Anda di halaman 1dari 5

LEARNING OBJECTIVE

SKENARIO 1
”Sindroma Koroner Akut : Sesaknya Diri Ini”

Nama : Isra Nur Hidayah

Stambuk : N 101 20 053

Kelompok : 14

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
Learning Objective

1. Manajemen dari infark miokard


Jawaban

Dasar diagnosis :

Dalam meneggakkan diagnosis pada kasus penyakit jantung yang mencakup


keluhan nyeri dada dan sesak napas dibutuhkan pemahaman dan penalaran yang
tepat dalam mengamati gejala dan patofisiologis dari gejala klinik yang tampak
dari keluhan pasien. Pada kasus skenario, pasien dikeathui memiliki riwayat
hipertensi selama 4 tahun terakhir dengan ditandainya hasil perhitungan tanda
vital yakni nilai diastole mencapai angka 140 mmHg dan riwayat penggunaan
obat amlodipine untuk mengontrol dan menurunkan tekanan darah dari pasien.
Hipertensi merupakan manifestasi gangguan keseimbangan hemodinamik sistem
kardiovaskular dengan landasan patofisiologis yang multifactor sehingga kita
tidak dapat menerangkan kondisi hipertensi hanya dengan satu mekanisme saja.
hipertensi bisa terjadi karena kondisi penurunan keelastisan dinding pembuluh,
karena penumpukkan lemak, ataupun karena perubahan struktur dinding
pembuluh dan masih banyak lagi mekanisme lain penyebab dari hipertensi.
Hipertensi menjadi factor risiko mayor penyebab dari komplikasi gangguan
kardiovaskular sehingga dapat kita pahami bahwa hipertensi sangat erat kaitannya
dengan kondisi infark miokard. Kemudian pasien mengeluhkan nyeri dada dan
menjalar ke bahu kiri yang mana merupakan kondisi umum pada angina pectoris
(AP) yang memiliki manifestasi klinik rasa nyeri yang timbul karena iskemia
miokardium. Angina pectoris ini memiliki karakteristik khas yakni nyeri
retrosternal yang lokasi terseringnya di dada,subtesternal atau sedikit ke kiri
dengan penjalaran ke leher,rahang,bahu kiri sampai dengan lengan dan jari-jari
bagian ulnar,punggung/pundah kiri. AP ini juga membuat pasien merasa tidak
nyaman karena seperti tertusuk oleh benda tumpul yang dapat mencapai waktu
sekitaran 10 menit atau kurang dari itu. AP menjadi indikasi kuat adanya iskemia
miokard, melalui pemeriksaan EKG didapatkan gambaran ST elevasi yang mana
menjadi petunjuk kuat bahwa pasien mengaklami iskemia miokardium karena
perubahan 12 leads berfokus pada segmen ST-T. hal ini menjadi dasar kita
mendiagnosa pasien kea rah infark miokard yang mana infark miokard elevasi ST
diawali oleh kondisi paling umum pada STEMI yakni
aterosklerosis,penumpukkan lemak,pada dinding pembuluh darah koronaria yang
dapat menganggu aktitivtas detak jantung normal. Adanya nyeri dada, adanya
elevaasi ST juga dapat diikuti dengan pemeriksaan enzim troponin T yang
meningkat. Prinsip dari diagnosis dan tatalaksana kasus STEMI adalah time is
muscle yakni semakin cepat dilakukan revaskularisasi maka akan semakin banyak
sel otot jantung yang dapat diselamatkan.
Diagnosis banding: pericarditis, akut,emboli paru,diseksi aorta
akut,kostokondritis,dan gangguan GI.
Epidemiologi: Saat ini, kejadian STEMI sekitar 25-40% dari infark miokard, yang
dirawat di rumah sakit sekitar 5-6% dan mortalitas 1 tahunnya sekitar 7-18%.
Sekitar 865.000 penduduk Amerika menderita infark miokard akut per tahun dan
sepertiganya menderita STEMI . Pada tahun 2013, ± 478.000 pasien di Indonesia
didiagnosa penyakit jantung koroner. Saat ini, prevalensi STEMI meningkat dari
25% hingga 40% berdasarkan presentasi infark miokard
Terapi :
Tujuan pengobata n adalah untuk mencegah kematian dan terjadinya serangan
jantung (infark) sedangkan yang lainnya ialah mengontrol serangan angina
sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup. secara non farmakologisnya dapat
dilakukan penurunan berat badan, edukasi terkait pola hidup sehat,
untuk intervensi bedah dapat diarahkan melakukan bedah pintas (CABG) yang
merupakan terapi reperfusi untuk jantung. Farmakologi untuk meredakan nyeri
dada dapat diberikan nitrogliserin,aspirin bila ada kontraindikasi dapat diganti
dengan klopidrogrel,ACE inhibitor,Beta-bloker,dan statin serta dapat digunakan
asam nikotinat untuk peninggian trigliserida atau HDL yang rendah. Terapi untuk
STEMI yakni terapi antiplatelet seperti aspirin, klopidogrel, serta terapi
antikoagulan. (Siti,2017)
2. Penatalaksanaan gawat darurat beserta rujukannya
Jawaban

Tujuan tatalaksana di ruang emergensi yakni mencakup:


mengurangi/mengbhilangkan nyeri dada dan identifikasi cepat pasien yang akan
menjadi prioritas terapi reperfusi dengan segera dan menghindari pemulangan
cepat pasien dengan STEMI. Pasien dengan STEMI harus menjalani perawatan
intensif yang baik di rumah sakit. Pasien diperiksa di rumah sakit yanag
berfasilitas PCI lalu dikirim ke lab untuk on mary PCI kontak medis pertama
device lalu dilakukan angiogram diagnositik untuk menentukan apakah pasien
hanya diberi terapi medis atau diharuskan melakukan itervensi bedah CABG.
Diberikan oksigen untuk pasien dengan saturasi oksigen arteri <90% selama 6 jam
pertama lalu diberikan nitrogliserin dosis 0,4mg dapat diberikan sampai 3 dosis
dengan interval 5 menit. Dapat pula diberi morfin untuk hasil efektif namun
perhatikan kontriksi vena dan arteriolar.pemberian aspirin dan Beta-bloker juga
dapat diberi untuk mengurangi nyeri dada yang menyerang. Untuk ruang ICCU,
dilakukan istirahat dalam 12 jam pertama, diet atau puasa selama 4-12 jam
pertama karena adanya resiko muntah segera setelah IM. Lalu bowels yakni
istirahat di tempat tidur dan dilakukan sedasi untuk mempertahankan periode
inaktivitas dengan penenang. (Siti,2017)

3. Faktor resiko dari infaek miokard


Jawaban

Hipertensi,aterosklerosis, perempuan,obesitas,akumulasi lipid, merokok, pola


hidup yang tidak sehat. (Siti,2017)
DAFTAR PUSTAKA

Siti,Selistiawati.,et al.2017.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1.Edisi


IV.Jakarta:Interna Publishing

Anda mungkin juga menyukai