif. Sumadi mengemukakan bahwa untuk atribut
kognitif, perangsangnya adalah pertanyaan. Sedangkan untuk atribut non-kognitif,
perangsangnya adalah pernyataan.
Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian
adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan informasi kuantitatif
tentang variabel yang sedang diteliti.
Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Dengan
demikian jumlah instrument yang akan digunakan tergantung pada jumlah variable yang
diteliti. Jadi jika variable yang digunakan jumahnya 3, maka instrumen yang digunakan
juga 3 jumlahnya .
Instrumen merupakan hal yang sangat penting di dalam kegiatan penelitian. Hal ini
karena perolehan suatu informasi atau data relevan atau tidaknya, tergantung pada alat ukur
tersebut. Oleh karena itu, alat ukur penelitian harus memiliki validitas dan reliabilitas yang
memadai.
Instrumen penelitian dirancang untuk satu tujuan penelitian dan tidak akan bisa
digunakan pada penelitian lain. Kekhasan setiap obyek penelitian membuat seorang peneliti
harus merancang sendiri instrumen yang akan digunakannya. Susunan instrumen untuk
setiap penelitian tidak selalu sama dengan penelitian yang lain. Hal ini disebabkan karena
setiap penelitian mempunyai tujuan dan mekanisme kerja yang berbeda-beda.
Dalam mekanisme pengumpulan informasi dalam penelitian sosial dilakukan secara
langsung dengan berbagai cara, yang antara lain melalui teknik wawancara (baik secara
langsung maupun dengan telepon), survey, pengamatan dan angket.
Teknik angket dilakukan dengan meminta informasi dari responden mengenai
sesuatu masalah dengan sukarela. (Perbedaan antara teknik angket dan survey terletak pada
penentuan responden yang memang tidak akan sama).
Teknik survey dilakukan dengan cara menyusun daftar pertanyaan yang diajukan
kepada responden. Kemudian responden didatangi oleh pencacah untuk menanyakan
informasi yang diminta serta dicatat dalam daftar kuesioner yang telah disiapkan.
Teknik wawancara dilakukan dengan mendatangi secara langsung para responden
untuk dimintai keterangan mengenai sesuatu yang diketahuinya (bisa mengenai suatu
kejadian, fakta, maupun pendapat si responden).
Apapun teknik pengumpulan informasi yang dipilih penelitian sosial yang
melibatkan banyak orang, membutuhkan suatu instrumen penelitian, yang nantinya akan
digunakan dalam proses pengumpulan informasi dari responden.
Menurut Nana Sujana dan Ibrahim (1989) dalam Wina Sanjaya (2013), untuk
menghasilkan data yang akurat, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun
instrumen penelitian:
1. Masalah dan variabel yang diteliti termasuk indikator variabel, harus jelas dan spesifik,
sehingga dapat dengan mudah menetapkan jenis-jenis instrumen yang diperlukan.
2. Sumber data atau informasi baik jumlah maupun keragamannya harus diketahui terlebih
dahulu, sebagai bahan dasar dalam menentukan isi, bahasa, sistematika, dan sistematika
item dalam instrumen penelitian.

3. Keterangan dalam instrumen itu sendiri sebagai alat pengumpul data baik dari keajekan,
kesahihan, maupun objektivitasnya.

4. Jenis data yang diharapkan dari penggunaan instrumen harus jelas, sehingga peneliti
dapat memperkirakan cara analisis data guna memecahkan masalah penelitian.

5. Mudah dan praktis digunakan, tetapi dapat menghasilkan data yang diperlukan.

B. Kegunaan Instrumen Penelitian


Suatu alat ukur atau instrumen dikembangkan untuk menerjemahkan variabel
(peubah), konsep dan indikator yang dipergunakan dalam mengungkap data dalam suatu
penelitian. Semakin suatu peubah, konsep, dan indikator penelitian diukur dengan baik,
maka akan semakin baik pula instrumen penelitian tersebut dikembangkan.. Secara
sederhana fungsi dari instrumen penelitian yaitu :
1. Sebagai alat pencatat informasi yang disampaikan oleh responden.
2. Sebagai alat untuk mengorganisasi proses wawancara.
3. Sebagai alat evaluasi terhadap hasil penelitian dari staff peneliti.
C. Jenis-Jenis Instrumen Penelitian

