Anda di halaman 1dari 18

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang keterkaitan dan

kesenjangan antara tinjauan dan pelaksanaan asuhan keperawatan yang

diberikan pada Tn AG di Ruang Seruni Rumah Sakit Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda mulai tanggal 19 Desember 2019 sampai tanggal 21 Desember

2019. Dalam membahas asuhan keperawatan ini, penulis menggunakan lima

tahap dalam proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi yang dikaitkan dengan landasan teoritis dan

asuhan keperawatan yang nyata.

Selanjutnya akan diuraikan pembahasan kasus mengenai asuhan

keperawatan yang telah diberikan pada klien.

A. Pengkajian

Pada tahap pengkajian ini penulis terlebih dahulu memberikan

penjelasan dengan metode pendekatan untuk membina hubungan

saling percaya pada klien dan keluarga. Sehingga klien dan keluarga

bersedia untuk dikaji. Pada saat pemeriksaan fisik penulis tidak

mendapat hambatan karena klien kooperatif. Pada tahap pengkajian

penulis mengumpulkan data-data tentang klien sesuai dengan teori

yang ada pada tinjauan kepustakaan. Langkah-langkah dimulai dari

pengumpulan data, menganalisa, mengklarifikasi, dan merumuskan


diagnosa keperawatan. Data diperoleh dari klien, keluarga, catatan

medis, dan tim kesehatan lainnya. Penulis membandingkan penyebab,

tanda dan gejala dari data yang ditemukan pada teori maupun pada

saat pengkajian.

Hasil pengkajian pada Tn AG ditemukan beberapa data yang

sama dengan tinjauan teori, yaitu sebagai berikut:

1. Sesak,batuk. dan nyeri dengan skala nyeri 7, Nyeri dirasakan

hilang timbul seperti ditusuk-tusuk.

Kondisi klien pada saat pengkajian adalah sedang menderita

Pneumothoraks, dibuktikan dengan hasil pemeriksaan Rontgen .

Hal tersebut sesuai dengan penjelasan Barmawi dan Budiono,

(2006) Gejala dan tandanya sangat bervariasi, tergantung kepada

jumlah udara yang masuk ke dalam rongga pleura dan luasnya

paru-paru yang mengalami kolaps. Gejala- gejala yang sering

muncul adalah ,sesak napas, yang didapatkan pada 80-100%

pasien,nyeri dada, yang didapatkan pada 75-90% pasien,batuk-

batuk, yang didapatkan 25-35% pasien ,

2. Pemeriksaan Diagnostic

Pemeriksaan diagnostic yang dilakukan pada Tn AG

  Leukosit : 11.600 (N : 5.000 – 10.000)

  Na : 132 mmol / l (N : 135 – 1147)


  Kalium : 2,9 mmo; / l (N : 3,10 – 5,10)

  Cl : 91 mmol / l (N : 95 – 108)

B. Diagnosis Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan proses menganalisis data

subjektif dan objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk

menegakkan diagnosa keperawatan (Deswani, 2011).

Menurut PPNI (2016), jenis diagnosa dibagi menjadi dua jenis

yaitu diagnosa negative dan positif. Diagnosa negative menunjukkan

bahwa klien dalam kondisi sakit atau beresiko mengalami sakit

sehingga penegakkan diagnosis ini akan mengarahkan pemberian

intervensi keperawatan yang bersifat penyembuhan, pemulihan dan

pencegahan. Diagnosis negative terdiri dari diagnosis aktual dan

diagnosis risiko. Sedangkan diagnosis positif menunjukkan bahwa

klien dalam kondisi sehat dan dapat mencapai kondisi yang lebih sehat

atau optimal. Diagnosis ini juga disebut dengan diagnosis promosi

kesehatan.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada penderita

Diabetes Mellitus menurut PPNI (2016), sebagai berikut :

1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan Kurang

terpapar informasi tentang manajemen Diabetes Mellitus

2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan Penurunan

Mobilitas

3. Resiko jatuh berhubungan dengan penurunan mobilitas: Setelah

dilakukan pemeriksaan kekuatan otot, kekuatan otot menurun

dengan hasil: kekuatan otot tangan kanan 4 normal 5 dan

kekuatan otot kaki kanan 3 dengan normal 5. Hasil pengkajian

morse fall scale 65(resiko tinggi jatuh)

