Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kulit merupakan organ tebesar dalam tubuh, luasnya sekitar 2 m².
Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh manusia yang lentur dan lembut.
Kulit ini penting dan merupakan permukaan luar organisme untuk membatasi
lingkungan dalam tubuh dengan lingkungan luar. Kulit merupakan benteng
pertahanan pertama dari berbagai ancaman yang datang dari luar seperti
kuman, virus dan bakteri. Kulit adalah lapisan-lapisan jaringan yang terdapat
diseluruh bagian permukaan tubuh. Pada permukaan kulit terdapat kelenjar
keringat yang mengekresi zat-zat sisa yang dikeluarkan melalui pori-pori kulit
berupa keringat (Maharani, 2015). Kondisi kulit dengan menunjukkan adanya
masalah dalam tubuh seseorang, salah satunya adalah Steven Johnson
Syndrome (SJS).
Steven Johnson Syndrome (SJS) merupakan sindrome yang mengenai
kulit, selaput lendir di orifisium, dan mata dengan keadaan umum bervariasi
dari ringan sampai berat ; kelainan pada kulit berupa eritema, vesikel/bula,
dapat disertai purpura ( Djuanda, 2010). Steven Johnson Syndrome
(ektodermosis erosiva pluriorifisialis, sindrome mukokutanea okular, eritema
multiformis tipe Herba, eritema multiforme mayor, eritema bulosa maligna)
adalah sindrome kelainan kulit berupa eritema, vesikel/bula, dapat disertai
purpura yang mengenai kulit, selaput lendir orifisium, dan mata dengan
keadaan umum bervariasi dari baik sampai buruk (Mansjoer, 2009).
Menurut WHO sekitar 2% dari seluruh jenis erupsi obat yang timbul
tergolong serius karena reaksi alergi obat yang timbul tersebut memerlukan di
rumah sakit bahkan mengakibatkan kematian. Steven Johnson Syndrome
(SJS) dan Nekrolisis Epidermal Toksik (NET) adalah beberapa bentuk reaksi
serius tersebut. Hasil Survey yang dilakukan prospektif yang dilakukan oleh
Boston Collaborative Drug Surveillance Program menunjukkan bahwa reaksi
kulit yang timbul terhadap pemberian obat adalah sekitar 2,7% dari 48.000

1
2

pasien yang dirawat pada bagian penyakit dalam dari tahun 2001 hingga 2012.
Sekitar 3% dari seluruh pasien yang dirawat di Rumah Sakit ternyata
mengalami erupsi kulit setelah mengkonsumsi obat-obatan. Di Amerika
Serikat menunjukkan lebih dari 100.000 jiwa meninggal setiap tahunnya
disebabkan erupsi obat yang serius. Epidemiologi dari erupsi obat ini belum
didapatkan angka yang tepat tetapi bedasarkan data yang berasal dari rumah
sakit, studi epdemiologi, uji klinis terapeutik obat dan laporan dari dokter,
diperkirakan kejadian alergi obat adalah 2% dari total pemakaian obat-obatan
atau sebesar 15-20% dari keseluruhan efek samping pemakaian obat-obatan.
Insiden SJS dan NET diperkirakan 2-3% per juta populasi setiap tahun di
Eropa dan Amerika Serikat. Pada umumnya terdapat pada dewasa.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional, 2013 prevalensi
nasional Penyakit Steven Johnson Syndrome adalah 2-3% (berdasarka
diagnosis tenaga kesehatan). Insiden SJS di Provinsi Jawa Tengah
diperkirakan 1,7% per satu juta populasi setiap tahun. Angka kematian akibat
Steven Johnson Syndrome bervariasi antara 5-12% di seluruh Indonesia
(Depkes RI, 2013).
Prevalensi SJS akibat antiretroviral pada pasien rawat inap di RSUP
Dr. Hasan Sadikin Bandung pada tahun 2008 yaitu sebesar 28,6%.
Antiretroviral yang diduga paling banyak menyebabkan Sindrom Stevens-
Johnson adalah kombinasi nevirapine, lamivudine, dan zidovudine. Dokter
gigi hendaknya memiliki pengetahuan dalam mengupayakan tindakan kuratif
yang tepat terhadap munculnya kelainan dalam rongga mulut pada pasien
penderita SJS.
Dari jumlah pasien di Ruang Amarilis (Kulit dan Kelamin) RSUP Dr.
Hasan Sadikin Bandung pada tanggal 28 November sampai 24 Desember
2016 tercatat sebanyak 2 pasien mengalami penyakit Steven Johnson
Syndrome. Observasi yang telah penulis lakukan pada pasien SJS adalah
adanya vesikel dan bercak-bercak kemerahan pada seluruh tubuh dan bibir
pasien pecah-pecah. Penatalaksanaan keperawatan pada pasien SJS adalah
memberikan kompres terbuka dengan NaCl 0.9% pada bagian wajah, bibir,
3

dada dan punggung, hal tersebut dilakukan agar integritas kulit pasien
membaik dan pasien lekas sembuh. Pentingnya penatakasanaan keperawatan
pada pasien SJS adalah agar pasien lekas sembuh dengan cara memberikan
Asuhan Keperawatan yang tepat pada pasien SJS.
Berdasarkan data yang diuraikan diatas maka penulis tertarik untuk
melakukan Asuhan Keperawatan pada Ny.I dengan SJS di RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung.