1. Tes
a. Pengertian
Tes adalah sederetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan
untuk mengukur ketrampilan, pengukuran, inteligensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes adalah instrumen atau alat untuk
mengumpulkan data tentang kemampuan subjek peneliti dengan cara pengukuran,
misalnya untuk mengukur kemampuan subjek penelitian dalam menguasai materi
pelajaran tertentu digunakan tes tertulis tentang materi tersebut.
b. Kriteria Tes
1) Reliabilitas Tes
Tes sebagai instrumen atau alat pengumpul data dikatakan reliabel
manakala tes tersebut bersifat handal. Tes yang handal adalah tes yang dapat
mengumpulkan data sesuai dengan kemampuan subjek yang sesungguhnya,
yang tidak terpengaruh oleh situasi dan kondisi termasuk oleh letak geografis.
2) Validitas Tes
Tes sebagai instrumen untuk mengumpulkan data dikatakan valid
manakala tes itu bersifat sahih, atau item-item tes mampu mengukur apa yang
hendak diukur. Terdapat dua cara uji validitas yaitu, validitas logis dan
validitas empiris. Validitas logis diperoleh dengan cara judgment ahli yang
kompeten. Validitas empiris adalah validitas yang diperoleh melalui uji coba
tes pada sejumlah subjek yang memiliki karakteristik yang diasumsikan sama
dengan subjek penelitian.
2. Angket (Quisioner)
a. Pengertian
Angket adalah instrumen penelitian berupa daftar pertanyaan atau pernyataan
secara tertulis yang harus dijawab atau diisi oleh responden sesuai dengan petunjuk
pengisiannya. Angket dapat digunakan peneliti untuk penelitian kualitatif maupun
kuantitatif. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau
hal-hal yang ia ketahui, digunakan bila responden jumlahnya besar, dapat membaca
dengan baik, dan dapat mengungkapkan hal hal yang sifatnya rahasia.
Sebagai instrumen penelitian, angket memiliki kelebihan di antaranya sebagai
berikut:
1) Angket dapat digunakan untuk mengumpulkan data dari sejumlah responden
atau sumber data yang jumlahnya cukup besar.
2) Data yang terkumpul melalui angket akan mudah dianalisis.
3) Responden akan memiliki kebebasan untuk menjawab setiap pertanyaan sesuai
dengan keyakinannya.

4) Responden tidak akan terburu-buru menjawab setiap pertanyaan, pengisian


angket tidak terlalu terikat oleh waktu.
Angket juga memiliki kelemahan, di antaranya:
1) Belum menjamin responden akan memberikan jawaban tepat sesuai dengan
keyakinannya.
2) Angket hanya mungkin dapat digunakan oleh responden yang dapat membaca
dan menulis.
3) Angket hanya dapat menggali masalah yang terbatas.
4) Kadang-kadang ada responden yang tidak bersedia untuk mengisi angket karena
alasan kesibukan dan, atau alasan pribadi lainnya.
b. Langkah-langkah Menyusun Angket
Beberapa petunjuk cara menyusun angket:
1) Buatlah kata pengantar terlebih dahulu secara singkat sebelum pertanyaan-
pertanyaan angket disusun.
2) Buatlah petunjuk cara pengisian angket dengan jelas dan ringkas.

3) Hindari istilah-istilah yang dapat menimbulkan salah pengertian.

4) Rumuskan dalam kalimat yang singkat, jelas, dan sederhana, sehingga tidak
menguras tenaga dan pikiran responden ketika membaca angket.

5) Sebaiknya setiap pertanyaan hanya mengandung satu persoalan yang


ditanyakan.

6) Apabila ada kata-kata yang memerlukan penekanan, makia sebaiknya diberi


tanda, seperti dengan menebalkan kata atau kalimat, menggaris bawahi, atau
menulikan dalam warna yang berbeda kata tersebut.

7) Pertanyaan setiap item angket tidak menggiring pada jawaban yang diinginkan
peneliti.

8) Angket harus dibuat semenarik mungkin.

3. Wawancara (Interview)
Wawancara (interview) adalah teknik pengumpulan data yang dilaksanakan
dengan cara dialog baik secara langsung (tatap muka) maupun melalui saluran media
tertentu antara pewawancara dengan yang diwawancarai sebagai sumber data.
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang sering digunakan dalam
penelitian kualitatif. Interview digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang,
misalnya untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid, orang tua,
pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu. Wawancara digunakan bila ingin
mengetahui hal hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah responden
sedikit.
4. Observasi
a. Pengertian
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati secara
langsung maupun tidak tentang hal-hal yang diamati dan mencatatnya pada alat
observasi. Di dalam artian penelitian observasi adalah mengadakan pengamatan
secara langsung, abservasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, ragam gambar,
dan rekaman suara. Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang
mungkin timbul dan akan diamati.
b. Instrumen Observasi
1) Check List
Check list atau daftar cek adalah pedoman observasi yang berisikan daftar
dari semua aspek yang diamati. Dengan pedoman tersebut observer
(pengamat) memberi tanda cek () untuk menentukan ada atau tidak ada
sesuatu berdasarkan hasil pengamatannya.
2) Rating Scale (Skala Penilaian)
Skala penilaian (rating scale) adalah instrumen observasi yang berisi
tentang segala aspek yang diobservasi yang dikategorikan dalam bentuk skala
yang dijadikan pedoman oleh observer untuk menentukan beberapa aspek
yang diobservasi itu berada dalam rentangan tertentu. Rating atau skala
bertingkat adalah suatu ukuran subyaktif yang dibuat bersekala. Walaupun
skala bertingkat ini menghasilkan data yang kasar, tetapi cukup memberikan
informasi tertentu tentang program atau orang. Intrumen ini depat dengan
mudah memberikan gambaran penampilan, terutama panampilan didalam
orang menjalankan tugas, yang menjukan frekuensi munculnya sifat-sifat.
Didalam menyusun skala, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana
menentukan variabel skala. Apa yang ditanyakan harus apa yang dapat diamati
responden.

5. Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di
dalam melaksanakan metode dokumentasi, penelitian menyelidiki benda-benda tertulis
seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, dan
sebagainya.

D. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian


Dalam setiap penelitian yang bersifat empiris selalu dibutuhkan instrumen penelitian
yang terdiri dari daftar kuesioner (daftar pertanyaan), formulir tabulasi, dan formulir
analisis. Ketiga macam instrumen tersebut, harus dirancang dalam satu kesatuan. Sehingga
dalam proses penelitian para peneliti dapat bekerja dalam satu arahan yang terpadu.
Diantara ketiga instrumen penelitian tersebut, perancangan daftar kuesioner membutuhkan
perhatian yang lebih besar dibanding jenis instrumen penelitian yang lainnya. Mutu daftar
kuesioner sangat menentukan keberhasilan penelitian yang sedang dilakukan. Jenis
instrumen lain perancangannya menyesuaikan dengan struktur daftar pertanyaan yang
dibuat. Keterpaduan semua aspek instrumen diharapkan dapat menghasilkan instrumen
yang baik dan memenuhi tujuan penelitian tersebut.
Daftar kuesioner adalah serangkaian pertanyaan yang diajukan kepada responden
guna mengumpulkan informasi dari responden mengenai obyek yang sedang diteliti, baik
berupa pendapat, tanggapn ataupun dirinya sendiri. Sebagai suatu instrument peneliian,
maka pertanyaan pertanyaan tersebut tidak boleh menyimpang dari arah yang akan
dicapai oleh usulan proyek penelitian, yang tercermin dalam rumusan hipotesis. Oleh
karena itu daftar pertanyaan penelitian yang diajukan harus benar benar bisa membantu
dalam penyelesaian tujuan dari penelitian. .

Pertanyaan yang diajukan oleh responden harus jelas rumusannya, sehingga peneliti
akan menerima informasi dengan tepat dari responden. Sebab responden dan pewawancara
dapat menginterpretasi makna suatu kalimat yang berbeda dengan maksud peneliti,
sehingga isi pertanyaan justru tidak dapat dijawab. Disamping itu harus pula diperhatikan
kemana arah yang dicapai, mengingat tanpa arah yang jelas tidak mungkin dapat disusun
suatu daftar pertanyaan yang memadai.
Seorang peneliti dalam menyusun daftar pertanyaan hendaknya memepertimbangkan
hal-hal berikut :
1. Apakah peneliti menggunakan tipe pertanyaan terbuka atau tertutup atau gabungan
keduanya
a. Dalam mengajukan pertanyaan hendaknya jangan langsung pada masalah
inti/pokok dalam penelitian anda. Buatlah pertanyaan yang setahap demi setahap,
sehingga mampu mengorek informasi yang dibutuhkan.
b. Pertanyaan hendaknya disusun dengan menggunakan bahasa Nasional atau
setempat agar mudah dipahami oleh responden.
c. Apabila menggunakan pertanyaan tertutup, hendaknya setiap pertanyaan maupun
jawaban diidentifikasi dan diberi kode guna memudahkan dalam pengolahan
informasi
d. Dalam membuat daftar pertanyaan, hendaknya diingat bahwa anda bukanlah
seorang introgator, tetapi pihak yang membutuhkan informasi dari pihak lain.
2. Proses Perancangan Daftar Pertanyaan
a. Menyususun suatu rancangan daftar pertanyaan sebetulnya merupakan kerja
kolektif seluruh anggota team peneliti. Keterlibatan semua anggota team peneliti
akan memberikan konstribusu penyempurnaan kontruksi instrument penelitian.
b. Berikut adalah langkah-langkah dalam menyusun daftar pertanyaan:
c. Penentuan Informasi yang dibutuhkan
d. Penentuan proses pengumpulan data
e. Penyusunan instrument penelitian
f. Pengujian instrumen penelitian

