Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bab ini, penulis akan membahas hasil asuhan keperawatan pada Tn. U dengan
dignosa medis CHF di Wilayah Kerja Puskesmas Pelambuan dengan menganalisa
adanya kesenjangan antara asuhan secara teoritisnya dengan masalah yang terjadi di
lapangan.

A. Pengkajian
Proses pengkajian dalam asuhan keperawatan ini dilakukan pada pasien Tn. U
(67 tahun) dengan diagnosa medis saat CHF di Wilayah Kerja Puskesmas
Pelambuan. Pelaksanaan pengkajian mengacu pada teori asuhan keperawatan pada
pasien dengan gangguan sistem kardiovaskular mulai dari identitas pasien,
pemeriksaan fisik per sistem dan peninjauan catatan kesehatan (Muttaqin, 2011),
tetapi hal ini juga tetap disesuaikan dengan keadaan pasien saat dikaji. Sehingga
penulis mengambil keputusan untuk mengambil data-data sebagai bahan acuan
menyangkut data pengkajian berupa identitas pasien, keluhan pasien, riwayat
penyakit saat ini, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, pemeriksaan
penunjang, pengkajian sekunder, status nutrisi dan pengkajian secara head to toe.
Penulis melakukan berbagai cara pengkajian berupa mulai dari observasi keadaan
pasien, melakukan pemeriksaan fisik, serta melakukan validasi pada medical record
pada status pasien untuk mendapatkan data dari masalah yang dialami pasien Tn. U.
Pada saat pengkajian di rumah pasien, Tn. U mengatakan merasa lemas ketika
beraktivitas. Pasien dengan gagal jantung mengalami banyak keluhan dan beban,
beberapa gejala yang dialami pasien dengan gagal jantung selain dipsnea yaitu
fatigue. Fatigue atau kelelahan adalah salah satu gejala dari gagal jantung yang
digambarkan oleh pasien sebagai kerugian energi fisik yang berdampak pada
aktivitas sehari-hari untuk tetap mandiri. Fatigue merupakan sejumlah ancaman yang
serius bagi kesejahteraan individu yang mempengaruhi tubuh dan pikiran. Selain itu
fatigue dapat menghambat kemampuan pasien dalam mempertahankan gaya hidup
aktif dan merupakan salah satu faktor kunci yang mempengaruhi kualitas hidup
pasien bahkan juga mempengaruhi perilaku perawan diri (Zulaihah, 2018).

97
98

B. Diagnosa Keperawatan
Menurut Harsono 2013 masalah keperawatan yang sering terjadi pada pasien
dengan penyakit CHF, yaitu :
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan respon fisiologis otot jantung,
peningkatan frekuensi, dilatasi, hipertrofi atau peningkatan isi sekuncup
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan volume paru.
c. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan menurunnya curah jantung,
hipoksemia jaringan, asidosis dan kemungkinan thrombus atau emboli
d. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru, hipertensi
pulmonal, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan
curah jantung
e. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan berkurangnya curah jantung,
retensi cairan dan natrium oleh ginjal, hipoperfusi ke jaringan perifer dan
hipertensi pulmonal
f. Cemas berhubungan dengan penyakit kritis, takut kematian atau kecacatan,
perubahan peran dalam lingkungan sosial atau ketidakmampuan yang permanen.
g. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan pengetahuan
penyakitnya, tindakan yang dilakukan, obat-obatan yang diberikan, komplikasi
yang mungkin muncul dan perubahan gaya hidup
Namun berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 10 April 2021 pada Tn. U
(67 tahun) didapatkan :
1. Intoleransi akivitas berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan klien
mengatakan kurang lebih 3 hari merasa lemas saat beraktivitas, klien tampak
lemas, TTV : TD : 110/70 mmHg; T : 36,50C; P : 98 x/menit; R : 22 x/menit
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya sumber informasi
kesehatan ditandai dengan klien mengatakan masih merokok aktif 1 bungkus
setiap harinya sejak SD, klien tampak bingung saat ditanya efek samping dari
merokok pada penyakit yang diderita, klien banyak bertanya tentang penyakit
jantung
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan ditandai dengan klien
mengatakan sering susah tidur malam hari, tampak klien menguap, frekuensi
tidur 5-6 jam.
99

C. Rencana tindakan keperawatan


Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosis keperawatan yang
ditemukan pada kasus. Intervensi keperawatan tersebut terdiri dari Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (SDKI) Perencanaan tindakan keperawatan untuk diagnosa
keperawatan adalah :
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan proses terjadinya penyakit. Tindakan
yang dilakukan adalah mengkaji tanda-tanda vital, Kaji penyebab kelemahan
klien, bantu klien untuk mengidetifikasi aktivitas, serta ajarkan klien rentang
pengaturan aktivitas dana manajemen waktu untuk mencegah kelemahan.
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya sumber informasi
rencana tindakan yang dilakukan kaji tingkat pengetahuan terkait penyakit
pasien tenang gaya hidup merokok, berikan informasin penkes terkait penyakit
klien dan berikan informasi tentang bahayanya merokok terksit penyakit yang
diderita.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan rencana tindakan yang
dilakukan rencana tindakan yang dilakukan kaji penyebab kesulitan untuk
tidur, kaji kebiasaan sebelum tidur, dan anjurkan memodifikasi lingkungan
yang tenang dan nyaman serta memberikan terapi posisi lateral kanan.

D. Implementasi keperawatan

Setelah rencana keperawatan dibuat, kemudian dilanjutkan dengan


implementasi atau pelaksanaan. Implementasi merupakan pelaksanaan rencana
keperawatan yang telah dibuat pada tahap sebelumnya. Menurut Capernito (2016),
sebelum melakukan pelaksanaan asuhan keperawatan, harus dilakukannya
perencanaan tindakan terlebih dahulu yang dilakukan oleh perawat kepada pasien
atas persetujuan keluarga.

Dari intervensi yang telah dibuat penulis, semua intervensi dapat terlaksana
dengan baik dan tanpa ada hambatan. Hal ini dikarenakan telah terjalinnya hubungan
saling percaya,dari keluarga kepada perawat dalam memberikan implementasi untuk
proses kesembuhan dan pencegahan kekambuhaan pasien. Jurnal yang digunakan
adalah Jurnal keperawatan Marnila Yesni (2019) Pengaruh Terapi Posisi Lateral
Kanan Terhadap Kualitas Tidur Pasien Gagal Jantung Di RSUD M Djamil Padang.
Metode yang digunakan Quasi eksperiment dengan Pre dan Post Test control grup
100

yang terdiri dari 15 responden kelompok intervensi dan 14 responden kelompok


control yang dirawat di RSUP M Djamil Padang, ditetapkan sesuai dengan kriteria
inklusi. Hasil penelitian menunjukan terdapatnya perbedaan yang signifikan selisih
kualitas tidur antara kelompok posisi lateral kanan dengan kelompok control nilai.
Intervensi yang diberikan adalah mengajarkan pasien posisi tidur lateral. Hasil
penelitian ini juga di dukung oleh penelitian Febtrina (2014) posisi istirahat lateral
kanan merupakan intervensi keperawatan yang dapat digunakan untuk
mempertahankan status hemodinamik (denyut jantung, laju pernafasaan, tekanan
darah diastoli, tekanan darah sistolik, saturasi oksigen dan tekanan darah arteri rata-
rata) pasien gagal jantung dan menurut hasil penelitian ini juga didapatkan bahwa
pasien gagal jantung pada posisi istirahat lateral kanan merasakan kenyamanan
tingkat sedang.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan. Tahap evaluasi
ini merupakan pengumpulan data subjektif dan objektif dari pasien dan keluarga
yang menunjukkan apakah tujuan asuhan keperawatan belum teratasi, teratasi
sebagian, atau sudah teratasi. Kemudian untuk menentukan apakah masalah perlu
dilakukan kunjungan berkala. (Aspiani, 2017).
Pada tahap evaluasi asuhan keperawatan Tn.U dengan diagnose CHF (Congestive
Heart Failure) adalah sebagai berikut :
1. Intoleransi aktivitas berhubungan denga proses penyakit.
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya sumber informasi
kesehatan.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasaan.
Dari semua diagnosa yang ditegakkan oleh penulis, diagnosa keperawatan yang
teratasi setalah dilakukan 2 kali kunjungan adalah diagnosa gangguan pola tidur dan
defisit pengetahuan, ditandai dengan saat dilakukan evaluasi pasien mengatakan
bahwa tidurnya cukap dan nyaman serta mampu menjawab pertanyaaan yang
diberikan oleh penulis. Sedangkan untuk diagnosa intoleransi aktivitas tidak teratasi
namun dapat dicegah melalui manajemen aktivitas dan waktu dalam melakukan
aktivitas.

Anda mungkin juga menyukai