4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan

5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan Kurang kontrol tidur

Penulis menemukan 2 diagnosa yang sama dengan teori PPNI, 2016

sedangkan 3 diagnosa lainnya tidak sama dengan teori karena

berdasarkan dari data pengkajian subjektif maupun objektif

menunjukkan tidak ada pada teori Diabetes Mellitus. Diagnosa yang

ditemukan sama dengan teori adalah :

1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan Kurang

terpapar informasi tentang manajemen Diabetes Mellitus. Penulis

mengangkat diagnosa ini dikarenakan pada saat pengkajian pada


Ny.S Keluarga klien mengatakan jika keluarga dan klien tidak

mengetahui sedang menderita Diabetes Mellitus.

2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan Penurunan

Mobilitas. Penulis mengangkat diagnosa ini dikarenakan pada saat

pengkajian pada Ny.S Keluarga klien mengatakan terdapat luka

diseluruh tubuh dan klien merasa gatal

Penulis juga menemukan diagnosa yang tidak sesuai dengan teori

Diabetes Mellitus menurut (PPNI, 2016) pada saat pengkajian antara

lain:

1. Resiko jatuh

Penulis menemukan perbedaan teori menurut (PPNI, 2016)

yaitu resiko jatuh dimana Keluarga Ny.S mengatakan Ny.S tidak

bisa berdiri lama, Setelah dilakukan pemeriksaan kekuatan otot,

kekuatan otot menurun dengan hasil: kekuatan otot tangan kanan

4 normal 5 dan kekuatan otot kaki kanan 3 dengan normal 5

2. Gangguan Mobilitas Fisik

Penulis menemukan perbedaan teori menurut (PPNI, 2016)

yaitu Gangguan mobilitas fisik dimana Keluarga Ny.S mengatakan

Ny.S mengatakan belum bisa mandi/seka sendiri.

3. Gangguan pola tidur

Penulis menemukan perbedaan teori menurut (PPNI, 2016)

yaitu Gangguan pola tidur dimana Keluarga Ny.S mengatakan


Ny.S
sulit tidur, pada data objektif menunjukkan ada kantung mata dan

lingkaran hitam dibawah mata klien, ada kemerahan pada mata

dan klien terlihat sering menguap.

C. Rencana Tindakan/Intervensi

Pada tahap perencanaan tindakan keperawatan ini berpedoman

pada usaha untuk mengurangi, menghilangkan dan mencegah

masalah keperawatan kepada klien. Dalam pembuatan tujuan, penulis

membuat batasan waktu sebagai tolak ukur untuk mencapai tujuan

yang diharapkan sesuai dengan keadaan klien. Pada dasarnya

rencana tindakan asuhan keperawatan yang penulis rencanakan

sesuai dengan tinjauan pustaka.

Rencana keperawatan pada diagnosa pertama, tujuannya

adalah kestabilan kadar glukosa darah meningkat dengan kriteria hasil

sesuai dengan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Penulis

melakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam. Pada rencana

tindakan teori SIKI yang ditulis dalam BAB 2, terdapat 35 rencana

tindakan, namun pada rencana tindakan untuk diagnosis

ketidakstabilan glukosa darah pada Ny. S penulis menuliskan rencana

tindakan yaitu hanya 25 tindakan dimana beberapa tindakan yang tidak

diambil dari teori tidak bisa/dapat dilakukan pada klien antara lain,

identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin meningkat


(mis. Penyakit
kambuhan), anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri,

ajarkan indikasi dan pentingnya pengujian keton urin, jika perlu,

ajarkan pengelolaan diabetes (mis. Penggunaan insulin, obat oral,

monitor asupan cairan, penggantian karbohidrat, dan bantuan

professional kesehatan), anjurkan membawa karbohidrat sederhana

setiap saat, anjurkan memakai identitas darurat yang tepat, anjurkan

monitor kadar glukosa darah, anjurkan berdiskusi dengan tim

keperawatan diabetes tentang penyesuaian program pengobatan,

jelaskan interaksi antara diet, insulin/agen oral, dan olahraga, ajarkan

pengelolaan hipoglikemia (mis. Tanda dan gejala, faktor risiko, dan

pengobatan hipoglikemia).

