ANALISIS JURNAL
A. Judul Penelitian
Pengaruh Latihan Batuk Efektif Terhadap Bersihan Jalan Nafas Pada Klien Post
Operasi Dengan General Anasthesi Di Ruang Recorvery Room (Rr) Dan Ruang
Bedah Camelia Rumah Sakit Amc Cileunyi Kabupaten Bandung Tahun 2018
B. Peneliti
Riska Rostikawati
C. Ringkasan Jurnal
Batuk sangat sering terjadi pada klien yang mengalami operasi dengan
anastesi umum. Selain karena efek anastesi, batuk juga disebabkan karena
pemasangan alat bantu nafas yang menyebabkan klien merasa tidak nyaman karena
terasa banyak lendir kental ditenggorokan. Latihan batuk efektif sangat bermanfaat
bagi klien setelah operasi untuk mengeluarkan lendir atau sekret tersebut sehingga
terjadi bersihan pada jalan napas (Rondhianto, 2008).
Batuk efektif merupakan batuk yang dilakukan dengan sengaja. Namun
berbeda jika dibandingkan dengan batuk biasa yang bersifat refleks tubuh terhadap
masuknya benda asing dalam saluran pernafasan. Batuk efektif dilakukan melalui
gerakan terencana atau dilatih terlebih dahulu. Dengan batuk efektif maka berbagai
penghalang yang menghambat atau menutup saluran pernafasan dapat dihilangkan
(Smeltzer, 2012). Tujuan batuk efektif adalah untuk memobilisasi sekret sehingga
dapat dikeluarkan. Refleks batuk dapat dirangsang, dengan dilakukannnya nafas
dalam sebelum batuk. Jika klien tidak bisa batuk secara efektif, penumonia hipostatik
dan komplikasi paru lainnya dapat terjadi.
Batuk efektif dapat mencegah radang paru-paru yang diakibatkan oleh efek
anastesi, alasan mengapa radang paru-paru merupakan satu ancaman, karena gerakan
pernpasan akan menghimpun lebih banyak lendir, yang timbul akibat penggunaan
pipa endotracheal pada saat pembiusan. Batuk efektif dapat dilakukan selama 2-3 kali
selama 3x24 jam (Smeltzer, 2012). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Kurnia (2012), yang menyatakan ada pengaruh batuk efektif dan nafas dalam terhadap
kolonisasi staphyloccus Aureus dalam sekret klien post operasi dengan general
anastesi.
Rumah Sakit AMC Cileunyi, merupakan rumah sakit rujukan atau Fasilitas
Pelayanan Kesehatan (PPK) 2 Wilayah Kabupaten Bandung Timur yang letak
posisinya berdekatan dengan pintu tol Cileunyi. Berdasarkan pengambilan data yang
dilakukan peneliti pada tanggal 03 Maret 2018 di Rumah Sakit AMC Cileunyi,
terdapat sekitar 56 kasus operasi yang menggunakan anastesi umum pada tahun 2016,
dan pada tahun 2017 sebanyak 89 kasus serta pada bulan Januari – Februari 2018
sekitar 32 kasus dengan general anastesi. Dari jumlah 32 kasus terdapat 20 klien pasca
pembedahan mengalami peningkatan sekresi mukus dan saliva sehingga efek dan
dampaknya klien yang tidak bisa melakukan batuk efektif mengakibatkan klien sulit
bernafas. Pada bulan februari 2018 terdapat klien post sectio ceasar harus rehecting
ulang karena setelah post operasi klien batuk secara tidak terkontrol. Klien melakukan
batuk dengan cara memaksakan dirinya dan tidak mengetahui akibat dari efek
melakukan hal tersebut.
