Anda di halaman 1dari 12

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bab ini menguraikan analisa dan tinjauan teori yang ada di bab II
dan tinjauan kasus yang ada di bab III, seperti yang dijelaskan sebelumnya
“Asuhan Keperawatan pada An.B”, menggunakan teori keperawatan Virginia
Henderson sebagai dasar konseptual. Pembahasan pada kasus ini mencakup
tahapan Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Tindakan Keperawatan
dan Evaluasi. Berikut pelaksanaaanya dengan membandingkan antara teori dan
kasusnya nyata.

A. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan


proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Budiono, 2015)

Adapun pengkajian biodata pada pasien dimasukan untuk lebih mengenal


pasien. Hingga diketahui latar belakang yang kemungkinan mempengaruhi
intervensi yang akan diberikan pada pasien tersebut. Pengkajian riwayat kesehatan
digunakan untuk mengetahui adanya keluhan utama, riwayat kesehatan keluarga,
riwayat kesehatan dahulu dalam pengkajian kesehatan dahulu dan riwayat
kesehatan keluarga. Dalam pengkajian kesehatan sekarang dimasukan untuk
mengetahui jenis penyakit dan lokasinya.

Pada kasus DHF analisa data hasil pengkajian penulis menggunakan Teori
Virginia Handersone tentang pola fungsional. Pola fungsional Virginia Henderson
adalah membantu individu yang sakit dan yang sehat dalam melaksanakan
aktivitas yang memiliki kontribusi terhadap kesehatan dan penyembuhanya
dimana individu tersebut akan mampu mengerjakannya tanpa bantuan bila ia
memiliki kekuatan,kemauan, dan pengetahuan yang dibutuhkan dan hal ini
dilakukan dengan cara membantu mendapatkan kembali kemandirianya secepat
mungkin. Pendekatan yang sistematis ini memungkinkan perawat untuk mampu
memeriksa dan menilai lebih komperhensif mengenai tindakan dan respon pasien,
mengidentifikasi masalah kesehatan pasien dan mengevaluasi dari hasil
perawatan.

Pengkajian pada kasus ini sejak hari kedua pasien di rawat di RSUD dr.
SOERATNO GEMOLONG pada tanggal 12 Juni 2017, jam 09.00 WIB, dilakukan
tindakan keperawatan selama 3 hari. Dari pengkajian ini akan diperoleh data-data
dari pasien itu sendiri, baik secara subyektif maupun obyektif. Pengkajian yaitu
observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik. Untuk sumber data yang diperoleh
baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengakajian yang penulis lakukan
sebagai langkah untuk menentukan intervensi apa yang akan dilakukan oleh
penulis, maka penulis menggunakan alat seperti stetoskope, tensi meter dan
termometer yang dibawanya sendiri dan sedangkan alat yang yang digunakan
pasien untuk membantu dalam perawatan diri seperti baskom dan waslap maka
pasien membawanya sendiri karena di rumahsakit tidak disediakan.

Dalam bab ini juga akan menguraikan analisa tinjauan teori yang ada di
bab II dan tinjauan kasus yang ada di bab III seperti yang dijelaskan “Asuhan
Keperawatan pada An.B dengan Dengue Hemoragic Fever (DHF) Di Ruang
Anggrek RSUD dr. SOERATNO GEMOLONG”. Pembahasan ini meliputi
komponen Asuhan Keperawatan yaitu Pengkajian, Diagnosa Keperawatan,
Perencanaan, Tindakan Keperawatan dan Evaluasi. Adapun faktor hambatan
difokuskan pada masalah dan managemen keperawatan. Kemudian penulis
membandingkan teori dan kasus nyata. Selain hal tersebut penelitian akan
membahas juga kelemahan antara teori dan kasus nyata.

B. Diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan


& evaluasi

Sesuai dengan teori yang telah ditulis dalam bab II didapatkan diagnosa
keperawatan :

1. Hipertermia berhubungan dengan penyakit DHF

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif


3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mencerna makanan

Dalam hal ini penulis mendapatkan tiga diagnosa keperawatan yang muncul
dalam pengkajian yang telah dilakukan. Pada pembahasan ini dimulai dari
pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
impementasi dan evaluasi keperawatan.

1. Hipertermia berhubungan dengan penyakit DHF

Hipertermia merupakan suatu kenaikan suhu yang terus menerus lebih tinggi
atau berisiko untuk mengalami kenaikan suhu yang terus-menerus lebih dari
37,5°C (Nanda, 2015).

