Anda di halaman 1dari 9

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian Keperawatan


Pada BAB ini kelompok menganalisa antara teori dengan kasus yang
ditemukan dalam melakukan Asuhan Keperawatan pada Klien Tn. S dengan
Acute Coronary Syndrome di ruangan IGD RS Jantung dan Pembuluh Darah
Harapan Kita.
Klien masuk ke IGD RSJPDHK rujukan RS Jiwa Duren Sawit pada
tanggal 04 Oktober 2019 jam 12.07 WIB. Klien datang dengan diagnosa
medis akut STEMI Extensive Anteror onset 4,5 jam killip II dengan keluhan
nyeri dada dengan skala nyeri berat 10/10 muncul pertama kali ketika klien
mencuci pakaian kemudian dibawa kedua anak klien ke RS Jiwa Duren
Sawit. Menurut klien mengeluh nyeri dada kiri dan tengah seperti tertekan
benda berat, keringat dingin, tidak ada mual dan muntah.
Saat tiba di IGD RSJPDHK klien langsung dilakukan pengkajian.
Klien mengeluh nyeri dada sudah berkurang karena sudah diberikan obat
antikoagulan di RS Duren Sawit. Skala nyeri 3/10. Kesadaran Compos
mentis, Tekanan darah 147/86 mmHg HR: 114 x/m, RR: 20x/m, SaO 2 95%,
S: 36 °C. Terpasang Oxygen binasal 2 Lpm.
Klien dilakukan pemeriksaan EKG dengan gambaran EKG ST
Elevasi di Lead I dan aVL, V1-V6. Klien mendapat terapi Loading dose
Aspilet 320 mg p.o, Clopidogrel 300 mg p.o, ISDN 3X5 mg p.o, Simvastatin
1x20 mg p.o, diazepam 1x5 mg p.o, laxadine 1xCI p.o, Captopril 3x6,25 p.o,
NTG 20 mcg/mnt, insulin 3 ui bolus, dan 2ui/jam . Klien rencana akan
dilakukan tindakan PPCI.
Kelompok melakukan pengkajian di ruang IGD RSJPDHK, saat
pengkajian nyeri klien mengatakan nyeri dada sebelah kiri. Riwayat DM 25
tahun yang lalu. Klien mengakui bahwa dirinya perokok aktif riwayat
perokok 1 bungkus/hari, riwayat kolesterol tinggi. Merokok merupakan salah
satu penyebab timbulnya ACS, karena dalam rokok terkandung berbagai zat

65
kimia terutama nikotin, sehingga semakin lama merokok maka semakin
semakin banyak pula zat-zat kimia yang tertimbun dalam darah hal ini yang
menyebabkan terjadinya aterosklerosis dengan memulai cedera pada lapisan
endotel. Nikotin dalam rokok menyebabkan mobilisasi katekolamin yang
dapat menambah reaksi tombosit yang menyebabkan kerusakan pada dinding
arteri. (Price, S.A. 2011)
Perawat melakukan pemeriksaan diagnostik yaitu EKG. Pada EKG
klien didapatkan gambaran ST elevasi pada Lead I, aVL dan V1-V6. Klien
rencana akan dilakukan tindakan PPCI.

4.2 Diagnosa Keperawatan


Secara teori ada 5 diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
klien, diantaranya Nyeri berhubungan dengan agent cidera iskemia jaringan
sekunder terhadap sumbatan arteri koroner. Resiko penurunan cardiac out put
berhubungan dengan penurunan perfusi perifer sekunder dari
ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokardium dengan kebutuhan.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
kebutuhan dan suplai oksigen. Cemas berhubungan dengan nyeri stres dan
perubahan status kesehatan. Risiko perdarahan berhubungan dengan efek
samping terapi.
Dari kelima diagnosa keperawatan secara teori kami dari kelompok
hanya mengangkat tiuga diagnosa keperawatan yaitu Nyeri berhubungan
dengan agent cidera iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri
koroner. Kelompok mengangkat diagnosa ini menjadi diagnosa utama karena
ditemukan hasil pemeriksaan TD 147/86 mmHg HR: 114 x/m, RR: 20x/m,
SaO2 95%, S: 36 °C.
 P (provokes): nyeri dirasakan tiba-tiba saat sedang naik lift dan
beraktivitas ke kantor.
 Q (quality): nyeri dirasakan seperti tertekan benda berat.
 R (radiation): nyeri dada kiri menjalar ke bahu, nyeri dirasakan saat
beraktivitas.