B. Tujuan Penulisan Karya Tulis Ilmiah


1. Tujuan Umum
Adapun tujuan dari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini supaya
mahasiswa mampu memberikan Asuhan Keperawatan pada penderita
Steven Johnson Syndrome menggunakan pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Dalam melakukan Asuhan Keperawatan secara komprehensif pada
Pasien dengan masalah Steven Johnson Syndrome adalah :
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien Steven Johnson Syndrome
sesuian dengan masalah dan keluhannya
b. Mampu menganalisa data yang dikumpulkan serta mengambil
diagnosa keperawatan sesuai dengan masalah Pasien
c. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan dan tindakan
kolaboratif
d. Mampu melaksanakan rencana tindakan dengan benar sesuai Standar
Operasional Prosedur
e. Dapat mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang telah dilakukan
untuk menunjang kesehatan Pasien.

C. Metode dan Teknik Pengumpulan Data


Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menggunakan metode
analisa deskriptif dengan pendekatan proses keperawatan yaitu
4

menggambarkan objek peristiwa yang sedang berlangsung, adapun teknik


pengumpulan data yang penulis gunakan adalah :
1. Wawancara
Wawancara adalah menanyakan atau tanya jawab yang
berhubungan dengan masalah yang dihadapi pasien dan merupakan suatu
komuniikasi yang direncanakan.
Dalam penulisan ini, penulis mewawancarai langsung pasien dan
keluarga pasien.
2. Observasi
Observasi adalah mengamati perilaku dan keadaan pasien untuk
memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan pasien.
Dalam penulisan ini, penulis menggunakan teknik Head to toe
untuk mengobservasi keadaan Pasien dan memberikan asuhan
keperawatan sesuai masalah dan kebutuhan untuk menunjang kesehatan
Pasien.
3. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian fisik adalah data penunjang untuk menemukan
kebutuhan pasien. Pengkajian ini dipergunakan untuk memperoleh data
obyektif dari riwayat keperawatan pasien. Pada saat perawat melakukan
pengkajian fisik, data dasar awal harus sudah disiapkan untuk
mendokumentasikan hasilnya.
Pemeriksaan fisik dilakukan dalam upaya membantu menegakkan
diagnosa keperawatan dengan teknik I P P A
I (Inspeksi) : Melakukan pengamatan pada bagian tubuh pasien
P (Palpasi) : Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara meraba
P (Perkusi) : Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara
mengetuk jari telunjuk pada bagian tubuh yang
diperiksa
A (Auskultasi) : Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara
mendengarkan bagian tubuh tertentu
5

4. Dokumentasi
Didapatkan dari buku status Pasien melalui catatan perawatan yang
berhubungan dengan Pasien. Penulis menggunakan catatan medis Pasien
untuk mendapatkan data hail pemeriksaan seperti laboratorium, program
terapi dalam penyusunan dokumentasi ini.
5. Study Kepustakaan
Upaya mendapatkan data tentang penyakit Steven Johnson
Syndrom ini dari literatur atau buku panduan yang berkaitan dengan
pemberian asuhan keperawatan.

D. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan dokumentasi keperawatan, penulis menggunakan
sistemematika penulisan sebagai berikut :
BAB I terdiri atas Pendahuluan yang membahas tentang latar belakang
terjadinya SJS, tujuan penulisan, metode dan teknik pengumpulan data dalam
megkaji pasien SJS, sistematika penulisan dalam menyusun KTI, serta
manfaat penulisan.
BAB II terdiri atas Tinjauan Pustaka yang didalamnya membahas
tentang pengertian SJS, etiologi munculnya SJS, patofisiologi (perjalanan
penyakit), gambaran klinis pasien SJS, pengelolaan kasus (penatalaksanaan
pasien SJS), pathway (pohon masalah), serta asuhan keperawatan teoritis yang
terbagi lagi menjadi 3 pembahasan, mulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan serta intervensi keperawatan pada pasien SJS.
BAB III terdiri atas tinjauan kasus yang membahas tentang pengkajian,
analisa masalah, diagnosa keperawatan, rencana tindakan yang akan diberikan
pada pasien SJS, implementasi keperawatan, dan evaluasi tentang tindakan
yang telah dilakukan pada pasien SJS.
BAB IV membahas tentang pembahasan kasus pada pasien SJS, mulai
dari pengkajian, diagnosa keperawatan, tujuan, rencana tindakan atau
6

intervensi keperawatan, implementasi serta evaluasi atas tindakan yang telah


diberikan pada pasien SJS.
BAB V terdiri dari penutup yang membahas kesimpulan dan saran
yang diberikan penulis mengenai pembahasan kasus SJS, serta daftar pustaka
sebagai acuan teoritis yang dijadikan pegangan pedoman penulis dalam
menyusun KTI dan lampiran.

E. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam
melaksanakan Asuhan Keperawatan dengan Steven Johnson Syndrome
serta mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama pendidikan .
2. Bagi Pasien dan Keluarga
Memperoleh pengetahuan tentang Steven Johnson Syndrome serta
meningkatkan kemandirian dan pengalaman dalam menolong diri sendiri
serta sebagai acuan bagi keluarga untuk mencegah penyakit Steven
Johnson Syndrome.
3. Bagi Institusi
Dapat menjadi bahan bacaan ilmiah, kerangka perbandingan untuk
mengembangkan ilmu keperawatan, serta menjadi sumber informasi bagi
mereka yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai