PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan membahas hasil Asuhan Keperawatan
Pediatrik Pada An. S Dengan Gastroenteritis Akut Di Ruang Perawatan Teresa
Rumah Sakit Suaka Insan Banjarmasin dengan menganalisa adanya kesenjangan
antara asuhan keperawatan teoritisnya dengan masalah yang terjadi di lapangan.
Tahapan asuhan keperawatan dimulai dengan pengkajian, perumusan diagnosa
keperawatan, penyusunan rencana tindakan, implementasi, dan evaluasi.
Pengkajian dilakukan oleh Mahasiswa Profesi Ners yang berdinas di Bangsal
Teresa. Pelaksanaan pengkajian dilakukan pada tanggal 04 Juli 2022, pengkajian
ini disesuaikan dengan keadaan pasien saat dikaji. Pengkajian dilakukan dengan
metode wawancara, observasi, pemeriksaan fisik secara head to toe, meninjau test
diagnostic, drugs study, sebelum melakukan pengkajian Mahasiswa Profesi Ners
melakukan validasi pada medical record pada status pasien. Penulis menyusun
laporan studi kasus ini melalui data sekunder. Data yang terkumpul kemudian
diolah dan dianalisis sehingga masalah keperawatan dapat diprioritaskan.
Selanjutnya menyusun perencanaan tindakan untuk mengatasi masalah-masalah
tersebut. Implementasi kemudian dilakukan berdasarkan perencaaan yang telah
disussun. Setelah intervensi dilakukan berikutnya adalah melakukan evaluasi
terhadap asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada pasien.
A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan.
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu menentukan
status kesehatan dan pola pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan
kebutuhan serta merumuskan diagnosis keperawatan (Walid, 2019).
Proses pengkajian yang dilakukan pada An. S berusia 7 tahun dengan
diagnose medis gastroenteristis akut, klien dirawat di Bangsal Teresa Rumah
Sakit Suaka Insan Banjarmasin. Data klien menyangkut riwayat penyakit serta
keluhan-keluhan diperoleh dari pengkajian yang dibantu oleh tenaga perawat
yang bertanggung jawab di Bangsal Teresa dengan cara wawancara dengan
88
89
kekebalan tubuh yang menurun. Selain itu, infeksi ini dapat disebabkan
oleh infeksi nosokomial, yang mengalami penyebaran dan dapat
menyebabkan ISPA, karena bakteri memproduksi toksin-toksin yang
menyerang jaringan dan merusak sel inang yang rentan.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan merupakan sebuah konsep kritis untuk memandu
proses pengkajian dan intervensi (Rabelo et al., 2017). Diagnosis
keperawatan merupakan penilaian perawat berdasarkan respon pasien secara
holistik (bio-psiko-sosio-spiritual) terhadap penyakit atau gangguan kesehatan
yang dialaminya. Diagnosis sama pentingnya serta memiliki muatan aspek
legal dan etis yang sama dengan diagnosis medis. Oleh karena itu, diagnosis
keperawatan merupakan kunci perawat dalam membuat rencana asuhan yang
diberikan pada pasien yang dikelola. Proses identifikasi gangguan kebutuhan
berdasarkan respon yang didapat dari pasien diperoleh dari proses pengkajian
keperawatan dan kemudian dianalisis untuk penarikan kesimpulan atau
keputusan klinis dalam bentuk diagnosis keperawatan. Diagnosis keperawatan
mendeskripsikan respon manusia (pasien) terhadap adanya masalah atau
gangguan potensial atau aktual, sementara diagnosis medis merupakan konsep
yang mendeskripsikan proses penyakit atau injuri (Koerniawan, Daeli, &
Srimiyati, 2020).
Berdasarkan pengkajian pada tanggal 04 Juli 2022 pukul. 08.00 wita pada
An. S Dengan Gastroenteritis Akut Di Ruang Perawatan Teresa Rumah Sakit
Suaka Insan Banjarmasin didapatkan data masalah berupa:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan Ibu pasien
mengatakan anak mengeluh batuk berdahak, I: Dada kiri dan kanan
simetris, ada tarikan dinding dada. Ada otot bantu pernapasan, P: Bunyi
vocal fremitus tidak terkaji, tidak terdapat nyeri tekan pada dada, tidak ada
masa, krepitasi (-), P: Sonor, A: Ada suara tambahan ronkhi terdapat pada
paru kiri pada lobus atas, pasien mendapatkan terapi obat sanmol 3 x 250
g, Taxegram 3 x 750 g, TTV: TD= 90/70 mmHg, T = 36.5 ℃, P = 92
x/mnt, R = 22 x/mnt, SpO2 = 98%.
92
tidak tuntas serta feses kering dan banyak (PPNI, 2018). Menurut Maslow
dalam (Pertiwi, Muniroh, & Nisa, 2020), kebutuhan rasa nyaman merupakan
kebutuhan dasar setelah kebutuhan fisiologis yang harus terpenuhi.