Data pegkajian menurut Nanda 2015, untuk menegaskan diagnosa tersebut


adalah peningkatan suhu tubuh lebih besa dari jangkauan normal kulit tampak
kemerahan dan hangat saat di sentuh, frekuensi pernafasan meningkat, takikardi,
menggigil atau merinding, dehidrasi, nyeri, dan sakit yang umum, kehilangan
nafsu makan. Dalam pengkajian pada An.B telah dutemukan data : keluarga
mengatakan badan anaknya panas, suhu 39,0°C, tekanan darah 90/60 mmHg, nadi
100x/menit, pernafasan 22x/menit.
Penulis memprioritaskan hipertermia sebagai masalah pertama, hipertermia
juga diprioritaskan menjadi diagnosa pertama karena apabila hipertermia tidak
segera diatasi dan berkepanjangan akan berakibat sangat serius diantaranya bisa
menyebabkan kejang demam pada anak, dehidrasi, bahkan terjadi syok.
Untuk mengatasi masalah tersebut, penulis menentukan tujuan sebagai
berikut : 1. Mencegah kekurangan cairan, 2. Mencegah adanya kejang, 3.
Mencegah terjadinya syok, 4. Menggunakan analgesik sesuai kebutuhan, 5.
Melaporkan suhu tubuh dalam rentang normal (36,5ºC-37,5º)

Adapun intervensi sesuai teori: 1. Monitor tanda-tanda vital, penulis


mengambil intervensi tersebut karena untuk mengetahui perkembangan pasien
dan agar keadaan umum pasien dapat diketahui dan juga dapat mengetahui
perubahan tanda vital 2. Pantau suhu tubuh pasien selama 2 x 1 shif, penulis
mengambil intervensi tersebut karena karena jika suhu tubuh menunjukkan
39,0°C akan terjadi proses infeksi akut. 3. Berikan kompres dengan air hangat
selama 15-20 menit dan dilakukan selama 1 X 24 jam, penulis mengambil
intervensi tersebut karena kompres hangat dapat membantu mengurangi demam
pasien lewat keluarnya keringat. 4. Berikan banyak minum sekitar 1,5 – 2
liter/hari sesuai kebutuhan penulis mengambil intervensi tersebut karena dengan
minum banyak bisa menggantikan cairan yang hilang dan dapat mengurangi atau
mencegah dehidrasi. 5. Kolaborasi dalam pemberian terapi analgesik yaitu
paracetamol, tujuan penulis mengambil intervensi tersebut adalah untuk
menurunkan suhu tubuh pasien.

