Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam hal ini penulis akan membahas tentang kasus pada An “A” dengan
kasus demam thypoid ang dirawat diruang anggrek RSUD dr. Soeratno Gemolong
Sragen yang dilakukan mulai tanggal 13 November – 16 November 2015, apakah
sesuai dengan tinjauan pustaka. Pembahasan ini meliputi kompenen asuhan
keperawatan yaitu pengkajian analisa data,diagnosa keperawatan,perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.adapun fokus pembahasan pada masalah
yang muncul adalah diagnosa keperawatan. Berikut ini pembahasanya akan
diuraikan dengan membandingkan antara teori dan kasus nyata maupun dari segi
pengalaman yang diperoleh.

A. Pengkajian
Pengakajian ini dilakukan pada hari kedua pasien dirawat di Ruang
Anggrek RSUD dr. Soeratno Gemolong Sragen yaitu pada tanggal 13
november 2015 pukul 10:00 WIB dan dilakukan tindakan keperawatan selama
3 hari,dari pengkajian ini akan diperoleh data-data dari pasien itu sendiri baik
secara subjektive maupun objektive. Pengkajian yaitu observasi,wawancara
dan pemeriksaan fisik,untuk memperoleh data secara langsung maupun tidak
langsung. (Marelli,2008)
Pengkajian biodata pada pasien dimasukkan untuk lebih mengenal
pasien. Hingga diketahui latar belakang yang kemungkinan mempengaruhi
intervensi yang akan diberikan pada pasien tersebut. Pengkajian riwayat
kesehatan digunakan untuk mengetahui adanya keluhan utama, riwayat
kesehatan keluarga. Dalam pengkajian kesehatan sekarang dimasukkan untuk
mengetahui jenis penyakit dan lokasinya.

36
37

Pasien mengatakan pada tanggal 13 November 2015 badan An.A panas


dingin, batuk dan mual. Pasien tidak langsung di periksakan di klinik terdekat
pasien hanya dibelikan obat penurun panas dari warung. Kemudian pada
tanggal 13 November 2015 pasien diperiksakan di poli anak RSUD dr.
SOERATNO GEMOLONG SRAGEN. Setelah berkonsultasi dengan dokter,
pasien disarankan untuk rawat inap di RSUD dr. SOERATNO GEMOLONG.
Pasien langsung dibawa ke IGD dan mendapatkan tindakan keperawatan
dengan hasil pemeriksaan S : 38,5°C, N : kaki kanan : 72 kali/menit dan kaki
kiri: 67kali/menit, RR : 25 kali/menit. Pasien mendapat terapi medis infus RL
20 tetes permenit, injeksi cefotaxime 350 mg, obat oral paracetamol 250 mg.
Setelah itu pasien dibawa ke ruang anggrek untuk mendapatkan tindakan
keperawatan selanjutnya.
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit seperti ini. Pasien
juga belum pernah dirawat di rumah sakit dan belum pernah mengalami
tindakan operasi
Di dalam keluarga pasien tidak ada yang memiliki penyakit keturunan
seperti diabetes mellitus,hipertensi serta tidak ada penyakit menular seperti
HIV, TB Paru ataupun penyakit lainya.
Dalam pengkajian Lynn, (2008), memiliki 11 pola fungsional namun
penulis membahas dalam pembahasan ini penulis hanya memilih dari salah
satu yang memiliki pola fungsional yang memiliki kelainan, pola fungsional di
fungsikan untuk menegakkan suatu analisa data dan diagnosa keperawatan pola
nutrisi: pasien mengatakan pasien memang susah makan dan si pasien
mengalami mual muntah A : BB :30 kg, TB: 130 Cm, IMT : (BB/TB2)CM :
30/13,0 2 cm : 22,15 cm, B : Hb: 12,6, C : Konjungtiva anaemis turgor kulit
menurun mukosa bibir kering pucat, D : bubur lunak dan susu segar. Ibu
pasien mengatakan, dirawat dirumah sakit baru tiga hari, selama dirumah sakit
pasien belum BAB. Untuk BAK pasien mengatakan sehari kurang lebih 5 kali,
dan dalam pemeriksaan fisik penulis hanya mengangambil salah satu sampel
pengkajian pemeriksaan fisik keadaan pasien compentis postur tubuh kurus N :
72 dan 68 kali/menit RR : 24 kali/menit S : 38,5° C,
38

Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 20 juli 2012 , Hemoglobin12,6,


Leucocyte10.600, Erytrosite4.42, Trombosit122.000, Hematokrit38,5% , Widal
TYO1/160 (Positif), Widal THY1/160 (Positif).
Setelah penulis mengkaji kondisi pasien dan melihat hasil laboratorium
maka penulis menegakkan analisa data, guna menemukan diagnosa
keperawatan, dalam analisa data penulis merakum dari asuhan kepaerawatan
mka penulis menemukan diagnosa keperawatan yang muncul yaitu :
1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) b/d proses infeksi dalam usus halus
2. Gangguan eliminasi b/d penurunan peristaltik usus
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d masukan makanan tidak
adekuat.