Masalah prioritas ketiga pada kasus An. S adalah resiko defisit nutrisi.
Risiko defisit nutrisi adalah beresiko menglami asupan nutrisi tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme (PPNI, 2018). Asupan nutrisi yang
tidak terpenuhi dengan baik bisa berakibat pada keberlangsungan sistem tubuh
apabila tidak ditangani dengan cepat maka akan menyebabkan mengalami
penurunan berat badan (BB), mukosa bibir kering, cepat kenyang setelah
makan dan nafsu makan akan menurun (Ulia & Haryani, 2021)
C. INTERVENSI
Intervensi merupakan pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana
perawatan terorganisaasi, sehingga setiap perawat dapat dengan cepat
mengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan. Rencana asuhan
keperawatan yang dirumuskan dengan tepat memfasilitasi kontinuitas asuhan
keperawatan dari suatu perawat keperawatan lainnya. Sebagai hasil, semua
perawat mempunyai kesempatan untuk memberikan asuhan yang berkualitas
tinggi dan konsisten (Walid, 2019).
Perencanaan dalam proses keperawatan dimulai setelah data terkumpul,
dikelompokkan, dianalisa, dan ditetapkan diagnose keperawatan. Pada tahap
ini perawat menyusun tujuan keperawatan, kriteria hasil, dan rencana tindakan
keperawatan. Perencanaan disusun berdasarkan prioritas masalah yang
disesuaikan dengan kondisi klien, perencanaan yang disusun mengandung
unsur tindakan observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi. Pemberian
intervensi An. S juga tidak lepas dengan memberikan asuhan keperawatan
yang komprehensif yang mencakup salah satu aspek yaitu preventif, dan
kuratif.
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan Ibu pasien
mengatakan anak mengeluh batuk berdahak, I: Dada kiri dan kanan
simetris, ada tarikan dinding dada. Ada otot bantu pernapasan, P: Bunyi
vocal fremitus tidak terkaji, tidak terdapat nyeri tekan pada dada, tidak ada
masa, krepitasi (-), P: Sonor, A: Ada suara tambahan ronkhi terdapat pada
94
paru kiri pada lobus atas, pasien mendapatkan terapi obat sanmol 12 mg,
Taxegram 35 mg, TTV: TD= 90/70 mmHg, T = 36.5 ℃, P = 92 x/mnt, R
= 22 x/mnt, SpO2 = 98%.
Latihan batuk efektif (I.01006)
Observasi:
a. Identifikasi kemampuan batuk
b. Monitor adanya retensi sputum
Terapeutik:
Edukasi:
Kolaborasi:
Terapeutik:
Edukasi:
Kolaborasi:
Terapeutik:
Edukasi:
Kolaborasi:
Terapeutik:
Edukasi:
d. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang
ke 3.
Hasil: Ibu dan anak mampu memperagakan cara batuk efektif kembali
seperti yang diajarkan oleh perawat. (08.15 WITA)
a. Menganjurkan minum air hangat sebelum dan sesudah latihan batuk
efektif
Hasil: Ibu pasien mengatakan akan mencobanya bersama anak jika
sudah dirumah nanti. (08.20 WITA)
Kolaborasi:
Terapeutik:
Edukasi:
Kolaborasi:
Edukasi:
E. EVALUASI
Menurut walid (2019), evaluasi adalah tindakan untuk mengukur respon
klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian
tujuan. Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan. Tahap evaluasi
dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subjektif dan data
objektif yang menunjukkn apakah tujuan asuhan keperawtan tercapai
sepenuhnya, sebagian, atau belum tercapai. Serta menentukan masalah apa
yang perlu dikaji, direncanakan, dilaksanakan dan dinilai kembali. Menurut
Hidayat (2009) dalam Walid (2019), evaluasi adalah:
1. Tujuan tercapainya apabila klien telah menunjukkan perubahan kemajuan
yang sesuai dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
2. Tujuan tercapai sebagian jika tujuan tidak tercapai secara keseluruhan,
sehingga masih perlu dicari berbagai masalah dan penyebabnya.
3. Tujuan tidak tercapai jika klien tidak menunjukkan suatu perubahan
kearah kemajuan sebagaimana dengan kriteria yang diharapkan.
mikrolax anak langsung bisa BAB 1x, BAK 3x dan tidak ada keluhan lagi, ibu
pasien juga mengatakan jika anak sudah tidak ada lagi, mual, dan muntah.
Dan di dukung oleh data objektif : perut A. S tidak tampak buncit dan tidak
teraba keras saat di palpasi, peristaltik usus 15x/mnt, An. S sudah bisa BAB,
TTV: TD= 90/70 mmH, T = 36,2 ℃, P = 64 x/mn, R = 22 x/mnt, SpO2 =
98%.