Implementasi yang dilakukan oleh penulis dengan menyesuaikan dari teori


yaitu: 1. Memonitor tanda-tanda vital, 2. Memantau suhu tubuh pasien selama 2 x
1 shif, 3. Memberikan kompres dengan air hangat selama 15-20 menit dan
dilakukan selama 1 X 24 jam, 4. Memberikan banyak minum sekitar 1,5 – 2
liter/hari sesuai kebutuhan, 5. Berkolaborasi dalam pemberian terapi analgetik.
Dalam melaksanakan implementasi terdapat kendala seperti minum air putih
sekitar 1,5-2 liter, pasien belum bisa minum air putih sesuai yang dianjurkan
karena pasien tidak suka minum air putih tetapi keluarga berusaha untuk terus
membujuk agar pasien minum air putih sesuai dengan yang dianjurkan, kemudian
air hangat yang harus ada sedangkan di rumah sakit tidak menyediakan air hangat
sehingga pasien harus menyediakan sendiri untuk mengkompres badanya agar
suhu tubuh turun, kemudian untuk baskom dan waslap pada rumah sakit tidak
menyediakan sehingga pasien juga membawanya sendiri. Dalam melakukan
implementasi penulis mengalami sedikit hambatan yaitu pasien sulit untuk
melakukan aktivitas dalam melakukan pemeriksaan sehingga dalam hal ini penulis
meminta keluarga pasien untuk membantu dalam saat pasien dilakukan
pemeriksaan dan dalam melakukan kompres dengan air hangat karenan di rumah
sakit tidak ada air hangat maka penulis meminta keluarga dan pasien untuk
membawa temapat air hangat atau tremos air hangat dan dalam implementasi
penulis mengalami hambatan dalam waktu dinasnya, sehingga dalam hal tersebut
penulis melakukan pendelegasian waktu kepada temannya untuk melanjutkan
asuhan keperawatannya.
Penulis mengevaluasi tindakan keperawatan selama 3 hari. Evaluasi pada
tanggal 14 Juni 2017, didapatkan data subyektif keluarga pasien mengatakan suhu
tubuh anaknya sudah turun. Sedangkan data obyektif yang ditemukan adalah TTV,
TD= 90/60 mmHg, N= 95x/menit, S= 37,5 0C, RR= 19x/menit. Dari evaluasi
pasien penulis dibandingkan dengan kriteria hasil yang didapatkan bahwa masalah
teratasi.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
Virus dengue masuk kealiran darah dan complement antigen antibody
meningkat kemudian dilepas anafilatoksin (C3a,C5a) dan meningkatkan
permeabilitas pembuluh darah dan mengakibatkan kebocoran plasma dan
kemudian terjadinya hipovolemia (kekurangan volume cairan) Penderita telah
kehilangan banyak cairan dan elektrolit dan gejala dehidrasi mulai tampak yaitu
berat badan turun, mukosa bibir kering, konjungtiva anemis (Betz&Sowdon,
2012).
Pengangkatan masalah keperawatan tersebut pada An.B didasarkan pada data
yaitu Pada kasus An.B ditemukan adanya dehidrasi yaitu pasien tampak lemas,
kelopak mata cekung,mukosa bibir agak kering, turgor kulit kurang, BB pasien
mengalami penurunan 2kg. Kurangnya volume pada An.B terjadi output berlebih
sehingga tubuh kehilangan cairan dan elektrolit.
Penulis memilih kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif menjadi diagnosa kedua. Karena penderita dengan gangguan kurang
volume cairan akan berakibat terjadinya renjatan hipovolemik. Dari hasil
pengkajian ditemukan data-data yang sesuai dengan teori yang telah diuraikan
oleh Doengos, sehingga dapat mendukung untuk diagnosa.
Untuk mengatasi masalah tersebut, penulis menentukan tujuan sebagai
berikut : 1. Kekurangan volume cairan tidak terjadi lagi, 2. Output dan Input
seimbang, 3. Menggunakan pemberian terapi infus sesuai kebutuhan, 4.
Melaporkan tidak adanya tanda-tanda kekurangan cairan.
Adapun intervensi sesuai teori: 1. Monitor tanda-tanda vital, penulis
mengambil intervensi tersebut karena untuk mengetahui perkembangan pasien
dan agar keadaan umum pasien dapat diketahui dan juga dapat mengetahui
perubahan tanda vital. 2. Monitor tanda kekurangan cairan seperti apakah pasien
tampak lemas, kelopak mata cekung, mukosa bibir agak kering, turgor kulit
kurang, penulis mengambil intervensi tersebut karena untuk mengetahui
kekurangan cairan pasien. 3. Berikan banyak minum sekitar 1,5 – 2 liter/hari
sesuai kebutuhan penulis mengambil intervensi tersebut karena dengan minum
banyak bisa menggantikan cairan yang hilang dan dapat mengurangi atau
mencegah dehidrasi. 4. Kolaborasi dalam pemberian terapi infus tujuan penulis
mengambil intervensi tersebut adalah untuk membantu mengatasi dehidrasi.