Rencana keperawatan pada diagnosa kedua, tujuannya adalah

integritas kulit dan jaringan Meningkat dengan kriteria hasil sesuai

dengan Standar Luaran Keperawatan (SLKI). Penulis melakukan

tindakan keperawatan selama 3x24 jam. Pada rencana tindakan teori

SIKI yang ditulis dalam BAB 2, terdapat 14 rencana tindakan, namun

pada rencana tindakan untuk diagnosis gangguan integritas kulit pada

Ny. S hanya 8 dimana beberapa tindakan tidak dapat dilakukan pada

pasien antara lain lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika

perlu, bersihkan parineal dengan air hangat, terutama selama periode

diare, gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit

kering, anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrim, anjurkan


menggunakan pelembab (mis: lotion, serum), anjurkan menggunakan

tabir surya spf 30.

Rencana keperawatan pada diagnosa ketiga, tujuannya adalah

tingkat jatuh menurundengan kriteria hasil sesuai dengan Standar

Luaran Keperawatan (SLKI). Pada rencana tindakan penulis

melakukan tindakan keperawatan yaitu pencegahan jatuh sesuai

dengan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Penulis

melakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam. Pada rencana

tindakan teori (SIKI) terdapat 17 rencana tindakan, namun pada

rencana tindakan untuk diagnosis risiko jatuh pada Ny. S hanya 12

dimana beberapa tindakan tidak dapat dilakukan pada pasien antara

lain atur tempat tidur mekanis pada posisi terendah, gunakan alat

bantu berjalan (mis. kursi roda, walker), anjurkan menggunakan alas

kaki yang tidak licin, anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga

keseimbangan tubuh, anjurkan melebarkan jarak lebar kedua kaki,

untuk meningkatkan keseimbangan saat berdiri.

Rencana keperawatan pada diagnosa keempat, tujuannya

adalah Mobilitas fisik meningkat dengan kriteria hasil sesuai dengan

Standar Luaran Keperawatan (SLKI). Pada rencana tindakan penulis

melakukan tindakan keperawatan yaitu dukungan ambulasi sesuai

dengan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Penulis

melakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam. Penulis


melakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam. Pada rencana tindakan teori

(SIKI) terdapat 13 rencana tindakan, namun pada rencana tindakan

untuk diagnosis gangguan mobilitas fisik pada Ny. S hanya 8 dimana

beberapa tindakan tidak dapat dilakukan pada pasien antara lain

monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas,

sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus dan fasilitasi duduk

di sisi tempat tidur.

Rencana keperawatan pada diagnosa kelima, tujuannya adalah

pola tidur membaik dengan kriteria hasil sesuai dengan Standar

Luaran Keperawatan (SLKI). Pada rencana tindakan penulis

melakukan tindakan keperawatan yaitu Edukasi aktifitas istirahatsesuai

dengan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia(SIKI). Penulis

melakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam. Pada rencana

tindakan teori (SIKI) terdapat 9 rencana tindakan, namun pada

rencana tindakan untuk diagnosis gangguan pola tidur pada Ny. S

hanya 6 dimana beberapa tindakan tidak dapat dilakukan pada pasien

antara lain anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok, aktivitas

bermain/aktivitas lainnya, ajarkan cara mengidentifikasi kebutuhan

istirahat (mis. kelelahan, sesak napas saat beraktivitas), ajarkan cara

mengidentifikasi target dan jenis aktivitas sesuai kemampuan.


D. Tindakan Keperawatan/Evaluasi

Pelaksanaan rencana keperawatan mengacu pada rencana

yang telah ditetapkan dalam teori. Rencana keperawatan yang penulis

rencanakan pada setiap diagnosa keperawatan semua dilaksanakan

dalam tindakan keperawatan pada Ny. S dengan kasus Diabetes

Mellitus di ruang Dahlia Rumah Sakit Abdul Wahab Sjahranie

Samarinda. Pada tahap pelaksanaan ini dalam memberikan Asuhan

keperawatan penulis tidak sepenuhnya di ruangan selama 24 jam.

Namun, selama penulis tidak berada di ruangan perawatan dilanjutkan

oleh perawat yang di ruangan.

Menurut Nursalam (2011), tahap implementasi asuhan

keperawatan meliputi independen, interdependen, dan dependen.