E. Langkah Langkah Penyusunan Instrumen Penelitian


Iskandar (2008: 79) mengemukakan enam langkah dalam penyusunan instrumen
penelitian, yaitu:
1. Mengidentifikasikan variabel-variabel yang diteliti.
2. Menjabarkan variabel menjadi dimensi-dimensi
3. Mencari indikator dari setiap dimensi.
4. Mendeskripsikan kisi-kisi instrumen
5. Merumuskan item-item pertanyaan atau pernyataan instrumen
6. Petunjuk pengisian instrumen.
Dalam metode pengumpulan data sudah ditetapkan bagaimana data itu dikumpulkan.
Sekarang bagaimana caranya ? Untuk itu kita harus tetapkan instrumen-instrumen dari
metode yang ditetapkan tersebut
Misalkan sudah ditetapkan data dikumpulkan dengan cara menyebar angket atau
kuesioner. Untuk itu instrumen yang harus dibuat bisa berbentuk kuesioner terbuka,
tertutup, atau menggunakan checklist.
Langkah-langkah menyusun instrumen penelitian :
1. Mengidentifikasi variabel-variabel penelitian
2. Menjabarkan variabel tersebut menjadi sub-variabel
Menganalisis setiap variabel menjadi subvariabel kemudian mengembangkannya
menjadi indikator-indikator merupakan langkah awal sebelum instrumen itu
dikembangkan.
3. Menderetkan diskriptor dari setiap indikator
4. Merumuskan setiap deskriptor menjadi butir-butir instrumen.
Jenis atau butir instrumen dapat ditetapkan manakala peneliti sudah memahami
dengan pasti tentang variabel dan indikator penelitiannya. Satu variabel mungkin
hanya memerlukan satu jenis instrumen atau meungkin memerlukan lebih dari satu
jenis instrumen.
3. Menyusun Kisi-kisi atau Layout Instrumen
Kisi-kisi instrumen diperlukan sebagai pedoman dalam merumuskan item
instrumen. Dalam kisi-kisi itu harus mencakup ruang lingkup materi variabel
penelitian, jenis-jenis pertanyaan, banyaknya pertanyaan, serta waktu yang
dibutuhkan. Selain itu, dalam kisi-kisi juga harus tergambarkan indikator atau abilitas
dari setiap variabel. Misalnya, untuk menentukan prestasi belajar atau kemampuan
subjek penelitian, diukur dari tingkat pengetahuan, pemahaman, aplikasi, dan
sebagainya.
4. Menyusun Item Instrumen
Berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun, langkah selanjutnya adalah menyusun
item pertanyaan sesuai dengan jenis instrumen yang akan digunakan.
5. Mengujicobakan Instrumen
Uji coba instrumen perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat reabilitas dan
validitas serta keterbacaan setiap item. Mungkin saja berdasarkan hasil uji coba ada
sejumlah item yang harus dibuang dan diganti dengan item yang baru, setelah
mendapat masukkan dari subjek uji coba.
Contoh penyusunan Instrumen
Contoh Penelitian : Pengaruh Motivasi, Kemampuan dan Loyalitas terhadap Kualitas Kerja
Variabel penjelas (bebas) : Motivasi, Kemampuan, Loyalitas
Variabel Yang Dijelaskan ( Terikat ) : Kualitas Kerja

KISI-KISI INSTRUMEN

Variabel Dimensi Indikator Deskriptor Nomor Butir


(sub-variabel)