Implementasi yang dilakukan oleh penulis dengan menyesuaikan dari teori


yaitu: 1. Memonitor tanda-tanda vital, 2. Memonitor tanda kekurangan cairan, 3.
Memberikan banyak minum sekitar 1,5 – 2 liter/hari sesuai kebutuhan, 4.
Berkolaborasi dalam pemberian terapi infus. Dalam melakukan implementasi
penulis mengalami sedikit hambatan yaitu pasien sulit untuk melakukan aktivitas
dalam melakukan pemeriksaan sehingga dalam hal ini penulis meminta keluarga
pasien untuk membantu dalam saat pasien dilakukan pemeriksaan dan dalam
implementasi penulis mengalami hambatan dalam waktu dinasnya, sehingga
dalam hal tersebut penulis melakukan pendelegasian waktu kepada temannya
untuk melanjutkan asuhan keperawatannya.
Penulis mengevaluasi tindakan keperawatan selama 3 hari. Evaluasi pada
tanggal 14 Juni 2017, didapatkan data subyektif keluarga pasien mengatakan
anaknya BAB 1x. Sedangkan data obyektif yang ditemukan adalah pasien BAB
1x cair. Dari evaluasi pasien penulis dibandingkan dengan kriteria hasil yang
didapatkan bahwa masalah teratasi.
Penulis dapat melakukan semua tindakan yang telah direncanakan pada posisi
miring kanan miring kiri diberitahukan kepada keluarga pasien bagaimana cara
mengubah posisi pasien selama 2 jam sekali pada hari pertama dikaji.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mencerna makanan
Virus dengue masuk kealiran darah dan membuat adanya respon system
pertahanan tubuh selulem (HCL meningkatkan, bendungan kelenjar limfe),
mengakibatkan peningkatan respon gastrointestinal yang membuat penderita DHF
mengalami mual , muntah dan mengalami gangguan pemenuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
adalah keadaan dimana individu yang tidak puas mengalami penurunan berat
badan berhubungan dengan masukan yang adekuat atau metabolisme nutrisi yang
tidak adekuat untuk kebutuhan metabolik (Nanda, 2015).
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah keadaan dimana individu
yang tidak puas mengalami penurunan berat badan berhubungan dengan masukan
yang adekuat atau metabolisme nutrisi yang tidak adekuat untuk kebutuhan
metabolik (Nanda, 2015).
Hipoksia jaringan yang terjadi di lambung dan usu menyebabkan turunnya
fungsi lambung sebagaimana mestinya, sehingga kadar asam dalam lubang
meningkat sedangkan suplai oksigen terganggu. Sehingga mengakibatkan sensasi
mual dan muntah yang terjadi secara tidak langsung mempengaruhi asupan nutrisi
dalam tubuh menurun.
Dalam kasus yang penulis angka penegakan diagnosa nutrisi sesuai dengan
data fokus yang penulis dapatkan dari pengkajian dengan keluarga mengatakan
anaknya muntah sebanyak 2x dan mengatakan tidak nafsu makan. Adapun data

lauk habis ¼ porsi yang disediakan Rumah Sakit dan juga pasien terlihat minum
air putih 500cc, dan saat ditanya BB sebelum sakit 27kg dan selama sakit 25kg.
Dan dalam melakukan pengkajian penulis menyadari bahwa terdapat kelemahan
yaitu tidak dapat memantau beberapa porsi pasien saat makan.
Setelah penulis membandingkan antara data menurut teori dengan data yang
diperoleh dari pengkajian terdapat kesamaan data. Maka penulis menegakkan
suatu diagnosa yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Untuk mengatasi masalah tersebut, penulis menentukan tujuan sebagai
berikut : 1. Kebutuhan nutrisi kembali terpenuhi, 2. Tidak ada tanda-tanda mal
nutrisi, 3. Adanya peningkatan berat badan, 4. Melaporkan nafsu makan pasien
bertambah, 5. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.

Adapun intervensi sesuai teori: 1. Kaji nutrisi pasien, penulis mengambil


intervensi tersebut karena untuk merencanakan tindakan dalam pemberian nutrisi
pasien. 2. Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering 3-5 sendok makan, penulis
mengambil intervensi tersebut karena untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. 3.
Timbang berat badan pasien, penulis mengambil intervensi tersebut agar penulis
mengetahui jika ada penurunan berat badan pasien. 4. Hindarkan makanan yang
merangsang mual, penulis mengambil intervensi tersebut untuk menghindari rasa
mual saat makan dan agar menambah nafsu makan pasien.

Implementasi yang dilakukan oleh penulis dengan menyesuaikan dari teori


yaitu: 1. Mengkaji nutrisi pasien, 2. Menganjurkan pasien makan sedikit tapi
sering 3-5 sendok makan, 3. Menimbang berat badan pasien, 4. Menganjurkan
pasien untuk menghindari makanan yang merangsang mual. Dalam melakukan
implementasi penulis mengalami sedikit hambatan yaitu nafsu makan pasien turun
sehingga penulis meminta keluarga untuk membantu dalam mengatasi nafsu
makan pasien yaitu dengan cara memberikan makanan kesukaan pasien, dan
pasien sulit untuk melakukan aktivitas dalam melakukan pemeriksaan sehingga
dalam hal ini penulis meminta keluarga pasien untuk membantu dalam saat pasien
dilakukan pemeriksaan dan dalam implementasi penulis mengalami hambatan
dalam waktu dinasnya, sehingga dalam hal tersebut penulis melakukan
pendelegasian waktu kepada temannya untuk melanjutkan asuhan
keperawatannya.
Penulis mengevaluasi tindakan keperawatan selama 3 hari. Evaluasi pada
tanggal 14 Juni 2017, didapatkan data subyektif keluarga pasien mengatakan
anaknya muntah saat makan. Sedangkan data obyektif yang ditemukan adalah
pasien lemah, makan 1 porsi yang disediakan Rumah Sakit.
A : TB : 130 cm
BB sebelum sakit : 27 kg
BB selama sakit 25 kg
IMT : BB
(TB²)m
: 25
1,30 x 1,30
: 14,79
Badan Kurus
B : HB : 13,5 gr/dl
HT : 42 %
C : Kulit lembab dan dingin, mukosa bibir kering
D : Diit bubur nasi
Dari evaluasi pasien penulis dibandingkan dengan kriteria hasil yang didapatkan
bahwa masalah belum teratasi.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah disebutkan diatas, penulis dapat


