Anda di halaman 1dari 17

BAB I

ANALISIS JURNAL

A. Judul Penelitian
Pengaruh Latihan Batuk Efektif Terhadap Bersihan Jalan Nafas Pada Klien Post
Operasi Dengan General Anasthesi Di Ruang Recorvery Room (Rr) Dan Ruang
Bedah Camelia Rumah Sakit Amc Cileunyi Kabupaten Bandung Tahun 2018

B. Peneliti
Riska Rostikawati

C. Ringkasan Jurnal
Batuk sangat sering terjadi pada klien yang mengalami operasi dengan
anastesi umum. Selain karena efek anastesi, batuk juga disebabkan karena
pemasangan alat bantu nafas yang menyebabkan klien merasa tidak nyaman karena
terasa banyak lendir kental ditenggorokan. Latihan batuk efektif sangat bermanfaat
bagi klien setelah operasi untuk mengeluarkan lendir atau sekret tersebut sehingga
terjadi bersihan pada jalan napas (Rondhianto, 2008).
Batuk efektif merupakan batuk yang dilakukan dengan sengaja. Namun
berbeda jika dibandingkan dengan batuk biasa yang bersifat refleks tubuh terhadap
masuknya benda asing dalam saluran pernafasan. Batuk efektif dilakukan melalui
gerakan terencana atau dilatih terlebih dahulu. Dengan batuk efektif maka berbagai
penghalang yang menghambat atau menutup saluran pernafasan dapat dihilangkan
(Smeltzer, 2012). Tujuan batuk efektif adalah untuk memobilisasi sekret sehingga
dapat dikeluarkan. Refleks batuk dapat dirangsang, dengan dilakukannnya nafas
dalam sebelum batuk. Jika klien tidak bisa batuk secara efektif, penumonia hipostatik
dan komplikasi paru lainnya dapat terjadi.
Batuk efektif dapat mencegah radang paru-paru yang diakibatkan oleh efek
anastesi, alasan mengapa radang paru-paru merupakan satu ancaman, karena gerakan
pernpasan akan menghimpun lebih banyak lendir, yang timbul akibat penggunaan
pipa endotracheal pada saat pembiusan. Batuk efektif dapat dilakukan selama 2-3 kali
selama 3x24 jam (Smeltzer, 2012). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Kurnia (2012), yang menyatakan ada pengaruh batuk efektif dan nafas dalam terhadap
kolonisasi staphyloccus Aureus dalam sekret klien post operasi dengan general
anastesi.
Rumah Sakit AMC Cileunyi, merupakan rumah sakit rujukan atau Fasilitas
Pelayanan Kesehatan (PPK) 2 Wilayah Kabupaten Bandung Timur yang letak
posisinya berdekatan dengan pintu tol Cileunyi. Berdasarkan pengambilan data yang
dilakukan peneliti pada tanggal 03 Maret 2018 di Rumah Sakit AMC Cileunyi,
terdapat sekitar 56 kasus operasi yang menggunakan anastesi umum pada tahun 2016,
dan pada tahun 2017 sebanyak 89 kasus serta pada bulan Januari – Februari 2018
sekitar 32 kasus dengan general anastesi. Dari jumlah 32 kasus terdapat 20 klien pasca
pembedahan mengalami peningkatan sekresi mukus dan saliva sehingga efek dan
dampaknya klien yang tidak bisa melakukan batuk efektif mengakibatkan klien sulit
bernafas. Pada bulan februari 2018 terdapat klien post sectio ceasar harus rehecting
ulang karena setelah post operasi klien batuk secara tidak terkontrol. Klien melakukan
batuk dengan cara memaksakan dirinya dan tidak mengetahui akibat dari efek
melakukan hal tersebut.
Di rumah sakit AMC Cileunyi kasus operasi paling banyak menggunakan
anastesi umum. Peneliti melakukan wawancara dan observasi pada 10 klien post
operasi dengan general anastesi yang mengalami penumpukan sekret di ruangan
Recovery Room (RR) didapatkan bahwa 6 orang klien beranggapan jika mereka
memaksa untuk batuk atau mengeluarkan dahak dapat menyebabkan luka operasi
terbuka dan 4 orang klien mengatakan takut dikarenakan merasa nyeri pada luka
operasi jika melakukan batuk. Dari 10 orang klien untuk mengatasi penumpukan
sekret, 3 orang klien mengatakan hal yang dilakukan untuk mengatasi penumpukan
sekret yaitu hanya mengatur posisi tidur, 2 orang klien meminta bantuan perawat
untuk melakukannya dan 5 orang klien mengatakan hanya melakukan batuk biasa dan
bingung karena menahan sakit. Pada umumnya klien pasca pembedahan mengalami
peningkatan sekresi mukus dan saliva, namun klien post operasi beranggapan batuk
efektif menyebabkan luka pada operasi terbuka. Hasil wawancara peneliti dengan
perawat yang berada di ruangan bedah camelia menyatakan bahwa mereka masih
belum efektif memberikan penyuluhan kepada klien tentang batuk efektif pasca
operasi.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Evidence Based Practice pada tindakan batuk efektif terhadap
bersihan jalan napas khususnya pada Pengaruh Latihan Batuk Efektif Terhadap
Bersihan Jalan Nafas Pada Klien Post Operasi Dengan General Anasthesi Di Ruang
Recorvery Room (Rr) Dan Ruang Bedah Camelia Rumah Sakit AMC Cileunyi
Kabupaten Bandung Tahun 2018

2. Tujuan Khusus
a. Menganalisa P (Problem) dari jurnal Evidence Based Practice pada tindakan
batuk efektif terhadap bersihan jalan napas khususnya pada Pengaruh Latihan
Batuk Efektif Terhadap Bersihan Jalan Nafas Pada Klien Post Operasi
Dengan General Anasthesi Di Ruang Recorvery Room (Rr) Dan Ruang
Bedah Camelia Rumah Sakit AMC Cileunyi Kabupaten Bandung Tahun
2018
b. Menganalisa I (Intervention) dari jurnal Evidence Based Practice pada
tindakan batuk efektif terhadap bersihan jalan napas khususnya pada
Pengaruh Latihan Batuk Efektif Terhadap Bersihan Jalan Nafas Pada Klien
Post Operasi Dengan General Anasthesi Di Ruang Recorvery Room (Rr) Dan
Ruang Bedah Camelia Rumah Sakit AMC Cileunyi Kabupaten Bandung
Tahun 2018
c. Menganalisa C (Comparison) dari jurnal Evidence Based Practice pada
tindakan batuk efektif terhadap bersihan jalan napas khususnya pada
Pengaruh Latihan Batuk Efektif Terhadap Bersihan Jalan Nafas Pada Klien
Post Operasi Dengan General Anasthesi Di Ruang Recorvery Room (Rr) Dan
Ruang Bedah Camelia Rumah Sakit AMC Cileunyi Kabupaten Bandung
Tahun 2018
d. Menganalisa O (Outcome) dari jurnal Evidence Based Practice pada
tindakan batuk efektif terhadap bersihan jalan napas khususnya pada
Pengaruh Latihan Batuk Efektif Terhadap Bersihan Jalan Nafas Pada Klien
Post Operasi Dengan General Anasthesi Di Ruang Recorvery Room (Rr) Dan
Ruang Bedah Camelia Rumah Sakit AMC Cileunyi Kabupaten Bandung
Tahun 2018

E. Kelebihan dan Kekurangan


1. Kelebihan
a. Pemberian pelatihan batuk efektif mudah untuk dilakukan dan tidak
membutuhkan alat ataupun biaya yang mahal.
b. Pemberian pelatihan batuk efektif dinilai sangat efektif diberikan pada kasus
post op karena jika dilihat kasusnya cukup banyak di RS AMC Cileunyi
Kabupaten Bandung
2. Kekurangan
a. Pada jurnal ini tidak dipaparkan data-data terkait kasus yang terjadi akibat
rendahnya pemahaman terhadap batuk efektif di dunia (WHO)
b. Pada jurnal ini tidak dipaparkan data-data terkait kasus yang terjadi akibat
rendahnya pemahaman terhadap batuk efektif di Indonesia
c. Pada jurnal ini tidak dipaparkan data-data terkait kasus yang terjadi akibat
rendahnya pemahaman terhadap batuk efektif di Jawa Barat
d. Pada jurnal ini menggunakan metode sampling : purposive sampling (non
random sampling) sehingga mengakibatkan hasil penelilian yang kurang
bervariasi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Evidence Based Practice


1. Pengertian Evidence Based Practice

Evidence Based Practice (EBP) merupakan proses penggunaan bukti-bukti


terbaik yang jelas, tegas dan berkesinambungan guna pembuatan keputusan klinik
dalam merawat individu pasien (Nurhayati, 2015). Evidence Based Practice (EBP)
keperawatan adalah proses untuk menentukan, menilai, dan mengaplikasikan bukti
ilmiah terbaik dari literature keperawatan maupun medis untuk meningkatkan kualitas
pelayanan pasien. Dengan kata lain, Evidence Based Practice (EBP) merupakan salah
satu langkah empiris untuk mengetahui lebih lanjut apakah suatu penelitian dapat
diimplementasikan pada lahan praktek yang berfokus pada metode dengan critical
thinking dan menggunakan data dan penelitian yang tersedia secara maksimal.

2. Konsep-konsep Evidence Based Practice

Evidenced Based Practice (EBP) adalah proses penggunaan bukti-bukti


terbaik yang jelas, tegas dan berkesinambungan guna keputusan klinik dalam
merawat individu pasien.

a. Model Settler
Merupakan seperangkat perlengkapan/media penelitian untuk meningkatkan
penerapan Evidence Based Practice. Lima langkah dalam Model Settler :
Fase 1 : Persiapan
Fase 2 : Validasi
Fase 3 : Perbandingan evaluasi dan pengambilan keputusan
Fase 4 : Translasi dan aplikasi
Fase 5 : Evaluasi
b. Model IOWA
Model IOWA diawali dengan adanya trigger atau masalah. Trigger bisa berupa
knowledge focus atau problem focus. Jika masalah yang ada menjadi prioritas
organisasi, maka baru dibentuklah tim. Tim terdiri atas dokter, perawat dan
tenaga kesehatan lain yang tertarik dan paham dalam penelitian. Langkah
berikutnya adalah minsintesis bukti-bukti yang ada.Apabila bukti yang kuat
sudah diperoleh, maka segera dilakukan uji coba dan hasilnya harus dievaluasi
dan didiseminasikan.
c. Model konseptual Rosswum & Larrabee
Model ini disebut juga dengan model Evidence Based Practice Change yang
terdiri dari 6 langkah yang digambarkan dalam bagan di bawah ini. Model ini
menjelaskan bahwa penerapan Evidence Based Nursing ke lahan praktek harus
memperhatikan latar belakang teori yang ada, kevalidan dan kereliabilitasan
metode yang digunakan, serta penggunaan nomenklatur yang standar.
3. Metode PICO

Selain metode diatas PICO merupakan metode yang memudahkan seseorang


untuk mencari informasi klinis dalam praktik ilmu kesehatan berbasis bukti ilmiah.
PICO sendiri merupakan suatu akronim dari kata-kata berikut:

a. P untuk Patient, Population, Problem Kata-kata ini mewakili pasien, populasi,


dan masalah yang diangkat dalam karya ilmiah yang ditulis.
b. I untuk Intervention, Prognostic Factor, atau Exposure Kata ini mewakili
intervensi, faktor prognostik atau paparan yang akan diangkat dalam karya
ilmiah.
c. C untuk Comparison atau Intervention (jika ada atau dibutuhkan) Kata ini
mewakili perbandingan atau intervensi yang ingin dibandingkan dengan
intervensi atau paparan pada karya ilmiah yang akan ditulis.
d. O untuk Outcome yang ingin diukur atau ingin dicapai Kata ini mewakili target
apa yang ingin dicapai dari suatu penelitian misalnya pengaruh atau perbaikan
dari suatu kondisi atau penyakit tertentu. Dimana metode ini dapat dilakukan
apabila penulis karya tulis ilmiah telah memiliki masalah.

B. Konsep Dasar Batuk Efektif


1. Pengertian Batuk Efektif

Batuk merupakan mekanisme reflek yang sangat penting untuk menjaga jalan
nafas tetap ternuka (paten) dengan cara menyingkirkan lendir yang menumpuk pada
jalan nafas. Batuk diakibatkan oleh iritasi membran mukosa dalam saluran
pernapasan. Stimulus yang menghasilkan batuk dapat timbul dari suatu proses infeksi
atau iritan yang dibawa oleh udara seperti debu, asap, gas ,dan kabut. Batuk adalah
proteksi utama pasien terhadap akumulasi sekret dalam bronki dan bronkiolus
(Pranowo, 2012).

Batuk efektif merupakan salah satu tindakan non farmakologi untuk pasien
dengan gangguan pernapasan akut dan kronik. Peran perawat dalam hal ini sangatlah
penting yaitu melatih pasien untuk melakukan batuk efektif yang bertujuan untuk
menambah pengetahuan pasien tentang pentingnya pengeluaran dahak. Batuk efektif
dapat diberikan pada pasien dengan cara mengatur posisi yang benar agar dahak
keluar dengan lancar (Sudoyo, 2006).
Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana klien
dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak
secara maksimal. Batuk efektif dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan ekspansi
paru, mobilisasi sekret, dan mencegah efek samping dari penumpukan sekret. Batuk
yang tidak afektif akan dapa menyebabkan efek yang merugikan pada klien dengan
penyakit paru-paru kronis berat (Pranowo,2012).
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam melakukan batuk efektif yaitu
pasien diberikan posisi duduk tegak ditempat tidurnya, kemudian tarik nafas dalam
secara maksimal dan perlahan dengan menggunakan pernapasan diafgrama sambil
meletakkan 2 jari tepat dibawah procecus xipoideus, pasien disuruh menahan nafas
selama 3-5 detik, lalu hembuskan secara perlahan melalui mulut. Ambil nafas kedua
dan tahan, kemudian suruh pasien untuk membatukkan dengan kuat dari dada. Setelah
itu istirahatkan pasien selama 2-3 menit, lalu lakukan batuk efektif secara berulang
(Nugroho,2011).

2. Tujuan Batuk Efektif

Pemberian latihan batuk efektif terutama pada infeksi saluran pernafasan


bagian bawah yang berhubungan dengan akumulasi sekret pada jalan nafas yang
sering diakibatkan oleh kemampuan batuk yang menurun atau adanya yang sering
diakibatkan oleh kemampuan batuk yang menurun atau adanya nyeri setelah
pembedahan sehingga klien merasa malas untuk melakukan batuk (Muttaqin, 2012).

Batuk efektif dilakukan untuk mempertahankan kepatenan jalan nafas. Batuk


memungkinkan klien mengeluarkan sekresi dari jalan nafas bagian atas dan jalan
nafas bagian bawah. Batuk efektif dilakukan untuk memobilasi sekret dan mencegah
efek samping dari penumpukan sekret, memobilisasi sekret dan mengeluarkannya,
mencegah komplikasi pernafasan seperti atelektasis sekret dan pneumonia. Kegunaan
batuk efektif yaitu dapat mengeluarkan sekret dari saluran pernafasan, mencegah
komplikasi pernafasan seperti atelektasis dan pneumonia. Batuk tidak efektif dapat
menyebabkan efek yang merugikan pada klien dengan penyakit paru-paru kronis
berat, seperti kolaps saluran nafas, ruptur dinding alveoli, dan pneumotoraks
(Muttaqin, 2012).

Rangkaian normal peristiwa dalam mekanisme batuk adalah inhlasi dalam,


penutupan glotis, kontraksi aktif otot-otot ekspirasi, dan pembukaan glottis (Tarwoto,
2016).Batuk efektif dapat dilakukan sebanyak 2- 3 kali selama 3 x 24 jam
(Smeltzer ,2012).

Inhalasi dalam meningkatkan volume paru dan diameter jalan nafas


memungkinkan udara melewati sebagian lendir yang mengobstruksi atau melewati
benda asing lain. Ketidakefektifan batuk klien dievaluasi dengan melihat apakah ada
sputum cair, laporan klien tentang sputum yang ditelan atau terdengarnya bunyi nafas
tambahan yang jelas saat klien diauskultasi.

3. Indikasi Batuk Efektif

Indikasi dilakukannya batuk efektif sama seperti pada nafas dalam, yaitu :

a. PPOK, emphysema, fibrosis astha, chest infection, klien dengan tirah baring lama
dan klien post operasi.
b. Terdapat penumpukkan sekret pada saluran nafas yang dibuktikan dengan
pengkajian fisik, X Ray dan data klinis.
c. Sulit mengeluarkan atau membatukkan sekresi yang terdapat pada saluran
pernafasan.

4. Kontra-indikasi Batuk Efektif


Kontraindikasi dilakukannya batuk efektif :
a. Klien dengan dengan cedera servikal atau cedera kepala dan bedah syaraf atau
bedah kepala dengan TIK yang abnormal, masih terpasag ETT.
b. Klien dengan serangan jantung dan serangan asma akut, deformitas struktur
dinding dada dan tulang belakang akibat trauma
c. Klien yang terpasang NGT (Kozier & Erb, 2009).
5. Prosedur Batuk Efektif

Prosedur tindakan batuk efektif adalah sebagai berikut :

a. Perawat mencuci tangan dan memakai sarung tangan


b. Menjelaskan tujuan batuk efektif
c. Mengatur posisi klien sesuai dengan kenyaman klien, boleh posisi setengah
duduk dan menggunakan bantal penyangga didekat area luka operasi.
d. Menganjurkan klien bernafas dalam (3 kali)
e. Menganjurkan klien untuk batuk sekuat tenaga
f. Mengulangi tindakan tersebut sampai 3 kali
g. Mengontrol paru-paru dengan auskultasi
h. Membersihkan mulut dengan menggunakan kertas tissue kemudian dibuang di
pot dahak
i. Bila klien bisa mengeluarkan dahaknya dibuang kedalam sputum pot yang telah
diberi densifektan.
j. Observasi respon klien
k. Membereskan peralatan dan kembalikan ketempatnya
l. Perawat mencuci tangan
m. Mencatat tindakan yang telah dilakukan

C. Konsep Dasar Bersihan Jalan Napas


1. Pengertian Bersihan Jalan Napas

Bersihan jalan nafas merupakan suatu keadaan pada status pernapasan


individu sehubungan dengan kemampuan untuk batuk secara efektif (Lynda Juall,
Carpenito 2006).

2. Penyebab Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif

Bersihan jalan nafas tidak efektif merupakan kondisi pernafasan yang tidak
normal akibat ketidakmampuan batuk secara efektif, dapat disebabkan oleh sekresi
yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi, imobilisasi. Statis sekresi batuk
yang tidak efektif karena penyakit persyarafan seperti Cierebronvaskular Accident
(CVA). Hipersekresi mukosa saluran pernafasan yang mengahasilkan lendir sehingga
partikel-partikel kecil yang masuk bersama udara akan mudah menempel didinding
saluran pernafasan. Hal ini lama-lama akan mengakibatkan terjadinya sumbatan
sehingg ada udara yang menjebak dibagian distal saluran nafas, maka individu akan
berusaha lebih keras untuk mengeluarkan udara tersebut. Itulah sehingga pada fase
ekspirasi yang anjang akan muncul bnyi-bunyi yang abnormal seperti mengi dan
ronchi.

Penyebab dari bersihan jalan nafas tidak efektif adalah sebagai berikut :

a. Infeksi
b. Disfungsi neuromuscular
c. Hyperplasia dinding bronkus
d. Alergi jalan nafas
e. Asma
f. Trauma
g. Obstruksi jalan nafas
h. Spasme jalan nafas
i. Sekresi tertahan
j. Penumpukan sekret
k. Adanya benda asing di jalan nafas
l. Adanya jalan nafas buatan
m. Sekresi bronkus
n. Adanya eksudat di alveolus

3. Mekanisme Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif

Obstruksi jalan nafas merupakan kondisi pernafasan yang tidak normal akibat
ketidakmampuan batuk secara efektif, dapat disebabkan oleh sekresi yang kental atau
berlebihan akibat penyakit infeksi, imobilisasi, adanya benda asing, statis sekresi
batuk yang tidak efektif karena penyakit persyarafan seperti Cerebrovaskular
Accident (CVA). Hipersekresi mukosa saluran pernafasan yang menghasilkan lendir
sehingga partikel-partikel kecil yang masuk bersama udara akan mudah menempel di
dinding saluran pernafasan. Hal ini lama-lama akan mengakibatkan terjadi sumbatan
sehingga ada udara yang terjebak di bagian distal saluran nafas, maka individu akan
berusaha lebih keras untuk mengeluarkan udara tersebut (Arif Mutaqin, 2014)
D. Pengaruh Batuk Efektif Terhadap Bersihan Jalan Napas

Untuk mendapatkan sputum yang baik dalam pemeriksaan terdapat metode


khusus untuk mengeluarkan sekret yaitu salah satunya dengan cara batuk efektif. Tehnik
batuk efektif merupakan tindakan yang dilakukan untuk membersihkan sekresi dari
saluran nafas. Tujuan dari batuk efektif adalah untuk meningkatkan ekspansi paru,
mobilisasi sekresi dan mencegah efek samping dari retensi sekresi seperti pneumonia,
atelektasis dan demam serta pada klien pasca operasi (Wahyu, 2016).

Batuk efektif memberikan kontribusi yang positif terhadap pengeluaran volume


sputum. Dengan batuk efektif klien menjadi tahu tentang bagaimana cara mengeluarkan
sputum. Orang sehat tidak menegeluarkan sputum, kalau kadang-kadang ada, jumlahnya
sangat kecil sehingga tidak dapat diukur. Banyaknya dikeluarkan bukan saja ditentukan
oleh penyakit yang tengah diderita, tetapi juga oleh stadium penyakit itu. Jumlah yang
besar yaitu lebih dari 100 cc per 24 jam, mungkin melebihi 500 cc ditemukan pada edema
pulmonum, abses paru-paru, bronchitis, tuberculosis oulmonum yang lanjut dan pada
abses yang pecah menembus ke paru-paru (Wahyu, 2016).
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Problem

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian pre experimental dengan pendekatan


pre test dan post test one group design. Karena penelitian ini bertujuan untuk melihat
seberapa besar pengaruh latihan batuk efektif terhadap bersihan jalan napas pada Klien
Post Operasi Dengan General Anasthesi Di Ruang Recorvery Room (Rr) Dan Ruang
Bedah Camelia Rumah Sakit AMC Cileunyi Kabupaten Bandung sebelum dan sesudah
diberi perlakuan. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling didapatkan
sampel sebanyak 23 orang.

Pada desain ini melibatkan satu kelompok saja tanpa ada kelompok pembanding,
akan tetapi pengukuran atau observasi dilakukan dua kali, pre-test (sebelum diberi
perlakuan) dan posttest (sesudah diberi perlakuan). Sehingga dapat dibandingkan antara
keadaan sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Analisis yang digunakan uji paired t-test.

B. Intervensi

Instrumen penelitian ini menggunakan instrumen bersihan jalan nafas dan


prosedur kerja batuk efektif, dimana latihan batuk efektif dilakukan 2 kali dalam sehari
selama 3 hari. Sebelumnya peneliti mengintruksikan klien untuk mencoba batuk efektif
dan juga memberikan pertanyaan terkait batuk efektif, setelah itu peneliti menilainya dan
membandingkan dengan hasil setelah klien diajarkan cara batuk efektif yang benar.
Kemudian peneliti menyesuaikan dengan lembar prosedur kerja batuk efektif dan
mencatatnya.

C. Comparison

Penelitian pembanding jurnal ini yaitu :

1. Judul : Pengaruh Batuk Efektif Terhadap Pengeluaran Sputum Pada Pasien TBC di
Wilayah Kerja Puskesmas Tes Kabupaten Lebong
Hasil :
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pra-Eksperimental
menggunakan The One Group Pretest-Posttest Design. Melakukan observasi secara
langsung terhadap perilaku pasien, selama pengambilan data. Observasi dilakukan
sebelum (pretest) dan sesudah (post test) aktivitas pasien. Lembar observasi berisi
tentang reaksi pasien sebelum dan setelah dilakukan teknik batuk efektif. Penelitian
ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Tes Kecamatan Lebong
Selatan Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu. Penelitian dilakukan pada bulan Juli
2019- Agustus 2019.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang menderita penyakit
TBC di Puskesmas Perawatan Tes Kabupaten Lebong. Teknik pengambilan sampel
menggunakan teknik total sampling, berjumlah 20 orang. Pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan data primer yang didapat melalui wawancara dengan
petugas penanggung jawab kasus TBC paru, sedangkan data sekunder diperoleh dari
data buku register pertahun penyakit TBC paru di Puskesmas Tes. Analisis data dalam
penelitian ini menggunakan Analisis Univariat dan Analisis Bivariat.Teknik analisis
yang digunakan yaitu uji Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil penelitian didapatkan:
a. 11 orang (55%) jumlah (ml) pengeluaran sputum sebelum teknik batuk efektif
baik, dan
9 orang (45%) jumlah (ml) pengeluaran sputum tidak baik;
b. 20 orang (100%) jumlah (ml) pengeluaran sputum sesudah teknik batuk efektif
baik;
c. Ada pengaruh batuk efektif terhadap pengeluaran sputum pada pasien TBC paru.
Hasil Uji Wilcoxon Signed Ranks Test didapat nilai Z = -3,669 dengan p-
value=0,000
2. Judul : Teknik Batuk Efektif dan Bersihan Jalan Nafas Pada Klien Tuberkulosis
Paru Di Rsud M. Soewandhie Surabaya Tahun 2019
Hasil :

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yakni mendeskripsikan


mengenai batuk efektif dan bersihan jalan nafas pada klien tuberkolusis paru. Populasi
dalam penelitian ini adalah klien tuberkolusis paru yang di rawat di RSUD M.
Soewandhie Surabaya, dengan kriteria berusia 25 - 65 tahun, mengalami kelusitan
mengeluarkan secret, dengan besar sampel 10 klien. Variabel penelitian ini adalah
batuk efektif dan bersihan jalan nafas. Data penelitian dikumpulkan dengan
menggunakan rekam medis klien, dan lembar observasi. Pengumpulan data batuk
efektif terdiri dari 3 indikator yaitu, : persiapan alat terdiri dari 9 pernyataan,
persiapan klien terdiri dari 10 pernyataan, dan persiapan kerja terdiri dari 11
pernyataan dengan jawaban iya dan tidak pada lembar observasi. Setiap jawaban
benar akan diberi skor 1 dan untuk jawaban tidak akan diberi skor 0. Skor tertinggi
adalah 30 dan skor terendah adalah 0. Dari jumlah indikator tersebut kemudian di
jumlahkan. Dari jumlah skor yang telah diperoleh tiap klien, maka dikategorikan lagi
menjadi batuk efektif apabila skor 30 dan batuk tidak efektif apabila skornya 15.

Variable bersihan jalan nafas, data diperoleh dengan menggunakan lembar


observasi pengkajian yang yang terdiri dari 2 indikator : look, listen, yang terdiri dari
4 pernyataan dengan jawaban ya dan tidak. Setiap jawaban ya akan diberi skor 1 dan
untuk jawaban tidak akan diberi skor 0. Skor tertinggi yang diperoleh klien adalah 4
dan skor terendah adalah 0. Dari jumlah skor yang telah diperoleh tiap klien, maka
dikategorikan lagi menjadi bersihan jalan nafas efektif apabila skor 2 dan bersihan
jalan nafas tidak efektif apabila skor 4. Hasil penelitian didapatkn :

a. Pelaksanaan teknik batuk efektif tuberkolusis paru menunjukkan bahwa 8 (80%)


hampir seluruhnya klien tuberkolusis paru melakukan batuk efektif dan sebagian
kecil klien, 2 (20%) tidak dapat batuk efektif.
b. Hasil penelitian didapatkan sebagian besar (70 %) klien Tuberkolusis Paru yang
dilakukan teknik batuk efektif memiliki masalah bersihan jalan nafas tidak
efektif, dan hampir setengahnya (30 %) bersihan jalan nafas efektif.
c. Didapatkan hasil bahwa hampir setengahnya (37,5%) klien tuberkolusis dapat
batuk efektif dengan bersihan jalan nafas efektif, setengahnya (62,5%) klien dapat
batuk efektif dengan bersihan jalan nafas tidak efektif, tidak satu pun (0 %) klien
batuk tidak efektif dengan pola nafas efektif dan hampir seluruhnya (100%) klien
batuk tidak efektif dengan pola nafas tidak efektif.
d. Dapat disimpulkan bahwa hampir seluruhnya klien melakukan teknik batuk
efektif dan sebagian kecil batuk tidak efektif; Sebagian besar klien mengalami
bersihan jalan nafas tidak efektif, sebagian kecil efektif; Bersihan jalan nafas
yang tidak efektif dapat meniningkatkan terjadinya ketidakefektifan bersihan
jalan nafas.

3. Komparasi Pada Jurnal


Beberapa penelitian menunjukkan bahwa batuk efektif memberikan efektifitas
pengeluaran dahak (sputum) pada berbagai penyakit pada saluran pernapasan yang
dapat meningkatkan bersihan jalan napas. Tindakan observasi yang dilakukan baik
sebelum pemberian edukasi batuk efektif maupun setelah pemberian edukasi batuk
efektif selama penelitian bertujuan untuk mengetahui apakah klien bisa melakukan
batuk efektif atau tidak, apakah tindakannya benar atau tidak, dan setelah itu baru
diajarkan batuk efektif yang benar, setelah itu peneliti dapat mengukur efektifitas
batuk efektif ketika pasien sudah bisa melakukan batuk efektif dengan baik dan benar.
Batuk efektif ini adalah tindakan yang mudah dilakukan dan menurut Apriyadi, 2013,
Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat
menghemat energi sehingga tidak mudah lelah mengeluarkan dahak secara maksimal.
Batuk efektif merupakan batuk yang dilakukan dengan segaja. Namun dibandingkan
dengan biasa yang bersifat reflex tubuh terhadap masuknya benda asing dalam saluran
pernafasan, batuk efektif dilakukan melalui gerakan yang terencana atau dilatih.
Gerakan ini terjadi atau dilakukan tubuh sebagai mekanisme alamiah terutama untuk
melindungi paru – paru. Gerakan ini pula yang akan kemudian dimanfaatkan kalangan
medis sebagai terapi untuk menghilangkan lendir yang menyumbat saluran pernafasan
akibat sejumlah penyakit.

D. Outcome

Dari hasil penelitian ini terbukti ada pengaruh pengaruh latihan batuk efektif
terhadap bersihan jalan nafas klien post operasi dengan general anasthesi di Ruang
Recovery Room dan Ruang Camelia RS AMC Cileunyi Kabupaten Bandung dengan
hasil uji paired t-test sign (2- tailed) sebesar 0,000 < 0,05.

Dari hasil pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa latihan batuk efektif
dapat membantu klien untuk mengurangi sekret pada jalan napas sehingga tidak akan
terjadi sumbatan pada jalan napas klien.

Hasil penelitian ini bisa diterapkan ditempat pelayanan kesehatan karena


mudah dilakukan dan tidak membutuhkan alat, pasien juga dapat melakukan teknik
ini secara mandiri ketika sudah diajarkan.
BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa batuk efektif memberikan efektifitas


pengeluaran dahak (sputum) pada berbagai penyakit pada saluran pernapasan yang dapat
meningkatkan bersihan jalan napas. Tindakan observasi yang dilakukan baik sebelum
pemberian edukasi batuk efektif maupun setelah pemberian edukasi batuk efektif selama
penelitian bertujuan untuk mengetahui apakah klien bisa melakukan batuk efektif atau
tidak, apakah tindakannya benar atau tidak, dan setelah itu baru diajarkan batuk efektif
yang benar, setelah itu peneliti dapat mengukur efektifitas batuk efektif ketika pasien
sudah bisa melakukan batuk efektif dengan baik dan benar. Batuk efektif ini adalah
tindakan yang mudah dilakukan dan menurut Apriyadi, 2013, Batuk efektif adalah suatu
metode batuk dengan benar, dimana klien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah
lelah mengeluarkan dahak secara maksimal. Batuk efektif merupakan batuk yang
dilakukan dengan segaja. Namun dibandingkan dengan biasa yang bersifat reflex tubuh
terhadap masuknya benda asing dalam saluran pernafasan, batuk efektif dilakukan
melalui gerakan yang terencana atau dilatih. Gerakan ini terjadi atau dilakukan tubuh
sebagai mekanisme alamiah terutama untuk melindungi paru – paru. Gerakan ini pula
yang akan kemudian dimanfaatkan kalangan medis sebagai terapi untuk menghilangkan
lendir yang menyumbat saluran pernafasan akibat sejumlah penyakit.

B. Saran

Tindakan ini bisa diterapkan ditempat pelayanan kesehatan karena mudah dilakukan
dan tidak membutuhkan alat, pasien juga dapat melakukan teknik ini secara mandiri
ketika sudah diajarkan. Bagi peneliti selanjutnya, telaah-telaah jurnal penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan acuan untuk penulisaan telaah jurnal atau penelitian terkait
bersihan jalan napas pada pasien dengan kebutuhan oksigenasi.
DAFTAR PUSTAKA

Rostikawati, Riska. 2018. Pengaruh Latihan Batuk Efektif Terhadap Bersihan Jalan Nafas
Pada Klien Post Operasi Dengan General Anasthesi Di Ruang Recorvery Room (Rr)
Dan Ruang Bedah Camelia Rumah Sakit AMC Cileunyi Kabupaten Bandung. STIKES
Bhakti Kencana Bandung.
Http://Repository.Bku.Ac.Id/Xmlui/Bitstream/Handle/123456789/1913/Riska
%20rostikawati%20ak216035%282018%29-1-48.Pdf?Sequence=1&Isallowed=Y. 10
Agustus 2021

Devi Listiana, Buyung Keraman, Andri Yanto. 2020. Pengaruh Batuk Efektif Terhadap
Pengeluaran Sputum Pada Pasien TBC Di Wilayah Kerja Puskesmas Tes Kabupaten
Lebong. CHMK Nursing Scientific Journal. Vol. 4 No.2

Nurike Dwi Puspitasari, Dwi Utari Widiastutik, Moh Najib. 2019. Teknik Batuk Efektif dan
Bersihan Jalan Nafas Pada Klien Tuberkulosis Paru Di RSUD M. Soewandhie
Surabaya. Jurnal Keperawatan ISSN 1979 - 8091. Vol. Xii

Anda mungkin juga menyukai