Di rumah sakit AMC Cileunyi kasus operasi paling banyak menggunakan
anastesi umum. Peneliti melakukan wawancara dan observasi pada 10 klien post
operasi dengan general anastesi yang mengalami penumpukan sekret di ruangan
Recovery Room (RR) didapatkan bahwa 6 orang klien beranggapan jika mereka
memaksa untuk batuk atau mengeluarkan dahak dapat menyebabkan luka operasi
terbuka dan 4 orang klien mengatakan takut dikarenakan merasa nyeri pada luka
operasi jika melakukan batuk. Dari 10 orang klien untuk mengatasi penumpukan
sekret, 3 orang klien mengatakan hal yang dilakukan untuk mengatasi penumpukan
sekret yaitu hanya mengatur posisi tidur, 2 orang klien meminta bantuan perawat
untuk melakukannya dan 5 orang klien mengatakan hanya melakukan batuk biasa dan
bingung karena menahan sakit. Pada umumnya klien pasca pembedahan mengalami
peningkatan sekresi mukus dan saliva, namun klien post operasi beranggapan batuk
efektif menyebabkan luka pada operasi terbuka. Hasil wawancara peneliti dengan
perawat yang berada di ruangan bedah camelia menyatakan bahwa mereka masih
belum efektif memberikan penyuluhan kepada klien tentang batuk efektif pasca
operasi.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Evidence Based Practice pada tindakan batuk efektif terhadap
bersihan jalan napas khususnya pada Pengaruh Latihan Batuk Efektif Terhadap
Bersihan Jalan Nafas Pada Klien Post Operasi Dengan General Anasthesi Di Ruang
Recorvery Room (Rr) Dan Ruang Bedah Camelia Rumah Sakit AMC Cileunyi
Kabupaten Bandung Tahun 2018
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisa P (Problem) dari jurnal Evidence Based Practice pada tindakan
batuk efektif terhadap bersihan jalan napas khususnya pada Pengaruh Latihan
Batuk Efektif Terhadap Bersihan Jalan Nafas Pada Klien Post Operasi
Dengan General Anasthesi Di Ruang Recorvery Room (Rr) Dan Ruang
Bedah Camelia Rumah Sakit AMC Cileunyi Kabupaten Bandung Tahun
2018
b. Menganalisa I (Intervention) dari jurnal Evidence Based Practice pada
tindakan batuk efektif terhadap bersihan jalan napas khususnya pada
Pengaruh Latihan Batuk Efektif Terhadap Bersihan Jalan Nafas Pada Klien
Post Operasi Dengan General Anasthesi Di Ruang Recorvery Room (Rr) Dan
Ruang Bedah Camelia Rumah Sakit AMC Cileunyi Kabupaten Bandung
Tahun 2018
c. Menganalisa C (Comparison) dari jurnal Evidence Based Practice pada
tindakan batuk efektif terhadap bersihan jalan napas khususnya pada
Pengaruh Latihan Batuk Efektif Terhadap Bersihan Jalan Nafas Pada Klien
Post Operasi Dengan General Anasthesi Di Ruang Recorvery Room (Rr) Dan
Ruang Bedah Camelia Rumah Sakit AMC Cileunyi Kabupaten Bandung
Tahun 2018
d. Menganalisa O (Outcome) dari jurnal Evidence Based Practice pada
tindakan batuk efektif terhadap bersihan jalan napas khususnya pada
Pengaruh Latihan Batuk Efektif Terhadap Bersihan Jalan Nafas Pada Klien
Post Operasi Dengan General Anasthesi Di Ruang Recorvery Room (Rr) Dan
Ruang Bedah Camelia Rumah Sakit AMC Cileunyi Kabupaten Bandung
Tahun 2018
TINJAUAN PUSTAKA
a. Model Settler
Merupakan seperangkat perlengkapan/media penelitian untuk meningkatkan
penerapan Evidence Based Practice. Lima langkah dalam Model Settler :
Fase 1 : Persiapan
Fase 2 : Validasi
Fase 3 : Perbandingan evaluasi dan pengambilan keputusan
Fase 4 : Translasi dan aplikasi
Fase 5 : Evaluasi
b. Model IOWA
Model IOWA diawali dengan adanya trigger atau masalah. Trigger bisa berupa
knowledge focus atau problem focus. Jika masalah yang ada menjadi prioritas
organisasi, maka baru dibentuklah tim. Tim terdiri atas dokter, perawat dan
tenaga kesehatan lain yang tertarik dan paham dalam penelitian. Langkah
berikutnya adalah minsintesis bukti-bukti yang ada.Apabila bukti yang kuat
sudah diperoleh, maka segera dilakukan uji coba dan hasilnya harus dievaluasi
dan didiseminasikan.
c. Model konseptual Rosswum & Larrabee
Model ini disebut juga dengan model Evidence Based Practice Change yang
terdiri dari 6 langkah yang digambarkan dalam bagan di bawah ini. Model ini
menjelaskan bahwa penerapan Evidence Based Nursing ke lahan praktek harus
memperhatikan latar belakang teori yang ada, kevalidan dan kereliabilitasan
metode yang digunakan, serta penggunaan nomenklatur yang standar.
3. Metode PICO
Batuk merupakan mekanisme reflek yang sangat penting untuk menjaga jalan
nafas tetap ternuka (paten) dengan cara menyingkirkan lendir yang menumpuk pada
jalan nafas. Batuk diakibatkan oleh iritasi membran mukosa dalam saluran
pernapasan. Stimulus yang menghasilkan batuk dapat timbul dari suatu proses infeksi
atau iritan yang dibawa oleh udara seperti debu, asap, gas ,dan kabut. Batuk adalah
proteksi utama pasien terhadap akumulasi sekret dalam bronki dan bronkiolus
(Pranowo, 2012).
Batuk efektif merupakan salah satu tindakan non farmakologi untuk pasien
dengan gangguan pernapasan akut dan kronik. Peran perawat dalam hal ini sangatlah
penting yaitu melatih pasien untuk melakukan batuk efektif yang bertujuan untuk
menambah pengetahuan pasien tentang pentingnya pengeluaran dahak. Batuk efektif
dapat diberikan pada pasien dengan cara mengatur posisi yang benar agar dahak
keluar dengan lancar (Sudoyo, 2006).
Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana klien
dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak
secara maksimal. Batuk efektif dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan ekspansi
paru, mobilisasi sekret, dan mencegah efek samping dari penumpukan sekret. Batuk
yang tidak afektif akan dapa menyebabkan efek yang merugikan pada klien dengan
penyakit paru-paru kronis berat (Pranowo,2012).
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam melakukan batuk efektif yaitu
pasien diberikan posisi duduk tegak ditempat tidurnya, kemudian tarik nafas dalam
secara maksimal dan perlahan dengan menggunakan pernapasan diafgrama sambil
meletakkan 2 jari tepat dibawah procecus xipoideus, pasien disuruh menahan nafas
selama 3-5 detik, lalu hembuskan secara perlahan melalui mulut. Ambil nafas kedua
dan tahan, kemudian suruh pasien untuk membatukkan dengan kuat dari dada. Setelah
itu istirahatkan pasien selama 2-3 menit, lalu lakukan batuk efektif secara berulang
(Nugroho,2011).
Indikasi dilakukannya batuk efektif sama seperti pada nafas dalam, yaitu :
a. PPOK, emphysema, fibrosis astha, chest infection, klien dengan tirah baring lama
dan klien post operasi.
b. Terdapat penumpukkan sekret pada saluran nafas yang dibuktikan dengan
pengkajian fisik, X Ray dan data klinis.
c. Sulit mengeluarkan atau membatukkan sekresi yang terdapat pada saluran
pernafasan.
Bersihan jalan nafas tidak efektif merupakan kondisi pernafasan yang tidak
normal akibat ketidakmampuan batuk secara efektif, dapat disebabkan oleh sekresi
yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi, imobilisasi. Statis sekresi batuk
yang tidak efektif karena penyakit persyarafan seperti Cierebronvaskular Accident
(CVA). Hipersekresi mukosa saluran pernafasan yang mengahasilkan lendir sehingga
partikel-partikel kecil yang masuk bersama udara akan mudah menempel didinding
saluran pernafasan. Hal ini lama-lama akan mengakibatkan terjadinya sumbatan
sehingg ada udara yang menjebak dibagian distal saluran nafas, maka individu akan
berusaha lebih keras untuk mengeluarkan udara tersebut. Itulah sehingga pada fase
ekspirasi yang anjang akan muncul bnyi-bunyi yang abnormal seperti mengi dan
ronchi.
Penyebab dari bersihan jalan nafas tidak efektif adalah sebagai berikut :
a. Infeksi
b. Disfungsi neuromuscular
c. Hyperplasia dinding bronkus
d. Alergi jalan nafas
e. Asma
f. Trauma
g. Obstruksi jalan nafas
h. Spasme jalan nafas
i. Sekresi tertahan
j. Penumpukan sekret
k. Adanya benda asing di jalan nafas
l. Adanya jalan nafas buatan
m. Sekresi bronkus
n. Adanya eksudat di alveolus
Obstruksi jalan nafas merupakan kondisi pernafasan yang tidak normal akibat
ketidakmampuan batuk secara efektif, dapat disebabkan oleh sekresi yang kental atau
berlebihan akibat penyakit infeksi, imobilisasi, adanya benda asing, statis sekresi
batuk yang tidak efektif karena penyakit persyarafan seperti Cerebrovaskular
Accident (CVA). Hipersekresi mukosa saluran pernafasan yang menghasilkan lendir
sehingga partikel-partikel kecil yang masuk bersama udara akan mudah menempel di
dinding saluran pernafasan. Hal ini lama-lama akan mengakibatkan terjadi sumbatan
sehingga ada udara yang terjebak di bagian distal saluran nafas, maka individu akan
berusaha lebih keras untuk mengeluarkan udara tersebut (Arif Mutaqin, 2014)
D. Pengaruh Batuk Efektif Terhadap Bersihan Jalan Napas
A. Problem
Pada desain ini melibatkan satu kelompok saja tanpa ada kelompok pembanding,
akan tetapi pengukuran atau observasi dilakukan dua kali, pre-test (sebelum diberi
perlakuan) dan posttest (sesudah diberi perlakuan). Sehingga dapat dibandingkan antara
keadaan sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Analisis yang digunakan uji paired t-test.
B. Intervensi
C. Comparison
1. Judul : Pengaruh Batuk Efektif Terhadap Pengeluaran Sputum Pada Pasien TBC di
Wilayah Kerja Puskesmas Tes Kabupaten Lebong
Hasil :
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pra-Eksperimental
menggunakan The One Group Pretest-Posttest Design. Melakukan observasi secara
langsung terhadap perilaku pasien, selama pengambilan data. Observasi dilakukan
sebelum (pretest) dan sesudah (post test) aktivitas pasien. Lembar observasi berisi
tentang reaksi pasien sebelum dan setelah dilakukan teknik batuk efektif. Penelitian
ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Tes Kecamatan Lebong
Selatan Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu. Penelitian dilakukan pada bulan Juli
2019- Agustus 2019.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang menderita penyakit
TBC di Puskesmas Perawatan Tes Kabupaten Lebong. Teknik pengambilan sampel
menggunakan teknik total sampling, berjumlah 20 orang. Pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan data primer yang didapat melalui wawancara dengan
petugas penanggung jawab kasus TBC paru, sedangkan data sekunder diperoleh dari
data buku register pertahun penyakit TBC paru di Puskesmas Tes. Analisis data dalam
penelitian ini menggunakan Analisis Univariat dan Analisis Bivariat.Teknik analisis
yang digunakan yaitu uji Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil penelitian didapatkan:
a. 11 orang (55%) jumlah (ml) pengeluaran sputum sebelum teknik batuk efektif
baik, dan
9 orang (45%) jumlah (ml) pengeluaran sputum tidak baik;
b. 20 orang (100%) jumlah (ml) pengeluaran sputum sesudah teknik batuk efektif
baik;
c. Ada pengaruh batuk efektif terhadap pengeluaran sputum pada pasien TBC paru.
Hasil Uji Wilcoxon Signed Ranks Test didapat nilai Z = -3,669 dengan p-
value=0,000
2. Judul : Teknik Batuk Efektif dan Bersihan Jalan Nafas Pada Klien Tuberkulosis
Paru Di Rsud M. Soewandhie Surabaya Tahun 2019
Hasil :
D. Outcome
Dari hasil penelitian ini terbukti ada pengaruh pengaruh latihan batuk efektif
terhadap bersihan jalan nafas klien post operasi dengan general anasthesi di Ruang
Recovery Room dan Ruang Camelia RS AMC Cileunyi Kabupaten Bandung dengan
hasil uji paired t-test sign (2- tailed) sebesar 0,000 < 0,05.
Dari hasil pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa latihan batuk efektif
dapat membantu klien untuk mengurangi sekret pada jalan napas sehingga tidak akan
terjadi sumbatan pada jalan napas klien.
A. Simpulan
B. Saran
Tindakan ini bisa diterapkan ditempat pelayanan kesehatan karena mudah dilakukan
dan tidak membutuhkan alat, pasien juga dapat melakukan teknik ini secara mandiri
ketika sudah diajarkan. Bagi peneliti selanjutnya, telaah-telaah jurnal penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan acuan untuk penulisaan telaah jurnal atau penelitian terkait
bersihan jalan napas pada pasien dengan kebutuhan oksigenasi.
DAFTAR PUSTAKA
Rostikawati, Riska. 2018. Pengaruh Latihan Batuk Efektif Terhadap Bersihan Jalan Nafas
Pada Klien Post Operasi Dengan General Anasthesi Di Ruang Recorvery Room (Rr)
Dan Ruang Bedah Camelia Rumah Sakit AMC Cileunyi Kabupaten Bandung. STIKES
Bhakti Kencana Bandung.
Http://Repository.Bku.Ac.Id/Xmlui/Bitstream/Handle/123456789/1913/Riska
%20rostikawati%20ak216035%282018%29-1-48.Pdf?Sequence=1&Isallowed=Y. 10
Agustus 2021
Devi Listiana, Buyung Keraman, Andri Yanto. 2020. Pengaruh Batuk Efektif Terhadap
Pengeluaran Sputum Pada Pasien TBC Di Wilayah Kerja Puskesmas Tes Kabupaten
Lebong. CHMK Nursing Scientific Journal. Vol. 4 No.2
Nurike Dwi Puspitasari, Dwi Utari Widiastutik, Moh Najib. 2019. Teknik Batuk Efektif dan
Bersihan Jalan Nafas Pada Klien Tuberkulosis Paru Di RSUD M. Soewandhie
Surabaya. Jurnal Keperawatan ISSN 1979 - 8091. Vol. Xii