Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan pada Tn.S dengan diagnosa Ca Recti

di Ruangan Rawat Bedah RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi. Selanjutnya akan

dibahas tentang kesenjangan antara bahasan teoritis dengan kenyataan yang

ditemukan pada pasien dilapangan terhadapat Tn. S dengan Ca Recti di Ruangan

Rawat Bedah RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2023. Dibagi lima sub

pembahasan yaitu Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Intervensi Keperawatan,

implementasi keperawatan dan Evaluasi Keperawatan.

Pembahasan akan diuraikan sesuai masalah yang ditemukan dengan

menggunakan pendekatan konsep dasar yang mendukung. Kelompok akan

menguraikan terkait kesenjangan teoritis dan kasus yang kelompok kelola.

A. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan merupakan suatu

proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk

mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien (Potter dan Perry,

2005). Dari hasil pengkajian, terdapat beberapa kesamaan antara tanda dan gejala

pada pasien dengan Ca Recti

Berdasarkan pengkajian kelompok pada tanggal 3 Januari 2023, pukul

11.05 WIB diruangan Rawat Bedah didapatkan data, pasien bernama Tn.S umur

37 tahun dengan diagnose ca recti. Data jenis kelamin sesuai dengan teori Majek

O, et al yang mengatakan jenis kelamin yang terbanyak menderita kanker

kolorektal adalah laki-laki dibandingkan wanita.

98
Berdasarkan hasil riwayat kesehatan keluhan utama pada pasien yaitu diare

dengan nyeri perut ,nyeri pada anus , BAB berdarah ,badan terasa letih dan nafsu

makan berkurang Hal ini sesuai dengan teori (Smeltzer, Burke, Hinkle &

Cheever, 2010) gejala Ca Rektum yaitu perubahan kebiasaan defekasi.Untuk

riwayat penyakit keluarga pada pasien mengatakankeluarganya tidak ada yang

menderita Ca Recti.

Pada pemeriksaan status nutrisi di dapatkan TB 155 cm, BB 37 kg, BMI

24 (BMI normal), Lila :17 cm, dan pada pemeriksaan labor didapatkan Albumin :

2,9 g/dl ,dimana nilai normal nya 3,5-5,2 g/dl, kemudian pasien tampak lesu,

lemah,letih, nyeri, tidak mampu berjalan dengan baik. Pada pemeriksaan

eliminasi pasiek BAK dengan Frekuensi 10x/hari,warna kuning, BAB dengan

frekuensi , 3-4 kali/hari, konsistensi cair tetapi berserat warna kuning bercampur

darah dan nyeri saat BAB.

Pada pemeriksaan laboratorium tanggal 03-01-2023 Hemoglobin 12,4

9/dl,Hematokrit 39,6 % ,Trombosit 450+(10,3/ul) . Pemeriksaan laboratorium

urine tanggal 23 desember 2022 didapatkan Ph 5,5 Protein +2. Pasien dilakukan

pemeriksaan lebih lanjut untuk pemeriksaan penunjang seperti EKG tanggal 26

Desember 2022 Kesan: sinus takikardi,dan USG abdomen.

B. Diagnosa Keperawatan

Masalah keperawatan atau diagnosa keperawatan merupakan suatu

penilaian klinis mengenai respon pasien terhadap masalah kesehatan atau proses

kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial.

Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons

99
pasien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan

kesehatan (Tim pokja SDKI DPP, 2017).

Secara teoritis diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan ca

recti adalah sebagai berikut, Menurut SDKI (2016), diagnosa keperawatan yang

mungkin muncul antara lain :

1. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin


2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan Faktor psikologis
(stress,keengganan untuk makan)
4. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan
penurunan konsentrasi hemoglobin
5. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiologi
6. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbngan antara suplai
an kebutuhan oksigen
7. Konstipasi b.d ketidak cukupan asuapan cairan
8. Gangguan Integritas Kulit b.d perubahan sirkulasi
9. Gangguan Pola Tidur b.d restrain fisik
10. Ansietas b.d kekhawatiran mengalami kegagalan
11. Gangguan citra tubuh b.d tindakan/pengobatan

Dari 11 diagnosa keperawatan yang ada di teoritis tidak seluruhnya sesuai

dengan kenyataan yang kelompok temukan di lapangan, dari hasil pengkajian

yang telah kelompok kumpulkan, pengelompokkan data, mengidentifikasi

masalah klien, hingga perumusan diagnose. Kelompok menemukan 4 diagnosa

keperawatan pada Tn. S yaitu :

1. Resiko pendarahan b.d proses keganasan

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiologi

100
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan Faktor psikologis

(stress,keengganan untuk makan)

4. Ansietas b.d kekhawatiran mengalami kegagalan

Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan pada Tn. S didapatkan

diagnose pertama yaitu resiko pendarahan b.d proses keganasan, karena BAB

pasien berdarah, nyeri pada anus, letih,lemah tanpak pucat, pasien tanpak sedang

transfusi darah dengan Hb : 7,3 g/dl dan CRT >3 detik. Diagnosa kedua yaitu

nyeri akut b.d Agen pencedera fisiologis karena pasien Pasien mengatakan nyeri

pada perut kiri dan anus, nyeri seperti tertusuk- tusuk dengan skala nyeri 7

Pasien tanpak meringis dan tanpak pucat. Menurut SDKI (2017) nyeri akut

merupakan pengalaman sensorik atau emosional yang berhubungan dengan

kerusakan jaringan actual atau fungsional dengan onset mendadak ataupun

lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung lebih dari 3 bulan.

Diagnosa ketiga yaitu defisit nutrisi b.d Faktor psikologis (stress,keengganan

untuk makan) karena pasien mengatakan nafsu makan menurun, badan terasa

lemah, pasien mual dan muntah saat makanan masuk, berat badan menurun

dalam waktu ±5 bulan Pasien tanpak lesu,lemah,letih dan dari hasil laboratorium

didapatkan Albumin :2,9 Hb : 7,3. Dan diagnosa keempat adalah ansietas b.d

Kekhawatiran mengalami kegagalan yang ditandai dengan pasien mengatakan

merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi pasien tampak gelisah,

pasien tampak tegang, pasien tampak sulit tidur dan muka tampak pucat.

101
C. Intervensi
Intervensi (perencanaan) adalah kategori dalam perilaku keperawatan dimana

tujuan yang terpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan dan ditetapkan

sehingga perencanaan keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter

dan Perry, 2005). Selama perencanaan dibuat prioritas terhadap intervensi kepada

Tn.F selain berkolaborasi dengan dokter, juga berkolaborasi dengan perawat

lain. Hasil yang diharapkan dirumuskan berdasarkan SIKI dengan sasaran

spesifik masing-masing diagnosa dan perencanaan tujuan dengan membuat

aktifitas berdasarkan SLKI.

Dalam penyusunan perencanaan keperawatan Tn.S melibatkan keluarga dan

tim kesehatan lain yang mencakup 4 elemen yaitu observasi, tindakan

keperawatan mandiri, pendidikan kesehatan, dan tindakan kolaboratif.

Salah satu intervensi keperawatan yang dilakukan ialah terapeutik dengan

cara memberikan atau menganjurkan kepada Tn.S untuk memenuhi terapai yang

telah diberikan oleh dokter. Untuk itu monitoring pendarahan dengan cara

melihat tanda dan gejala pendarahan, monitoring hb dan menganjurkan pasien

untuk badrest, menganjurkan kepada pasien untuk membatasi aktivitas agar tidak

memperberat pendarahan Dan bila terjadi pendarahan yang tidak terkontrol

segera melapor ke perawat.

D. Implementasi Keperawatan

Berdasarkan dari perencanaan keperawatan Tn.S kami melakukan beberapa

aktivitas pada masing-masing diagnosa,tindakan yang dilakukan terhadap pasien

sesuai intervensi yang sudah dirancang sebelumnya dan disesuaikan dengan

intervensi yang sudah dirancang sebelumnya dan di

102
susuaikan dengan kondisi serta kebutuhan klien.Asupan keperawatan berupa tindakan

yang telah dilakukan kepada pasein dengan diagnosa sebagai berikut :

1. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin

Pada diagnosa yang pertama yaitu Perfusi perifer tidak efektif

b.d penurunan konsentrasi hemoglobin.dimana implementasi yang

kami lakukan yaitu melakukan pemeriksaan sirkulasi perifer untuk

mengetahui terjadinya penurunan sirkulasi,memonitor tanda

inflamasi untuk mengetahui apakah terfdapat infeksi, memonitor

sianosis untuk mengetahui apakah suplai darah cukup atau

tidak,melakukan pengukurang tekanan darah, melakukan transfusi

darah karena pasien hb rendah.

2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis

Dimana implementasi yang kami lakukan yaitu melakukan

pengkajian nyeri secara komprehesif untuk mengetahui

karakteristik nyeri, mengontrol lingkungan yang dapat

mempengaruhi nyeri untuk memberikan kenyamanan, mengajarkan

teknik nonfarmakologi atau kompres dingin untuk mengurangi

nyeri dan memberikan kenyamanan pada pasien. Sebelum

dilakukan tarik nafas dalam dahulu diukur intensitas nyeri yang

dirasakan oleh klien, setelah itu dilakukan tarik nafas dalam

selama10 menit lalu diukur kembali intensitas skala nyeri setelah

dilakukan tarik nafaas dalam.

103
3. Defisit nutrisi b.d faktor psikologis

Dimana implementasi yang kami lakukan yaitu mengkaji

status nutrsi,mengidentifikasi adanya alergi makanan atau tidak,

memonitor asupan makanan,memberikan diit makanan susuai

kondisi pasien, memonitor berat badan.