I. 1. Motif Kerjaa. Gaji a. Upah yang layak 1.1


Motivasi b. Kenyamanan Kerja b. Penilaian kerja 1.2

c. Fasilitas kerja c. Tempat kerja yang1.3


baik

2. Harapan a. Sifat kepemimpinan a. Loyalitas 1.4

b. Kedisiplinan pimpinan

b. Simpatik 1.5
c. Disiplin yang1.6
bijaksana
Contoh pertanyaan tentang : Motivasi Kerja
A. MOTIF
1. Saya bekerja dengan menerima upah :
a. Tinggi b. Cukup c. Rendah d. Sangat rendah
B. HARAPAN
1. Pekerjaan saya oleh pimpinan selalu dinilai :
a. Tinggi b. Cukup c. Rendah d. Sangat rendah
F. Pengujian Instrumen Penelitian
Menurut Ibnu Hadjar (1996:160), kualitas instrumen ditentukan oleh dua kriteria utama:
validitas dan reliabilitas. Validitas suatu instrumen menurutnya menunjukkan seberapa jauh ia
dapat mengukur apa yang hendak diukur. Sedangkan reliabilitas menunjukkan tingkat
konsistensi dan akurasi hasil pengukuran.
Sumadi Suryabrata (2008:60)mengemukakan bahwa validitas instrumen didefinisikan
sebagai sejauh mana instrumen itu merekam/mengukur apa yang dimaksudkan untuk
direkam/diukur. Sedangkan reliabilitas instrumen merujuk kepada konsistensi hasil perekaman
data (pengukuran) kalau instrumen itu digunakan oleh orang atau kelompok orang yang sama
dalam waktu berlainan, atau kalau instrumen itu digunakan oleh orang atau kelompok orang
yang berbeda dalam waktu yang sama atau dalam waktu yang berlainan.
Menurut Burhan Bungin (2005:96,97) Validitas alat ukur adalah akurasi alat ukur terhadap
yang diukur walaupun dilakukan berkali-kali dan di mana-mana. Sedangkan reliabilitas alat
ukur menurutnya adalah kesesuaian alat ukur dengan yang diukur, sehingga alat ukur itu dapat
dipercaya atau dapat diandalkan. Misalnya, menimbang beras dengan timbangan beras,
mengukur panjang kain dengan meter, dan sebagainya.
Sebuah instrumen dikatakan baik jika memenuhi dua kriteria sebagai berikut :
1. Valid
Valid adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu
alat ukur. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur. Analoginya misalnya meteran yang valid dapat digunakan untuk
mengukur panjang dengan teliti, karena meteran memang alat untuk mengukur panjang.
Meteran tersebut menjadi tidak valid jika digunakan untuk mengukur berat. Jadi hasil
penelitian dikatakan valid jika terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan
data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti.
Ada tiga jenis pengujian Validitas Instrumen. (Sugiyono: 2010)
a. Pengujian Validitas konstruk
Instrumen yang mempunyai validitas konstruk jika instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur gejala sesuai dengan dengan yang didefinisikan. Misalnya
akan mengukur efektivitas kerja, maka perlu didefinisikan terlebih dahulu apa itu
efektivitas kerja. Setelah itu disiapkan instrumen yang digunakan untuk mengukur
efektivitas kerja sesuai dengan definisi.
Untuk menguji validitas konstruk, maka dapat digunakan pendapat ahli. Setelah
instrumen dikonstruksikan tentang aspek-aspek yang akan diukur, dengan berlandaskan
teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli diminta
pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu. Jumlah tenaga ahli yang
digunakan minimal tiga orang, dan umumnya mereka telah bergelar doktor sesuai
dengan lingkup yang diteliti.
Setelah pengujian konstruk dengan ahli, maka diteruskan dengan uji coba
instrumen. Setelah data ditabulasi, maka pengujian validitas konstruk dilakukan dengan
analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen.
b. Pengujian Validitas Isi
Instrumen yang harus memiliki validitas isi adalah instrumen yang digunakan
untuk mengukur prestasi belajar dan mengukur efektivitas pelaksanaan program dan
tujuan. Untuk menyusun instrumen prestasi belajar yang mempunyai validitas isi, maka
instrumen harus disusun berdasarkan materi pelajaran yang telah diajarkan. Sedangkan
instrumen yang digunakan untuk mengetahui pelaksanaan program, maka instrumen
disusun berdasarkan program yang telah direncanakan.
Untuk instrumen yang berbentuk tes, maka pengujian validitas isi dapat dilakukan
dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah
diajarkan. Jika dosen memberikan ujian di luar pelajaran yang telah ditetapkan, berarti
instrumen ujian tersebut tidak mempunyai validitas isi.
Secara teknis, pengujian validitas konstruksi dan validitas isi dapat dibantu
dengan menggunakan kisi-kisi instrumen. Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel yang
diteliti, indikator sebagai tolok ukur, dan nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan
yang telah dijabarkan dari indikator. Dengan kisi-kisi instrumen itu, maka pengujian
validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis.
c. Pengujian Validitas Eksternal
Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari
kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang
terjadi di lapangan. Misalnya instrumen untuk mengukur kinerja sekelompok pegawai.
Maka kriteria kinerja pada instrumen tersebut dibandingkan dengan catatan-catatan di
lapangan (empiris) tentang kinerja yang baik. Bila telah terdapat kesamaan antara
kriteria dalam instrumen dengan fakta di lapangan, maka dapat dinyatakan instrumen
tersebut mempunyai Validitas eksternal yang tinggi.

