Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini, penulis akan membahas dan membandingkan antara teori dan kasus, analisa faktor-
faktor pendukung dan penghambat serta alternatif pemecahan masalah dalam memberikan asuhan
keperawatan pada anak dengan demam tyfoid di ruang pulau laut Rumkital dr. mintohardjo
Jakarta, yang dilakukan dari tanggal 16 Juli 2018 sampai dengan 18 Juli 2018. Pembahasan ini
disusun sesuai dengan proses keperawatan yaitu pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan,
perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian
Pada pengkajian keperawatan, penulis akan membandingkan pengkajian keperawatan
berdasarkan teori dan pengkajian keperawatan berdasarkan kasus pada anak dengan demam
tyfiod.

Pada pengkajian teori didapatkan data adanya Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun
berapa dalam,yaitu apatis sampai samnolen. Jarang terjadi sopor, koma, atau gelisah (kecuali
bila penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan pengobatan). Disamping gejala-gejala
tersebut mungkin terdapat gejala lainya. yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli basil
dalam kapiler kulit yang ditemukan dalam minggu pertama demam. Kadang - kadang
ditemukan pula bradikardi dan epitaksis pada anak besar. keadaan perut kembung
(meteorismuas), bisa terjadi konstipasi atau mungkin diare atau normal,

Sedangkan pada kasus An. F tidak ditemukan adanya penurunan kesadaran, epitaksis.

Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan darah lengkap, SGOT dan SGPT, uji
widal, kultur dan anti salmonella typhi IgM (Tubek TF). Namun selama perawatan klien yang
dilakukan selama 3 hari hanya dilakukan pemeriksaan darah lengkap dan Tubek TF, hal ini
dikarenakan pada pemeriksaan Uj Widal kurang memberikan hasil yang bermakna untuk
mendeteksi penyakit demam typhoid, terkecuali klien tersebut sudah pernah dilakukan,
pemeriksaan anti salmonella typhi IgM dengan reagen Tubek TF dilakukan untuk mendeteksi

BAB 4 ASKEP ANAK DGN TYFOID 1


infeksi akut lebih dini, karena antibody IgM muncul paling awal setelah 3 – 4 hari, pemeriksaan
Tubek TF itu sendiri memiliki tingkat sensitivitas yang lebih baik dari pada Uji Widal, hal ini
sudah dianggap cukup untuk dapat menegakan diagnosa pada klien.

Kesenjangan yang ada pada tahap pengkajian adalah, karena klien sudah memasuki hari
perawatan hari ke dua. Dan klien sudah mendapatkan terapi cairan yang adekuat.

Faktor penghambat selama melakukan pengkajian tidak ada. Faktor pendukung selama
melakukan pengkajian yaitu terbukanya klien dan keluarga. Keikut sertaan perawat ruangan
dalam menjalankan program yang akan diberikan kepada klien serta peralatan medis yang
memadai.

B. Diagnosa

Penulis mengangkat diagnosa keperawatan pada kasus berdasarkan data keluhan dan masalah
yang terdapat pada klien dilakukan dengan cara wawancara, pemeriksaan fisik, dan catatan
rekam medik.
Diagnosa keperawatan yang sama antara teori dengan kasus antara lain :
1. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi salmonella typhi.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan malabsorbsi
nutrien.
3. Gangguan eleminasi : BAB (Konstipasi) berhubungan dengan usus
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
5. Kurang pengetahuan orang tua tentang pencegahan penyakit demam typhoid berhubungan
dengan resiko penyakit berulang

Sedangkan diagnosa keperawatan pada teori ada sedangkan pada kasus tidak ditemukan adalah
kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan tidak adekuat. Ini dikarenakan
pada saat penulis melakukan pengkajian klien sudah memasuki hari perawatan ke 2. Dan klien
sudah mendapatkan terapi cairan yang adekuat.

BAB 4 ASKEP ANAK DGN TYFOID 2


Tidak ada faktor penghambat yang ditemukan penulis. Faktor pendukung yaitu adanya
kerjasama antarapasien, orang tua dan perawat ruangan serta catatan rekam medik keperawatan
klien sehingga penulis dapat dengan tepat menegakkan diagnosa keperawatan.

C. Intervensi Keperawatan
Setelah penulis menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas kegawatan atau
kebutuhan klien, perencanaan terhadap setiap diagnosa keperawatan akan dibuat. Hal ini
dilakukan untuk mempermudah perawat dalam melakukan tindakan keperawatan sesuai
dengan perencanaan keperawatan yang telah dibuat sehingga asuhan keperawatan dapat
tercapai. Rencana tindakan keperawatan yang penulis angkat pada An. F untuk diagnosa yang
utama adalah kaji keluhan pasien, observasi tanda vital tiap 4 jam, penuhi kebutuhan cairan
untuk mencegah terjadinya dehidrasi akibat hipotermia, berikan kompres dingin.

Pada tujuan intervensi keperawatan dalam teori hanya dijelaskan harapan yang diinginkan
setelah dilakukannya intervensi. Pada kasus, tujuan disertai dengan batasan waktu. Hal ini agar
memudahkan bagi perawat untuk mengevaluasi keberhasilan intervensi keperawatan yang
telah dilakukan.

Faktor penghambat pada kasus ini tidak ditemukan. Faktor pendukung pada tahap intervensi
yaitu sikap klien yang kooperatif dalam menerima tindakan yang diberikan oleh penulis.

D. Implementasi keperawatan
Tahap pelaksanaan pada hanya di tuliskan pengertian, tujuan dan tahapan pada pelaksana,
sedangkan pada kasus penulis membuat dokumentasi pelaksanaan semua tindakan
keperawatan yang telah dilakukan pada klien sesuai rencana. Pada pelaksanaan tindakan
penulis bekerjasama dengan perawat ruangan dan tim medis untuk memberikan asuhan
keperawatan selama 3 x 24 jam.

Tindakan keperawatan yang penulis buat, seluruhnya sesuai dengan rencana tindakan yang
penulis dapat dari rencana tindakan sesuai dengan teori.

BAB 4 ASKEP ANAK DGN TYFOID 3


Faktor penghambat tidak ada pada saat melakukan tindakan keperawatan. Karena klien dan
keluarga kooperatif pada saat penulis melakukan tindakan keperawatan.

E. Evaluasi

Dari tiga diagnosa keperawatan yang diangkat pada kasus, semua diagnosa keperawatan
masalah dapat teratasi. Karena pada saat penulis melakukan pengkajian pasien sudah
memasuki hari perawatan pertama.

Masalah – masalah tersebut dapat diatasi karena adanya sikap keluarga yang kooperatif.
Adapun kendala yang didapatkan oleh penulis adalah perawat ruangan tidak mencatatan
keperawatan secara terperinci untuk setiap diagnosa keperawatan, mungkin karena perawat
diruangan banyak keterbatasan dan kegiatan lainnya yang harus dikerjakan, namun catatab
keperawatan sangat penting sebagai tangguang jawab dan tanggung gugat serta penying untuk
mengetahui kondisi dan perkembangan klien sehingga penulis berupaya dengan cara
menvalidasi kembali tentang keluhan klien terkait dengan tindakan keperawatan yang penulis
dan perawata ruangan lakukan .

BAB 4 ASKEP ANAK DGN TYFOID 4

Anda mungkin juga menyukai