4. Anxietas

Dimana implementasi yang kami lakukan yaitu memonitor

tanda axietas,mengajarkan teknik relaksasi kepada pasien untuk

mengurangi kecemasan, memotivasi pasien agar cemas

berkurang, ,membatasi kunjungan dan mengurangi kebisiningan

agar pasien merasa nyaman, memberikan posisi yang nyaman bagi

pasien,menganjurkan keluarga untuk selalu mendampingi pasien

agar pasien tidak merasa sendirian.

E. Evaluasi
Evaluasi yang diperoleh dari tanggal 3 Januari 2023 sampai dengan 5

Januari 2023 pada Tn.S dengan Ca recti sebagai berikut :

1. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi

hemoglobin

Berdasarkan kasus pada Tn.S didapatkan evaluasi setelah

dilkukan 1 hari implementasi yaitu saat intervensi hari pertama

pasien memberikan respon baik terhadap dilakukannya tindakan

transfusi darah kolf ke 4 sehingga setelah dilakukan pemeriksaan

labor hb meningkat, pasien tidak tampak pucat, sianosis

berkurang crt<2 detik, dan didapatkan hasil eveluasi masalah

teratasi dan intervensi di hentikan.

104
Menurut analisa kami, implementasi yang dilakukan

sesuai dengan kebutuhan pasien, sehingga perfusi perifer pasien

membaik.

2. Nyeri akut b.d agen pecedera fisiologis

Setelah dilakukan tiga hari implementasi yaitu saat

intervensi hari pertama nyeri tidak berkurang sehingga

diberikan teknik relaksasi nafas dalam ,mengatur posisi yang

nyaman dan pemberian terapi obat untuk mengurangi nyeri,

namun pada saat hari kedua nyeri pasien berkurang dan

intervensi sebelumnya tetap di berikan, dan pada hari ketiga

pasien tetap mengeluh nyeri, nyeri yang dirasakan masih sama

dengan hari sebelumnya sehingga masalah masalah belum

teratasi dan intervensi dilanjutkan.

Menurut analisa kami, keadaan pasien belum membaik

karena pasien belum dilakukan pembedahan sumber nyeri dan

intervensi masih dilanjutkan.

3. Defisit nutrisi b.d faktor psikologis

Setelah melakukan pengkajian status nutrsi didapatkan

pasien masih tidak nafsu makan dan pasien hanya

mengabiskan ¼ porsi makanan yang disediakan.Pada hari

kedua nafsu makan pasien sedikit meningkat dengan

menghabiskan ½ porsi makan. Dan pada hari ketiga pasien

tetap hanya menghabiskan ½ porsi makan.Sehingga masalah

masalah belum teratasi dan intervensi dilanjutkan.

105
Menurut analisa kami, nafsu makan pasien masih belum

baik karena nyeri yang dirasakan belum teratasi dan intervensi

dilanjutkan

4. Ansietas b.d kekhawatiran mengalami kegagalan

Setelah memberikan memberikan penjelasan mengenai

tindakan operasi yang dilakukan, pasien masih khawatir akan

kegagalan dalam melaukan tindakan pembedahan sehingga

dilkukan teknik relakasi nafas dalam, menganjurkan psien

berzikir agar pasien tenang, kemudian memberikan motivasi

kepada pasien untuk tetap berpikir positiv dalam hal

pengobatan. Pada hari kedua tetap dilakukan implementasi

seperti sebelumnya namun pasien tetap masih gelisah dan

intervensi dilanjutkan dan pada hari ke tiga kecemasan pasien

sedikit berkurang dan intervensi masih dilanjutkan .

Menurut analisa kami,tindakan implementasi yang kami

lakuakan sudah sesuai dengan kebutuhan pasien tapi

kekhawatiran pasien masih belum teratasi dan intervensi tetap

dilanjutkan.

106
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ca Rekti adalah kanker yang terjadi padda rektum. Rektum terletak

di arterior sekrum dan coccygeus panjangnya kira-kira 15 cm.

Rectosigmoid junction terletak pada bagian akhir mesocolon sigmoid.

Bagian sepertiga atasnya hampir seluruhnya dibungkus oleh peritoneum.

Di stengah bagian bawah rektum keseluruhannya adalah ekstraperitoneal

(Hassan,2006).

Dari implementasi yang telah dilakukan dari tanggal 3-5 Januari

2023, setelah dievaluasi dari 4 diagnosa keperawatan yangditegakkan

didapat bahwa masalah keperawatan belum teratasi pasien belum pulang.

B. Saran

1. Bagi Kelompok

Disarankan dapat menerapkan dan mengaplikasikan asuhan

keperawatan asuhan keperawatan diberikan kepada Tn.S dengan ca

rekti.

2. Bagi Kelompok

Disarankan dapat dipergunakan sebagai bahan acuan

terhadaphasil penerapan asuhan keperawatan yang telah diberikan

kepada Tn.S dengan ca rekti.

107
3. Bagi klien dan keluarga
Disarankan untuk dapat menerapkan asuhan keperawatan
yangtelah diberikan kepada Tn.S dengan ca rekti.

108

Anda mungkin juga menyukai