PEMBAHASAN
65
kimia terutama nikotin, sehingga semakin lama merokok maka semakin
semakin banyak pula zat-zat kimia yang tertimbun dalam darah hal ini yang
menyebabkan terjadinya aterosklerosis dengan memulai cedera pada lapisan
endotel. Nikotin dalam rokok menyebabkan mobilisasi katekolamin yang
dapat menambah reaksi tombosit yang menyebabkan kerusakan pada dinding
arteri. (Price, S.A. 2011)
Perawat melakukan pemeriksaan diagnostik yaitu EKG. Pada EKG
klien didapatkan gambaran ST elevasi pada Lead I, aVL dan V1-V6. Klien
rencana akan dilakukan tindakan PPCI.
66
S (severity): skala nyeri yang dirasakan klien 10/10 disertai keringat
dingin, pusing dan lemas. Dan berkurang setelah dapat antikoagulan. Skala
nyeri menjadi 3/10.
T (time): klien merasakan nyeri dada seperti ini baru pertama kali, Nyeri
terus menerus dirasakan lebih dari 30 menit. Nyeri dirasakan sejak 4,5 jam
SMRS.
Diagnosa keperawatan yang kedua Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen. Karena klien
mengatakan cepat lelah, terpasang O2 binasal 2 Lpm, terpasang kondom
kateter dengan ADL skala 2, ini menunjukkan bahwa suplai oksigen ke
miokard belum adekuat.
Diagnosa keperawatan yang ketiga Resiko perdarahan berhubungan dengan
efek samping obat karena klien mendapatkan terapi loading Aspilet 320 mg
p.o, Clopidogrel 300 mg p.o.
67
melaporkan ke perawat jika pasien mengalami nyeri ulu hati, perdarahan dari
mulut maupun hidung, perdarahan saat BAK ataupun BAB.
68
WIB, klien diantar ke ruangan cath lab untuk dilakukan pemeriksaan
diagnostik dan primary PCI.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
kebutuhan dan suplai oksigen, setelah membatasi aktivitas dan perubahan
posisi dengan hasil TTV TD: 136/76 mmHg, HR: 102 x/m, RR: 20 x/m, SpO 2
96% dan klien masih sedikit lemas.
Resiko perdarahan berhubungan dengan efek terapi obat, tidak ada tanda-
tanda perdarahan ditandai dengan tidak bab hitam dan bak kuning jernih,
konjungtiva ananemis, hb 14,6 gdl.
69
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah kelompok melakukan Asuhan Keperawatan pada Tn. S
dengan diagnosa Acute Coronary Syndrome, kami menyimpulkan bahwa
sangat penting bagi perawat untuk mempelajari lebih dalam penyakit jantung
dan asuhan keperawatan mengingat dewasa ini penyakit jantung
menyebabkan angka kematiannya sangat tinggi dan banyak orang berisiko
terkena penyakit ini.
Penanganan awal yang tepat sesuai dengan prosedur clinical pathway
sangat penting untuk memberikan pertolongan. Penanganan lanjutan seperti
PCI merupakan penanganan yang sangat efektif terhadap pasien ACS.
Pemahaman mengenai cara mengenal gejala-gejala umum infark
miokard akut dan ditanamkan untuk segera memanggil pertolongan darurat.
Pasien dengan riwayat PJK dan keluarganya perlu mendapatkan edukasi
untuk mengenal gejala IMA dan langkah-langkah praktis yang perlu diambil
apabila ACS terjadi.
Asuhan keperawatan ACS terkadang akan berbeda antara teori dan
kondisi pasien saat di RS, sehingga intervensi dan tindakan yang akan kita
berikan tergantung kondisi pasien.
Selama berlangsungnya proses asuhan keperawatan dari pengkajian
sampai menegakkan masalah keperawatan, intervensi, implementasi dan
evaluasi tidak ditemukan kesenjangan yang cukup berarti sehingga dalam
memberikan asuhan keperawatan, perawat tidak mengalami kesulitan.
70
5.2 Saran
Dengan kerendahan hati, kelompok sadar bahwa dalam makalah ini masih
banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca, kelompok harapkan demi kesempurnaan
penulisan Asuhan Keperawatan pada pasien Acute Coronary Syndrome ini
dimasa yang akan datang
71
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta:
DPP PPNI
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-4-sistem-ssaraf-pusat/47-analgesik/472-analggesik-
opioid diakses tanggal 28 februari 2018
72
73