PEMBAHASAN
42
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/ ketidakseim
bangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Dari diagnosa keperawatan yang ada pada studi kepustakaan hanya dua
yang muncul diagnosa yang sama dari studi kasus selama pengkajian.
Sehingga diagnosa-diagnosa yang muncul dalam studi kasus ini yaitu :
a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi
b. Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas
c. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan / ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
Diagnosa Nyeri yang merupakan tanda gejala khas dari NStemi tidak
muncul karena pasien merupakan rujukan dari RS lain sehingga fase akut
nyeri dada sudah teratasi dengan beberapa pengobatan yang sudah
dilakukan.
3. Intervensi
Dalam menyusun renacana tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan
yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasilnya, maka penyusun membuat
rencana berdasarkan acuan pada tinjauan teori. Rencana tindakan dilakukan
berdasarkan NANDA NIC-NOC. Rencana tindakan dibuat selama 1 hari
perawatan sebelum pasien dipindah ke ruangan. Dari 3 diagnosa keperawatan
ini, intervensi dapat ditetapkan pada kasus karena berkat kerjasama yang baik
antara perawat, klien dan keluarga klien. Dalam menyusun tindakan yang
akan dilakukan ini disesuaikan dengan diagnosa yang ditemukan sehingga
mendapatkan tujuan yang diinginkan.
4. Implementasi
Salah satu bentuk implementasi keperawatan yang dilakukan sesuai
dengan rencana tindakan keperawatan yang telah disusun. Selama
melaksanakan implementasi kami tidak menemukan kesulitan karena klien
dan keluarga klien sangat kooperatif. Dan implementasi yang dilakukan dapat
diterima oleh klien dan keluarga klien.
4. Evaluasi
Dari lima diagnosa yang dapat ditegakkan selama study kasus terdapat 3
diagnosa dyang sama dengan diagnosa keperawatan menurut teoritis
43
dikarenakan klien dalam masa penyembuhan dan telah mendapatkan terapi
dari tim medis. Dan semua evaluasi tercapai sebagian karena disini
merupakan ruangan gawat darurat. Sehingga masalah yang mengancam
nyawa sudah teratasi dan kemudian pasien akan dipindahkan ke ruang HCU
Jantung untuk pengawasan lebih lanjut.
5. Analisa Jurnal
Pada studi kasus kali ini kami menggunakan EBP jurnal dengan judul
“PENGARUH MODEL AKTIVITAS DAN LATIHAN INTENSITAS
RINGAN KLIEN GAGAL JANTUNG TERHADAP TEKANAN DARAH”.
Populasi dalam penelitian ini adalah 24 pasien gagal jantung dengan
Kriteria inklusi: fraksi ejeksi < 40%, tekanan darah sistole 80 – 120 mmHg,
diastole 60 – 80 mmHg. Klasifikasi fungsionil: II dan III, mendapat terapi
pengobatan gagal jantung Standar (Angiotension Converting enzymes -
inhibitor, beta blockers, diuretic, digitalis), tidak ada disritmia yang
mengancam kehidupan/bersifat fatal, infark tidak luas dan non elivasi segmen
ST, usia 30 –70 tahun, mendapat izin dari dokter. Setiap responden di berikan
model aktivitas dan latihan selama 6 hari di rumah sakit. Intensitas latihan di
ukur dengan skala Borg
Menurut jurnal "Analisis Fraksi Ejeksi Klien Gagal Jantung Pre Dan
Post Penerapan Model Aktivitas Dan Latihan Intensitas Ringan" nilai denyut
jantung yang dicapai dibandingkan denyut jantung maksimal selama aktivitas
dan latihan, pada klien gagal jantung fase akut (inpatient) 74 terdapat
peningkatan atau ada perbedaan antara hari pertama sampai hari enam.
Namun terlihat juga bahwa peningkatan prosentasi rata-rata denyut jantung
maksimal yang di capai antara hari I sampai hari VI 1- 2%. Artinya denyut
jantung tidak jauh berbeda antara hari I sampai hari VI. Sedangkan klien
sudah menunjukan respon kelelahan saat latihan. Kondisi fisiologis ini dapat
dipengaruhi oleh faktor pengobatan Beta Blocker (Antagonis Adrenoseptor)
sebagai terapi pada klien gagal jantung.
Hasil penelitian ini membuktikan ada perbedaan tekanan darah sistole dan
diastole pada klien gagal jantung sebelum dan sesudah terapi aktivitas dan
latihan. Tekanan darah sistole dan diastole meningkat rata-rata 2.25 mmHg.
44