2. Reliable
Reliable adalah keajekan (konsistensi) alat pengumpul data/ instrumen dalam
mengukur apa saja yang diukur. Instrumen yang reliabel maksudnya instrumen yang jika
digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data
yang sama. Meteran dari karet yang digunakan untuk mengukur panjang merupakan
contoh alat ukur yang tidak reliabel. Sebagian besar langkah - langkah yang dilakukan
dalam suatu proses penelitian adalah dengan mengumpulkan informasi. Informasi
tersebut bisa didapat baik secara langsung (data primer) maupun tidak langsung (data
sekunder, tersier, dsb). Jadi hasil penelitian dikatakan reliable jika terdapat kesamaan
data pada waktu yang berbeda.
Pengujian reliabilitas instrumen menurut Sugiyono (2010:354) dapat dilakukan
secara eksternal dan internal. Secara eksternal, pengujian dilakukan dengan test retest
(stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal pengujian dilakukan
dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik-teknik
tertentu.
a. Test retest
Instrumen penelitian dicobakan beberapa kali pada responden yang sama dengan
instrumen yang sama dengan waktu yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien
korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi
positif dan signifikan, maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel.
b. Ekuivalen
Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda,
tetapi maksudnya sama. misalnya, berapa tahun pengalaman Anda bekerja di
lembaga ini? Pertanyaan tersebut ekuivalen dengan tahun berapa Anda mulai bekerja
di lembaga ini?
Pengujian dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi instrumennya dua dan
berbeda, pada responden yang sama. Reliabilitas diukur dengan cara
mengkorelasikan antara data instrument yang satu dengan instrumen yang dijadikan
ekuivalennya. Bila korelasi positif dan signifikan, maka instrumen dapat dinyatakan
reliabel.
c. Gabungan
Pengujian dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang ekuivalen
beberapa kali ke responden yang sama. cara ini merupakan gabungan dari test-retest
(stability) dan ekuivalen. Reliabilitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan
dua instrumen, setelah itu dikorelasikan pada pengujian kedua dan selanjutnya
dikorelasikan secara silang. Jika dengan dua kali pengujian dalam waktu yang
berbeda, maka akan dapat dianalisis keenam koefisien reliabilitas. Bila keenam
koefisien korelasi itu semuanya positif dan signifikan, maka dapat dinyatakan bahwa
instrumen itu reliabel.
d. Internal Consistency
Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan cara
mencobakan instrument sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan
teknik-teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas
instrumen. Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan teknik belah dua
dari Spearman Brown (Split half), KR20, KR21 dan Anova Hoyt.
Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliable dalam pengumpulan data,
maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliable. Jadi instrumen yang valid
dan reliable merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan
reliable. Hal ini tidak berarti bahwa dengan menggunakan instrument yang telah teruji
validitas dan reliabilitasnya, otomatis hasil (data) penelitian menjadi valid dan reliable.
Karena hal tersebut masih dipengaruhi oleh kondisi obyek yang diteliti, dan kemampuan
orang yang menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu, peneliti
harus mampu mengendalikan dan menggunakan instrumen untuk mengukur variabel yang
diteliti.
Instrumen yang reliable belum tentu valid. Misalnya meteran yang putus dibagian
ujungnya, bila digunakan berkali kali akan menghasilkan data yang sama (reliable) tetapi
selalu tidak valid, karena instrument tersebut sudah rusak. Reliabilitas instrumen
merupakan syarat untuk pengujian validitas instrument. Oleh karena itu, walaupun
instrumen yang valid umumnya pasti reliable, tepi pengujian reliabilitas instrumen perlu
dilakukan, untuk menambah keakuratan data. Selain itu Kriteria lain Instrumen yang baik
adalah Kekuatan penelitian bisa diketahui dari validitas baik internal maupun eksternalnya.
1. Validitas internal adalah keyakinan terhadap hubungan sebab akibat atau pengaruh
dalam desain penelitian yang dilakukan.
2. Validitas Eksternal adalah berkenaan dengan kemampuan digeneralisasinya hasil
penelitian pada lingkungan, orang, atau peristiwa lain.
Ancaman yang mempengaruhi validitas internal adalah history effects, maturity effect,
testing effect, instrumentation effects, selection effects, statistical regression, dan mortality.
Ancaman yang mempengaruhi validitas eksternal adalah perbedaan situasi lingkungan
penelitian, dan perbedaan subyek penelitian.