66
 S (severity): skala nyeri yang dirasakan klien 10/10 disertai keringat
dingin, pusing dan lemas. Dan berkurang setelah dapat antikoagulan. Skala
nyeri menjadi 3/10.
 T (time): klien merasakan nyeri dada seperti ini baru pertama kali, Nyeri
terus menerus dirasakan lebih dari 30 menit. Nyeri dirasakan sejak 4,5 jam
SMRS.
Diagnosa keperawatan yang kedua Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen. Karena klien
mengatakan cepat lelah, terpasang O2 binasal 2 Lpm, terpasang kondom
kateter dengan ADL skala 2, ini menunjukkan bahwa suplai oksigen ke
miokard belum adekuat.
Diagnosa keperawatan yang ketiga Resiko perdarahan berhubungan dengan
efek samping obat karena klien mendapatkan terapi loading Aspilet 320 mg
p.o, Clopidogrel 300 mg p.o.

4.3 Intervensi Keperawatan


Intervensi keperawatan yang dilakukan mengacu kepada pedoman
pemberian asuhan keperwatan berdasarkan guidelence dalam makalah ini.
Nyeri berhubungan dengan agent cidera iskemia jaringan sekunder
terhadap sumbatan arteri koroner, intervensi keperawatan yang dilakukan
diantaranya Observasi TTV/jam (TD, N, RR) dan EKG 12 lead, Atur posisi
senyaman klien, Kaji nyeri secara komprehensif (P, Q, R, S,T), Ajarkan klien
tentang teknik nonfarmakologi: teknik relaksasi nafas dalam, distraksi),
kolaborasi dengan tim dokter pemberian ONACO (Oksigen, Nitrat, Aspilet,
Clopidogrel), dan rencana tindakan Primary PCI.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
kebutuhan dan suplai oksigen. Intervensi yang dilakukan antara lain
Observasi TTV/jam (TD, N, RR, Sat Oշ) dan Irama/jam, sesak napas, pucat.
Bantu klien dalam melakukan ADL dan monitor adanya kelelahan fisik dan
emosi secara berlebihan mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan.
Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi.
Resiko perdarahan berhubungan dengan efek terapi obat. Intervensi
yang dilakukan monitor tanda-tanda perdarahan , ajarkan pasien untuk

67
melaporkan ke perawat jika pasien mengalami nyeri ulu hati, perdarahan dari
mulut maupun hidung, perdarahan saat BAK ataupun BAB.

4.4 Implementasi Keperawatan


Tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan intervensi yang
dibuat baik tindakan mandiri maupun kolaborasi.
Nyeri berhubungan dengan agent cidera iskemia jaringan sekunder
terhadap sumbatan arteri koroner, tindakan keperawatan mandirimaupun
kolaborasi yang sudah kelompok berikan yaitu mengobservasi TTV dan
EKG, mengkaji nyeri secara komprehensif, memberikan klien posisi semi
fowler, mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, distraksi. Teknik relaksasi
bertujuan untuk mengurangi nyeri selain itu klien mendapat terapi ISDN 5
mg SL dan diazepam 5 mg yang merupakan antikonfulsan yang memberikan
efek relaksasi pada otot serta loading aspilet 320 mg p.o dan NTG 20 mcg.
Melakukan persiapan untuk dilakukan tindakan primary PCI.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
kebutuhan dan suplai oksigen, tindakan keperawatan mandiri yang sudah
kelompok berikan yaitu observasi TTV/jam, bantu klien dalam melakukan
ADL.
Resiko perdarahan berhubungan dengan efek samping obat, tindakan
keperawatan yang dilakukan monitor tanda-tanda perdarahan , ajarkan pasien
untuk melaporkan ke perawat jika pasien mengalami nyeri ulu hati,
perdarahan dari mulut maupun hidung, perdarahan saat BAK ataupun BAB.