Independen adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat

tanpa petunjuk dan instruksi dari dokter atau profesi kesehatan lainya.

Interdependen adalah kegiatan yang memerlukan kerja sama dengan

profesi kesehatan lainnya. Dependen adalah kegiatan yang

berhubungan dengan pelaksanaan tindakan rencana tindakan medis.

Dalam tindakan keperawatan Ny.S tindakan independen terdiri dari

tindakan diagnostik antara lain melakukan pengkajian, melakukan

pemeriksaan fisik, dan memantau tanda-tanda vital klien. Tindakan

terapeutik antara lain memberikan penyuluhan untuk memberikan

informasi tentang Diabetes Mellitus, memberikan terapi obat.Tindakan


interdependen pada Ny.S antara lain kolaborasi pemberian obat oral

gilgudon 1 tablet.

Dalam melaksanakan intervensi keperawatan penulis tidak

mendapatkan hambatan, penulis dalam intervensi akan melibatkan

klien dan keluarganya, klien bersikap lebih terbuka, kooperatif dan

mudah diajak bekerja sama, mudah menerima penjelasan dan saran,

keluarga klien dan klien berpartisipasi aktif dalam tindakan

keperawatan serta adanya tanggapan baik dari perawat yang bertugas

di ruangan perawat Dahlia terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan

yang penulis lakukan. Kemudian untuk semua intervensi telah

dilakukan pada klien ini dengan diagnosa keperawatan pertama

ketidakstabilan kadar glukosa darah intervensi yang dilakukan oleh

penulis adalah memberikan penyuluhan tentang Diabetes Mellitus,

gangguan integritas kulit penulis melakukan tindakan keperawatan

Mika-miki per 2 jam, resiko jatuh penulis melakukan tindakan

keperawatan pencegahan jatuh , gangguan mobilitas fisik penulis

melakukan tindakan keperawatan dukungan Ambulasi dan Gangguan

pola tidur penulis melakukan tindakan keperawatan Edukasi Aktifitas

istirahat tidur.

E. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang


berkesinambungan dan melibatkan klien dan keluarga. Evaluasi ini
dilaksanakan pada tanggal 19 Desember 2019 untuk masalah

keperawatan Ketidakstabilan kadar glukosa darah, Gangguan integritas

kulit, Resiko jatuh, Gangguan mobilitas fisik, dan Gangguan pola tidur.

Dalam hal ini penulis membuat lima evaluasi, adapun hasil

evaluasi tersebut sebagai berikut:

1. Masalah keperawatan Ketidakstabilan kadar glukosa darah, Setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan

kestabilan kadar glukosa darah meningkat dan tujuan keperawatan

pada Ny.S tercapai sebagian hambatannya karena klien menderita

penyakit yang menyerang pankreas, penyakit tersebut hanya bisa

dicegah dengan pengobatan yang rutin dan pola hidup yang benar.

2. Masalah keperawatan gangguan integritas kulit, Setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan integritas kulit

dan jaringan meningkat dan tujuan keperawatan pada Ny.S

tujuannya tercapai sebagian. Faktor yang mempengaruhi beberapa

tujuan tidak tercapai adalah karena diagnosis gangguan integritas

kulit pada klien adalah masalah penyakit lain yang muncul akibat

indikasi obat yang klien konsumsi.

3. Masalah keperawatan resiko jatuh, Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan tingkat jatuh menurun

dan tujuan keperawatan pada Ny.S tercapai karena keluarga klien

berhati-hati saat membantu aktivitas klien. Faktor yang


mempengaruhi tercapainya tujuan dari diagnosis keperawatan ini

adalah karena klien tidak melakukan mobilisasi (bed rest).

4. Masalah keperawatan Gangguan mobilitas fisik , setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan Mobilitas fisik

Meningkat dan tujuan keperawatan pada Ny.S tercapai sebagian.

Pada saat penulis mengkaji ditemukan klien terbaring lemah

ditempat tidur dan segala aktivitas dibantu oleh keluarga dan

perawat.

5. Masalah keperawatan Gangguan pola tidur , Setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan Pola tidur

Membaik dan tujuan keperawatan pada Ny.S tercapai sebagian.

Pada saat penulis mengkaji ditemukan klien dapat tertidur pada saat

tertentu.

Anda mungkin juga menyukai