G. TEKNIK PENGUJIAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS


MENGGUNAKAN SPSS

Reliabilitas adalah ukuran yang menujukkan bahwa alat ukur yang digunakan
dalam penelitian keperilakukan mempunyai keandalan sebagai alat ukur, diantaranya
di ukur melalui konsistensi hasil pengukuran dari waktu ke waktu jika fenomena yang
diukur tidak berubah (Harrison, dalam Zulganef, 2006). Sementara validitas adalah suatu
ukuran yang menunjukkan bahwa variabel yang diukur memang benar-benar variabel yang
hendak diteliti oleh peneliti (Cooper dan Schindler, dalam Zulganef, 2006)

Penelitian memerlukan data yang betul valid dan reliabel. Dalam rangka urgensi ini,
maka kuesioner sebelum digunakan sebagai data penelitian primer, terlebih dahulu
diujicobakan ke sampel uji coba penelitian. Uji coba ini dilakukan untuk memperoleh bukti
sejauh mana ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya
CONTOH KASUS

Akan di uji validitas dan reliabilitas variabel kepuasan kerja. Variabel ini berjumlah 5
indikator yang diadaptasi dari Intrinsic factor dari teori dua factor Herzberg meliputi
pekerjaan itu sendiri, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan
dalam karier dan pengakuan orang lain.

Skala yang digunakan adalah skala Likert 1 5 dengan jumlah sampel sebanyak 30.
Setelah angket ditabulasi maka diperoleh data sebagai berikut (Data Reliabilitas)

PENYELESAIAN

Tahap 1. Analisis Faktor

1. Klik Analyze Data Reduction Factor

2. Masukkan seluruh pertanyaan ke box Variables

3. Klik Desctiptive Aktifkan KMO and Bartletts Test of Specirity dan Anti-Image

4. Klik Rotation : Aktifkan Varimax

5. Hasil Analisis Faktor


Nilai KMO sebesar 0.840 menandakan bahwa instumen valid karena sudah memenuhi

batas

0.50 (0.840 >

0.50)

Korelasi anti image menghasilkan korelasi yang cukup tinggi untuk masing-masing

item, yaitu 0.850 (X1), 0.791 (X2), 0.856 (X3), 0.956 (X4) dan 0.804 (X5). Dapat

dinyatakan bahwa 5 item yang digunakan untuk mengukur konstruk kepuasan instrinsik

memenuhi kriteria sebagai pembentuk konstak.


Output ketiga adalah Total variance Explained menunjukkan bahwa dari 5 item yang

digunakan, hasil ekstraksi SPSS menjadi 1 faktor dengan kemampuan menjelaskan konstak

sebesar 72.132% .
Dengan melihat component matrix terlihat bahwa seluruh item meliputi pekerjaan itu

sendiri (x1), keberhasilan yang diraih (x2), kesempatan bertumbuh (x3), kemajuan dalam

karier (x4) dan pengakuan orang lain (x5) memiliki loading faktor yang besar yaitu di atas

0.50. Dengan demikian dapat dibuktikan bahwa 5 item valid.

Taha

p2

Pilih Analyze > Scale > Reliability

Analysis

Masukkan semua variabel (item 1 s/d 5) ke kotak

items
Klik Kotak Statistics, lalu tandai ITEM, SCALE, dan SCALE IF ITEM DELETED

pada kotak DESCRIPTIVES FOR > Continue

Klik

OK

Maka akan tampil output sebagai

berikut :
D.

INTERPRETASI

Reliabilitas

Sekaran (dalam Zulganef, 2006) yang menyatakan bahwa suatu instrumen penelitian

mengindikasikan memiliki reliabilitas yang memadai jika koefisien alpha Cronbach lebih

besar atau sama dengan 0,70. Sementara hasil uji menunjukkan koef cronbach alpha sebesar

0.900, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel ini adalah

reliabel.

Analisis

Item

Dalam prosedur kontruksi atau penyusunan test, sebelum melakukan estimasi terhadap

reliabilitas dan validitas, dilakukan terlebih dahulu prosedur aitem yaitu dengan menguji

karakteristik masing-masing item yang akan menjadi bagian test yang bersangkutan. Aitem-

aitem yang tidak memenuhi persyaratan tidak boleh diikutkan sebagai bagian dari test.
Pengujian reliabilitas dan validitas hanya layak dilakukan terhadap kumpulan aitem-aitem

yang telah dianalisis dan diuji.