4.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi keperawatan setelah diberikan tindakan keperawatan pada klien
dengan diagnosa keperawatan Nyeri berhubungan dengan agent cidera
iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri koroner, setelah diberikan
terapi farmakologi klien mngatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri
ringan 3/10. Implementasi keperawatan yang dilakukan menunjukkan
masalah teratasi sebagian disebabkan klien masih merasa nyeri. Sehingga
klien direncanakan untuk dilakukan tindakan primary PCI. Pada pukul 14:00

68
WIB, klien diantar ke ruangan cath lab untuk dilakukan pemeriksaan
diagnostik dan primary PCI.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
kebutuhan dan suplai oksigen, setelah membatasi aktivitas dan perubahan
posisi dengan hasil TTV TD: 136/76 mmHg, HR: 102 x/m, RR: 20 x/m, SpO 2
96% dan klien masih sedikit lemas.
Resiko perdarahan berhubungan dengan efek terapi obat, tidak ada tanda-
tanda perdarahan ditandai dengan tidak bab hitam dan bak kuning jernih,
konjungtiva ananemis, hb 14,6 gdl.

69
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah kelompok melakukan Asuhan Keperawatan pada Tn. S
dengan diagnosa Acute Coronary Syndrome, kami menyimpulkan bahwa
sangat penting bagi perawat untuk mempelajari lebih dalam penyakit jantung
dan asuhan keperawatan mengingat dewasa ini penyakit jantung
menyebabkan angka kematiannya sangat tinggi dan banyak orang berisiko
terkena penyakit ini.
Penanganan awal yang tepat sesuai dengan prosedur clinical pathway
sangat penting untuk memberikan pertolongan. Penanganan lanjutan seperti
PCI merupakan penanganan yang sangat efektif terhadap pasien ACS.
Pemahaman mengenai cara mengenal gejala-gejala umum infark
miokard akut dan ditanamkan untuk segera memanggil pertolongan darurat.
Pasien dengan riwayat PJK dan keluarganya perlu mendapatkan edukasi
untuk mengenal gejala IMA dan langkah-langkah praktis yang perlu diambil
apabila ACS terjadi.
Asuhan keperawatan ACS terkadang akan berbeda antara teori dan
kondisi pasien saat di RS, sehingga intervensi dan tindakan yang akan kita
berikan tergantung kondisi pasien.
Selama berlangsungnya proses asuhan keperawatan dari pengkajian
sampai menegakkan masalah keperawatan, intervensi, implementasi dan
evaluasi tidak ditemukan kesenjangan yang cukup berarti sehingga dalam
memberikan asuhan keperawatan, perawat tidak mengalami kesulitan.

70
5.2 Saran
Dengan kerendahan hati, kelompok sadar bahwa dalam makalah ini masih
banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca, kelompok harapkan demi kesempurnaan
penulisan Asuhan Keperawatan pada pasien Acute Coronary Syndrome ini
dimasa yang akan datang

71
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta:
DPP PPNI

Price, Sylvia A. 2005. PATOFISIOLOGI Konsep Klinis Proses-proses Penyakit


Volume 1, Edisi 6. Jakarta: EGC

Black, Joice M. 2014. Keperawatan Medikal Bedak Edisi 8-buku 3. Jakarta: CV


Pentasada Media Edukasi

Data register ruang IGD tahun 2017 dan 2018.

PERKI, 2015. Pedoman Tatalaksana Sindrome Koroner Akut. Edisi ketiga

PERKI, 2018. Pedoman Tatalaksana Sindrome Koroner Akut. Edisi keempat

Sjaharuddin, Harun. 2006. Sindrome Koroner Akut. http://www.majalah-


farmacia.com. diakses tanggal 2 februari 2018

http://www.infokeperawatan.com// diakses tanggal 2 februari 2018

http://m.jitunews.com// diakses tanggal 2 februari 2018

http://www.askepkita.com// diakses tanggal 2 februari 2018

http://scholar.unand.ac.id// diakses tanggal 2 februari 2018

http://scribd.com// diakses tanggal 2 februari 2018

http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-4-sistem-ssaraf-pusat/47-analgesik/472-analggesik-
opioid diakses tanggal 28 februari 2018

72
73

Anda mungkin juga menyukai