B. Intervensi
Intervensi merupakan bagian dari proses keperawatan yang
mengidentifikasi masalah/ kebutuhan pasien, tujuan/ hasil perawatan, dan
intervensi untuk mencapai hasil yang diharapkan dan menangani masalah/
kebutuhan pasien. (Doenges, 2009).
Setelah menemukan diagnosa keperawatan, maka selanjutnya adalah
menyusun rencana tindakan keperawatan untuk menanggulangi masalah-
masalah keperawatan yang dihadapi pasien. Perencanaan tindakan disusun
berdasarkan teori yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi agar rencana
tindakan keperawatan yang telah disusun dapat dilaksanakan dengan baik serta
dapat memperoleh hasil sesuai tujuan yang ingin dicapai dan kriteria hasil yang
ditentukan, dalam intervensi maka penulis akan membahas intervensi
keperawatan yaitu :
1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) b/d proses infeksi dalam usus halus.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,suhu kembali
normal dengan kriteria hasil : Suhu tubuh normal (36-37° C), Pasien tidak
demam, intervensi, observasi TTV, pantau suhu tubuh pasien, Berikan
kompres hangat, berikan banyak minum sekitar 1,5-2 liter/hari sesuai
kebutuhann, pemberian obat sesuai advice dokter
39

2. Gangguan eliminasi b/d penurunan peristaltik usus.


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 3x24 jam eliminasi BAB
terjadi dengan kriteria hasil : BAB 1 kali sehari, bising usus normal,
intervensi : Kaji warna,jumlah,konsitensi dan frekuensi feces,auskultasi
bising usus, Pantau dan catat BAB setiap hari, Diskusikan penggunaan
pelunak feces, Anjurkan untuk makan makanan yang tinggi serat
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d masukan makanan tidak
adekuat.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam kebutuhan nutrisi
pasien dapat terpenuhi dengan kriteria hasil: 3x1 porsi makan yang
disediakan habis, pasien mau makan dan tidak mual lagi, intervensi : Kaji
riwayat nutrisi klien, anjurkan pasien makan sedikit tapi sering, Timbang
berat badan, Hindarkan makanan yang merangsang mual.
Dari tiga intervensi tersebut ada saling terkaitan guna untk mencapai
kriteria hasil dan setelah intervensi di jalankan maka akan muncul
implementasi yang akan di bahas.

C. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses perawatan dimana
rencana perawatan dilaksanakan, melaksanakan intervensi/ aktivitas yang telah
ditentukan (Doenges, 2009).
Pada proses implementasi penulis melakukan asuhan keperawatan pada
pasien dengan Demam Thypoid yang telah direncanakan sebelumnya.
Pelaksanaan asuhan keperawatan ini dilaksanakan sesuai dengan kondisi dan
situasi serta menggunakan sarana yang tersedia diruangan, penulis mengikuti
perkembangan pasien dengan melihat dari catatan perawatan selain itu juga
penulis melihat dari catatan perkembangan dokter yang menangani pasien,
serrta sesuai dengan teori yang telah dikemukakan oleh Wijaya & Putri
(2013).
Selama melakukan asuhan keperawatan pada pasien, penulis menemukan
hambatan, hambatan itu antara lain penulis merasa kesulitan dalam melakukan
40

tindakan keperawatan yang optimal pada klien dikarenakan penulis dan


terkadang terbentur dengan jadwal dinas yang ada. Penulis tidak dapat
mengawasi klien dalam 3 x 24 jam karena keterbatasan waktu yang dimiliki
penulis. Penulis hanya bisa melakukan tindakan keperawatan pada pagi dan
siang hari sehingga penulis tidak dapat memonitor keadaan klien pada setiap
jam dan pada malam hari. Pada saat pengkajian, penulis juga mengalami
hambatan dalam mengkaji psikososial pasien, karena pasien sangat tertutup,
sehingga membutuhkan pendekatan yang lebih untuk mendapatkan data
psikososialnya.
Agar perencanaan tindakan keperawatan yang telah disusun dapat
dilaksanakan, maka penulis mencari solusinya dengan cara mendiskusikan
dengan perawat ruangan, bekerjasama dengan tim kesehatan lain untuk
merawat klien, mempertahankan kontak dengan klien dan keluarga klien dalam
melaksanakan tindakan keperawatan.

D. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, yakni proses
yang dilakukan secara terus-menerus dan penting untuk menjamin kualitas
serta ketepatan perawatan yang diberikan dan dilakukan dengan meninjau
respon untuk menentukan keefektifan rencana perawatan dalam memenuhi
kebutuhan pasien (Doenges, 2009).
Pada tahap evaluasi ini, penulis melaksanakan implementasi berdasarkan
kriteria hasil yang telah ditetapkan. Dalam melaksanakan evaluasi, penulis
mengalami hambatan karena ada beberapa masalah yang belum teratasi.
Evaluasi akhir pada pasien adalah terdapat empat masalah yang belum teratasi
dari ketiga diagnosa yang di bahas.

E. Diagnosa yang seharusnya muncul tapi tidak dimunculkan


Diagnosa yang tidak muncul pada kasus ini yaitu:
1. Resiko deficit volume cairan berhbungan dengan pemasukkan yang
kurang,mual,muntah/pengeluaran yang berlebihan,diare,panas tubuh
(Nanda, 2012).
41

Diagnosa ini tidak ditegakkan karena pasien tidak mengalami diare dan
pasien tidak mengalami kehilangan cairan tubuh yang berlebihan.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri akut )berhubungan dengan peradangan pada
gaster dan usus (Nanda, 2012).
Diagnosa ini tidak di tegakkan karena pasien tidak ada tanda-tanda
menujukkan nyeri.
3. Intoleransi aktivitas berhubugan dengan dengan pembatasan aktivitas
Diagnosa ini tidak muncul karena tidak ada pembatasan aktivitas dan
An. A masih bisa beraktivitas tetapi masih tampak lemas.

Anda mungkin juga menyukai