Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang keterkaitan dan kesenjangan antara tinjauan
teori dengan pelaksanaan asuhan keperawatan pada By.N Dengan BBLR di Neonatal intensive
Care Unit Rumah Sakit Pendidikan Wahidin Sudirohusodo Makassar.
A. PENGKAJIAN
Pada tahap pengkajian, penulis tidak mendapatkan hambatan selama proses
wawancara dengan orang tua pasien bersifat terbuka dan kooperatif dalam menjawab
pertanyaan dan mengungkapkan masalah yang dialami anaknya. Selain itu, penulis juga
menjalin kerja sama dengan perawat ruangan untuk memperoleh informasi mengenai
perkembangan kesehatan dan kesesuaian rencana pemberian obat pada By.N
1. Pengkajian riwayat kesehatan
Dalam pengkajian alasan masuk rumah sakit yang dihubungkan dengan dengan
keluhan utama dan riwayat kesehatan sekarang By.N memiliki keterkaitan yang
bermakna. BY.N masuk rumah sakit dengan keluhan tidak bernafas. penulis berasumsi
bahwa kegagalan napas yang muncul sebagai akibat belum matangnya paru-paru,
Buku Ajar Neonatologi, (2012) mengemukakan bahwa gagal napas akut yang
mengakibatkan ketidak mampuan untuk memelihara pertukaran gas agar dapat memenuhi
kebutuhan tubuh dan mengakibatkan hipoksemia.Hipoksemia sering terjadi akibat
gangguan ventilasi perfusi,pirau intrapulmonal,gangguan difusi atau hipoventilasi.
Gangguan napas hiperkapnik karena penyebab multifakto tapi sering disebabkan
depresi pernapasan sentral atau pemompaan otot pernapasan yang tidak adekuat.
Hiperkapnea dapat terjadi akibat obstruksi saluran napas atas atau bawah,kelemahan otot
pernapasan atau biasanya akibat produksi CO2 yang berlebihan.
2. Pengkajian data
Pada tahap pengkajian data dasar, penulis mendapatkan ada kesenjangan antara
tinjauan teori data dasar pasien dengan realita yang dialami klien. Menurut Wong,L.D
(2009) dalam pengkajian data adanya resiko aspirasi.Sedangkan berdasarkan realita
ditemukan bahwa klien tidak akan terjadi resiko aspirasi karena intke oral yang di stop.

70
Pada tahap pemeriksaan penunjang, penulis tidak mendapatkan hambatan dalam
menganalisa masalah pemeriksaan kimiawi darah yang terkait dengan masalah keperawatan
klien. Hasil pemeriksaan penunjang begitu lengkap sehingga memudahkan dalam
menganalisa masalah.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan yang ditemukan pada kasus BBLR ini berdasarkan respon
yang ditunjukan hanya 8 diagnosa Keperawatan, 6 diagnosa aktual dan 2 diagnosa resiko.
Hal ini sejalan secara teori dimana dalam teori terdapat 8 diagnosa keperawatan karena
penegakan diagnose keperawatan pada kasus ini disesuaikan dengan kondisi klien.

Rencana Asuhan Keperawatan yang diterapkan pada bayi BBLR dalam penulisan ini
bersifat mandiri dan kolaboratif. Penetapan perencanan berdasarkan prioritas, menyusun tujuan
dengan pertimbangan tingkat keparahan yang muncul dari respon bayi dan ibu.

C.IMPLEMENTASI

Intervensi keperawatan disesuaikan dengan diagnosa yang telah dibuat dan dilakukan
berdasarkan prioritas pasien. intervensi dan implementasi pada diagnoasa gangguan
pertukaran gas tujuan untuk Keadekuatan aliran darah melewati vaskuler utuh untuk perfusi
unit alveoli kapiler.. Sedangkan untuk diagnosa Bersihan jalan napas perlu di lakukan
pengisapan lender setelah nebu dan jika sekresi banyak didaerah mulut. Dignosa Pola nafas
tidak efektif selalu mempertahankan pemberian alat bantu nafas dengan HFN sesuai
instruksi. Untuk diagnose Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh mencatat masukan dan
haluaran setiap hari di sebabkan kondisi klien saat ini mengalami intake oral stop. Diagnose
Ketidakefektifan termoregulasi selalu mengihindari bayi dari pengaruh yang dapat
menurunkan suhu tubuh dan selalu mengganti pakian setiap basah dan selalu memonitor
tanda-tanda hipertermi.
D.EVALUASI