Beberapa teknik seleksi yang biasanya dipertimbangkan dalam prosedur seleksi adalah

koefisien korelasi item-total, indeks reliabilitas item, dan indeks validitas item. Pada tes yang

dirancang untuk mengungkap abilitas kognitif dengan format item pilihan ganda, masih ada

karakteristik item yang seharusnya juga dianalisis seperti tingkat kesukaran item dan

efektivitas distraktor.

Salah satu parameter fungsi pengukuran item yang sangat penting adalah statistic yang

memperlihatkan kesesuaian antara fungsi item dengan fungsi tes secara keseluruhan yang

dikenal dengan istilah konsistensi item-total. Dasar kerja yang digunakan dalam analisis item

dalam hal ini adalah memilih item-item yang fungsi ukurnya sesuai dengan fungsi ukur test

seperti dikehendaki penyusunnya. Dengan kata lain adalah memilih item yang mengukur hal

yang sama dengan apa yang diukur oleh tes secara keseluruhan.

Pengujian keselarasan fungsi item dengan fungsi ukur tes dilakukan dengan menghitung

koefisien korelasi antara distribusi skor pada setiap item dengan distribusi skor toral tes itu

sendiri. Prosedur ini akan menghasilkan koefisien korelasi item total (r it) yang juga dikenal

dengan sebutan parameter daya beda item.


Read more http://teorionline.net/analisis-item-korelasi-item-total/

Penjelasan Corrected item-total correlation dapat anda baca lebih dalam di

Paper :

George W. Bohrnstedt . A Quick Method for Determining the Reliability and Validity

of

Multiple-Item Scale. American Sociological Review, Vol. 34, No. 4 (Aug., 1969), pp.

542-

48

atau dibuku Robert B. Burns, Richard Burns, Robert P Burns. Business Research

Methods and Statistics Using SPSS, p. 430

Tentang Cronbach

Alpha

Cronbachs alpha is a measure of internal consistency, that is, how closely related a set of

items are as a group. A high value of alpha is often used (along with substantive arguments

and possibly other statistical measures) as evidence that the items measure an underlying (or

latent) construct. However, a high alpha does not imply that the measure is unidimensional.

If, in addition to measuring internal consistency, you wish to provide evidence that the scale

in question is unidimensional, additional analyses can be performed. Exploratory factor


analysis is one method of checking dimensionality. Technically speaking, Cronbachs alpha

is not a statistical test it is a coefficient of reliability (or consistency).

Source :
http://www.ats.ucla.edu/stat/spss/faq/alpha.html

Didasarkan pada penjelasan di atas, maka penggunaan cronbach alpha bukanlah satu-

satunya pedoman untuk menyatakan instrumen yang digunakan sudah reliabel. Untuk

mengecek unidimensional pertanyaan diperlukan analisis tambahan yaitu ekplanatory factor

analysis.

Teknik Yang Lebih Akurat Untuk Mengukur Validitas dan

Reliabilitas

Untuk teknik yang lebih akurat untuk menguji validitas dan reliabilitas adalah analisis

faktor konfirmatory. Menurut Joreskog dan Sorbom (1993), CFA digunakan untuk menguji

theoritical or hypotesical concepts, or contruct, or variables, which are not directly

measurable or observable.

Penjelasan Hair, dkk (2006) mengenai CFA

adalah :

CFA is way of testing how well measured variables represent a smaller number of

contructCFA is used to provide a confirmatory test of our measurement theory. A

Measurement theory specifies how measured variables logically and systematically represent

contruct involved in a theoretical model. In Order words, measurement theory specifies a


series relationships that suggest how variables represent a latent contruct that is non measured

directly (dalam Kusnendi, 2008:97).

Penjelasan CFA lihat di


sini

Referensi :

Kusnendi. 2008. Model_Model Persamaan Struktural. Bandung : Alfabeta, p.94


Zulganef. 2006. Pemodelan Persamaan Struktur dan Aplikasinya

menggunakan AMOS 5. Bandung : Pustaka

1. Sumber: htp://teorionline.wordpress.com/2010/12/22/uji-validitas-dan-

reliabilitas-spss-1/
Daftar pustaka
Ibnu Hadjar.1996.Dasar-dasar Metodologi Penelitian
Kwantitatif dalam Pendidikan. Jakarta:RajaGrafindo
Persada.

Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial


(Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press.

M. Burhan Bungin. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif:


Komunikasi, ekonomi, dan kebijakan publik serta ilmu-
ilmu sosial lainnya. Jakarta: Prenada Media.

Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Pendidikan. Bandung: Kecana Prenada Media


Group.
Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Sumadi Suryabrata. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Umar, Husein. 2013. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Depok:
Rajagrafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai