Anda di halaman 1dari 10

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan uraian bab-bab sebelumnya, maka Penulis mengambil

kesimpulan dan menuangkan beberapa saran yang kiranya bisa menjadi masukan

bagi teman-teman seprofesi. Adapun kesimpulan dan saran yang Penulis tuangkan

adalah sebagai berikut :

A. Kesimpulan

1. Pengkajian yang Penulis lakukan terhadap kien Tn. CR yaitu meliputi

inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi yang dilakukan secara head to

toe. Penulis menemukan adanya kesenjangan antara teori dengan

pengkajian dipengaruhi oleh kondisi tubuh masing-masing individu dan

pengobatan klien itu sendiri. Dimana klien sudah dirawat di RSUD AW

Sjahranie selama 12 hari sebelum Penulis melakukan pengkajian. Muncul

sesak nafas, batuk, nyeri didaerah luka pemasangan WSD, terpasang

infus NaCL 9 tpm dan klien mendapatkan obat antibiotik, analgetik, dan

pengencer dahak.

2. Diagnosa Keperawatan pada Tn. CR ditegakkan dari anamnase yang

didapat melalui klien, putra klien dan hasil pemeriksaan fisik klien.

Diagnosa tersebut yaitu : bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan

dengan hipersekresi jalan nafas, nyeri Akut berhubungan dengan Agen

pencedera fisik, resiko infeksi berhubungan dengan prose pemasangan

WSD.
3. Dari 3 diagnosa keperawatan rencana tindakan dapat dilakukan karena

adanya sikap terbuka dari klien dan putra klien, serta adanya bantuan dan

kerjasama yang baik antara Penulis, Dosen pembimbing, dan klinik

instruktur dari ruang DahlianRSUD AW Sjahranie Samarinda.

4. Pada tahap implementasi Penulis melakukan tindakan keperawatan

berdasarkan hal-hal yang telah direncanakan sebelumnya. Namun Penulis

menyesuaikan dengan situasi, kondisi dan kebutuhan klien tidak semata-

mata berdasarkan prioritas masalah yang telah direncanakan.

5. Dalam evaluasi didapatkan adanya beberapa permasalahan yang teratasi

tetapi ada pula yang tidak teratasi dikarenakan keterbatasan waktu dalam

memberikan asuhan keperawatan kepada klien.

6. Setelah dilakukan perawatan selama 3 hari. Penulis mendokumentasikan

semua tindakan ke dalam catatan keperawatan, namun penulis hanya

dapat melakukan pendokumentasian selama Penulis ada di ruangan,

sehingga pendokumentasian tindakan keperawatannkeperawatan selama

24 jam tidak sepenuhnya dapat dilakukan berhubungan dengan

keterbatasan tenaga dan waktu dari Penulis.

B. Saran-saran

Saran yang dapat Penulis beriakan demi perbaikan dan peningkatan mutu

asuhan keperawatan sebagai berikut :

1. Pengkajian
Saran yang dapat diberikan pada saat klien dengan TB Squale adalah

sebaiknya terjalin hubungan saling percaya antara perawat an klien, serta

menghormati privasi klien jika menolak dilakukan pengkajian

2. Diagnosa Keperawatan

Saran yang penulis dapat berikan pada tahap ini adalah diagnosa

keperawatan yang muncul pada kasus TB Squale tidak selalu sama

dengan teori dan jika hal tersebut ditemukan maka perawat harus melihat

respon klien untuk menentukan diagnosa keperawatan.

3. Rencana Keperawatan

Saran untuk rencana keperawatan adalah jika rencana keperawatan tidak

bisa terlaksana dikarenakan sarana dan prasarana hendaknya perawat

memodifikasi rencana keperawatan yang sesuai dengan kondisi di

ruangan.

4. Tindakan Keperawatan

Pada saat melakuan tindakan keperawatan tidak hanya mengacu pada

tindakan keperawatan yang telah direncanakan, perawat sebaiknya

memodifikasi atau melakukan kolaborasi dengan tim medis lainnya.

Kemudian agar penerapan asuhan keperawatan menjadi lebih bermanfaat

dan terkoordinir dengan sebaik-baiknya, dihaapkan perawat mencatat

dengan lengkap pada status klien semuua tindakan yang dilakukan

sehinga dapat dijadikan suatu dokumentasi keperawatan serta

dicantumkan nama dan tanda tangan perawat yang melakukan tindakan .

5. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, dari ketiga masalah tersebut

masih ada masalah yang belum teratasi, untuk itu perlunya teman sejawat

lainnya untuk meneruskan yang diperlukan pada masalah yang ada dan

mempertahankan intervensi yang telah teratasi.


Saran yang dapat diberikan pada klien dengan TB Squale adalah sebaiknya

terjalin hubungan saling percaya antara perawat dan klien, menghormati

privasi klien jika menoak dilakukan pengkajian.

C. Rencana Keperawatan

Saran yang Penulis dapat berikan pada tahap ini adalah diagnosa keperawatan

yang muncul pada kasus TB Squale tidak selalu sama dengan teori dan jika

ditemukan hal tersebut maka perawat harus melihat respon klien untuk

menentukan diagnosa keperawatan.

D.
Di dalam menerapkan asuhan keperawatan pada pasien gangguan sistem

penafasan TB Squale, penulis menemukan beberapa kesenjangan antara landasan

teoritis dan laporan kasus, dimana akan dibahas sesuai dengan proses keperawatan

yang dimulai dari tahap pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi.

A. Pengkajian

Pada saat dilakukan wawancara, penulis memperoleh respon yang baik dari

pasien dan keluarga. Pengkajian dalam tahap pengumpulan data yang dilakukan

penulis. Penulis menemukan keluhan utama pasien merasa sesak, nyeri pada

daerah dada dan pasien batuk.

Jika dalam teori dikatakan sesak nafas, kesulitan pernafasan, bunyi nafas

menghilang atau tidak terdengar diatas bagian yang terkena, nyari dada setempat

dan batuk penulis menemukan demikian, tetapi sewaktu penulis kaji tidak

menemukan peningkatan suhu tubuh,hal ini karena pasien sudah di rawat lebih

kurang dari 12 hari sejak tanggal 16 juni 2018.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Pada kasus Ny. I dengan gangguan sistem pernafasan TB Squale, diagnose

keperawatan yang muncul berdasarkan teori ada 1(satu) yaitu : Bersihan jalan

nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan nafas.


Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien tetapi tidak ditemukan pada

teori ada 2 (dua) yaitu :

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik.

2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pemasangan WSD

Sedangkan diagnosa kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan

kurangnya informasi tentang proses penyakitnya tidak di temui karena pasien

sudah pernah mendapat pengobatan TB Paru di Puskesmas Palaran yang

gejalanya sama separti dirasakan sekarang ini.

1. C. PERENCANAAN.

Ada tiga tahap dalam fase perencanaan yaitu: menentukan prioritas, menetapkan

tujuan dan merencanakan tujuan keperawatan.

DIAGNOSA 1

Rencana tindakan: Kaji fungsi pernafasan seperti bunyi, kecepatan, dan irama

nafas setiap jam 08:00 dan 14:00 setiap hari. Observasi tanda-tanda vital,Atur

posisi klien dengan posisi semi fowler setiap kali klien merasa sesak nafas,

Ajarkan teknik nafas dalam dan batuk efektif pada pertemuan pertama,Anjurkan

klien untuk gunakan teknik batuk efektif setiap ingin batuk, Auskultasi suara

nafas, catat adanya suara tambahan, Memonitor status O² klien, Kolaborasi beri

obat sesuai intruksi dokter

Diagnosa 2

Rencana tindakan: Jelskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri non

farmakologi dan non invasif, Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri
dan berikan posisi yang nyaman,Tingkatkan pengetahuan tentang sebab-sebab

nyeri dan menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung, Monitor tanda-

tanda vital, Kaji nyeri secara komprehensif, Kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian analgetik, Observasi tingkat nyeri dan respon motorik klien, 30 menit

setelah pemberian obat analgetik untuk mengkaji efektifitasnya.

1. D. PELAKSANAAN

Pada tahap pelaksanaan penulis melakukan tindakan keperawatan berdasarkan

rencana tindakan berdasarkan prioritas masalah agar kebutuhan pasien terpenuhi.

Diagnosa 1

Implementasi: mengkaji fungsi pernafasan , Melakukan pengukuran TTV,

Mengatur posisi klien dengan posisi semi fowler, Mengajarkan teknik nafas dalam

dan batuk efektif, Meberikan obat(NIC), Memberikan obat combivent melalui

nebulizer, Mengkaji suara nafas, Mengajak klien melakukan tindakan nafas dalam

Diagnosa 2

Implementasi: Melakukan pengukuran TTV, Memberikan obat

analgetik(santagesik), Mengobservasi tingkat nyeri setelah pemberian obat,

Mengkaji tanda-tanda vital.

Diagnosa 3
Implementasi : Melakukan tindakan cuci tangan, Melakukan tindakan ganti

verban WSD, Mengajarkan klien tindakan pereda nyeri non

farmakalogi(relaksasi nafas dalam), Mengkaji nyeri klien secara komprehensif,

Memberikan obat (cefriaxone inj dan cefixime 100 mg), Memberikan obat

(cefriaxone inj dan cefixime 100 mg.

E. EVALUASI

Tahap evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan yang bertujuan

untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak untuk

melakukan pengkajian ulang.

Dalam memberikan asuhan keperawatan penulis terus-menerus mengumpulkan

data baru dari pasien yang nantinya digunakan sebagai bahan evaluasi

selanjutnya.

Adapun hasil yang diperoleh dari evaluasi yang berdasarkan setiap diagnosa

sebagai berikut:

Diagnosa 1

Dari rencana dan implementasi selama 3 hari pasien masih sesak, klien

tampakberbaring dengan posisi semi fowler,auskultasi Ronchi+/+, pernapasan

25x/menit, dan secret masih ada, evaluasi belum teratasi.

Diagnosa 2

Evaluasi: masalah teratasi dimana pasien mengatakan rasa nyeri sudah berkurang,

skala nyeri menjadi 2, klien merasa nyaman ,klien tampak tengang dan klien tidak

tampak meringis.
Diagnosa 3

Evaluasi: masalah teratasi mengatakan tidak demam dan tidak terdapat

lumor,dolor,kolor dan fungsiolaesa.

Anda mungkin juga menyukai