Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis membahas mengenai kasus Asuhan Keperawatan pada Tn.S yang
mengalami masalah Anemia yang dirawat di ruang penyakit dalam (R.H) RSUD Dr.Soedarso
Pontianak.Pembahasan akan di fokuskan pada aspek pengkajian, analisa data, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan. Kemampuan
mengidentifikasi masalah keperawatan yang terjadi pada tahap ini akan menentukan desain
perencanaan yang di tetapkan (Rohmah&Walid, 2012).
Pada proses pengkajian penulis mengumpulkan data yang telah sesuai dengan teori.
Data pengkajian diperoleh melalui catatan keperawatan, catatan medis, wawancara
bersama keluarga klien, hasil pemeriksaan laboratorium dan didapatkan melalui anamnesa
terhadap klien. Dalam melakukan pengkajian pada kasus Tn.S, penulis tidak terlalu sulit
untuk mengumpulkan data karna klien dan keluarga kooperatif sehingga data-data dapat
terkumpul dengan baik.
Hasil analisa penulis, kasus yang ditemukan pada Tn. S sesuai dengan teori karena pada
teori mengungkapkan anemia ditandai dengan keluhan pusing Tekanan darah rendah,kulit
pucat, napas pendek, otot melemah CRT kurang dar 3 detik, peningkatan tekanan jantung.
Menurut Brunner dan Suddart (2017), beberapa penyebab anemia diantaranya secara
fisiologis anemia terjadi bila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut
oksigen ke jaringan yang ditandai dengan pusing (dizziness dan fatigue), sel darah merah
yang berkurang menyebabkan oksihemoglobin yang terdistribusi ke bagian tubuh seperti
otak berkurang. Yang ditandai dengan gejala seperti pusing dan sakit kepala, kulit pucat,
dingin, dan berwarna kuning: kulit yang dingin berwarna pucat terjadi akibat kurangnya sel
darah merah pada pembuluh darah. Kulit yang menguning bisa disebabkan oleh adanya
bilirubin (hasil destruksi sel darah merah) pada darah, dan napas pendek. Menurut
penelitian Cindy (2016) menyatakan bahwa anemia terjadi pada 80%-90% pasien penyakit
gagal ginjal kronik, faktor utama yang sering menyebabkan anemia yaitu pada pasien yang
sedang menjalankan heamodialisa.

29
30

B. Analisa Data
Diagnosa keperawatan
Menurut Andra (2013), diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan
anemia yaitu:
1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan transport oksigen
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen
3. Resiko infeksi berhubungan dengan kegagalan pembentukan sel darah putih
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi, salah interprestasi
informasi, tidak mengenal sumber
Sedangkan diagnose yang terdapat pada kasus Tn. S yaitu:
1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan transport oksigen
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisiologis
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen.
Diagnosa yang terdapat pada kasus yang sesuai dengan teori adalah Perfusi
perifer tidak efektif dan Intoleransi aktivitas. Sedangkan satu diagnosa lainnya tidak
terdapat dalam teori namun ditemukan dalam kasus adalah nyeri akut. Dua diagnosa
yang terdapat dalam teori namun tidak terdapat dalam kasus antara lain resiko infeksi
dan kurang pengetahuan. Tidak terdapatnya 2 diagnosa teori didalam kasus dikarenakan
tidak terdapatnya batasan karakteristik sesuai dengan diagnosa tersebut, untuk diagnosa
pertama yaitu resiko infeksi tidak ditemukan batasan karakteristik seperti supresi
respon inflamasi, peningkatan suhu tubuh. untuk diagnosa kedua yaitu deficit
pengetahuan juga tidak ditemukan batasan karakteristik seperti tidak menjalani
pemeriksaan yang tidak tepat menunjukan persepsi yang keliru terhadap masalah.
C. Intervensi keperawatan.
Pada kasus diatas penulis menyusun intervensi keperawatan berdasarkan tahap-
tahapan intervensi keperawatan yaitu: tujuan, kriteria hasil dan rencana keperawatan
berdasarka standar asuhan keperawatan indonesia. Pada kasus Tn. S didapatkan 3
diagnosa keperawatan yaitu perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan
penurunan transport oksigen, nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis
dan Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen. Dari tiga diagnosa keperawatan ini maka penulis menentukan yang menjadi
prioritas masalah dalam kasus Tn. S adalah diagnosa keperawatan perfusi perifer tidak
31

efektif berhubungan dengan penurunan transport oksigen, dengan alasan dapat


mengancam jiwa.
Berdasarkan teori , perencanaan tindakan yang dilakukan untuk diagnosa perfusi
perifer tidak efektif adalah observasi TTV ( tekanan darah, nadi, suhu, frekuensi
pernapasan), identifikasi pemeriksaan laboratorium yang diperlukan, ambil sampel
darah, monitor kececpatan aliran oksigen dan untuk diagnose nyeri akut adalah lakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif, anjurkan istirahat, kontrol lingkungan yang
mempengaruhi nyeri, berikan rasa aman dan nyaman, kolaborasi pemberian analgetik,
kemudian untuk diagnosa intoleransi aktivitas adalah bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan, bantu klien untuk mendapatkan alat
bantuan, bantu klien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan.
D. Implementasi
Penulis melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan yang
sudah di rencanakan sebelumnya, untuk diagnosa perfusi perifer tidak efektif tindakan
keperawatan yang dilakukan adalah mengobservasi TTV ( tekanan darah, nadi, suhu,
frekuensi pernapasan), mengidentifikasi pemeriksaan laboratorium yang diperlukan,
mengambil sampel darah, memonitor kecepatan aliran oksigen dan untuk diagnose
nyeri akut adalah melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, menganjurkan
istirahat, mengontrol lingkungan yang memengaruhi nyeri, memberikan rasa aman dan
nyaman, mengkolaborasi pemberian analgetik, kemudian untuk diagnosa intoleransi
aktivitas adalah membantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
dilakukan, membantu klien untuk mendapatkan alat bantuan, membantu klien untuk
mengembangkan motivasi diri dan penguatan.
E. Evaluasi
Pada tahap evaluasi peneliti menilai sejauh mana keberhasilan dicapai dalam pemberian
asuhan keperawatan dan membandingkannya dengan tujuan dan kriteria hasil yang
telah peneliti buat. Untuk diagnosa pertama yaitu perfusi perifer tidak efektif tujuan
yang ingin dicapai yaitu meningkatkan hemoglobin klien. Untuk diagnosa kedua yaitu
nyeri akut tujuan yang ingin dicapai yaitu mengurangi rasa nyeri pada abdomen yang
klien rasakan. Untuk diagnose ketiga yaitu intoleransi aktivitas tujuan yang ingin
dicapai yaitu agar klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Untuk
keseluruhan diagnosa belum tampak masalah yang teratasi karena klien melanjutkan
untuk transfusi darah.

Anda mungkin juga menyukai