Evaluasi adalah suatu fase dari asuhan keperawatan yang dilaksanakan dengan tujuan
untuk menilai keberhasilan asuhan keperawatan dan menilai perkembangan kondisi pasien
baik yang bersifat sumatif maupun formatif. Dalam penulisan ini terdapat 8 diagnosa
keperawatan yang diangkat, yaitu 6 diagnosa bersifat actual dan 2 diagnosa resiko, yang di
dalam pelaksanaannya 2 diagnosa aktual dan 2 diagnosa resiko sudah

71
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pelaksanaan asuhan keperawatan adalah satu kegiatan yang dilaksanakan secara
integral melalui proses secara bertahap. Pengkajian keperawatan merupakan tahap
awal yang di dalam pelaksanaannya harus diarahkan secara spesifik, lengkap dan
jelas..
2. Diagnosa Keperawatan yang diangkat pada kasus BBLR ini berdasarkan
kebutuhannya ada 8 diagnosa Keperawatan. Hal ini sejalan secara teori dimana dalam
teori terdapat 8 diagnosa keperawatan.
3. Rencana Asuhan Keperawatan yang diterapkan pada bayi BBLR dalam penulisan ini
bersifat mandiri dan kolaboratif.
4. Implementasi keperawatan yang dilaksanakan didasarkan pada perencanaan tindakan
yang telah ditetapkan secara komprehensif dan dilaksanakan secara integral baik
melalui tindakan mandiri perawat maupun tidakan kolaboratif dengan tim kesehatan
lainnya.
5. Hasil evaluasi dari catatan perkembangan pasien bahwa masalah keperawatan
Bersihan jalan napas inefektif,kecemasan orang tua, ketidakefektifan
Thermogulasi,resiko infeksi dan resiko cedera dapat teratasi.
B. Saran
1. Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan asuhan keperawatan, disarankan kepada
perawat baik yang berada di jenjang pelayanan maupun perawat yang berada di level
pengambil keputusan, agar dapat memberikan ruang yang jelas dan tegas tentang
batas-batas kewenangan kerja dari perawat. Sehingga seorang perawat mampu
bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap setiap tindakan asuhan
keperawatan yang diberikan. Dalam upaya meningkatkan tanggung gugat maka
disarankan perawat harus dapat melakukan pengkajian dan pendokumentasian secara
baik dan benar.

72
2. Peningkatan mutu pelayanan harus di integrasikan dengan peningkatan sumber daya
manusia yang berorientasi pada ilmu dan keterampilan, sehingga dalam membuat
rencana asuhan keperawatan, perawat mampu mengaplikasikannya secara benar
sesuai dengan ilmu dan kiat keperawatan. Dan ditunjang dengan fasilitas yang
memadai yang dapat membantu kelancaran serta efekifitas dari pelayanan asuhan
keperawatan.
3. Aplikasi implementasikan asuhan keperawatan dengan berlandaskan pada tindakan
kemandirian perawat, disarankan agar perawat diruangan perawatan mampu
membedakan antara fungsi dan kewenangannya sehingga emage keperawatan yang
tidak relavan dapat eliminir secara bertahap.
4. Evaluasi tindakan keperawatan adalah sangat penting dilakukan sehingga perawat
dapat menilai kemajuan asuhan keperawatan dan dapat memberikan tindakan
selanjutnya secara tepat. Untuk menghindari kesalahan disarankan agar evaluasi
tindakan maupun evaluasi hasil dapat diterapkan sesuai teori keperawatan yang
komprehensif.

73

Anda mungkin juga menyukai