menyimpulkan bahwa An. B dengan penyakit DHF yang penulis kelola melalui
asuhan keperawatan, muncul beberapa diagnosa seperti sesuai dengan pengkajian
yang penulis lakukan.

Dalam pengkajian penulis menggunakan peralatan yang ada di RSUD dr.


Soeratno Gemolong, dan peralatan yang penulis bawa sendiri. Kerjasama yang
baik dengan pasien menjadikan proses pengkajian lancar dan selesai dengan baik,
namun kurang ketelitian dari penulis dalam melaksanakan pengkajian menjadikan
pengkajian data kurang lengkap.

Diagnosa keperawatan yang dinyatakan dalam teori ada tiga diagnosa


keperawatan berkaitan dengan DHF dan dalam prakteknya penulis menemukan
diagnosa keperawatan yang muncul pada An. B dengan DHF yaitu tiga diagnosa
antara lain :

1. Hipertermia berhubungan dengan penyakit DHF.


Setelah melakukan implementasi selama 3x24 jam, masalah teratasi
sehingga penulis mempertahankan intervensi.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif.
Setelah melakukan implementasi selama 3x24 jam, masalah teratasi
sehingga penulis mempertahankan intervensi.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mencerna makanan.
Setelah melakukan implementasi selama 3x24 jam, masalah belum
teratasi sehingga intervensi tetap dilakukan.
Intervensi keperawatan telah disusun sesuai dengan diagnosa keperawatan
yang muncul. Sesuai dengan teori implementasi dilaksanakan 3x24 jam, tetapi
karena keterbatasan waktu dan jadwal yang telah ditetapkan dari pihak rumah
sakit, penulis hanya melakukan implementasi selama 3x1shif (±7jam/shif). Dari
semua masalah yang dihadapi oleh pasien, perawat melakukan evaluasi sesuai
dengan kriteria hasil yang diharapkan pada masing-masing diagnosa keperawatan
yang muncul.

B. Saran

1. Bagi Rumah Sakit

Dibutuhkan kerjasama antara perawat ruangan dengan mahasiswa


praktikkan dalam melakukan perawatan pada pasien diruangan terutama
pada pasien DHF, sehingga tercapai tujuan keperawatan yang sesuai
dengan kriteria hasil, pendokumentasian yang lengkap untuk bukti kuat di
rumah sakit, serta mahasiswa dapat lebih mudah untuk mempelajarinya
dengan difasilitasi alat-alat yang memadai di rumah sakit akan
mempercepat penyembuhan pasien.

2. Perawat

Diharapkan bagi perawat pada saat melakukan pengkajian hendaknya


perawat dalam melakukan asuhan keperawatan agar lebih tepat dan serius
supaya data yang diperoleh bisa lengkap dan valid. Dan penulis berharap
kepada perawat didalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien DHF
lebih ekstra teliti.

3. Keluarga

Bagi keluarga diharapkan agar bisa meningkatkan pengetahuan dan


wawasan tentang penyakit DHF seperti yang dialami pasien.

4. Penulis

a. Penulis perlu belajar lebih giat lagi, dalam memahami kasus DHF
b. Penulis perlu giat bertanya kepada perawat ruangan serta tim medis
lainnya untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan selama
merawat pasien DHF di Ruang Anggrek RSUD dr. Soeratno
Gemolong

5. Institusi

Diharapkan dapat memfasilitasi yang diperlukan penulis agar mudah dan


dapat mengembangkan ilmu, didukung dengan persediaan referensi buku
tentang DHF untuk menunjang teori yang sistemik dan untuk
mempermudah penulis untuk belajar.

Anda mungkin juga menyukai